Minggu, 05 April 2015

KEMAMPUAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA DALAM MENGIDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR BERITA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan komponen yang sangat penting dan tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Hal ini disebabkan karena bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif, baik komunikasi secara lisan maupun tulisan. Salah satu cara untuk mengembangkan keterampilan berbahasa Indonesia adalah melalui pembelajaran bahasa Indonesia.
Pada prinsipnya tujuan pembelajaran bahasa Indonesia bagi para siswa adalah untuk menguasai keterampilan berbahasa yang meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu: 1) keterampilan menyimak, 2) keterampilan berbicara, 3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut tidak dapat dimiliki secara otomatis, tetapi memerlukan proses untuk belajar dan berlatih. Masing-masing aspek mempunyai keterkaitan satu sama lain. Aspek menyimak dan membaca merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif atau menerima, sedangkan aspek berbicara dan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif atau menghasilkan.
1
 
Secara umum, tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia yang diakukan di SMP meliputi dua komponen dasar, yaitu kompetensi kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Kompetensi kebahasaan diarahkan agar siswa memiliki pengetahuan kebahasaan yang meliputi fonologi, morfologi, dan sintaksis. Sedangkan keterampilan berbahasa diarahkan agar siswa mampu menggunakan bahasa dalam komunikasi sehari-hari, baik komunikasi yang berlangsung secara tatap muka maupun komunikasi yang berlangsung secara tertulis. Hal ini sesuai dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) 2006, yang menyatakan bahwa secara umum standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia.
Membaca merupakan salah satu bagian dari empat keterampilan berbahasa yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa memahami isi bacaan. Sehingga pembelajaran membaca harus diarahkan pada aspek keterampilannya, bukan pada pengetahuannya saja. Penekanan  pada aspek keterampilan dimaksudkan agar siswa memiliki kemampuan kemahirwacanaan, yaitu kemampuan membaca untuk memahami sebanyak-banyaknya informasi yang disampaikan dalam wacana/bacaan.
Pembelajaran membaca merupakan suatu kegiatan yang aktif reseptif yang dapat memberikan banyak manfaat, seperti mengambangkan kreatifitas, cara berpikir, kecerdasan, dan kepekaan emosi siswa. Selain itu, pembelajaran membaca juga diarahkan untuk memotivasi bakat dan minat siswa untuk membaca. Selain itu, pembelajaran membaca juga menciptakan anak yang gemar membaca. Biasanya hal ini dapat dirangsang dengan mempergunakan cerita, yang merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan mereka.
Kenyataan menunjukkan bahwa membaca belum dapat memberikan hasil yang maksimal. Banyak siswa yang belum mampu membaca dengan baik. Bahkan minat dan motivasi membaca dikalangan siswa sangat rendah. Jika ditanyakan kepada siswa, berapa banyak alokasi waktu yang dipergunakan setiap hari untuk membaca? Mereka akan menjawab, tidak ada sama sekali. Lain halnya jika guru di sekolah memaksanya untuk membaca. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran membaca di sekolah tidak dapat menjadikan siswa melek huruf atau memiliki kemampuan membaca yang baik.
Materi pembelajaran membaca di SMP meliputi banyak submateri. Salah satunya adalah membaca teks berita untuk menemukan atau mengidentifikasi unsur-unsur pembentuk berita, yaitu 5W + 1H. Siswa akan mampu membaca dengan baik dan mampu mengidentifikasi unsur-unsur berita bila guru telah melaksanakan proses pembelajaran membaca yang baik.
Namun, hasil observasi yang telah peneliti lakukan pada saat peneliti menjadi guru PPL di SMP Negeri 4 Sawang Kabupaten Aceh Utara, peneliti menemukan bahwa kemampuan siswa membaca teks berita untuk mengidentifikasi unsur-unsur berita sangat rendah. Hal ini dikarenakan pada saat mengajar materi ini, guru sering menugasi siswa untuk membaca teks berita yang ada di buku atau membagikan surat kabar kepada siswa tanpa membimbing mereka bagaimana strategi membaca yang baik untuk mengidentifikasi unsur-unsur berita tersebut.
Dari uraian pada latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian. Adapun judul penelitian ini adalah ”Kemampuan Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Sawang Kabupaten Aceh Utara dalam Mengidentifikasi Unsur-unsur Berita”.


1.2         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 4 Sawang Kabupaten Aceh Utara dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita?

1.3         Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan data tentang kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 4 Sawang Kabupaten Aceh Utara dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita.

1.4         Manfaat Penelitian
Berdasarkan uraian permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini mempunyai dua manfaat yaitu secara teoretis dan praktis.
Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan kajian dan informasi yang berarti tentang kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita.
Selanjutnya, secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat bagi:
1)             Bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang mengidentifikasi unsur-unsur berita dan untuk lebih memotivasi potensi yang ada dalam diri peneliti.
2)             Bagi guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 4 Sawang, hasil  penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan guru dalam menghadapi permasalahan ketika pembelajaran di kelas terutama permasalahan yang berkaitan dengan kesulitan mengidentifikasi unsur-unsur berita.
3)             Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam aspek membaca.
4)             Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan proses pengajaran Bahasa Indonesia dalam meningkatkan keterampilan membaca siswa SMP Negeri 4 Sawang.
5)             Bagi mahasiswa lain dapat memberi informasi empiris dan pendalaman ilmu serta pengetahuan mengenai bidang kebahasaan, khususnya tentang mengidentifikasi unsur-unsur berita.

1.5         Anggapan Dasar dan Hipotesis Penelitian
1.5.1 Anggapan Dasar Penelitian
Anggapan dasar dalam penelitian ini berfungsi untuk memperoleh gagasan tentang letak persoalan atau masalahnya dalam hubungan yang lebih luas. Dalam hal ini peneliti harus dapat memberikan sederetan asumsi yang kuat tentang kedudukan permasalahannya, sehingga menjadi tumpuan peneliti dalam melaksanakan penelitian.
Menurut Arikunto (2006:65), ia menyatakan bahwa ”Anggapan dasar ini merupakan landasan teori di dalam pelaporan hasil penelitian nanti”.

Maka, yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1)        Mengidentifikasi unsur-unsur berita merupakan salah satu materi yang diberikan kepada siswa kelas VII pada SMP Negeri 4 Sawang Kabupaten Aceh Utara. 
2)        Melalui materi mengidentifikasi unsur-unsur berita dapat menambah kemampuan siswa dalam membaca.
3)        Mengidentifikasi unsur-unsur berita juga dapat dijadikan siswa untuk mengetahui dan memahami berbagai bacaan.
1.5.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang masih perlu pembuktiannya. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Arikunto (2006:71), bahwa ”Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Maka, yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 4 Sawang Kabupaten Aceh Utara dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita masih kurang.  

1.6         Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis menguraikan beberapa definisi operasional sebagai berikut:
1)             Kemampuan adalah kesanggupan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita.
2)             Mengidentifikasi adalah menentukan unsur-unsur berita yang menjadi pembentuk suatu berita.
3)             Unsur-unsur berita adalah struktur yang menjadi dasar terbentuknya sebuah berita, yaitu 5W + 1H.
4)             Berita adalah informasi aktual yang disajikan oleh seorang wartawan, baik melalui media cetak ataupun media elektronik.























BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1     Pengertian Berita
          Kata berita sudah tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari. Berita telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam berinteraksi antarindividu. Berita merupakan sebuah informasi yang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan di kalangan masyarakat. Bahkan, seseorang dikatakan ketinggalan informasi jika tidak mengetahui berita terkini yang terjadi di lingkungan tertentu.
          Bila dilihat dari asal usulnya, kata ”berita” dalam bahasa Indonesia berasal dari kata vrit (Sanskerta) yang berarti ”ada” atau ”terjadi” dan vritta yang berarti ”kejadian” atau ”peristiwa”. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berita memiliki arti sebagai ”Laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat”. Maksudnya, sesuatu informasi baru dikatakan sebagai sebuah berita, jika hal yang diinformasikan tersebut merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang sedang hangat diperbincangkan di kalangan masyarakat”.
8
 
          Menurut Micthel V. Charnley (dalam Komaidi, 2011:96), ia menyatakan bahwa ”Berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca serta menyangkut kepentingan mereka”. Maksudnya, berita merupakan laporan tentang suatu peristiwa atau kejadian yang merupakan kenyataan yang benar-benar terjadi dan ada bukti nyatanya, serta dapat menjadi hal yang sedang hangat diperbincangkan di kalangan masyarakat atau bisa juga menjadi hal yang menyangkut dengan kepentingan seseorang.
          Lalu, Nothclife (dalam Komaidi, 2011:96), ia menekankan tentang berita pada ”Keanehan atau ketidaklaziman sehingga mampu menarik perhatian dan rasa ingin tahu (curiosity)”. Maksudnya, keanehan atau kelaziman yang dimaksud oleh Nothclife, yaitu sesuatu hal baru dikatakan menjadi sebuah berita, jika hal tersebut merupakan hal yang layak untuk dipublikasikan dan pantas untuk dibaca oleh khalayak ramai dan mengandung sebuah informasi penting bagi pembaca sehingga menimbulkan rasa ingin tahu dari pembaca sebuah berita yang diketengahkan dihadapan publik.
          Selanjutnya, Sumadiria (2008:65), ia menyatakan bahwa ”Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi atau internet”. Maksudnya, berita merupakan laporan tentang fakta atau suatu kejadian yang sedang terjadi dan menarik untuk dipublikasikan kepada khalayak ramai, yang disalurkan melalui media berupa surat kabar, radio, dan media elektronik lainnya.
          Menurut Romli (dalam Kusumah, dkk. 2007:2.3), ia menyatakan bahwa ”Berita adalah laporan peristiwa atau peristiwa yang dilaporkan melalui media massa”. Maksudnya, jelas bahwa suatu peristiwa baru dikatakan dengan berita jika sudah dipublikasikan di media massa, sehingga dapat diketahui oleh khalayak ramai.
          Berdasarkan beberapa pendapat pakar di atas yang menjelaskan tentang pengertian berita, maka dapat disimpulkan bahwa berita merupakan suatu laporan mengenai kejadian dan peristiwa atau pendapat yang menarik dan sedang hangat-hangatnya diperbincangkan (aktual) untuk disajikan secepat mungkin kepada khalayak luas, baik secara lisan seperti melalui televisi, radio, diskusi, wawancara, seminar dan lain-lain, maupun disampaikan melalui tulisan seperti melalui surat kabar, majalah, papan pengumuman dan lain sebagainya.

2.2     Sifat-sifat Berita
Berita yang dipublikasikan kepada khalayak ramai juga memiliki sifat-sifat tersendiri, yang dapat membuat berita tersebut layak untuk diketengahkan dan diketahui oleh pembaca. Setiap berita yang diliput atau ditulis oleh wartawan haruslah mampu membuat pembaca merasa pantas untuk mengetahui berita tersebut.
Dalam Wikipedia dijelaskan tentang sifat-sifat yang harus dimiliki oleh sebuah berita, hingga berita tersebut layak dipublikasikan pada pembaca, adalah sebagai berikut:
1)        Aktual (terkini), maksudnya hal-hal yang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan lebih memiliki nilai berita dibandingkan hal-hal atau peristiwa yang sudah lama terjadi.
2)        Jarak (jauh/dekat), maksudnya khalayak pembaca lebih tertarik akan kejadian atau peristiwa yang terjadi di sekitar mereka dibandingkan dengan kejadian di tempat yang lebih jauh.
3)        Penting, makasudnya sesuatu menjadi berita saat dianggap penting karena berpengaruh pada kehidupan seseorang secara langsung, misalnya: UU larangan merokok.
4)        Akibat, maksudnya sesuatu menjadi berita karena memiliki dampak yang besar dalam kehidupan masyarakat, misalnya: penayangan film Fitna di situs YouTube.
5)        Pertentangan/konflik, maksudnya suatu hal baru dapat dikatakan sebagai sebuah berita jika terdapat pertentangan atau konflik di dalamnya.
6)        Seks, maksudnya suatu hal yang diketengahkan pada khalayak ramai jika ada suatu permasalah seks, misalnya seperti perceraian dan perselingkuhan.
7)        Ketegangan, maksudnya sesuatu yang dipublikasikan baru bernilai berita jika  terdapat unsur ketegangan di dalamnya, misalnya saat-saat pelantikan presiden.
8)        Kemajuan-kemajuan, maksudnya suatu hal yang dipublikasikan juga baru bernilai berita jika terdapat hal-hal tentang kemajuan dan inovasi baru yang terjadi dalam bidang tertentu dan memiliki pengaruh terhadap sesuatu hal, misalnya tentang kemajuan teknologi di bidang jejaring sosial.
9)        Emosi, maksudnya segala sesuatu yang apabila dikabarkan akan membuat marah, sedih atau kecewa, dapat dikatakan bernilai berita, misalnya pemberitaan tentang bayi baru lahir yang ditemukan di tempat sampah.
10)    Humor, maksudnya segala sesuatu yang berkenaan dengan humor atau mengandung kelucuan yang mengundang gelak tawa, maka ia juga bernilai berita.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sesuatu hal yang dikabarkan akan bernilai berita jika hal tersebut layak atau pantas untuk diketahui oleh khalayak ramai. Selain itu, kejadian atau peristiwa tersebut juga harus memiliki dampak pada pembaca. Sehingga pembaca merasa membutuhkan dan haus akan berita yang dikabarkan tersebut.

2.3     Macam-macam Berita
Sebuah berita tentunya disajikan dalam berbagai bentuk yang berbeda-beda. Penyajian berita tersebut tergantung pada jenis berita yang akan disajikan atau dipublikasikan. Selain itu, sebuah berita yang akan disajikan juga tergantung pada bagaimana konsep berita tersebut.
Menurut Kusumah, dkk. (2007:2.5), ia mengemukakan bahwa ”Kriteria pemilahan berita dapat dilihat berdasarkan beberapa macam, yaitu berdasarkan ketajaman berita dan dampak pembaca, berdasarkan sifat dan sumber berita, berdasarkan cara pemaparan, dan berdasarkan materi isi berita”. Pembagian macam-macam berita tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)        Berdasarkan Ketajaman Berita dan Dampak Pembaca
Menurut Kusumah, dkk (2007:2.5), menyatakan bahwa ”Berdasarkan ketajaman berita dan dampak bagi pembaca, berita terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
(1)     Berita Berat (hard news)
Menurut Kusumah, dkk (2007:2.5), menyatakan bahwa ”Berita berat (hard news) merupakan laporan peristiwa besar atau menggemparkan, memiliki nilai lebih dari segi aktualitas dan kepentingan atau sangat penting untuk segera diketahui pembaca. Maksudnya, berita jenis ini berisi informasi peristiwa khusus yang terjadi secara tiba-tiba. Misalnya berita mengenai gempa bumi, kerusuhan, kebakaran dan sebagainya.
(2)     Berita Ringan (soft news)
Menurut Kusumah, dkk (2007:2.5), menyatakan bahwa ”Berita ringan (soft news) merupakan berita yang mengarah pada peristiwa yang lebih bertumpu kepada unsur-unsur ketertarikan manusiawi. Maksudnya, berita jenis ini merupakan berita yang tingkat aktualitas dan kepentingan berada di bawah hard news. Berita ini adalah berita yang menyajikan peristiwa tentang ketertarikan seseorang tentang sesuatu. Misalnya berita mengenai seminar sehari, masalah remaja, dan sebagainya.
2)        Berdasarkan Sifat dan Sumber Berita
Menurut Kusumah, dkk (2007:2.5), menyatakan bahwa ”Berdasarkan sifat dan sumber berita, berita terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
(1)     Berita Langsung (straight news)
Kusumah, dkk (2007:2.5), menyatakan bahwa ”Berita langsung merupakan laporan peristiwa yang ditulis secara singkat, padat, lugas dan apa adanya. Maksudnya, berita ini ditulis dengan memaparkan peristiwa dalam keadaan apa adanya.  Misalnya berita pada surat kabar yang terdapat pada halaman depan (front page). Struktur penulisan berita jenis ini mengacu pada struktur piramida terbalik, yang diawali dengan mengemukakan bagian berita yang dianggap penting, kurang penting lalu tidak penting.   
(2)     Berita Opini (opinion news)
Kusumah, dkk (2007:2.5), menyatakan bahwa ”Berita opini merupakan berita mengenai pendapat, pernyataan, atau gagasan seseorang. Maksudnya, berita ini adalah berita yang berisi pendapat para ahli, cendikiawan atau pejabat, mengenai suatu masalah atau peristiwa. Penulisan berita jenis ini dimulai dengan teras pernyataan yang berupa ucapan yang isinya dianggap paling penting atau menarik. Sebagai penanda berita opini, biasanya pada judul dicantumkan nama narasumber, diikuti titik dua atau koma, lalu kutipan pernyataan yang paling menarik.
(3)     Berita Penyelidikan (investigative news)
Kusumah, dkk (2007:2.5), menyatakan bahwa ”Berita penyelidikan merupakan berita yang diperoleh dan dikembang-kan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber. Maksudnya, berita jenis ini adalah berita yang informasinya harus digali oleh seorang wartawan dari berbagai pihak atau bahkan melakukan penyelidikan langsung ke lapangan, yang bermula dari data mentah atau berita singkat.  
3)        Berdasarkan Cara Pemaparan
Menurut Kusumah, dkk (2007:2.6), menyatakan bahwa ”Berdasarkan cara pemaparannya, berita terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:


(1)     Berita Interpretatif (interpretative news)
Kusumah, dkk (2007:2.6), menyatakan bahwa ”Berita interpretatif merupakan berita yang dikembangkan dengan komentar dan penilaian wartawan atau narasumber yang kompeten atas berita yang muncul sebelumnya, sehingga merupakan gabungan antara fakta dan interpretasi. Maksudnya, berita jenis ini berawal dari informasi yang dirasakan kurang jelas atau tidak lengkap arti dan maksudnya.
(2)     Berita Penjelasan (explanatory news)
Kusumah, dkk (2007:2.5), menyatakan bahwa ”Berita penjelasan merupakan jenis berita yang sifatnya menjelaskan dengan menguraikan sebuah peristiwa secara lengkap dan penuh data. Maksudnya, berita jenis ini menjelaskan fakta yang telah diperoleh secara rinci dengan beberapa argumentasi atau pendapat penulisnya. Berita jenis ini biasanya panjang lebar sehingga harus disajikan secara bersambung.
(3)     Berita Mendalam (depth news)
Kusumah, dkk (2007:2.5), menyatakan bahwa ”Berita mendalam adalah berita yang merupakan pengembangan dari berita yang sudah muncul, dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan. Maksudnya, berita jenis ini bermula dari sebuah berita yang masih belum selesai pengungkapannya dan bisa dilanjutkan kembali. Pendalaman dalam berita jenis ini dilakukan dengan mencari informasi tambahan dari narasumber atau berita terkait.

4)        Berdasarkan Materi Isi Berita
Menurut Kusumah, dkk (2007:2.7), menyatakan bahwa ”Berdasarkan materi isi beritanya, berita terbagi atas:
(1)     Berita pernyataan pendapat, ide atau gagasan (talking news), merupakan berita yang berisi pernyataan seseorang berupa pendapat tentang sesuatu permasalahan yang aktual.
(2)     Berita ekonomi (economic news), merupakan berita yang berisi masalah perekonomian suatu negara yang sedang hangat diperbincangkan.
(3)     Berita keuangan (financial news), merupakan berita yang berisi tentang masalah keuangan sebuah lembaga secara aktual.
(4)     Berita politik (political news), yaitu berita yang berisi tentang masalah politik yang teraktual.
(5)     Berita sosial kemasyarakatan (social news), yaitu berita yang berisi tentang masalah sosial dalam masyarakat tertentu.
(6)     Berita pendidikan (education news), merupakan berita yang dipublikasikan pada khalayak ramai yang berisi tentang masalah pendidikan.
(7)     Berita hukum dan keadilan (law and justice news), adalah berita yang berisi tentang masalah hukum dan keadilan dalam sebuah negara.
(8)     Berita olahraga (sport news), yaitu berita yang berisi tentang permasalahan olahraga terkini.
(9)     Berita kriminal (crime news), adalah berita yang berisi tentang masalah kriminal atau berbagai persoalan tentang kejahatan yang marak-maraknya terjadi.
(10) Berita bencana dan tragedi (tragedy and disaster news), merupakan berita yang berisi tentang masalah bencana dan tragedi yang terjadi di lingkungan masyarakat.
(11) Berita perang (war news), adalah berita yang isinya tentang masalah peperangan yang terjadi sebuah negara tertentu.
(12) Berita ilmiah (scientific news), yaitu berita yang berisi tentang masalah ilmiah dalam sebuah bidang ilmu tertantu.
(13) Berita hiburan (entertainment news), adalah berisi yang isinya tentang masalah hiburan, misalnya masalah perfilman yang ada di tanah air.
(14) Berita tentang aspek-aspek ketertarikan manusiawi atau minat insani (human interest news), jenis berita ini merupakan berita yang isinya berkenaan dengan hal-hal tentang ketertarikan manusia tentang suatu hal yang unik.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berita terbagi menjadi beberapa macam bentuk berdasarkan kriteria sebuah berita disajikan, yaitu berdasarkan ketajaman berita dan dampak pembaca, berdasarkan sifat dan sumber berita, berdasarkan cara pemaparan, serta berdasarkan materi isi berita yang dipublikasikan kepada khalayak ramai.


2.4     Bagian-bagian Pembentuk Berita
Berita yang dipublikasikan oleh seorang peliput berita atau yang akrab disebut dengan seorang wartawan, memiliki bagian-bagian tertentu yang menjadi dasar sebagai pembantuk sebuah berita. Bagian-bagian tersebut merupakan hal yang harus ada agar terwujudnya sebuah berita yang mudah dipahami oleh pembaca.
Menurut Kusumah, dkk. (2007:2.10), ia menyatakan bahwa ”Anatomi tulisan berita meliputi headline, dateline, lead, body,  dan leg. Anatomi tersebut digambarkan dengan struktur piramida terbalik”. Bagian-bagian berita tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)        Headline
Headline biasa disebut juga dengan kepala berita atau judul berita. Maksudnya, bagian ini merupakan judul yang terdapat diawal berita. Bagian ini juga dilengkapi dengan anak judul, yang berguna untuk: (1) menolong pembaca agar segera mengetahui peristiwa yang akan diberitakan; (2) menonjolkan satu berita dengan dukungan teknik grafika. Misalnya, ”Kebakaran di Pondok Bambu, Satu Rumah Hangus”.
2)        Dateline
Dateline adalah waktu dan nama tempat berita dibuat atau diperoleh. Maksudnya, bagian ini merupakan bagian berita yang berisi tentang waktu dan nama tempat di mana berita tersebut diperoleh. Biasanya bagian ini terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal kejadian. Ada pula yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal kejadian. Tujuannya dateline adalah untuk menunjukkan tempat kejadian dan inisial media yang meliput berita tersebut. Misalnya, ”Jakarta, Kompas.com - Sebuah rumah hangus terbakar di Jalan Keamanan RT 003/RW 05, Pondok Bambu, Jakarta Timur, Senin (28/4/2014) pukul 14.30 WIB”.
3)        Lead
Lead disebut juga teras berita atau pembuka berita. Maksudnya, bagian ini merupakan bagian berita yang berisi tentang kalimat-kalimat pembuka suatu berita. Bagian ini biasa ditulis pada paragraf pertama sebuah berita. Ia merupakan unsur yang paling penting dari sebuah berita, yang menentukan apakah isi berita akan dibaca atau tidak. Bagian ini juga merupakan sari pati sebuah berita, yang melukiskan seluruh berita secara singkat kepada khalayak ramai. Misalnya, ”Darwin - Letusan Gunung Sangiang di Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) berdampak hingga ke negara tetangga, Australia. Sebagian besar jadwal penerbangan dari dan ke Darwin, Australia terpaksa dibatalkan akibat letusan gunung api tersebut”.
4)        Body
Body disebut juga dengan tubuh atau isi berita. Maksudnya, bagian ini merupakan bagian yang berisi tentang keseluruhan permasalah atau peristiwa yang dipublikasikan. Isi dalam berita menceritakan peristiwa yang dilaporkan dengan bahasa yang singkat, padat, dan jelas. Dengan demikian, body merupakan perkembangan berita.
Misalnya,:
       Biro Meteorologi setempat menyatakan bahwa abu Gunung Sangiang bergerak ke arah tenggara dan bisa berdampak hingga ke area Kimberley and Top End di Darwin. Virginia Sanders dari Bandara Internasional Darwin mengaku belum tahu kapan jadwal penerbangan akan kembali normal.
       ”Pada tahap ini, memang masih spekulasi, tapi pihak maskapai mendapatkan informasi mereka langsung dari Volcanic Ash Advisory Centre di Darwin,” ucap Sanders. ”Yang bisa saya sampaikan, abu (vulkanik) tersebut terus bergerak lalu menghilang, jadi kemungkinan akan ada kabar baik besok. Tapi belajar dari pengalaman masa lalu, kondisi seperti ini biasanya berlangsung selama 24 jam,” imbuhnya.
       Secara terpisah dalam pernyataannya, maskapai Qantas menyatakan pihaknya masih terus memantau kondisi cuaca pasca letusan gunung api di NTB. ”Akibat letusan gunung api di pulau Sangiang, Indonesia, semalam, butiran abu vulkanik terbang hingga ke wilayah pantai Australian Northern Territory. Akibatnya, seluruh penerbangan Qantas dari dan ke Darwin untuk Sabtu, 31 Mei 2014, harus dibatalkan,” demikian pernyataan Qantas.
       Sedangkan maskapai Virgin Australia merilis peringatan bepergian dan menyatakan akan segera melanjutkan operasional penerbangan begitu kondisi memungkinkan. ”Tim ahli meteorologi kami terus memantau situasi, juga berkonsultasi dengan Volcanic Ash Advisory Centre di Darwin,” ucapnya.
       Sementara itu, maskapai Jetstar mengumumkan pembatalan penerbangan dengan nomor JQ920 dan JQ921 dengan rute Cairns-Darwin, kemudian JQ92 dengan rute Darwin-Adelaide, lalu JQ81 dan JQ82 dengan rute Darwin-Bali, serta JQ161 dan JQ162 dengan rute Darwin-Singapura.
       Kemarin (30/5), Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) M Hendrasto menuturkan, abu vulkanik Gunung Sangiang menyembur ke atas hingga ketinggian 3.000 meter dan turun bergerak ke arah timur.
5)        Leg
Leg disebut juga dengan kaki berita atau penutup berita. Maksudnya, bagian ini terdiri atas paragraf yang berisi tentang kalimat-kalimat penutup sebuah berita. Misalnya, ”Saat ini status gunung berada pada level siaga. Warga diimbau untuk tidak melakukan aktivitas di sana hingga kondisi dinyatakan aman”.
Head Line/Judul Berita

 
Gambar piramida terbalik yang menunjukkan struktur penulisan berita, yaitu :

 


                   Lead/Teras Berita
                                                            Sangat penting
                   Bridge/Perangkai
                                                                          penting
                                   Bodi/
                     Tubuh Berita                  cukup penting
                              
                                    Leg
Oval: Date line      Kaki Berita                   kurang penting
                                                                                                         

                     
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bagian-bagian atau struktur yang terdapat dalam penulisan sebuah berita, baik itu headline, dateline, lead, body, dan leg, merupakan sesuatu yang harus ada dan tersusun seperti sebuah piramida terbalik, sehingga terwujudnya sebuah berita yang baik dan mudah dipahami oleh khalayak ramai.

2.5     Unsur-unsur Berita
           Sebuah berita yang baik, tentunya dibentuk atas unsur-unsur tertentu yang menjadi dasar terbentuknya sebuah berita. Unsur-unsur tersebut merupakan patokan yang membuat sebuah berita dapat berdiri dengan kokoh. Dengan demikian, suatu peristiwa atau kejadian yang ditulis menjadi sebuah berita layak dipublikasikan di media massa.
          Menurut Komaidi (2011:97), ia menyatakan bahwa ”Sebuah berita dibentuk oleh unsur-unsur pembentuknya, yaitu sering disebut dengan rumus 5W + 1H, artinya 5W kepanjangan dari 1) what (apa), 2) who (siapa), 3) when (kapan),       4) where (di mana), 5) why (mengapa), dan 1H (how) yang berarti bagaimana”. Maksudnya, unsur pembentuk berita yang tertuang dalam rumus 5W + 1H merupakan rumus pokok dalam mebuat berita, sehingga dengan penerapan rumus ini semua berita yang dipublikasikan kepada khalayak ramai akan menjadi sempurna dan mudah dipahami oleh para pembaca. Unsur-unsur pembentuk berita yang tepat dalam rumus 5W + 1H, dapat dijelaskan sebagai berikut:


1)        What
What merupakan unsur berita yang berbentuk pertanyaan yang dituju untuk menanyakan sebuah objek dalam sebuah berita, yaitu apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa? Maksudnya, what ini digunakan untuk menanyakan tentang apa yang akan ditulis, tema apa yang akan diangkat dalam berita, atau hal apa yang akan dibahas dalam berita tersebut. Misalnya, ”Gudang PT Armalindo di Muara Baru Terbakar”.
2)        Who
Who merupakan unsur pembentuk berita yang digunakan untuk menanyakan suatu subjek dalam sebuah berita, yaitu siapa yang terlibat di dalamnya? Maksudnya, what digunakan  untuk mencari tahu siapa tokoh yang menjadi tokoh utama dalam berita. Unsur siapa selalu menarik perhatian pembaca, apalagi manusia yang menjadi objek berita itu adalah seorang yang aktif dibidangnya. Unsur siapa, juga harus dijelaskan dengan menunjukkan ciri-cirinya seperti nama, umur, pekerjaan, alamat serta atribut lain yang berupa gelar (bangsawan, suku, pendidikan) pangkat/jabatan. Misalnya, ”Kebakaran tersebut mengakibatkan dua orang pelajar Sekolah Dasar terluka dan dilarikan ke Rumah Sakit terdekat.”
3)        When
When merupakan unsur pembentuk berita yang dijadikan pertanyaan untuk mengetahui waktu dalam berita, yaitu kapan terjadinya peristiwa tersebut? Maksudnya, unsur ini digunakan untuk menanyakan kapan peristiwa itu terjadi, hal ini disebabkan karena dalam sebuah berita tentunya akan menyebutkan kapan waktu peristiwa itu terjadi. Misal ”Peristiwa pengeroyokan seorang mahasiswa itu terjadi pada hari kamis siang, sekitar pukul 13.00 waktu setempat”.
4)        Where
Where adalah unsur pembentuk berita yang dapat berupa pertanyaan tentang tempat dalam berita, yaitu di mana terjadinya peristiwa itu? Maksudnya, unsur ini berfungsi untuk menanyakan lokasi kejadian peristiwa atau tempat berlangsungnya peristiwa tersebut.
Misalnya ”Aksi pengeroyokan tersebut berlangsung tidak jauh dari kampus korban”.
5)        Why
Why merupakan unsur pembentuk berita yang dapat berupa pertanyaan tentang suatu alasan, yaitu mengapa peristiwa itu bisa terjadi? Maksudnya, unsur ini menanyakan alasan mengapa peristiwa itu bisa terjadi. Dalam unsur ini, penulis dituntut untuk menguraikan penyebab terjadinya peristiwa tersebut. Misalnya, ”Menurut pengakuan pelaku, korban dikeroyok karena telah menghina pelaku dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan kepada pelaku”.
6)        How
How merupakan unsur pembentuk berita yang dapat berupa pertanyaan tentang solusi, yaitu bagaimana terjadinya peristiwa tersebut? Maksudnya, unsur yang berisi pertanyaan tentang how/bagaimana ini menggambarkan suasana dan proses peristiwa tersebut terjadi. Misalnya, ”Keadaan para korban dari peristiwa tersebut adalah satu orang terkena kobaran api dan yang lainnya selamat, karena sedang tidak berada di rumah yang terbakar tersebut”.
Berdasarkan penjelasan di atas tentang unsur-unsur yang menjadi pembentuk sebuah berita, maka dapat disimpulkan bahwa semua unsur tersebut perlu diperhatikan dan memiliki peran yang penting dalam menulis sebuah berita. Dapat dipastikan bahwa tanpa unsur-unsur tersebut, sebuah berita belum dikatakan baik dan mudah dipahami khalayak ramai, bahkan berita tersebut belumlah dikatakan lengkap.

2.6     Pentingnya 5 W + 1 H dan Piramida Terbalik dalam Berita
          Menulis berita bukan sekedar pekerjaan menulis untuk mencurahkan isi hati. Namun, sebuah berita harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, aktual, dan informatif. Lain halnya dengan menulis karangan bebas yang berupa tulisan tangan sesuai dengan imajinasi penulis.
          Dalam Wikipedia, dijelaskan bahwa Kualitas berita tentu harus memenuhi kriteria umum penulisan berita, yaitu 5W + 1H yang sudah menjadi hal yang terdapat di luar kepala bagi seorang jurnalis. Selain syarat tersebut, sebenarya ada juga syarat yang harus dimengerti oleh seorang jurnalis, yaitu persyaratan bentuk. Dalam jurnalistik syarat bentuk ini dikenal dengan sebutan ’Piramida Terbalik’, hal ini dikarenakan bentuknya mirip dengan piramida namun posisinya terbalik.
          Maksudnya jelas bahwa kedua hal ini dijadikan sebagai dasar menulis bagi seorang wartawan. Kedua teknik ini juga bisa dan efektif dipakai oleh penulis non-wartawan, berupa 5W + 1H yaitu singkatan dari ”what, who, when, where, why dan how,” dalam bahasa Indonesia menjadi ”apa, siapa, kapan, di mana, mengapa dan bagaimana.” Semua unsur inilah yang harus terkandung dalam sebuah artikel biasa atau berita biasa.
          Artikel berbentuk berita memiliki struktur unik, yaitu inti informasi ditulis pada alinea awal (disebut sebagai ’lead’ atau ’teras berita’; biasanya satu hingga dua paragraf), data-data penting menyusul pada alinea-alinea selanjutnya, lalu penjelasan tambahan, dan diakhiri dengan informasi lain yang bukan bersifat informasi utama. Inilah yang disebut sebagai piramida terbalik.Piramida Terbalik adalah sebuah struktur penulisan atau bentuk penyajian sebuah tulisan yang umum dilakukan seorang wartawan. Metode piramida terbalik digunakan agar pembacara dapat segera mengetahui inti dari berita yang ingin diketahuinya. Apalagi disaat seperti sekarang yang serba cepat. Berita online misalkan, sebaiknya dalam menyampaikan berita langsung ke pokok beritanya. Informasi penting (inti) disajikan di awal paragraf, lalu berita pendukung mengikuti paragraf berikutnya.
          Bagi pembaca sebuah artikel, piramida terbalik memudahkannya menangkap inti cerita, sebab informasi yang paling pokok langsung dibeberkan sejak alinea-alinea awal. Bagi wartawan maupun redaktur, akan memudahkan dalam penulisan dan editing berita, karena mereka lebih fokus pada pokok pikiran berita yang mereka tuliskan. Sedangkan redaktur pun akan sangat mudah dalam menyunting ataupun memotong berita, tinggal menghapus paragraf-paragraf akhir yang dianggap tidak terlalu penting. Sedangkan bagi media dengan penulisan piramida terbalik ini, akan menghemat ruang halaman.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1     Pendekatan dan Jenis Penelitian
          Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, maka pendekatan yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penggunaan pendekatan ini didasarkan pada kenyataan bahwa data yang dikumpulkan berupa nilai atau angka-angka, adanya rumusan hipotesis yang jelas, analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul dan analisis data ini dilakukan dengan menggunakan rumus statistik (Arikunto, 2002:11). Maka data-data dalam penelitian ini berbentuk statistik dari kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 4 Sawang Kabupaten Aceh Utara dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita, lalu diolah dengan menggunakan rumus statistik. Pendekatan kuantitatif tersebut digunakan mengingat tujuan penelitian ini ingin membuktikan hipotesis bahwa masih kurangnya kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 4 Sawang Kabupaten Aceh Utara dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita.
          Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penggunaan jenis penelitian ini didasarkan pada pendapat Sugiono (2003:11), ia menyatakan bahwa ”Penelitian diskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain”. Peneliti memilih jenis penelitian ini karena mengkaji tentang kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 4 Sawang Kabupaten Aceh Utara dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita.
27
 
 


3.2     Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 4 Sawang yang terletak di Jalan KKA Km 22 Cot Mancang Desa Teupi Reusep Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Utara. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015, hal ini dikarenakan materi tentang berita terdapat pada semester ganjil untuk kelas VII. Alasan peneliti memilih SMP Negeri 4 Sawang sebagai lokasi penelitian ini karena letak SMP Negeri 4 Sawang tidak jauh dengan tempat tinggal peneliti, sehingga memudahkan peneliti dalam menjangkau tempat tersebut. Selain itu, SMP Negeri 4 Sawang merupakan sekolah tempat peneliti pernah melakukan PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) sehingga sedikit banyaknya peneliti sudah memahami bagaimana seluk beluk sekolah tersebut. Jadi, dapat membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian.

3.3     Populasi dan Sampel Penelitian
          3.3.1 Populasi
          Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:32), bahwa ”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari. Populasi berkenaan dengan data, bukan dengan orang atau bendanya. Populasi merupakan kelompok subjek, baik manusia, kelas, nilai, tes, benda-benda ataupun peristiwa yang akan diteliti”. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 4 Sawang Kabupaten Aceh Utara, yaitu kelas VII1 yang berjumlah 27 siswa. Maka, jumlah populasi sebanyak 27 siswa.
          3.3.2  Sampel
          Penarikan sampel dipedomani pada pendapat Arikunto (2006:134), ia menyatakan bahwa ”Apabila subjeknya (populasi) kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya (populasi) besar atau lebih besar dari 100, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”. Dengan demikian, dikarenakan jumlah subjek kurang dari 100, maka penulis mengambil keseluruhan subjeknya, yang berjumlah 27 siswa, yaitu kelas VII1 yang berjumlah 27 siswa. Dengan demikian, jumlah sampel sebanyak 27 siswa.

3.4     Teknik Pengumpulan Data
          Pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan instrumen atau alat tes. Tes yang digunakan merupakan tes essai.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1)             Peneliti meminta kepada responden untuk mengidentifikasi unsur-unsur berita.
2)             Responden melakukan tugas yang diberikan peneliti.
3)             Peneliti mengumpulkan hasil kerja responden.
4)             Peneliti menilai hasil kerja responden.
5)             Peneliti mengelompokkan data hasil kerja responden dan selanjutnya dianalisis.
3.5         Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)             Mentabulasi nilai hasil tes secara acak.
2)             Mengurutkan nilai tertinggi ke nilai terendah.
3)             Menentukan range (Rg) dengan rumus Rg = H-L+1
4)             Menentukan jumlah kelas interval (K) dengan rumus:
K + 1+3.3 log n
5)             Menentukan jumlah interval kelas (I) dengan rumus:
I =
6)             Membuat tabel distribusi frekuensi.
7)             Mencari nilai rata-rata (mean) dengan rumus:
M =
Keterangan rumus:
M    = Nilai kemampuan rata-rata
fx    = Nilai perkalian frekuensi dan nilai tengah
f      = Frekuensi tiap kelompok nilai
X    = Nilai tengah
N    = Jumlah sampel



8)             Mengklasifikasi nilai sebagai berikut:
86-100   sangat baik
76-85     baik
66-75     cukup
56-65     kurang
≤ 55       jelek    

























BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1     Hasil Penelitian
   Setelah data hasil penelitian tentang mengidentifikasi unsur-unsur berita diperoleh, data tersebut selanjutnya diolah untuk dapat ditentukan nilai rata-rata kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur berita siswa secara total. Pengolahan data dan analisis data dilakukan berdasarkan teknik pengolahan data secara kuntitatif. Pengukuran data mengidentifikasi unsur-unsur berita ini dilakukan dengan cara memberikan tes kepada siswa untuk mengidentifikasi unsur-unsur berita yang dikerjakan oleh siswa secara tertulis. Nilai pengidentifikasian unsur-unsur berita diukur dengan menghitung data yang diperoleh dari kelas mengidentifikasi unsur-unsur berita VII1, SMP Negeri 4 Sawang.
1)        Mentabulasi nilai hasil tes secara acak
Nilai yang diperoleh oleh siswa kelas VII1 SMP Negeri 4 Sawang dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita adalah sebagai berikut:
70        80        80        60        90        80        80        80        60        90        80
70        80        80        90        80        70        80        80        70        80        80       
70        80        50        90        90
2)        Mengurutkan nilai tertinggi ke nilai terendah
Urutan nilai tertinggi hingga nilai terendah dari nilai dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita yang diperoleh siswa adalah sebagai berikut:
90        90        90        90        90        80        80        80        80        80        80         80       80        80        80            80        80        80        80        70        70        70       
32
 
70        70        60        60        50
3)        Menentukan range (Rg) dengan rumus Rg = H-L+1
Setelah data diperoleh, selanjutnya langkah yang ditempuh adalah range. Range adalah selisis nilai tertinggi (H) dengan nilai terendah (L), kemudian ditambah satu (1).
Berdasarkan data yang diperoleh, nilai tertinggi adalah 90 dan nilai terendah adalah 50.
Dengan demikian, rangenya adalah:
Rg  = H – L + 1
       = 90 - 50 + 1
       = 40 + 1
       = 41
4)        Menentukan jumlah kelas interval (K) dengan rumus K + 1+3.3 log n
Setelah range diketahui, langkah yang ditempuh selanjutnya adalah menentukan lebar kelas, yaitu:
K    = 1 + (3,3) log n
       = 1 + (3,3) log 27
       = 1 + (3,3) 1,431
       = 1 + 4,72
       = 5,72 dipakai 6
5)        Menentukan jumlah interval kelas (I) dengan rumus I =
Setelah lebar kelas diketahui, selanjutnya ditentukan nilai lebar kelas (I), yaitu:

Dengan demikian interval penelitian adalah:
I      =
       =
       = 6,83 dipakai 7
6)        Membuat tabel distribusi frekuensi.
Setelah menentukan range dan lebar kelas, selanjutnya disusun tabel distribusi dan frekuensi sebagai berikut:
Tabel 1:    Distribusi dan frekuensi kemampuan siswa kelas VII1 SMP Negeri 4 Sawang
No
Interval Kelas
Frekuensi (f)
Nilai Tengah (x)
Perselisihan (fx)
1
85-91
5
87,5
437,5
2
78-84
14
81
1134
3
71-77
0
74
0
4
64-70
5
67
335
5
57-63
2
60
120
6
50-56
1
53
53
-
N=27
-
2079,5

7)        Mencari nilai rata-rata (mean) dengan rumus M =
Berdasarkan distribusi dan frekuensi di atas, maka yang harus dilakukan selanjutnya adalah menentukan nilai rata-rata, yaitu:
M =
     =
     = 77,01 dibulatkan 77


4.2     Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa kelas VII1, SMP Negeri 4 Sawang dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita adalah 77.
Setelah nilai rata-rata diperoleh, selanjutnya nilai tersebut dimasukkan ke dalam skala penelitian. Dari keseluruhan jumlah siswa yaitu 27 orang, prestasi skor yang diperoleh sangat bervariasi, yaitu 5 orang memperoleh nilai sangat baik, 14 orang memperoleh nilai baik, 5 orang memperoleh nilai cukup dan 3 orang memperoleh nilai kurang.
Jika nilai yang diperoleh siswa dibandingkan dengan kriteria nilai yang telah ditetapkan maka kemampuan siswa kelas VII1 SMP Negeri 4 Sawang dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita sudah baik.
Tabel 2:    Persentase kemampuan siswa kelas VII1 SMP Negeri 4 Sawang dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita.
Klasifikasi
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Kualitatif
Kuantitatif
  Sangat baik
85-90
5
18,5
Baik
78-84
14
51,9
  Cukup
77-64
5
18,5
  Kurang
63-50
3
11,1
Jumlah
N=27
100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai sangat baik dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita yaitu terdapat 5 siswa (18,5%), siswa yang medapatkan nilai baik dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita yaitu 14 siswa (51,9%), dan siswa yang mendapatkan nilai cukup dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita adalah 5 siswa (18,5%), sedangkan siswa yang mendapatkan nilai kurang dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita adalah 3 siswa (11,1%).
Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas VII1, SMP Negeri 4 Sawang dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita sudah dapat memahami dan mengetahui cara mengidentifikasi unsur-unsur berita dengan baik, karena sudah lebih dari setengah dari keseluruhan siswa mendapatkan nilai yang baik.

4.3     Pembuktian Hipotesis
          Pembuktian hipotesis adalah salah satu langkah yang harus dilakukan dalam penelitian. Hal ini dikarenakan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sesuatu hal pada tingkat tertentu yang dipercaya sebagai sesuatu yang benar. Sehingga, berpedoman pada rumusan hipotesis yang telah dikemukakan dalam bab I, yaitu kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 4 Sawang Kabupaten Aceh Utara dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita masih kurang. Maka, berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata 77 yang diperoleh siswa kelas VII1 SMP Negeri 4 Sawang dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita termasuk kategori baik, yang berada pada rentang (76-85). Dengan demikian, hipotesis yang diajukan ditolak kebenarannya.







BAB V
PENUTUP
5.1      Simpulan
          Dalam penelitian ini diuraikan simpulan dan saran yang erat hubungannya dengan permasalahan yang diteliti. Dari hasil pengolahan data dan analisis data dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VII1, SMP Negeri 4 Sawang dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita secara keseluruhan berada pada katagori baik, maka penulis penyimpulkan bahwa:
          Setelah peneliti melakukan penelitian pada siswa kelas VII1, SMP Negeri 4 Sawang dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita sudah pada tahap yang baik. Namun, demikian masih perlu juga adanya pembelajaran yang lebih baik lagi agar kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita sampai pada tahap yang sangat baik.
          Nilai yang didapat oleh para siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita sangatlah bervariasi, mulai dari 5 orang (18,5 %) yang memperoleh nilai sangat baik, 14 orang (51,9 %) memperoleh nilai baik, 5 orang (18,5 %) memperoleh nilai cukup dan hanya 3 orang (11,1 %) yang memperoleh nilai kurang. Berdasarkan perolehan nilai tersebut, dapat dikatakan bahwa masih perlu adanya peningkata yang lebih baik lagi.
37
 
          Setelah peneliti menghitung besarnya kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita, maka didapatkan nilai rata-rata kemampuan siswa kelas VII1, SMP Negeri 4 Sawang dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita sebesar 77. Dengan demikian dapat dikatakan siswa telah mampu dengan baik dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita, karena yang memperoleh nilai sangat baik 5 orang (18,5 %), nilai baik 14 orang (51,9 %), nilai cukup 5 orang (18,5 %), dan nilai kurang hanya 3 orang (11,1 %). Hal ini dapat dikatakan telah berhasil, karena 24 orang (88,9%) di atas nilai kurang, sedangkan nilai kurang hanya 3 orang (11,1%).

5.2     Saran
          Sebagai usaha pembinaan kemampuan siswa kelas VII1, SMP Negeri 4 Sawang dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut :
1)          Diharapkan kepada guru Bahasa Indonesia, agar lebih meningkatkan lagi keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar khususnya pada materi mengidentifikasi unsur-unsur berita. Guru diharapkan menggunakan metode mengajar yang bervariasi agar mampu membuat siswa semakin berminat dan semangat dalam belajar atau tidak jenuh.
2)          Kepala Sekolah hendaknya memberikan fasilitas yang lebih memadai lagi kepada guru dan peserta didiknya, agar proses belajar mengajar bisa berjalan lebih efektif lagi. Misalnya dengan menyediakan lebih banyak lagi bahan bacaan yang bermutu di perpustakaan, menyediakan ruangan kelas yang lebih efisien serta menyediakan tenaga pendidik yang professional.
3)          Siswa diharapkan terlibat aktif dalam pembelajaran, supaya proses belajar mengajar dapat ditingkatkan, sehingga tujuan dari pembelajaran tersebut terwujud sebagai mana mestinya.


DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

------------. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

http://id.wikipedia.org/wiki/Berita. diakses pada 01 Januari 2014.

Keraf, Gorys. 2000. Tata Bahasa Indonesia untuk Sekolah Lanjutan  Atas. Ende: Nusa Indah.

Komaidi, Didik. 2011. Menulis Kreatif. Yogyakarta: Sabda Media

Kosasih, Encang. 2003. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: Yrama Widya.

Kusumah, Encep, dkk. 2007. Menulis 2. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mulyasa, E. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda Karya.

Panitia Penyusun. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi. Matangglumpangdua: FKIP Universitas Almuslim.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Pusat Bahasa Depdiknas.
------------. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

39
 
Sumadiria, As Haris. 2008. Bahasa Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.










                                                                                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar