PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Bahasa adalah unsur pertama yang
tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan bahasa
merupakan media yang dijadikan sebagai alat untuk komunikasi antarmanusia.
Dengan demikian selayaknyalah setiap pengguna bahasa dapat memilih bahasa yang
baik dan sesuai dalam konteks komunikasinya. Selain itu, pengguna bahasa
haruslah memiliki keterampilan dalam berbahasa, sehingga terwujudnya komunikasi
dengan lancar.
Karangan merupakan salah satu
bagian dari bahasa. Hal ini dikarenakan karangan dapat dijadikan sebagai media
dalam berkomunikasi antarpengguna bahasa. Seorang penulis menuangkan gagasan
atau ide yang dimilikinya dengan menggunakan media bahasa tulis sehingga
mengahasilkan karangan yang dapat dijadikan oleh pembaca sebagai bahan bacaan
yang dapat menambah ilmu atau wawasan tersendiri mengenai suatu hal kepada
pembaca. Karangan yang baik adalah karangan yang dapat mengubah sikap pembaca
setelah membaca karangan tersebut.
Dalam Bahasa Indonesia terdapat
beberapa jenis karangan, yang dibagi berdasarkan bobot isinya dan berdasarkan
cara penyajian serta tujuan penyampaiannya. Kedua jenis karangan ini dibuat oleh penulis dengan tujuan
agar pembaca dapat dengan mudah memahami karangan tersebut.
1
|
Salah satu
karangan yang dibuat berdasarkan cara penyajian serta tujuan penyampaiannya
adalah karangan deskripsi, yang merupakan suatu karangan yang
melukiskan atau menggambarkan tentang suatu hal atau peristiwa yang terjadi.
Sedangkan karangan eksposisi adalah sebuah karangan atau bacaan yang
memaparkan tentang suatu hal atau peristiwa. Dengan memiliki keterampilan yang
baik dalam membaca, maka pembaca yang membaca kedua tulisan yang tidak memiliki
perbedaan yang jauh tersebut, dapat memahami dan membedakan kedua karangan tersebut.
Membedakan karangan
deskripsi dengan karangan eksposisi juga merupakan salah satu materi yang
terdapat di kelas VII. Materi ini mengharuskan siswa untuk menggunakan
keterampilan membaca yang baik, sehingga ia dapat membedakan kedua bentuk
tulisan tersebut. Hal ini dikarenakan meteri ini, menghadapkan siswa kepada
suatu keterampilan berbahasa yaitu membaca. Ia dapat menciptakan pemahaman yang
baik terhadap karangan yang dibacanya, sehingga dengan begitu ia akan dapat
membedakan antara karangan deskripsi dengan karangan eksposisi, yang mana kedua
karangan tersebut tidaklah memiliki perbedaan yang berarti. Maka, dengan pemahaman
yang baik dalam membaca, siswa dapat membedakan mana yang dikatakan karangan
deskripsi dan mana yang termasuk karangan eksposisi.
Dari uraian
pada latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan di atas, maka penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian. Adapun judul penelitian ini adalah
”Kemampuan Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen Membedakan Karangan
Deskripsi dengan Karangan Eksposisi”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen membedakan karangan deskripsi dengan karangan
eksposisi?
1.3
Tujuan
Penelitian
Sehubungan dengan rumusan
masalah di atas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
mendeskripsikan data tentang kemampuan
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen membedakan karangan
deskripsi dengan karangan eksposisi.
1.4
Manfaat
Penelitian
Berdasarkan
uraian permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian
ini mempunyai dua manfaat yaitu secara teoretis dan praktis.
Secara
teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan
kajian dan informasi yang berarti tentang kemampuan siswa dalam membedakan karangan deskripsi
dengan karangan eksposisi.
Selanjutnya,
secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat bagi:
1)
Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang bagaimana cara membedakan karangan deskripsi
dengan karangan eksposisi dan untuk
lebih memotivasi potensi yang ada dalam diri peneliti.
2)
Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan kemampuan berbahasa mereka, khususnya
dalam aspek membaca.
3)
Bagi guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1
Peusangan, hasil penelitian ini
diharapkan dapat mengembangkan kemampuan guru dalam menghadapi permasalahan
ketika pembelajaran di kelas terutama permasalahan yang berkaitan dengan
kesulitan membedakan karangan
deskripsi dengan karangan eksposisi yang akan dihadapi oleh siswa.
4)
Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai pengembangan proses pengajaran Bahasa Indonesia dalam meningkatkan
keterampilan membaca bagi siswa SMP Negeri 1 Peusangan.
5)
Bagi mahasiswa lain, hasil penelitian ini dapat
memberikan informasi dan pendalaman ilmu serta pengetahuan mengenai bidang
kebahasaan, khususnya tentang membedakan
karangan deskripsi dengan karangan eksposisi.
1.5
Anggapan
Dasar dan Hipotesis Penelitian
1.5.1
Anggapan Dasar Penelitian
Anggapan
dasar dalam penelitian ini berfungsi untuk memperoleh gagasan tentang letak
persoalan atau masalahnya dalam hubungan yang lebih luas. Dalam hal ini
peneliti harus dapat memberikan sederetan asumsi yang kuat tentang kedudukan
permasalahannya, sehingga menjadi tumpuan peneliti dalam melaksanakan
penelitian.
Menurut
Arikunto (2006:65), menyatakan bahwa ”Anggapan dasar ini merupakan landasan teori yang akan dijadikan
pedoman dalam pelaporan hasil penelitian nanti”. Maka, yang menjadi anggapan
dasar dalam penelitian ini adalah:
1)
Membedakan
karangan deskripsi dengan karangan eksposisi merupakan salah satu materi yang terdapat dalam kurikulum pembelajaran
dan diajarkan kepada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten
Bireuen.
2)
Melalui materi membedakan karangan deskripsi dengan
karangan eksposisi, maka dapat menambah
kemampuan siswa dalam aspek kebahasaan, yaitu membaca.
3)
Membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi juga dapat dijadikan siswa untuk mengetahui
dan memahami berbagai bacaan, misalnya sebuah karangan yaitu pada bagian jenis
sebuah karangan yang dibaca oleh siswa.
1.5.2
Hipotesis Penelitian
Hipotesis
merupakan jawaban sementara yang masih perlu pembuktiannya. Hal ini sesuai
dengan yang dinyatakan oleh Arikunto (2006:71), bahwa ”Hipotesis adalah suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul”. Sejalan dengan pendapat Arikunto
tersebut, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa
kelas VII SMP
Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen
dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi masih kurang.
1.6
Definisi
Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka penulis menguraikan beberapa definisi
operasional sebagai berikut:
1)
Kemampuan
adalah kesanggupan siswa dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan
eksposisi.
2)
Membedakan
adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk
memberikan perbedaan atau menentukan ketidaksamaan antara karangan deskripsi dengan karangan
eksposisi.
3)
Karangan
deskripsi adalah sebuah wacana atau bacaan yang
melukiskan atau menggambarkan tentang suatu hal.
4)
Karangan
eksposisi adalah sebuah wacana atau bacaan yang memaparkan tentang suatu hal
atau peristiwa.
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian
Karangan
Karangan
merupakan sebuah bacaan yang tersusun atas beberapa paragraf. Gabungan dari
paragraf-paragraf tersebut membentuk suatu kesatuan ide yang memiliki arti dan
makna secara utuh.
Menurut Chaer (2003:267), menyatakan
bahwa ”Karangan adalah satuan bahasa yang lengkap, gagasan, pikiran, atau ide
yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar
(dalam wacana lisan), tanpa keraguan apapun”. Maksudnya, karangan merupakan suatu satuan
dari bahasa yang telah lengkap, yaitu memiliki sebuah gagasan pokok atau sebuah
inti permasalahan.
Menurut Finoza (2003:186),
mengungkapkan bahwa ”Karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara
resmi dan teratur, tentang suatu topik atau pokok bahasan”. Dapat dipahami
bahwa karangan merupakan hasil dari keseluruhan gagasan yang teratur dengan
baik yang memiliki suatu kesatuan idea tau satu inti permasalahan yang dibahas.
7
|
Berdasarkan beberapa penjelasan di
atas tentang pengertian dari karangan, maka dapat disimpulkan bahwa karangan merupakan
kumpulan dari beberapa kalimat dan paragraf yang saling berkaitan antara satu
dengan yang lainnya sehingga memiliki suatu kesatuan ide atau satu gagasan
utama yang utuh.
2.2 Jenis Karangan Berdasarkan Bobot Isinya
Karangan
juga memiliki beberapa pembagian tersendiri. Melalui jenis-jenis tersebutlah
dapat dibedakannya antara karangan yang satu dengan karangan yang lain.
Menurut Finoza (2003:186), menyatakan
bahwa ”Karangan dikatagorikan ke dalam 2 aspek, yaitu berdasarkan bobot isinya
dan berdasarkan cara penyajian dan tujuan penyampaiannya”. Maksudnya jelas
bahwa karangan terbagi berdasarkan dua aspek, yaitu berdasarkan bobot isi dari
tulisan tersebut dan cara penyajian serta tujuan penyampaian dari karangan
tersebut.
Berdasarkan bobot isinya, karangan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
2.2.1 Karangan Ilmiah
Menurut Finoza (2003:186), menyatakan bahwa ”Karangan Ilmiah adalah
karangan yang berisi tulisan dari hasil penelitian dan telah diperoleh beberapa
bukti kongkrit serta dapat digunakan sebagai sebuah pedoman untuk penelitian
selanjutnya, misalnya laporan, makalah, skripsi, tesis, dan disertasi”. Dapat
dipahami bahwa karangan ilmiah merupakan jenis karangan yang dihasilkan dari hasil
observasi atau penelitian dan berisi tentang suatu objek atau kasus yang telah
dibuktikan kebenaran atau keberadaannya.
2.2.2 Karangan Semiilmiah
Menurut Finoza (2003:186), menyatakan bahwa ”Karangan semiilmiah adalah
karangan yang berisi pendapat seseorang atau suatu saran yang ingin disampaikan
kepada pembaca, misalnya artikel, editorial, opini, feature, dan tips”. Dapat
dipahami bahwa karangan semiilmiah merupakan jenis karangan yang berisi tentang
opini atau masukan dari seseorang tentang suatu objek atau suatu peristiwa.
2.2.3 Karangan Nonilmiah
Menurut Finoza (2003:187), menyatakan bahwa ”Karangan nonilmiah adalah
karangan yang berisi tentang cerita yang dapat menghibur pembaca atau
memberikan suatu pengalaman baru kepada para pembaca, misalnya anekdot,
dongeng, hikayat, cerpen, novel, puisi dan naskah drama”. Dapat dipahami bahwa
karangan nonilmiah merupakan jenis karangan yang berisi tentang suatu cerita
yang dapat menghibur atau memberi nilai humor kepada pembaca.
2.3
Jenis Karangan Berdasarkan Cara
Penyajian/Tujuan Penyampaiannya
Berdasarkan
cara penyajian dan tujuan penyampaiannya, karangan terbagi menjadi lima jenis,
yaitu:
2.3.1 Karangan Deskripsi
(Pelukisan)
1)
Pengertian Karangan Deskripsi
Menurut Finoza (2003:191), menyatakan bahwa ”Karangan deskripsi adalah karangan
yang lebih menonjolkan aspek pelukisan sebuah benda sebagaimana adanya”. Dapat
dipahami bahwa karangan deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan
memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat
objek yang sebenarnya.
Menurut Djuharie (2005:53), menjelaskan bahwa ”Karangan deskripsi adalah
karangan yang melukiskan, menggambarkan, menyatakan suatu peristiwa atau objek
hasil pengindraan dengan menyertakan bukti-bukti yang kuat sehingga pembaca
seolah-olah terlihat di dalamnya secara langsung”. Maksudnya, karangan
deskripsi merupakan karangan yang memberikan gambaran tentang suatu peristiwa
atau objek dari hasil pengelihatan dengan adanya bukti-bukti pendukung.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
karangan deskripsi adalah karangan yang berisi tentang penjelasan mengenai
suatu hal, peristiwa, atau objek tertentu yang dilukiskan oleh penulis melalui
media bahasa tulis atau tulisan dan dapat dirasakan oleh indra penglihatan
manusia.
2)
Tujuan Karangan Deskripsi
Menurut Djuharie (2005:53), menyatakan bahwa ”Karangan deskripsi yang
ditulis oleh penulis memiliki tujuan tersendiri, yaitu untuk menggambarkan
suatu objek sehingga pembaca bisa seolah-olah melihat, mendengar, merasakan,
dan mengalami objek/peristiwa yang dideskripsikan penulis”. Dapat dipahami
bahwa karangan deskripsi adalah karangan yang ditulis untuk dapat menggambarkan
suatu objek kepada pembaca.
3)
Ciri-ciri Karangan Deskripsi
Menurut Djuharie (2005:53), menjelaskan bahwa karangan deskripsi memiliki
ciri-ciri, yaitu:
(1) Menggambarkan
atau melukiskan sesuatu.
(2) Penggambaran
tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indra.
(3) Membuat
pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri apa yang
dituliskan oleh penulis.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa ciri-ciri dari karangan deskripsi adalah karangan yang
menggambarkan tentang sesuatu benda atau objek, dan gambaran tersebut dapat
terlihat oleh indra penglihatan serta membuat pembaca dapat merasakan sendiri
apa yang dituangkan oleh penulis melalui media tulisan.
4)
Jenis-jenis Karangan Deskripsi
Menurut Chaer (2003:269), menjelaskan bahwa ada beberapa macam karangan
deskripsi, yaitu:
(1) Deskripsi
spasial, yaitu karangan deskripsi yang melukiskan ruang atau tempat berlangsungnya
suatu peristiwa. Dapat dipahami bahwa karangan deskripsi spasial adalah
karangan yang melukiskan tentang tempat suatu peristiwa berlangsung.
(2) Deskripsi
objektif, yaitu karangan deskripsi yang menggambarkan suatu hal atau orang
dengan mengungkapkan identitasnya secara apa adanya sehingga pembaca dapat
membayangkan keadaannya. Dapat dipahami bahwa karangan deskripsi objektif
adalah karangan yang melukiskan sesuatu hal dari segi keterangan objek
tersebut.
(3) Deskripsi
subjektif, yaitu karangan deskripsi yang menggambarkan objek seperti tafsiran
atau kesan perasaan penulis. Dapat dipahami bahwa karangan deskripsi subjektif
adalah karangan yang melukiskan sesuatu hal berdasarkan perasaan penulis.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa karangan deskripsi terbagi menjadi tiga macam, yaitu karangan
deskripsi spasial, deskripsi objektif dan deskripsi subjektif.
5)
Contoh Karangan Deskripsi
Berikut adalah contoh karangan
deskripsi, yaitu:
Kilometer
Nol, Sebuah Lambang
Sebuah
tugu di ujung utara pulau Weah Aceh, berdiri tegak setinggi delapan meter.
Landasannya, beton berteratak mirip tangga
bersusun lima, dengan panjang dan lebar sekitar enam meter. Tentu itu terletak
di sebuah semak belukar di bilangan Jaboi, kotamadya Sabang. Itulah kilometer
nol Indonesia. Berada di tugu itu, terasa
sesuatu merayap di kalbu, perasaan keindonesiaan. Lagu patriotik dari Sabang
sampai Marauke seakan-akan tergiang-ngiang di telinga. Kita sedang menginjak
setapak tanah di ujung paling barat Nusantara.
Lambang
Garuda begitu megah bertengger di puncak tugu,
di bawah kaki Sang Garuda, ada relief yang
melukiskan untaian zamrud kepulauan di Indonesia. Memang, sempat timbul tanda tanya, apakah kilometer nol ini benar menjadi
ukuran pasti dimulainya bentangan jalan raya dari ujung barat Indonesia ke
timur. Akan tetapi, berada dititik itu, slogan Sabang sampai Marauke tiba-tiba
menjadi sangat bermakna.
Dari
titik nol kilometer ini, jalan hanya selebar 3 meter. Itupun hanya permukaan
sekitar 2 meter yang kelihatan, selebihnya tertutup semak belukar. Sulit
dibayangkan, jika ada kendaraan 2 arah berada di jalur itu. Jarak kilometer nol
ke kota Sabang 22,5 km. Lalu, dari Sabang terbentang lagi jarak 28 mil laut
atau hampir 52 km dan tiga jam perjalanan feri ke ujung utara Sumatra.
Jalan
menuju kilometer nol hampir tak berbicara sebagai sebuah jalan raya. Kilometer nol pun seakan-akan tak berbicara
sebagai tanda kilometer di tempat lain. Bahkan pualam bertuliskan ”KM0” telah
dicopot tangan-tangan jahil. Sedangkan tugu-tugu yang kesepian itu tak pernah
dihiraukan sebagai tanda kilometer jalan raya. Akan tetapi, dalam keheningan
belukar di Jaboi, di bawah bola-bola awan yang keperakan, di sela-sela deburan
ombak, tugu itu tetap tegar sebagai sebuah lambang yang berbicara tentang
kesatuan Indonesia.
(dikutip
dalam buku Cerdas Berbahasa Indonesia SMP kelas VII)
Dalam karangan deskripsi di atas, jelas mendeskripsikan atau
menggambarkan tentang sebuah objek berupa lambang dari kilo meter nol yang
terletak di ujung utara pulau Weah, Aceh. Penulis menggambarkan tentang bagaimana keadaan dan situasi di lokasi
tersebut dengan menggunakan kata-kata yang membuat pembaca seolah-olah dapat
merasakan sendiri keadaan di tempat tersebut, dan indera penglihatan pembaca
dibuat seakan sedang berada di tempat tersebut dan menyaksikannya langsung.
Contoh karangan di atas, merupakan salah satu contoh karangan deskripsi
parsial.
2.3.2
Karangan
Narasi (Pengisahan)
1)
Pengertian Karangan Narasi
Menurut Finoza (2003:195), menyatakan bahwa ”Karangan narasi adalah suatu
bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan
tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau
yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu”. Dapat dipahami bahwa karangan
narasi adalah jenis karangan yang disajikan berdasarkan urutan kejadian suatu
peristiwa.
Menurut Djuharie (2005:58), menjelaskan bahwa ”Karangan narasi
adalah karangan yang berisi rangkaian peristiwa yang susul-menyusul, sehingga
membentuk alur cerita dan ditulis berdasarkan imajinasi”. Dapat dipahami bahwa
karangan narasi karangan yang berisi rangkaian peristiwa yang terjadi secara
runtut.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, karangan
narasi adalah karangan yang ditulis secara runtut yang berisi kejadian atau
suatu peristiwa pada waktu tertentu.
2)
Tujuan Karangan Narasi
Menurut Finoza (2003:195), menyatakan bahwa ”Karangan narasi merupakan karangan
yang ditulis dengan tujuan untuk mengisahkan tindak-tanduk perbuatan
manusia dalam sebuah peristiwa secara runtut”. Dapat dipahami bahwa karangan narasi
adalah karangan yang ditulis untuk dapat mengisahkan perilaku manusia dalam
suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu.
3)
Ciri-ciri Karangan Narasi
Menurut Finoza (2003:196), menjelaskan bahwa karangan narasi memiliki
ciri-ciri, yaitu:
(1) Menyajikan
serangkaian berita atau peristiwa.
(2) Disajikan
dalam urutan waktu serta kejadian yang menunjukkan peristiwa awal sampai akhir.
(3) Menampilkan
pelaku peristiwa atau kejadian.
(4) Latar
(setting) digambarkan secara hidup dan terperinci.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
karangan narasi adalah karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa, yang
disajikan secara runtut, menampilkan pelaku dalam peristiwa tersebut dalam
latar/tempat yang nyata.
4)
Jenis-jenis Karangan Narasi
Menurut Semi
(2003:31), menjelaskan bahwa karangan narasi terbagi menjadi
dua bentuk, yaitu:
(1)
Narasi Ekspositoris
Narasi ekspositoris adalah
karangan narasi yang berisi rangkaian perbuatan yang disampaikan secara
informatif sehingga pembaca mengetahui peristiwa tersebut secara tepat,
misalnya kisah tentang berlangsungnya suatu pemogokan buruh di suatu perusahaan
yang menuntut untuk menaikkan gaji. Dapat dipahami bahwa karangan narasi
ekspositoris merupakan jenis karangan narasi yang isinya mengenai suatu
informasi tentang runtutan dari suatu peristiwa.
(2)
Narasi Sugestif
Narasi sugestif adalah
karangan narasi yang bertujuan untuk memberi makna atas peristiwa atau kejadian
sebagai bentuk suatu pengalaman. Sasaran utamanya adalah makna peristiwa atau
kejadian, maka narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal (imajinasi),
misalnya roman, novel, cerpen, dan dongeng. Dapat dipahami bahwa karangan
narasi sugestif merupakan jenis karangan narasi yang ditulis dengan menggunakan
imajinasi seseorang tentang makna dari suatu peristiwa.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa karangan narasi terbagi menjadi dua bentuk, yaitu karangan narasi
ekspositoris, dan narasi sugestif.
5)
Contoh Karangan Narasi
Berikut adalah contoh karangan narasi,
yaitu:
Kesialanku
Tepat pukul 11.00 WIB pekan lalu, aku
baru pulang dari kuliah. Seperti biasanya aku pulang ke rumah naik ojek yang
berada di depan kampusku. Kebetulan saat itu matahari sangat terik-teriknya
sehingga hawa panas menyelimuti tubuhku dan lagi ditambah rasa lapar yang sejak
tadi menghantuiku, membuat suasana saat itu tak mengenakkan untukku.
Diperjalanan menuju ke rumah terselip
kejadian lucu, ternyata ojek yang aku naiki salah jalan. Tadinya aku sempat
kesal namun setelah ia berbicara untuk menanyakan jalan yang benar, ia
menggunakan logat bahasa jawa yang tak ku mengerti. Tanpa sengaja aku tertawa
kecil. Namun aku nalar saja maksudnya adalah menanyakan jalan yang benar.
Kejadian tersebut cukup membuat ku geli disaat terik matahari yang kian menusuk
tubuhku.
Sesampainya di rumah kesialan kembali
menerpaku. Ternyata rumahku masih terkunci, tak seorangpun yang berada di dalam
rumah dan kebetulan saat itu aku tidak membawa kunci cadangan. Kembali aku
merasa sangat kesal saat itu. Akhirnya aku menunggu untuk beberapa menit sampai
orang tua ku kembali. 10 menit pertama telah berlalu, aku masih duduk di kursi
teras depan rumahku. 10 menit berikutnya pun telah berjalan tanpa kusadari, lagi-lagi
tak kujumpai orang tuaku kembali.
Setelah hampir
40 menit aku menunggu dengan rasa bosan. Terbesit sekilas dalam pikiranku untuk
menghubungi orang tuaku. Akhirnya aku menghubungi orang tuaku. Aku heran
mengapa hal ini tak terpikirkan olehku sejak tadi, mungkin karena terlalu emosi
sehingga hal sekecil itu tak lagi terpikirkan oleh ku.
(dikutip
dalam buku Cerdas Berbahasa Indonesia SMP kelas VII)
Dalam karangan narasi di atas, jelas menceritakan suatu peristiwa yang
dialami seseorang secara runtut. Penulis mengimajinasikan peristiwa yang dialami seseorang atau bahkan
peristiwa yang dialaminya sendiri sesuai dengan urutan waktu peristiwa itu
dialaminya. Contoh karangan di atas, merupakan salah satu contoh karangan narasi
sugestif, dikarenakan penulis menceritakan kembali pengalaman atau peristiwa
yang dialami seseorang atau yang dialaminya sendiri berdasarkan urutan kejadian
tersebut.
2.3.3
Karangan
Eksposisi (Pemaparan)
1)
Pengertian Karangan Eksposisi
Menurut Finoza (2003:197), menyatakan bahwa ”Karangan eksposisi adalah
karangan yang bersifat memaparkan tentang sesuatu. Namun, pembaca tidak dipaksa
untuk menerima pendapat penulis, tetapi setiap pembaca hanya sekedar
diberitahukan bahwa ada orang yang berpendapat demikian”. Dapat dipahami bahwa
karangan eksposisi adalah suatu karangan yang berisi informasi tentang suatu
hal, peristiwa atau kejadian, yang dipaparkan secara gamblang oleh penulis
melalui tulisannya.
Menurut Djuharie (2005:49), menjelaskan bahwa ”Karangan eksposisi adalah
karangan yang menjelaskan, menerangkan, memberitahukan suatu peristiwa atau
objek dengan tujuan agar orang lain mengetahuinya”. Maksudnya jelas bahwa
karangan eksposisi merupakan karangan yang menjelaskan tentang suatu peristiwa atau objek tertentu dengan
tujuan agar orang lain mengetahui tentang suatu hal yang dijelaskan tersebut.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karangan
eksposisi adalah karangan yang berisi pemaparan tentang berbagai informasi
tentang suatu hal dan pengetahuan yang dapat diambil oleh pembaca melalui
karangan tersebut.
2)
Tujuan Karangan Eksposisi
Menurut Djuharie (2005:60), menyatakan bahwa ”Tujuan penulis membuat
karangan eksposisi adalah untuk memaparkan, menjelaskan, menyampaikan
informasi, mengantarkan dan menerangkan suatu topik kepada pembaca dengan
tujuan untuk memberikan informasi sehingga memperluas pengetahuan pembaca”. Dapat
dipahami bahwa karangan eksposisi adalah karangan yang ditulis dengan tujuan
untuk memaparkan suatu permasalahan kepada pembaca.
3)
Ciri-ciri Karangan Eksposisi
Menurut Djuharie (2005:60), menjelaskan bahwa karangan eksposisi memiliki
ciri-ciri, yaitu:
(1) Berupa
tulisan yang memberikan pengertian dan pengetahuan.
(2) Menjawab
pertanyaan tentang apa, mengapa, kapan dan bagaimana.
(3) Disampaikan
secara lugas dengan menggunakan bahasa baku.
(4) Bersifat
netral, dalam artian tidak memihak dan memaksa sikap penulis terhadap pembaca.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa bahwa ciri-ciri dari karangan eksposisi adalah karangan
eksposisi merupakan karangan yang dapat memberikan penjelasan dan pengetahuan
tentang sesuatu, dan dapat menjawab pertanyaan tentang apa, mengapa, kapan dan
bagaimana sesuatu hal terjadi.
4)
Jenis-jenis Karangan Eksposisi
Menurut
Chaer (2003:272), menjelaskan bahwa ada beberapa pembagian dari
karangan eksposisi, yaitu:
(1)
Eksposisi definisi, yaitu karangan eksposisi
yang fokus pada suatu penjelasan mengenai sesuatu. Dapat dipahami bahwa
karangan ekposisi definisi merupakan karangan yang memaparkan tentang suatu
pengertian dari suatu benda atau objek.
(2)
Eksposisi proses, yaitu karangan eksposisi yang
sering ditemukan dalam buku-buku petunjuk pembuatan, penggunaan, dan cara-cara
tertentu. Dapat dipahami bahwa karangan eksposisi proses merupakan karangan
yang memaparkan tentang suatu proses atau petunjuk penggunaan suatu barang.
(3)
Eksposisi klasifikasi, yaitu karangan ekposisi
yang membagi sesuatu dan mengelompokkan ke dalam kategori-kategori tertentu.
Dapat dipahami bahwa karangan eksposisi klasifikasi merupakan karangan yang
memaparkan tentang pengelompokkan sesuatu benda.
(4)
Eksposisi ilustrasi, yaitu karangan eksposisi
yang pengembangannya menggunakan gambaran sederhana/bentuk konkret dari suatu
ide. Dapat dipahami bahwa karangan eksposisi ilustrasi merupakan karangan yang
memaparkan tentang gambaran tentang suatu benda berdasarkan ide penulis.
(5)
Eksposisi perbandingan, yaitu karangan eksposisi
yang menerangkan ide dalam kalimat utama dengan cara membandingkan dengan hal
lain. Dapat dipahami bahwa karangan eksposisi perbandingan merupakan karangan
yang memaparkan tentang perbandingan antara suatu benda dengan yang lain
berdasarkan ide penulis.
(6)
Eksposisi pertentangan, yaitu karangan eksposisi
yang berisi pertentangan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain, biasanya
menggunakan frase penghubung akan tetapi.
Dapat dipahami bahwa karangan eksposisi pertentangan merupakan karangan yang
memaparkan tentang suatu pertentangan yang terjadi antara sesuatu dengan sesuatu yang lainnya.
(7)
Eksposisi laporan, yaitu karangan eksposisi
berbentuk cerita yang menggambarkan kondisi yang ada di wilayah itu, hasilnya
dilaporkan seperti layaknya dalam berita dan karangan media massa. Dapat
dipahami bahwa karangan eksposisi laporan merupakan karangan yang memaparkan
tentang laporan tentang tentang kondisi suatu wilayah atau tempat tertentu.
(8)
Eksposisi berita, yaitu karangan ekposisi yang
berisi pemberitahuan mengenai suatu kejadian. Dapat dipahami bahwa karangan
eksposisi berita merupakan karangan yang memaparkan tentang suatu berita yang
berisi suatu kejadian.
(9)
Eksposisi analisis, yaitu karangan eksposisi
yang berisi proses memisah-misahkan suatu masalah dari suatu gagasan utama
menjadi beberapa subbagian lalu masing-masing dikembangkan secara berurutan.
Dapat dipahami bahwa karangan eksposisi analisis merupakan karangan yang
memaparkan tentang berbagai proses yang menentukan berangsungnya suatu hal.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa karangan eksposisi terbagi menjadi sembilan macam, yaitu
karangan eksposisi definisi, eksposisi proses, eksposisi klasifikasi, eksposisi
ilustrasi, eksposisi perbandingan, eksposisi pertentangan, eksposisi laporan,
eksposisi berita, dan karangan eksposisi analisis.
5)
Contoh Karangan Eksposisi
Berikut adalah contoh karangan eksposisi,
yaitu:
Memelihara
Ikan
Ikan
merupakan salah satu binatang yang biasa dipelihara oleh manusia. Ikan sangat
beragam mulai dari warna, jenis juga harganya. Dengan memelihara ikan, akan
memberikan ketenangan, kesegaran bagi pemiliknya begitu juga orang melihatnya.
Dalam memelihara ikan kita harus berhati-hati, karena jika perawatannya tidak
sesuai maka ikan air tawar akan tidak berkembang biak.
Untuk
memelihara ikan, hal pertama yang harus disiapkan yaitu akuarium. Akuarium
harus ditata seindah mungkin dan sesuai dengan keadaan sebenarnya, dengan
begitu ikan-ikan akan merasa betah. Setelah akuarium diisi dengan air,
selanjutnya ikan dimasukan ke akuarium tersebut. Dalam memilih ikan sebaiknya
yang masih segar, dan kondisinya baik tanpa ada cacat ataupun goresan.
Dalam
memberi makan ikan harus teratur,jangan terlalu banyak karena akan membuat air
keruh, oleh dan ikan akan mati. Memberi makanikan sebaiknya dilakukan tiga atau
sampai empat kali sehari, pilihlah makanan ikan yang sesuai dan bergizi. Air
untuk ikan air tawar makin lama makin keruh, oleh karena itu harus diganti
minimal sekali dalam seminggu. Ketika mengganti air akuarium, ikan-ikan harus dipindahkan
dahulu ke dalam ember yang berisi air bersih.
Hati-hati
dalam memilih jenis ikan, jangan sampai ikan yang besar disatukan dengan ikan
kecil, bisa-bisa ikan besar tersebut memangsa ikan kecil. Akuarium juga dapat
diletakan diruang tamu, hal ini dapat memberikan nilai tambahyaitu membuat asri
suasana dan juga memberikan kesegaran bagi orang yang melihatnya. Kesegaran
yang diberikan oleh pemandangan di akuarium dapat membuat orang yang stress
menjadibugar,dan bersemangat kembali.tak
heranlah banyak orang yang mempunyai hobi memelihara ikan, baik ikan air tawar
maupun ikan air laut.
(dikutip
dalam buku Cerdas Berbahasa Indonesia SMP kelas VII)
Dalam karangan eksposisi di atas, jelas memaparkan
tentang bagaimana cara yang harus dilakukan dalam memelihara ikan. Penulis memaparkan atau menjelaskan
tentang bagaimana memelihara ikan yang baik dengan menggunakan kata-kata yang
membuat pembaca seakan mendapat pengetahuan baru tentang kiat-kiat yang baik
dalam memelihara ikan agar ikan terus berkembang biak dan tetap lestari. Contoh
karangan di atas, merupakan salah satu contoh karangan eksposisi proses.
2.3.4
Karangan
Argumentasi (Pembahasan)
1)
Pengertian Karangan Argumentasi
Menurut Semi
(2003:48), menjelaskan bahwa ”Karangan argumentasi adalah karangan yang berusaha untuk
meyakinkan, membuktikan kebenaran suatu pernyataan, pendapat, sikap, atau
keyakinan dari seseorang”. Maksudnya, karangan argumentasi merupakan
karangan yang berisi gagasan dari seseorang tentang suatu hal dan berusaha
meyakinkan pembaca terhadap gagasan tersebut.
Menurut Djuharie (2005:51), menjelaskan bahwa ”Karangan argumentasi adalah
karangan yang mengutarakan gagasan, pendapat dan ide dengan menyertakan
alasan-alasan untuk meyakinkan orang lain terhadap gagasan, pendapat dan ide
yang diungkapkan tersebut”. Dapat dipahami bahwa karangan argumentasi merupakan
karangan yang berisi pendapat seseorang tentang suatu hal yang disertai dengan
berbagai alasan sehingga orang lain dapat meyakini pendapat tersebut.
Berdasarkan kedua pendapat di atas tentang karangan argumentasi, maka
dapat disimpulkan bahwa karangan argumentasi adalah karangan yang berisi
gagasan seseorang tentang suatu hal yang didukung oleh alasan-alasan yang
logis, sehingga orang lain meyakini akan gagasan yang disampaikan tersebut.
2)
Tujuan Karangan Argumentasi
Menurut Finoza (2003:201), menyatakan bahwa ”Tujuan utama karangan argumentasi
adalah untuk meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu
dokrin, sikap dan tingkah laku tertentu”. Dapat dipahami bahwa karangan
argumentasi adalah karangan yang ditulis dengan tujuan untuk meyakinkan pembaca
terhadap gagasan yang disampaikan tersebut.
3)
Ciri-ciri Karangan Argumentasi
Menurut Finoza (2005:201), menjelaskan bahwa karangan argumentasi memiliki
ciri-ciri, yaitu:
(1) Mengemukakan
alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan mempengaruhi keyakinan
pembaca agar menyetujuinya.
(2) Mengusahakan
pemecahan suatu masalah.
(3) Mendiskusikan
suatu persoalan tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
dari karangan argumentasi adalah karangan yang berisi gagasan seseorang yang
disertakan dengan berbagai alasan untuk dapat meyakinkan pembaca, dan berusaha
memberikan solusi dari suatu masalah.
4)
Contoh Karangan Argumentasi
Berikut adalah contoh karangan argumentasi,
yaitu:
Kesuburan Tanah
Mempertahankan kesuburan tanah merupakan syarat mutlak bagi
tiap-tiap usaha pertanian. Selama tanaman dalam proses menghasilkan, kesuburan
tanah ini akan berkurang. Padahal kesuburan tanah wajib diperbaiki kembali
dengan pemupukan dan penggunaan tanah itu sebaik-baiknya. Teladan terbaik
tentang cara menggunakan tanah dan menjaga kesuburannya dapat kita peroleh pada
hutan yang belum digarap petani.
Kesuburan tanah sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanaman bagi
para petani. Tidak hanya baik bagi kesuburan tanah tapi juga akan memperbaiki
kualitas dari tanaman sehingga akan mampu menghasilkan nilai rupiah yang baik
bagi petani.
(dikutip
dalam buku Cerdas Berbahasa Indonesia SMP kelas VII)
Dalam karangan argumentasi di atas, jelas memaparkan
tentang gagasan seseorang mengenai bagaimana caranya menjaga kesuburan tanah
yang akan mempengaruhi kesuburan tanaman petani.
2.3.5 Karangan Persuasi (Pengajakan)
1) Pengertian Karangan
Persuasi
Menurut Djuharie (2005:51), menyatakan bahwa ”Karangan persuasi adalah
karangan yang mempengaruhi, mengajak, menganjurkan sesuatu pada orang lain
untuk berbuat atau bertindak sesuai dengan yang diharapkan”. Maksudnya, karangan
persuasi merupakan karangan yang berisi ajakan dan anjuran atau bahkan larangan
terhadap sesuatu kepada pembaca sehingga pembaca dapat bertindak seperti yang
diharapkan tersebut.
Menurut Finoza (2005:203), menyatakan bahwa ”Karangan persuasi adalah karangan
yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang
dikomunikasikan, yang berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu
pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang”. Dapat dipahami bahwa, karangan
persuasi merupakan karangan yang berisi tentang suatu hal yang dapat membuat
pembaca percaya dan terbujuk untuk melakukan suatu hal yang dipaparkan oleh
seseorang.
Berdasarkan kedua pendapat di atas tentang karangan persuasi, maka dapat
disimpulkan bahwa karangan persuasi merupakan karangan yang berisi ajakan,
anjuran atau bahkan berisi larangan tentang suatu hal untuk dapat dipahami dan
dilaksanakan oleh pembaca.
2) Tujuan Karangan
Persuasi
Menurut Semi (2003:49), menyatakan
bahwa ”Tujuan utama karangan persuasi adalah untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang
dikehendaki pembicara/penulis”. Dapat dipahami bahwa tujuan dari karangan persuasi
adalah untuk membujuk pembaca agar mau mengikuti kemauan atau ide
penulis disertai dengan berbagai alasan dan bukti serta contoh konkrit dari apa
yang dikemukakan oleh penulis.
3) Ciri-ciri Karangan
Persuasi
Menurut Semi (2003:49), menjelaskan bahwa karangan persuasi memiliki
ciri-ciri, yaitu:
(1)
Terdapat
himbauan atau ajakan.
(2)
Berusaha
mempengaruhi dan menimbulkan kepercayaan pembaca.
(3)
Harus memerlukan fakta.
Berdasarkan penjelasan di atas tentang ciri-ciri karangan persuasi, maka
dapat disimpulkan bahwa ciri utama dari karangan persuasi yaitu karangan yang
mampu mempengaruhi pembaca baik itu berupa ajakan maupun larangan yang
disertakan dengan bukti nyata.
4) Jenis-jenis Karangan
Persuasi
Menurut Finoza
(2005:203), menjelaskan bahwa berdasarkan segi
pemakaiannya, karangan persuasi dibagi menjadi empat macam, yaitu :
(1) Persuasi
Politik, yaitu karangan persuasi yang dipakai dalam bidang politik oleh
orang-orang yang ada dalam bidang politik/kenegaraan.
(2) Persuasi
Pendidikan, yaitu karangan persuasi yang dipakai oleh orang-orang yang
berkecimpung dalam bidang pendidikan dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan.
(3) Persuasi
Advertensi/iklan, yaitu karangan persuasi yang dipakai dalam dunia usaha untuk
memperkenalkan suatu barang atau bentuk jasa tertentu.
(4) Persuasi
Propaganda, yaitu karangan persuasi yang berisi informasi yang mengharapkan
pembaca untuk atau pendengar mau dan sadar untuk berbuat sesuatu.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karangan
persuasi terbagi menjadi empat macam, yaitu persuasi politik, persuasi
pendidikan, persuasi iklan, dan persuasi propaganda.
5) Contoh Karangan
Persuasi
Berikut adalah contoh karangan
argumentasi, yaitu:
Sistem
Pendidikan Indonesia
Sistem pendidikan di
Indonesia yang dikembangkan sekarang ini masih belum memenuhi harapan. Hal ini
dapat terlihat dari keterampilan membaca siswa kelas VII SMP di Indonesia yang
berada pada peringkat terendah di Asia Timur setelah Philipina, Thailand,
Singapura, dan Hongkong.
Selain itu, berdasarkan
penelitian, rata-rata nilai tes siswa SMP kelas VII untuk mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Matematika, dan IPA dari tahun ke tahun semakin menurun. Anak-anak
di Indonesia hanya dapat menguasai 30% materi bacaan. Kenyataan ini disajikan
bukan untuk mencari kesalahan penentu kebijakan, pelaksana pendidikan, dan
keadaan yang sedang melanda bangsa, tapi semata-mata agar kita menyadari sistem
pendidikan kita mengalami krisis.
Oleh karena itu, semua
pihak perlu menyelamatkan generasi mendatang. Tidak hanya dari pemerintah
sebagai penyedia sumber pendidikan, namun yang lebih penting adalah kesadaran
dari berbagai pihak. Termasuk anak itu sendiri. Hal tersebut dapat memperbaiki
sistem pendidikan nasional.
(dikutip
dalam buku Cerdas Berbahasa Indonesia SMP kelas VII)
Dalam karangan persuasi di atas, jelas memaparkan tentang keadaan
pendidikan di negara kita yang jauh tertinggal dengan negara lain. Penulis mengajak kita semua sebagai
bagian dari bangsa Indonesia untuk telibat dalam pemulihan tingkat pendidikan
di negara kita. Contoh karangan di atas, merupakan salah satu contoh karangan persuasi
pendidikan.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karangan
dikategorikan berdasarkan dua aspek, yaitu 1) berdasarkan bobot isinya, karangan
terbagi menjadi tiga yaitu karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah.
Sedangkan 2) berdasarkan cara penyajian dan tujuan penyampaiannya, karangan
terbagi menjadi lima yaitu karangan deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan
persuasi.
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan
dan Jenis Penelitian
Sesuai dengan masalah dan tujuan
penelitian di atas, maka pendekatan yang tepat digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kuantitatif. Penggunaan pendekatan ini didasarkan pada
kenyataan bahwa data yang dikumpulkan berupa nilai atau angka-angka, adanya
rumusan hipotesis yang jelas, analisis data dilakukan setelah semua data
terkumpul dan analisis data ini dilakukan dengan menggunakan rumus statistik
(Arikunto, 2002:11). Maka data-data dalam penelitian ini berbentuk statistik dari
kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen dalam
membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi, lalu diolah dengan
menggunakan rumus statistik. Pendekatan kuantitatif tersebut digunakan mengingat tujuan penelitian ini
ingin membuktikan hipotesis bahwa masih kurangnya kemampuan siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen dalam membedakan karangan deskripsi dengan
karangan eksposisi.
28
|
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Peusangan yang terletak di Jalan
Medan Banda Aceh, Desa Meunasah Timu Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen.
Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Alasan
peneliti memilih SMP Negeri 1 Peusangan sebagai lokasi penelitian ini karena
peneliti ingin membuktikan kebenaran dari hipotesis yang telah peneliti ajukan
bahwa masih kurangnya kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan
Kabupaten Bireuen dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi.
Menurut peneliti, SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen merupakan salah satu
SMP yang terletak di Kabupaten Bireuen, yang telah memiliki tingkat
pembelajaran yang memadai, baik dari segi fasilitas pembelajarannya maupun dari
segi tenaga pengajarnya, oleh karena itu peneliti ingin membuktikan apakah
dengan berbagai fasilitas pembelajaran yang mendukung, masih kurangnya
kemampuan para siswa dalam pembelajaran.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek
dalam penelitian. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Arikunto
(2006:32), bahwa ”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek
atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari. Populasi berkenaan dengan data, bukan dengan
orang atau bendanya. Populasi merupakan kelompok subjek, baik manusia, kelas,
nilai, tes, benda-benda ataupun peristiwa yang akan diteliti”. Sehingga, dengan
berpegang pada pendapat di atas, maka adapun populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen, yaitu
kelas VII1 yang berjumlah 36 siswa, kelas VII2 yang berjumlah 36 siswa, kelas VII3 yang
berjumlah 36 siswa, kelas VII4
yang berjumlah 36
siswa, kelas VII5 yang berjumlah 36 siswa, kelas VII6 yang berjumlah 36 siswa, dan kelas VII7 yang berjumlah 36 siswa. Maka, jumlah populasinya adalah sebanyak 252 siswa.
3.3.2 Sampel
Penelitian
Penarikan sampel dipedomani pada
pendapat Arikunto (2006:134), ia menyatakan bahwa ”Apabila subjeknya (populasi)
kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya (populasi) besar atau lebih
besar dari 100, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”. Dengan
demikian, karena jumlah subjek lebih dari 100, maka penulis mengambil 25%
subjek yang dijadikan sebagai sampel yaitu 252 x 25% = 63
siswa. Maka jumlah sampel yang diambil dari tiap-tiap kelas, yaitu kelas VII1
yang dijadikan sampel sebanyak 9 siswa,
kelas VII2 yang dijadikan sampel sebanyak 9 siswa, kelas VII3
yang dijadikan sampel sebanyak 9
siswa, kelas VII4 yang dijadikan sampel sebanyak 9 siswa, kelas VII5 yang
dijadikan sampel sebanyak 9
siswa, kelas VII6 yang dijadikan sampel sebanyak 9 siswa, dan kelas VII7 yang dijadikan sampel sebanyak 9 siswa. Dengan demikian, jumlah
sampel sebanyak 63 siswa.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini
akan dilakukan dengan menggunakan instrumen atau alat tes. Tes yang digunakan
adalah tes essai, dengan menugaskan responden untuk membaca dua buah karangan
yang berbeda, lalu meminta mereka membedakan antara karangan deskripsi dengan karangan
eksposisi.
Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
1)
Peneliti meminta responden membedakan antara
karangan deskripsi dengan karangan eksposisi yang dibaca.
2)
Responden
melakukan tugas yang diberikan peneliti.
3)
Peneliti
mengumpulkan hasil kerja responden.
4)
Peneliti menilai hasil kerja responden.
5)
Peneliti
mengelompokkan data hasil kerja responden dan dianalisis.
3.5 Teknik
Analisis Data
Adapun analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Mentabulasi nilai hasil tes secara acak.
2)
Mengurutkan nilai tertinggi ke nilai terendah.
3)
Menentukan range (Rg) dengan rumus Rg = H-L+1
4)
Menentukan jumlah kelas interval (K) dengan
rumus:
K + 1+3.3 log n
5)
Menentukan jumlah interval kelas (I) dengan
rumus:
I =
6)
Membuat tabel distribusi frekuensi.
7)
Mencari nilai rata-rata (mean) dengan rumus:
M =
Keterangan rumus:
M =
Nilai kemampuan rata-rata
fx = Nilai perkalian frekuensi
dan nilai tengah
f = Frekuensi tiap
kelompok nilai
X = Nilai tengah
N = Jumlah sampel
8)
Depdiknas
(2006:02), mengklasifikasi nilai sebagai berikut:
86-100 sangat
baik
76-85 baik
66-75 cukup
56-65 kurang
≤
55 jelek
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Penelitian
Setelah data hasil penelitian tentang
membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi diperoleh, data
tersebut selanjutnya diolah untuk dapat ditentukan nilai rata-rata kemampuan membedakan
karangan deskripsi dengan karangan eksposisi siswa secara total. Pengolahan
data dan analisis data dilakukan berdasarkan teknik pengolahan data secara kuntitatif.
Pengukuran data membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi ini
dilakukan dengan cara memberikan tes kepada siswa untuk membedakan karangan
deskripsi dengan karangan eksposisi yang dikerjakan oleh siswa secara tertulis.
Nilai dari membedakan
karangan deskripsi dengan karangan eksposisi diukur dengan menghitung data yang diperoleh dari kelas siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan
Kabupaten Bireuen.
1)
Mentabulasi nilai hasil tes secara acak
Nilai yang diperoleh oleh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan, yang diambil dari sampel
penelitian tiap kelas dalam membedakan karangan deskripsi dengan
karangan eksposisi adalah sebagai berikut:
80 100 80 60 100 80 80 60 80 100 40
100 80 80 60 80 100 80 80 60 80 100
80 80 80 60 100 100 80 80 60 80 80
100 40 80 100 80 60 80 100 80 60 80
80 40 100 80 60 80 100 80 80 60 80
33
|
2)
Mengurutkan nilai tertinggi ke nilai terendah
Urutan nilai tertinggi hingga nilai terendah dari nilai dalam membedakan
karangan deskripsi dengan karangan eksposisi yang diperoleh siswa adalah
sebagai berikut:
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100 100 80 80 80 80 80 80 80 80 80
80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
80 80 80 60 60 60 60 60 60 60 60
60 60 60 60 60 40 40 40
3)
Menentukan range (Rg) dengan rumus Rg = H-L+1
Setelah
data diperoleh, selanjutnya langkah yang ditempuh adalah range. Range adalah
selisih nilai tertinggi (H)
dengan nilai terendah (L), kemudian ditambah satu (1).
Berdasarkan
data yang diperoleh, nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 40.
Dengan
demikian, rangenya adalah:
Rg = H – L + 1
= 100 - 40 + 1
= 60 + 1
= 61
4)
Menentukan jumlah kelas interval (K) dengan
rumus K + 1+3.3 log n
Setelah range diketahui, langkah yang ditempuh
selanjutnya adalah menentukan lebar kelas, yaitu:
K = 1 + (3,3) log n
= 1 + (3,3) log 63
= 1 + (3,3) 1,799
= 1 + 5,93
= 6,93 dipakai 7
5)
Menentukan jumlah interval kelas (I) dengan
rumus I =
Setelah lebar kelas
diketahui, selanjutnya ditentukan nilai lebar kelas (I), yaitu:
Dengan demikian interval
penelitian adalah:
I =
=
=
8,7 dipakai 9
6)
Membuat tabel distribusi frekuensi.
Setelah menentukan range dan lebar kelas,
selanjutnya disusun tabel distribusi dan frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.1.1 Distribusi
dan frekuensi kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan
No
|
Interval Kelas
|
Frekuensi (f)
|
Nilai Tengah (x)
|
Perselisihan (fx)
|
1
|
94-100
|
13
|
97
|
1261
|
2
|
85-93
|
0
|
89
|
0
|
3
|
76-84
|
34
|
80
|
2720
|
4
|
67-75
|
0
|
71
|
0
|
5
|
58-66
|
13
|
62
|
806
|
6
|
49-57
|
0
|
53
|
0
|
7
|
40-48
|
3
|
44
|
132
|
∑
|
-
|
N=63
|
-
|
4919
|
7)
Mencari nilai rata-rata (mean) dengan rumus M =
Berdasarkan distribusi dan frekuensi di atas, maka yang harus
dilakukan selanjutnya adalah menentukan nilai rata-rata, yaitu:
M =
=
= 78,07 dibulatkan 78
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian
di atas, maka diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan dalam membedakan
karangan deskripsi dengan karangan eksposisi adalah 78.
Setelah nilai rata-rata
diperoleh, selanjutnya nilai tersebut dimasukkan ke dalam skala penelitian.
Dari keseluruhan jumlah siswa yang dijadikan sampel penelitian yaitu 63 siswa,
prestasi skor yang diperoleh sangat bervariasi, yaitu 13 orang memperoleh nilai
sangat baik, 34 orang memperoleh nilai baik, 13 orang memperoleh nilai cukup dan hanya 3
orang yang memperoleh nilai jelek.
Jika nilai yang diperoleh
siswa dibandingkan dengan kriteria nilai yang telah ditetapkan maka kemampuan
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan dalam membedakan
karangan deskripsi dengan karangan eksposisi sudah baik.
Tabel 4.2.1 Persentase
kemampuan siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Peusangan dalam membedakan karangan deskripsi
dengan karangan eksposisi.
Klasifikasi
|
Frekuensi (f)
|
Persentase (%)
|
|
Kualitatif
|
Kuantitatif
|
||
Sangat baik
|
86-100
|
13
|
20,6
|
Baik
|
76-85
|
34
|
54,0
|
Cukup
|
56-75
|
13
|
20,6
|
Jelek
|
≤ 55
|
3
|
4,8
|
Jumlah
|
N=63
|
100%
|
Tabel di atas menunjukkan
bahwa siswa yang memperoleh nilai sangat baik dalam membedakan karangan
deskripsi dengan karangan eksposisi yaitu terdapat 13 siswa (20,6%), siswa yang medapatkan nilai
baik dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi yaitu 34 siswa (54%), siswa
yang mendapatkan nilai cukup dalam membedakan karangan deskripsi dengan
karangan eksposisi yaitu
13 siswa (20,6%), sedangkan siswa yang memperoleh nilai jelek
hanya 3 siswa (4,8%).
Hal ini menunjukkan bahwa
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan dalam membedakan karangan deskripsi dengan
karangan eksposisi sudah
dapat memahami dan mengetahui cara membedakan karangan deskripsi dengan
karangan eksposisi dengan
baik, hal ini dikarenakan persentase siswa yang memperoleh nilai sangat baik,
baik dan cukup mencapai 95,2% dan hanya 4,8 % siswa saja yang mendapatkan nilai
jelek. Maka dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VII SMP Negeri
1 Peusangan sudah mampu membedakan karangan deskripsi dengan karangan
eksposisi dengan baik.
4.3 Pembuktian
Hipotesis
Pembuktian hipotesis adalah salah satu
langkah yang harus dilakukan dalam penelitian. Hal ini dikarenakan tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui sesuatu hal pada tingkat tertentu yang
dipercaya sebagai sesuatu yang benar. Sehingga, berpedoman pada rumusan
hipotesis yang telah dikemukakan dalam bab I, yaitu kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen dalam membedakan
karangan deskripsi dengan karangan eksposisi masih kurang. Maka, berdasarkan hasil penelitian
diperoleh nilai rata-rata 78
yang diperoleh dari sampel penelitian yaitu 63 siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan dalam
membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi termasuk kategori baik, yang berada pada rentang (76-85). Dengan
demikian, hipotesis yang diajukan ditolak kebenarannya.
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dalam penelitian ini diuraikan simpulan dan
saran yang erat hubungannya dengan permasalahan yang diteliti. Dari
hasil pengolahan data dan analisis data dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan dalam membedakan
karangan deskripsi dengan karangan eksposisi secara keseluruhan berada pada
katagori baik, maka penulis
penyimpulkan bahwa:
Setelah
peneliti melakukan penelitian pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan
dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi sudah pada tahap
yang baik, meskipun demikian masih perlu juga adanya pembelajaran yang lebih
baik lagi agar kemampuan siswa dalam membedakan karangan deskripsi dengan
karangan eksposisi sampai pada tahap yang sangat baik.
Nilai
yang didapat oleh para siswa dalam membedakan karangan deskripsi dengan
karangan eksposisi sangatlah bervariasi, mulai dari 13 orang yang memperoleh
nilai sangat baik, 34 orang memperoleh nilai baik, dan 13 orang memperoleh nilai cukup. Namun,
hanya 3 orang dari jumlah siswa yang dijadikan sampel penelitian saja yang
memperoleh nilai jelek.
39
|
5.2 Saran
Sebagai
usaha pengembangan kemampuan
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen dalam membedakan karangan deskripsi
dengan karangan eksposisi, maka penulis mengemukakan saran-saran, yaitu sebagai
berikut :
1)
Kepada Guru Bahasa Indonesia
Untuk lebih
meningkatkan lagi keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar khususnya pada
materi membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi.
Guru diharapkan
menggunakan metode mengajar yang bervariasi agar mampu membuat siswa semakin
berminat dan semangat dalam belajar atau tidak jenuh.
2)
Kepada Kepala Sekolah
Untuk menyediakan
fasilitas yang lebih memadai, baik untuk guru maupun kepada peserta didiknya,
agar proses belajar mengajar bisa berjalan lebih efektif dari yang sebelumnya.
Misalnya dengan menyediakan lebih banyak lagi bahan bacaan yang bermutu di
perpustakaan, menyediakan ruangan kelas yang lebih efisien serta menyediakan
tenaga pendidik yang professional.
3)
Kepada Siswa
Selayaknya untuk
lebih terlibat aktif dalam pembelajaran karena ingatlah bahwa kalian adalah
generasi kedepan. Jadi, jangan membuang waktu untuk melakukan hal yang tidak bermanfaat.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta.
________________. 2006. Prosedur
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2006. Materi
Pelatihan Terintegrasi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Djuharie, O. Setiawan. 2005. Panduan Membuat Karya Tulis. Bandung:
Yrama Widya.
Finoza, Lamuddin. 2003. Komposisi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
Kosasih, Engkos. 2008. Cerdas
Berbahasa Indonesia untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.
Mulyasa, E.
2010. Menjadi Guru Profesional.
Bandung: Rosda Karya.
Tim Penyusun. 2013. Pedoman
Penulisan Skripsi. Matangglumpangdua: FKIP Universitas Almuslim.
Sumadoya, Samsul. 2011. Strategi
dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Semi, M. Atar. 2003. Menulis Efektif. Padang:
Angkasa Raya.
Tarigan, Hendry Guntur. 2008. Membaca
sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Aksara.
Wikipedia. 2013. Pengertian,
tujuan, ciri-ciri, dan jenis teks dalam Bahasa Indonesia. Google.com.
diakses pada 22 Juni 2014.
42
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar