Minggu, 05 April 2015

KEMAMPUAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN MEMBEDAKAN KARANGAN DESKRIPSI DENGAN KARANGAN EKSPOSISI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah unsur pertama yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan bahasa merupakan media yang dijadikan sebagai alat untuk komunikasi antarmanusia. Dengan demikian selayaknyalah setiap pengguna bahasa dapat memilih bahasa yang baik dan sesuai dalam konteks komunikasinya. Selain itu, pengguna bahasa haruslah memiliki keterampilan dalam berbahasa, sehingga terwujudnya komunikasi dengan lancar.
Karangan merupakan salah satu bagian dari bahasa. Hal ini dikarenakan karangan dapat dijadikan sebagai media dalam berkomunikasi antarpengguna bahasa. Seorang penulis menuangkan gagasan atau ide yang dimilikinya dengan menggunakan media bahasa tulis sehingga mengahasilkan karangan yang dapat dijadikan oleh pembaca sebagai bahan bacaan yang dapat menambah ilmu atau wawasan tersendiri mengenai suatu hal kepada pembaca. Karangan yang baik adalah karangan yang dapat mengubah sikap pembaca setelah membaca karangan tersebut.
Dalam Bahasa Indonesia terdapat beberapa jenis karangan, yang dibagi berdasarkan bobot isinya dan berdasarkan cara penyajian serta tujuan penyampaiannya. Kedua jenis karangan ini dibuat oleh penulis dengan tujuan agar pembaca dapat dengan mudah memahami karangan tersebut.
1
Jenis karangan berdasarkan bobot isinya terbagi menjadi 3, yaitu karangan ilmiah, semiilmiah, dan karangan nonilmiah. Sedangkan jenis karangan berdasarkan cara penyajian serta tujuan penyampaiannya terbagi menjadi 5, yaitu karangan deskripsi, eksposisi, narasi, argumentasi, dan karangan persuasi.
Salah satu karangan yang dibuat berdasarkan cara penyajian serta tujuan penyampaiannya adalah karangan deskripsi, yang merupakan suatu karangan yang melukiskan atau menggambarkan tentang suatu hal atau peristiwa yang terjadi. Sedangkan karangan eksposisi adalah sebuah karangan atau bacaan yang memaparkan tentang suatu hal atau peristiwa. Dengan memiliki keterampilan yang baik dalam membaca, maka pembaca yang membaca kedua tulisan yang tidak memiliki perbedaan yang jauh tersebut, dapat memahami dan membedakan kedua karangan tersebut.
Membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi juga merupakan salah satu materi yang terdapat di kelas VII. Materi ini mengharuskan siswa untuk menggunakan keterampilan membaca yang baik, sehingga ia dapat membedakan kedua bentuk tulisan tersebut. Hal ini dikarenakan meteri ini, menghadapkan siswa kepada suatu keterampilan berbahasa yaitu membaca. Ia dapat menciptakan pemahaman yang baik terhadap karangan yang dibacanya, sehingga dengan begitu ia akan dapat membedakan antara karangan deskripsi dengan karangan eksposisi, yang mana kedua karangan tersebut tidaklah memiliki perbedaan yang berarti. Maka, dengan pemahaman yang baik dalam membaca, siswa dapat membedakan mana yang dikatakan karangan deskripsi dan mana yang termasuk karangan eksposisi.


Dari uraian pada latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian. Adapun judul penelitian ini adalah ”Kemampuan Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen Membedakan Karangan Deskripsi dengan Karangan Eksposisi”.

1.2         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi?

1.3         Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan data tentang kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi.

1.4         Manfaat Penelitian
Berdasarkan uraian permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini mempunyai dua manfaat yaitu secara teoretis dan praktis.
Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan kajian dan informasi yang berarti tentang kemampuan siswa dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi.
Selanjutnya, secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat bagi:
1)        Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang bagaimana cara membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi dan untuk lebih memotivasi potensi yang ada dalam diri peneliti.
2)        Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan kemampuan berbahasa mereka, khususnya dalam aspek membaca.
3)        Bagi guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Peusangan, hasil  penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan guru dalam menghadapi permasalahan ketika pembelajaran di kelas terutama permasalahan yang berkaitan dengan kesulitan membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi yang akan dihadapi oleh siswa.
4)        Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan proses pengajaran Bahasa Indonesia dalam meningkatkan keterampilan membaca bagi siswa SMP Negeri 1 Peusangan.
5)        Bagi mahasiswa lain, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pendalaman ilmu serta pengetahuan mengenai bidang kebahasaan, khususnya tentang membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi.
1.5         Anggapan Dasar dan Hipotesis Penelitian
1.5.1   Anggapan Dasar Penelitian
Anggapan dasar dalam penelitian ini berfungsi untuk memperoleh gagasan tentang letak persoalan atau masalahnya dalam hubungan yang lebih luas. Dalam hal ini peneliti harus dapat memberikan sederetan asumsi yang kuat tentang kedudukan permasalahannya, sehingga menjadi tumpuan peneliti dalam melaksanakan penelitian.
Menurut Arikunto (2006:65), menyatakan bahwa ”Anggapan dasar ini  merupakan landasan teori yang akan dijadikan pedoman dalam pelaporan hasil penelitian nanti”. Maka, yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1)        Membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi merupakan salah satu materi yang terdapat dalam kurikulum pembelajaran dan diajarkan kepada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen. 
2)        Melalui materi membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi, maka dapat menambah kemampuan siswa dalam aspek kebahasaan, yaitu membaca.
3)        Membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi juga dapat dijadikan siswa untuk mengetahui dan memahami berbagai bacaan, misalnya sebuah karangan yaitu pada bagian jenis sebuah karangan yang dibaca oleh siswa.


1.5.2   Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang masih perlu pembuktiannya. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Arikunto (2006:71), bahwa ”Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Sejalan dengan pendapat Arikunto tersebut, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi masih kurang.  

1.6         Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis menguraikan beberapa definisi operasional sebagai berikut:
1)        Kemampuan adalah kesanggupan siswa dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi.
2)        Membedakan adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk memberikan perbedaan atau menentukan ketidaksamaan antara karangan deskripsi dengan karangan eksposisi.
3)        Karangan deskripsi adalah sebuah wacana atau bacaan yang melukiskan atau menggambarkan tentang suatu hal.
4)        Karangan eksposisi adalah sebuah wacana atau bacaan yang memaparkan tentang suatu hal atau peristiwa.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1     Pengertian Karangan
          Karangan merupakan sebuah bacaan yang tersusun atas beberapa paragraf. Gabungan dari paragraf-paragraf tersebut membentuk suatu kesatuan ide yang memiliki arti dan makna secara utuh.
          Menurut Chaer (2003:267), menyatakan bahwa ”Karangan adalah satuan bahasa yang lengkap, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan), tanpa keraguan apapun”.  Maksudnya, karangan merupakan suatu satuan dari bahasa yang telah lengkap, yaitu memiliki sebuah gagasan pokok atau sebuah inti permasalahan.
          Menurut Finoza (2003:186), mengungkapkan bahwa ”Karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur, tentang suatu topik atau pokok bahasan”. Dapat dipahami bahwa karangan merupakan hasil dari keseluruhan gagasan yang teratur dengan baik yang memiliki suatu kesatuan idea tau satu inti permasalahan yang dibahas.
7
          Menurut Moeliono (dalam Chaer 2003:267) menyatakan bahwa ”Karangan adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat itu atau rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lain dan membentuk satu kesatuan”. Dapat dipahami bahwa karangan merupakan kumpulan sejumlah kalimat yang saling berkaitan antara kalimat yang satu dengan yang lainnya dan memiliki suatu kesatuan ide yang utuh.
          Berdasarkan beberapa penjelasan di atas tentang pengertian dari karangan, maka dapat disimpulkan bahwa karangan merupakan kumpulan dari beberapa kalimat dan paragraf yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya sehingga memiliki suatu kesatuan ide atau satu gagasan utama yang utuh.

2.2     Jenis Karangan Berdasarkan Bobot Isinya
          Karangan juga memiliki beberapa pembagian tersendiri. Melalui jenis-jenis tersebutlah dapat dibedakannya antara karangan yang satu dengan karangan yang lain.
          Menurut Finoza (2003:186), menyatakan bahwa ”Karangan dikatagorikan ke dalam 2 aspek, yaitu berdasarkan bobot isinya dan berdasarkan cara penyajian dan tujuan penyampaiannya”. Maksudnya jelas bahwa karangan terbagi berdasarkan dua aspek, yaitu berdasarkan bobot isi dari tulisan tersebut dan cara penyajian serta tujuan penyampaian dari karangan tersebut.
Berdasarkan bobot isinya, karangan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
2.2.1   Karangan Ilmiah
Menurut Finoza (2003:186), menyatakan bahwa ”Karangan Ilmiah adalah karangan yang berisi tulisan dari hasil penelitian dan telah diperoleh beberapa bukti kongkrit serta dapat digunakan sebagai sebuah pedoman untuk penelitian selanjutnya, misalnya laporan, makalah, skripsi, tesis, dan disertasi”. Dapat dipahami bahwa karangan ilmiah merupakan jenis karangan yang dihasilkan dari hasil observasi atau penelitian dan berisi tentang suatu objek atau kasus yang telah dibuktikan kebenaran atau keberadaannya.
2.2.2   Karangan Semiilmiah
Menurut Finoza (2003:186), menyatakan bahwa ”Karangan semiilmiah adalah karangan yang berisi pendapat seseorang atau suatu saran yang ingin disampaikan kepada pembaca, misalnya artikel, editorial, opini, feature, dan tips”. Dapat dipahami bahwa karangan semiilmiah merupakan jenis karangan yang berisi tentang opini atau masukan dari seseorang tentang suatu objek atau suatu peristiwa.
2.2.3   Karangan Nonilmiah
Menurut Finoza (2003:187), menyatakan bahwa ”Karangan nonilmiah adalah karangan yang berisi tentang cerita yang dapat menghibur pembaca atau memberikan suatu pengalaman baru kepada para pembaca, misalnya anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, novel, puisi dan naskah drama”. Dapat dipahami bahwa karangan nonilmiah merupakan jenis karangan yang berisi tentang suatu cerita yang dapat menghibur atau memberi nilai humor kepada pembaca.

2.3         Jenis Karangan Berdasarkan Cara Penyajian/Tujuan Penyampaiannya

Berdasarkan cara penyajian dan tujuan penyampaiannya, karangan terbagi menjadi lima jenis, yaitu:
2.3.1 Karangan Deskripsi (Pelukisan)
1)   Pengertian Karangan Deskripsi
Menurut Finoza (2003:191), menyatakan bahwa ”Karangan deskripsi adalah karangan yang lebih menonjolkan aspek pelukisan sebuah benda sebagaimana adanya”. Dapat dipahami bahwa karangan deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya.
Menurut Djuharie (2005:53), menjelaskan bahwa ”Karangan deskripsi adalah karangan yang melukiskan, menggambarkan, menyatakan suatu peristiwa atau objek hasil pengindraan dengan menyertakan bukti-bukti yang kuat sehingga pembaca seolah-olah terlihat di dalamnya secara langsung”. Maksudnya, karangan deskripsi merupakan karangan yang memberikan gambaran tentang suatu peristiwa atau objek dari hasil pengelihatan dengan adanya bukti-bukti pendukung.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karangan deskripsi adalah karangan yang berisi tentang penjelasan mengenai suatu hal, peristiwa, atau objek tertentu yang dilukiskan oleh penulis melalui media bahasa tulis atau tulisan dan dapat dirasakan oleh indra penglihatan manusia.
2)   Tujuan Karangan Deskripsi
Menurut Djuharie (2005:53), menyatakan bahwa ”Karangan deskripsi yang ditulis oleh penulis memiliki tujuan tersendiri, yaitu untuk menggambarkan suatu objek sehingga pembaca bisa seolah-olah melihat, mendengar, merasakan, dan mengalami objek/peristiwa yang dideskripsikan penulis”. Dapat dipahami bahwa karangan deskripsi adalah karangan yang ditulis untuk dapat menggambarkan suatu objek kepada pembaca.


3)   Ciri-ciri Karangan Deskripsi
Menurut Djuharie (2005:53), menjelaskan bahwa karangan deskripsi memiliki ciri-ciri, yaitu:
(1)     Menggambarkan atau melukiskan sesuatu.
(2)     Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indra.
(3)     Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri apa yang dituliskan oleh penulis.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri dari karangan deskripsi adalah karangan yang menggambarkan tentang sesuatu benda atau objek, dan gambaran tersebut dapat terlihat oleh indra penglihatan serta membuat pembaca dapat merasakan sendiri apa yang dituangkan oleh penulis melalui media tulisan.
4)   Jenis-jenis Karangan Deskripsi
Menurut Chaer (2003:269), menjelaskan bahwa ada beberapa macam karangan deskripsi, yaitu:
(1)     Deskripsi spasial, yaitu karangan deskripsi yang melukiskan ruang atau tempat berlangsungnya suatu peristiwa. Dapat dipahami bahwa karangan deskripsi spasial adalah karangan yang melukiskan tentang tempat suatu peristiwa berlangsung.
(2)     Deskripsi objektif, yaitu karangan deskripsi yang menggambarkan suatu hal atau orang dengan mengungkapkan identitasnya secara apa adanya sehingga pembaca dapat membayangkan keadaannya. Dapat dipahami bahwa karangan deskripsi objektif adalah karangan yang melukiskan sesuatu hal dari segi keterangan objek tersebut.
(3)     Deskripsi subjektif, yaitu karangan deskripsi yang menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis. Dapat dipahami bahwa karangan deskripsi subjektif adalah karangan yang melukiskan sesuatu hal berdasarkan perasaan penulis.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karangan deskripsi terbagi menjadi tiga macam, yaitu karangan deskripsi spasial, deskripsi objektif dan deskripsi subjektif.
5)   Contoh Karangan Deskripsi
Berikut adalah contoh karangan deskripsi, yaitu:
Kilometer Nol, Sebuah Lambang
Sebuah tugu di ujung utara pulau Weah Aceh, berdiri tegak setinggi delapan meter. Landasannya, beton berteratak mirip tangga bersusun lima, dengan panjang dan lebar sekitar enam meter. Tentu itu terletak di sebuah semak belukar di bilangan Jaboi, kotamadya Sabang. Itulah kilometer nol Indonesia. Berada di tugu itu, terasa sesuatu merayap di kalbu, perasaan keindonesiaan. Lagu patriotik dari Sabang sampai Marauke seakan-akan tergiang-ngiang di telinga. Kita sedang menginjak setapak tanah di ujung paling barat Nusantara.
Lambang Garuda begitu megah bertengger di puncak tugu, di bawah kaki Sang Garuda, ada relief yang melukiskan untaian zamrud kepulauan di Indonesia. Memang, sempat timbul tanda tanya, apakah kilometer nol ini benar menjadi ukuran pasti dimulainya bentangan jalan raya dari ujung barat Indonesia ke timur. Akan tetapi, berada dititik itu, slogan Sabang sampai Marauke tiba-tiba menjadi sangat bermakna.
Dari titik nol kilometer ini, jalan hanya selebar 3 meter. Itupun hanya permukaan sekitar 2 meter yang kelihatan, selebihnya tertutup semak belukar. Sulit dibayangkan, jika ada kendaraan 2 arah berada di jalur itu. Jarak kilometer nol ke kota Sabang 22,5 km. Lalu, dari Sabang terbentang lagi jarak 28 mil laut atau hampir 52 km dan tiga jam perjalanan feri ke ujung utara Sumatra.
Jalan menuju kilometer nol hampir tak berbicara sebagai sebuah jalan raya. Kilometer nol pun seakan-akan tak berbicara sebagai tanda kilometer di tempat lain. Bahkan pualam bertuliskan ”KM0” telah dicopot tangan-tangan jahil. Sedangkan tugu-tugu yang kesepian itu tak pernah dihiraukan sebagai tanda kilometer jalan raya. Akan tetapi, dalam keheningan belukar di Jaboi, di bawah bola-bola awan yang keperakan, di sela-sela deburan ombak, tugu itu tetap tegar sebagai sebuah lambang yang berbicara tentang kesatuan Indonesia.
                 (dikutip dalam buku Cerdas Berbahasa Indonesia SMP kelas VII)

Dalam karangan deskripsi di atas, jelas mendeskripsikan atau menggambarkan tentang sebuah objek berupa lambang dari kilo meter nol yang terletak di ujung utara pulau Weah, Aceh. Penulis menggambarkan tentang bagaimana keadaan dan situasi di lokasi tersebut dengan menggunakan kata-kata yang membuat pembaca seolah-olah dapat merasakan sendiri keadaan di tempat tersebut, dan indera penglihatan pembaca dibuat seakan sedang berada di tempat tersebut dan menyaksikannya langsung. Contoh karangan di atas, merupakan salah satu contoh karangan deskripsi parsial.
2.3.2   Karangan Narasi (Pengisahan)
1)        Pengertian Karangan Narasi
Menurut Finoza (2003:195), menyatakan bahwa ”Karangan narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu”. Dapat dipahami bahwa karangan narasi adalah jenis karangan yang disajikan berdasarkan urutan kejadian suatu peristiwa.
Menurut Djuharie (2005:58), menjelaskan bahwa ”Karangan narasi adalah karangan yang berisi rangkaian peristiwa yang susul-menyusul, sehingga membentuk alur cerita dan ditulis berdasarkan imajinasi”. Dapat dipahami bahwa karangan narasi karangan yang berisi rangkaian peristiwa yang terjadi secara runtut.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, karangan narasi adalah karangan yang ditulis secara runtut yang berisi kejadian atau suatu peristiwa pada waktu tertentu.
2)        Tujuan Karangan Narasi
Menurut Finoza (2003:195), menyatakan bahwa ”Karangan narasi merupakan karangan yang ditulis dengan tujuan untuk mengisahkan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara runtut”. Dapat dipahami bahwa karangan narasi adalah karangan yang ditulis untuk dapat mengisahkan perilaku manusia dalam suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu.
3)        Ciri-ciri Karangan Narasi
Menurut Finoza (2003:196), menjelaskan bahwa karangan narasi memiliki ciri-ciri, yaitu:
(1)     Menyajikan serangkaian berita atau peristiwa.
(2)     Disajikan dalam urutan waktu serta kejadian yang menunjukkan peristiwa awal sampai akhir.
(3)     Menampilkan pelaku peristiwa atau kejadian.
(4)     Latar (setting) digambarkan secara hidup dan terperinci.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri karangan narasi adalah karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa, yang disajikan secara runtut, menampilkan pelaku dalam peristiwa tersebut dalam latar/tempat yang nyata.


4)        Jenis-jenis Karangan Narasi
Menurut Semi (2003:31), menjelaskan bahwa karangan narasi terbagi menjadi dua bentuk, yaitu:
(1)     Narasi Ekspositoris
Narasi ekspositoris adalah karangan narasi yang berisi rangkaian perbuatan yang disampaikan secara informatif sehingga pembaca mengetahui peristiwa tersebut secara tepat, misalnya kisah tentang berlangsungnya suatu pemogokan buruh di suatu perusahaan yang menuntut untuk menaikkan gaji. Dapat dipahami bahwa karangan narasi ekspositoris merupakan jenis karangan narasi yang isinya mengenai suatu informasi tentang runtutan dari suatu peristiwa.  
(2)      Narasi Sugestif
Narasi sugestif adalah karangan narasi yang bertujuan untuk memberi makna atas peristiwa atau kejadian sebagai bentuk suatu pengalaman. Sasaran utamanya adalah makna peristiwa atau kejadian, maka narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal (imajinasi), misalnya roman, novel, cerpen, dan dongeng. Dapat dipahami bahwa karangan narasi sugestif merupakan jenis karangan narasi yang ditulis dengan menggunakan imajinasi seseorang tentang makna dari suatu peristiwa.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karangan narasi terbagi menjadi dua bentuk, yaitu karangan narasi ekspositoris, dan narasi sugestif.

5)        Contoh Karangan Narasi
Berikut adalah contoh karangan narasi, yaitu:
                                                   Kesialanku
          Tepat pukul 11.00 WIB pekan lalu, aku baru pulang dari kuliah. Seperti biasanya aku pulang ke rumah naik ojek yang berada di depan kampusku. Kebetulan saat itu matahari sangat terik-teriknya sehingga hawa panas menyelimuti tubuhku dan lagi ditambah rasa lapar yang sejak tadi menghantuiku, membuat suasana saat itu tak mengenakkan untukku.
          Diperjalanan menuju ke rumah terselip kejadian lucu, ternyata ojek yang aku naiki salah jalan. Tadinya aku sempat kesal namun setelah ia berbicara untuk menanyakan jalan yang benar, ia menggunakan logat bahasa jawa yang tak ku mengerti. Tanpa sengaja aku tertawa kecil. Namun aku nalar saja maksudnya adalah menanyakan jalan yang benar. Kejadian tersebut cukup membuat ku geli disaat terik matahari yang kian menusuk tubuhku.
          Sesampainya di rumah kesialan kembali menerpaku. Ternyata rumahku masih terkunci, tak seorangpun yang berada di dalam rumah dan kebetulan saat itu aku tidak membawa kunci cadangan. Kembali aku merasa sangat kesal saat itu. Akhirnya aku menunggu untuk beberapa menit sampai orang tua ku kembali. 10 menit pertama telah berlalu, aku masih duduk di kursi teras depan rumahku. 10 menit berikutnya pun telah berjalan tanpa kusadari, lagi-lagi tak kujumpai orang tuaku kembali.
          Setelah hampir 40 menit aku menunggu dengan rasa bosan. Terbesit sekilas dalam pikiranku untuk menghubungi orang tuaku. Akhirnya aku menghubungi orang tuaku. Aku heran mengapa hal ini tak terpikirkan olehku sejak tadi, mungkin karena terlalu emosi sehingga hal sekecil itu tak lagi terpikirkan oleh ku.
                 (dikutip dalam buku Cerdas Berbahasa Indonesia SMP kelas VII)

Dalam karangan narasi di atas, jelas menceritakan suatu peristiwa yang dialami seseorang secara runtut. Penulis mengimajinasikan peristiwa yang dialami seseorang atau bahkan peristiwa yang dialaminya sendiri sesuai dengan urutan waktu peristiwa itu dialaminya. Contoh karangan di atas, merupakan salah satu contoh karangan narasi sugestif, dikarenakan penulis menceritakan kembali pengalaman atau peristiwa yang dialami seseorang atau yang dialaminya sendiri berdasarkan urutan kejadian tersebut.

2.3.3   Karangan Eksposisi (Pemaparan)
1)        Pengertian Karangan Eksposisi
Menurut Finoza (2003:197), menyatakan bahwa ”Karangan eksposisi adalah karangan yang bersifat memaparkan tentang sesuatu. Namun, pembaca tidak dipaksa untuk menerima pendapat penulis, tetapi setiap pembaca hanya sekedar diberitahukan bahwa ada orang yang berpendapat demikian”. Dapat dipahami bahwa karangan eksposisi adalah suatu karangan yang berisi informasi tentang suatu hal, peristiwa atau kejadian, yang dipaparkan secara gamblang oleh penulis melalui tulisannya.
Menurut Djuharie (2005:49), menjelaskan bahwa ”Karangan eksposisi adalah karangan yang menjelaskan, menerangkan, memberitahukan suatu peristiwa atau objek dengan tujuan agar orang lain mengetahuinya”. Maksudnya jelas bahwa karangan eksposisi merupakan karangan yang menjelaskan tentang suatu peristiwa atau objek tertentu dengan tujuan agar orang lain mengetahui tentang suatu hal yang dijelaskan tersebut.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karangan eksposisi adalah karangan yang berisi pemaparan tentang berbagai informasi tentang suatu hal dan pengetahuan yang dapat diambil oleh pembaca melalui karangan tersebut.
2)   Tujuan Karangan Eksposisi
Menurut Djuharie (2005:60), menyatakan bahwa ”Tujuan penulis membuat karangan eksposisi adalah untuk memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi, mengantarkan dan menerangkan suatu topik kepada pembaca dengan tujuan untuk memberikan informasi sehingga memperluas pengetahuan pembaca”. Dapat dipahami bahwa karangan eksposisi adalah karangan yang ditulis dengan tujuan untuk memaparkan suatu permasalahan kepada pembaca.
3)   Ciri-ciri Karangan Eksposisi
Menurut Djuharie (2005:60), menjelaskan bahwa karangan eksposisi memiliki ciri-ciri, yaitu:
(1)      Berupa tulisan yang memberikan pengertian dan pengetahuan.
(2)      Menjawab pertanyaan tentang apa, mengapa, kapan dan bagaimana.
(3)      Disampaikan secara lugas dengan menggunakan bahasa baku.
(4)     Bersifat netral, dalam artian tidak memihak dan memaksa sikap penulis terhadap pembaca.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bahwa ciri-ciri dari karangan eksposisi adalah karangan eksposisi merupakan karangan yang dapat memberikan penjelasan dan pengetahuan tentang sesuatu, dan dapat menjawab pertanyaan tentang apa, mengapa, kapan dan bagaimana sesuatu hal terjadi.
4)   Jenis-jenis Karangan Eksposisi
Menurut Chaer (2003:272), menjelaskan bahwa ada beberapa pembagian dari karangan eksposisi, yaitu:
(1)     Eksposisi definisi, yaitu karangan eksposisi yang fokus pada suatu penjelasan mengenai sesuatu. Dapat dipahami bahwa karangan ekposisi definisi merupakan karangan yang memaparkan tentang suatu pengertian dari suatu benda atau objek.
(2)     Eksposisi proses, yaitu karangan eksposisi yang sering ditemukan dalam buku-buku petunjuk pembuatan, penggunaan, dan cara-cara tertentu. Dapat dipahami bahwa karangan eksposisi proses merupakan karangan yang memaparkan tentang suatu proses atau petunjuk penggunaan suatu barang.
(3)     Eksposisi klasifikasi, yaitu karangan ekposisi yang membagi sesuatu dan mengelompokkan ke dalam kategori-kategori tertentu. Dapat dipahami bahwa karangan eksposisi klasifikasi merupakan karangan yang memaparkan tentang pengelompokkan sesuatu benda.
(4)     Eksposisi ilustrasi, yaitu karangan eksposisi yang pengembangannya menggunakan gambaran sederhana/bentuk konkret dari suatu ide. Dapat dipahami bahwa karangan eksposisi ilustrasi merupakan karangan yang memaparkan tentang gambaran tentang suatu benda berdasarkan ide penulis.
(5)     Eksposisi perbandingan, yaitu karangan eksposisi yang menerangkan ide dalam kalimat utama dengan cara membandingkan dengan hal lain. Dapat dipahami bahwa karangan eksposisi perbandingan merupakan karangan yang memaparkan tentang perbandingan antara suatu benda dengan yang lain berdasarkan ide penulis.
(6)     Eksposisi pertentangan, yaitu karangan eksposisi yang berisi pertentangan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain, biasanya menggunakan frase penghubung akan tetapi. Dapat dipahami bahwa karangan eksposisi pertentangan merupakan karangan yang memaparkan tentang suatu pertentangan yang terjadi antara sesuatu dengan  sesuatu yang lainnya.
(7)     Eksposisi laporan, yaitu karangan eksposisi berbentuk cerita yang menggambarkan kondisi yang ada di wilayah itu, hasilnya dilaporkan seperti layaknya dalam berita dan karangan media massa. Dapat dipahami bahwa karangan eksposisi laporan merupakan karangan yang memaparkan tentang laporan tentang tentang kondisi suatu wilayah atau tempat tertentu.
(8)     Eksposisi berita, yaitu karangan ekposisi yang berisi pemberitahuan mengenai suatu kejadian. Dapat dipahami bahwa karangan eksposisi berita merupakan karangan yang memaparkan tentang suatu berita yang berisi suatu kejadian.
(9)     Eksposisi analisis, yaitu karangan eksposisi yang berisi proses memisah-misahkan suatu masalah dari suatu gagasan utama menjadi beberapa subbagian lalu masing-masing dikembangkan secara berurutan. Dapat dipahami bahwa karangan eksposisi analisis merupakan karangan yang memaparkan tentang berbagai proses yang menentukan berangsungnya suatu hal.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karangan eksposisi terbagi menjadi sembilan macam, yaitu karangan eksposisi definisi, eksposisi proses, eksposisi klasifikasi, eksposisi ilustrasi, eksposisi perbandingan, eksposisi pertentangan, eksposisi laporan, eksposisi berita, dan karangan eksposisi analisis.



5)   Contoh Karangan Eksposisi
Berikut adalah contoh karangan eksposisi, yaitu:
Memelihara Ikan
Ikan merupakan salah satu binatang yang biasa dipelihara oleh manusia. Ikan sangat beragam mulai dari warna, jenis juga harganya. Dengan memelihara ikan, akan memberikan ketenangan, kesegaran bagi pemiliknya begitu juga orang melihatnya. Dalam memelihara ikan kita harus berhati-hati, karena jika perawatannya tidak sesuai maka ikan air tawar akan tidak berkembang biak.
Untuk memelihara ikan, hal pertama yang harus disiapkan yaitu akuarium. Akuarium harus ditata seindah mungkin dan sesuai dengan keadaan sebenarnya, dengan begitu ikan-ikan akan merasa betah. Setelah akuarium diisi dengan air, selanjutnya ikan dimasukan ke akuarium tersebut. Dalam memilih ikan sebaiknya yang masih segar, dan kondisinya baik tanpa ada cacat ataupun goresan.
Dalam memberi makan ikan harus teratur,jangan terlalu banyak karena akan membuat air keruh, oleh dan ikan akan mati. Memberi makanikan sebaiknya dilakukan tiga atau sampai empat kali sehari, pilihlah makanan ikan yang sesuai dan bergizi. Air untuk ikan air tawar makin lama makin keruh, oleh karena itu harus diganti minimal sekali dalam seminggu. Ketika mengganti air akuarium, ikan-ikan harus dipindahkan dahulu ke dalam ember yang berisi air bersih.
Hati-hati dalam memilih jenis ikan, jangan sampai ikan yang besar disatukan dengan ikan kecil, bisa-bisa ikan besar tersebut memangsa ikan kecil. Akuarium juga dapat diletakan diruang tamu, hal ini dapat memberikan nilai tambahyaitu membuat asri suasana dan juga memberikan kesegaran bagi orang yang melihatnya. Kesegaran yang diberikan oleh pemandangan di akuarium dapat membuat orang yang stress menjadibugar,dan bersemangat kembali.tak heranlah banyak orang yang mempunyai hobi memelihara ikan, baik ikan air tawar maupun ikan air laut.
                          (dikutip dalam buku Cerdas Berbahasa Indonesia SMP kelas VII)

Dalam karangan eksposisi di atas, jelas memaparkan tentang bagaimana cara yang harus dilakukan dalam memelihara ikan. Penulis memaparkan atau menjelaskan tentang bagaimana memelihara ikan yang baik dengan menggunakan kata-kata yang membuat pembaca seakan mendapat pengetahuan baru tentang kiat-kiat yang baik dalam memelihara ikan agar ikan terus berkembang biak dan tetap lestari. Contoh karangan di atas, merupakan salah satu contoh karangan eksposisi proses.

2.3.4   Karangan Argumentasi (Pembahasan)
1)        Pengertian Karangan Argumentasi
Menurut Semi (2003:48), menjelaskan bahwa ”Karangan argumentasi adalah karangan yang berusaha untuk meyakinkan, membuktikan kebenaran suatu pernyataan, pendapat, sikap, atau keyakinan dari seseorang”. Maksudnya, karangan argumentasi merupakan karangan yang berisi gagasan dari seseorang tentang suatu hal dan berusaha meyakinkan pembaca terhadap gagasan tersebut.
Menurut Djuharie (2005:51), menjelaskan bahwa ”Karangan argumentasi adalah karangan yang mengutarakan gagasan, pendapat dan ide dengan menyertakan alasan-alasan untuk meyakinkan orang lain terhadap gagasan, pendapat dan ide yang diungkapkan tersebut”. Dapat dipahami bahwa karangan argumentasi merupakan karangan yang berisi pendapat seseorang tentang suatu hal yang disertai dengan berbagai alasan sehingga orang lain dapat meyakini pendapat tersebut.
Berdasarkan kedua pendapat di atas tentang karangan argumentasi, maka dapat disimpulkan bahwa karangan argumentasi adalah karangan yang berisi gagasan seseorang tentang suatu hal yang didukung oleh alasan-alasan yang logis, sehingga orang lain meyakini akan gagasan yang disampaikan tersebut.
2)        Tujuan Karangan Argumentasi
Menurut Finoza (2003:201), menyatakan bahwa ”Tujuan utama karangan argumentasi adalah untuk meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu dokrin, sikap dan tingkah laku tertentu”. Dapat dipahami bahwa karangan argumentasi adalah karangan yang ditulis dengan tujuan untuk meyakinkan pembaca terhadap gagasan yang disampaikan tersebut.
3)        Ciri-ciri Karangan Argumentasi
Menurut Finoza (2005:201), menjelaskan bahwa karangan argumentasi memiliki ciri-ciri, yaitu:
(1)     Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya.
(2)     Mengusahakan pemecahan suatu masalah.
(3)     Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri dari karangan argumentasi adalah karangan yang berisi gagasan seseorang yang disertakan dengan berbagai alasan untuk dapat meyakinkan pembaca, dan berusaha memberikan solusi dari suatu masalah.
4)        Contoh Karangan Argumentasi
Berikut adalah contoh karangan argumentasi, yaitu:
Kesuburan Tanah
Mempertahankan kesuburan tanah merupakan syarat mutlak bagi tiap-tiap usaha pertanian. Selama tanaman dalam proses menghasilkan, kesuburan tanah ini akan berkurang. Padahal kesuburan tanah wajib diperbaiki kembali dengan pemupukan dan penggunaan tanah itu sebaik-baiknya. Teladan terbaik tentang cara menggunakan tanah dan menjaga kesuburannya dapat kita peroleh pada hutan yang belum digarap petani.
Kesuburan tanah sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanaman bagi para petani. Tidak hanya baik bagi kesuburan tanah tapi juga akan memperbaiki kualitas dari tanaman sehingga akan mampu menghasilkan nilai rupiah yang baik bagi petani.
(dikutip dalam buku Cerdas Berbahasa Indonesia SMP kelas VII)

Dalam karangan argumentasi di atas, jelas memaparkan tentang gagasan seseorang mengenai bagaimana caranya menjaga kesuburan tanah yang akan mempengaruhi kesuburan tanaman petani.
2.3.5 Karangan Persuasi (Pengajakan)
1)    Pengertian Karangan Persuasi
Menurut Djuharie (2005:51), menyatakan bahwa ”Karangan persuasi adalah karangan yang mempengaruhi, mengajak, menganjurkan sesuatu pada orang lain untuk berbuat atau bertindak sesuai dengan yang diharapkan”. Maksudnya, karangan persuasi merupakan karangan yang berisi ajakan dan anjuran atau bahkan larangan terhadap sesuatu kepada pembaca sehingga pembaca dapat bertindak seperti yang diharapkan tersebut.
Menurut Finoza (2005:203), menyatakan bahwa ”Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan, yang berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang”. Dapat dipahami bahwa, karangan persuasi merupakan karangan yang berisi tentang suatu hal yang dapat membuat pembaca percaya dan terbujuk untuk melakukan suatu hal yang dipaparkan oleh seseorang.
Berdasarkan kedua pendapat di atas tentang karangan persuasi, maka dapat disimpulkan bahwa karangan persuasi merupakan karangan yang berisi ajakan, anjuran atau bahkan berisi larangan tentang suatu hal untuk dapat dipahami dan dilaksanakan oleh pembaca.

2)    Tujuan Karangan Persuasi
Menurut Semi (2003:49), menyatakan bahwa ”Tujuan utama karangan persuasi adalah untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara/penulis”. Dapat dipahami bahwa tujuan dari karangan persuasi adalah untuk membujuk pembaca agar mau mengikuti kemauan atau ide penulis disertai dengan berbagai alasan dan bukti serta contoh konkrit dari apa yang dikemukakan oleh penulis.
3)    Ciri-ciri Karangan Persuasi
Menurut Semi (2003:49), menjelaskan bahwa karangan persuasi memiliki ciri-ciri, yaitu:
(1)     Terdapat himbauan atau ajakan.
(2)     Berusaha mempengaruhi dan menimbulkan kepercayaan pembaca.
(3)     Harus memerlukan fakta.
Berdasarkan penjelasan di atas tentang ciri-ciri karangan persuasi, maka dapat disimpulkan bahwa ciri utama dari karangan persuasi yaitu karangan yang mampu mempengaruhi pembaca baik itu berupa ajakan maupun larangan yang disertakan dengan bukti nyata.
4)    Jenis-jenis Karangan Persuasi
Menurut Finoza (2005:203), menjelaskan bahwa berdasarkan segi pemakaiannya, karangan persuasi dibagi menjadi empat macam, yaitu :
(1)     Persuasi Politik, yaitu karangan persuasi yang dipakai dalam bidang politik oleh orang-orang yang ada dalam bidang politik/kenegaraan.
(2)     Persuasi Pendidikan, yaitu karangan persuasi yang dipakai oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang pendidikan dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
(3)     Persuasi Advertensi/iklan, yaitu karangan persuasi yang dipakai dalam dunia usaha untuk memperkenalkan suatu barang atau bentuk jasa tertentu.
(4)     Persuasi Propaganda, yaitu karangan persuasi yang berisi informasi yang mengharapkan pembaca untuk atau pendengar mau dan sadar untuk berbuat sesuatu.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karangan persuasi terbagi menjadi empat macam, yaitu persuasi politik, persuasi pendidikan, persuasi iklan, dan persuasi propaganda.
5)    Contoh Karangan Persuasi
Berikut adalah contoh karangan argumentasi, yaitu:
Sistem Pendidikan Indonesia
Sistem pendidikan di Indonesia yang dikembangkan sekarang ini masih belum memenuhi harapan. Hal ini dapat terlihat dari keterampilan membaca siswa kelas VII SMP di Indonesia yang berada pada peringkat terendah di Asia Timur setelah Philipina, Thailand, Singapura, dan Hongkong.
Selain itu, berdasarkan penelitian, rata-rata nilai tes siswa SMP kelas VII untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA dari tahun ke tahun semakin menurun. Anak-anak di Indonesia hanya dapat menguasai 30% materi bacaan. Kenyataan ini disajikan bukan untuk mencari kesalahan penentu kebijakan, pelaksana pendidikan, dan keadaan yang sedang melanda bangsa, tapi semata-mata agar kita menyadari sistem pendidikan kita mengalami krisis.
Oleh karena itu, semua pihak perlu menyelamatkan generasi mendatang. Tidak hanya dari pemerintah sebagai penyedia sumber pendidikan, namun yang lebih penting adalah kesadaran dari berbagai pihak. Termasuk anak itu sendiri. Hal tersebut dapat memperbaiki sistem pendidikan nasional.
(dikutip dalam buku Cerdas Berbahasa Indonesia SMP kelas VII)

Dalam karangan persuasi di atas, jelas memaparkan tentang keadaan pendidikan di negara kita yang jauh tertinggal dengan negara lain. Penulis mengajak kita semua sebagai bagian dari bangsa Indonesia untuk telibat dalam pemulihan tingkat pendidikan di negara kita. Contoh karangan di atas, merupakan salah satu contoh karangan persuasi pendidikan.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karangan dikategorikan berdasarkan dua aspek, yaitu 1) berdasarkan bobot isinya, karangan terbagi menjadi tiga yaitu karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah. Sedangkan 2) berdasarkan cara penyajian dan tujuan penyampaiannya, karangan terbagi menjadi lima yaitu karangan deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.














BAB III
METODE PENELITIAN
3.1     Pendekatan dan Jenis Penelitian
          Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka pendekatan yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penggunaan pendekatan ini didasarkan pada kenyataan bahwa data yang dikumpulkan berupa nilai atau angka-angka, adanya rumusan hipotesis yang jelas, analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul dan analisis data ini dilakukan dengan menggunakan rumus statistik (Arikunto, 2002:11). Maka data-data dalam penelitian ini berbentuk statistik dari kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi, lalu diolah dengan menggunakan rumus statistik. Pendekatan kuantitatif tersebut digunakan mengingat tujuan penelitian ini ingin membuktikan hipotesis bahwa masih kurangnya kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi.
28
          Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penggunaan jenis penelitian ini didasarkan pada pendapat Sugiono (2003:11), ia menyatakan bahwa ”Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain”. Peneliti memilih jenis penelitian ini karena dalam penelitian ini mengkaji tentang kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi.

3.2     Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Peusangan yang terletak di Jalan Medan Banda Aceh, Desa Meunasah Timu Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Alasan peneliti memilih SMP Negeri 1 Peusangan sebagai lokasi penelitian ini karena peneliti ingin membuktikan kebenaran dari hipotesis yang telah peneliti ajukan bahwa masih kurangnya kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi. Menurut peneliti, SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen merupakan salah satu SMP yang terletak di Kabupaten Bireuen, yang telah memiliki tingkat pembelajaran yang memadai, baik dari segi fasilitas pembelajarannya maupun dari segi tenaga pengajarnya, oleh karena itu peneliti ingin membuktikan apakah dengan berbagai fasilitas pembelajaran yang mendukung, masih kurangnya kemampuan para siswa dalam pembelajaran.

3.3     Populasi dan Sampel Penelitian
          3.3.1 Populasi Penelitian
          Populasi adalah keseluruhan objek dalam penelitian. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:32), bahwa ”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari. Populasi berkenaan dengan data, bukan dengan orang atau bendanya. Populasi merupakan kelompok subjek, baik manusia, kelas, nilai, tes, benda-benda ataupun peristiwa yang akan diteliti”. Sehingga, dengan berpegang pada pendapat di atas, maka adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen, yaitu kelas VII1 yang berjumlah 36 siswa, kelas VII2 yang berjumlah 36 siswa, kelas VII3 yang berjumlah 36 siswa, kelas VII4 yang berjumlah 36 siswa, kelas VII5 yang berjumlah 36 siswa, kelas VII6 yang berjumlah 36 siswa, dan kelas VII7 yang berjumlah 36 siswa. Maka, jumlah populasinya adalah sebanyak 252 siswa.
          3.3.2  Sampel Penelitian
          Penarikan sampel dipedomani pada pendapat Arikunto (2006:134), ia menyatakan bahwa ”Apabila subjeknya (populasi) kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya (populasi) besar atau lebih besar dari 100, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”. Dengan demikian, karena jumlah subjek lebih dari 100, maka penulis mengambil 25% subjek yang dijadikan sebagai sampel yaitu 252 x 25% = 63 siswa. Maka jumlah sampel yang diambil dari tiap-tiap kelas, yaitu kelas VII1 yang dijadikan sampel sebanyak 9 siswa,  kelas VII2 yang dijadikan sampel sebanyak 9 siswa, kelas VII3 yang dijadikan sampel sebanyak 9 siswa, kelas VII4 yang dijadikan sampel sebanyak 9 siswa, kelas VII5 yang dijadikan sampel sebanyak 9 siswa, kelas VII6 yang dijadikan sampel sebanyak 9 siswa, dan kelas VII7 yang dijadikan sampel sebanyak 9 siswa. Dengan demikian, jumlah sampel sebanyak 63 siswa.
                                                                                                 
3.4     Teknik Pengumpulan Data
          Pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan instrumen atau alat tes. Tes yang digunakan adalah tes essai, dengan menugaskan responden untuk membaca dua buah karangan yang berbeda, lalu meminta mereka membedakan antara karangan deskripsi dengan karangan eksposisi.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1)        Peneliti meminta responden membedakan antara karangan deskripsi dengan karangan eksposisi yang dibaca.
2)        Responden melakukan tugas yang diberikan peneliti.
3)        Peneliti mengumpulkan hasil kerja responden.
4)        Peneliti menilai hasil kerja responden.
5)        Peneliti mengelompokkan data hasil kerja responden dan dianalisis.

3.5     Teknik Analisis Data
Adapun analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)        Mentabulasi nilai hasil tes secara acak.
2)        Mengurutkan nilai tertinggi ke nilai terendah.
3)        Menentukan range (Rg) dengan rumus Rg = H-L+1

4)        Menentukan jumlah kelas interval (K) dengan rumus:
K + 1+3.3 log n
5)        Menentukan jumlah interval kelas (I) dengan rumus:
I =
6)        Membuat tabel distribusi frekuensi.
7)        Mencari nilai rata-rata (mean) dengan rumus:
M =
Keterangan rumus:
M = Nilai kemampuan rata-rata
fx = Nilai perkalian frekuensi dan nilai tengah
f    = Frekuensi tiap kelompok nilai
X  = Nilai tengah
N  = Jumlah sampel
8)        Depdiknas (2006:02), mengklasifikasi nilai sebagai berikut:
86-100   sangat baik
76-85     baik
66-75     cukup
56-65     kurang
≤ 55       jelek    





BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1     Hasil Penelitian
   Setelah data hasil penelitian tentang membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi diperoleh, data tersebut selanjutnya diolah untuk dapat ditentukan nilai rata-rata kemampuan membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi siswa secara total. Pengolahan data dan analisis data dilakukan berdasarkan teknik pengolahan data secara kuntitatif. Pengukuran data membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi ini dilakukan dengan cara memberikan tes kepada siswa untuk membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi yang dikerjakan oleh siswa secara tertulis. Nilai dari membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi diukur dengan menghitung data yang diperoleh dari kelas siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen.
1)        Mentabulasi nilai hasil tes secara acak
Nilai yang diperoleh oleh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan, yang diambil dari sampel penelitian tiap kelas dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi adalah sebagai berikut:
80        100      80        60        100      80        80        60        80        100      40
100      80        80        60        80        100      80        80        60        80        100
80        80        80        60        100      100      80        80        60        80        80
100      40        80        100      80        60        80        100      80        60        80
80        40        100      80        60        80        100      80        80        60        80
33
80        60        80        80        60        80        80        60       
2)        Mengurutkan nilai tertinggi ke nilai terendah
Urutan nilai tertinggi hingga nilai terendah dari nilai dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi yang diperoleh siswa adalah sebagai berikut:
100      100      100      100      100      100      100      100      100      100      100
100      100      80        80        80        80        80        80        80        80        80       
80        80        80        80        80        80        80        80        80        80        80       
80        80        80        80        80        80        80        80        80        80        80       
80        80        80        60        60        60        60        60        60        60        60
60        60        60        60        60        40        40        40       
3)        Menentukan range (Rg) dengan rumus Rg = H-L+1
Setelah data diperoleh, selanjutnya langkah yang ditempuh adalah range. Range adalah selisih nilai tertinggi (H) dengan nilai terendah (L), kemudian ditambah satu (1).
Berdasarkan data yang diperoleh, nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 40.
Dengan demikian, rangenya adalah:
Rg  = H – L + 1
       = 100 - 40 + 1
       = 60 + 1
       = 61




4)        Menentukan jumlah kelas interval (K) dengan rumus K + 1+3.3 log n
Setelah range diketahui, langkah yang ditempuh selanjutnya adalah menentukan lebar kelas, yaitu:
K    = 1 + (3,3) log n
       = 1 + (3,3) log 63
       = 1 + (3,3) 1,799
       = 1 + 5,93
       = 6,93 dipakai 7
5)        Menentukan jumlah interval kelas (I) dengan rumus I =
Setelah lebar kelas diketahui, selanjutnya ditentukan nilai lebar kelas (I), yaitu:
Dengan demikian interval penelitian adalah:
I      =
       =
       = 8,7 dipakai 9
6)        Membuat tabel distribusi frekuensi.
Setelah menentukan range dan lebar kelas, selanjutnya disusun tabel distribusi dan frekuensi sebagai berikut:




Tabel 4.1.1    Distribusi dan frekuensi kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan
No
Interval Kelas
Frekuensi (f)
Nilai Tengah (x)
Perselisihan (fx)
1
94-100
13
97
1261
2
85-93
0
89
0
3
76-84
34
80
2720
4
67-75
0
71
0
5
58-66
13
62
806
6
49-57
0
53
0
7
40-48
3
44
132
-
N=63
-
4919

7)        Mencari nilai rata-rata (mean) dengan rumus M =
Berdasarkan distribusi dan frekuensi di atas, maka yang harus dilakukan selanjutnya adalah menentukan nilai rata-rata, yaitu:
M =
     =
     = 78,07 dibulatkan 78

4.2     Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi adalah 78.
Setelah nilai rata-rata diperoleh, selanjutnya nilai tersebut dimasukkan ke dalam skala penelitian. Dari keseluruhan jumlah siswa yang dijadikan sampel penelitian yaitu 63 siswa, prestasi skor yang diperoleh sangat bervariasi, yaitu 13 orang memperoleh nilai sangat baik, 34 orang memperoleh nilai baik, 13 orang memperoleh nilai cukup dan hanya 3 orang yang memperoleh nilai jelek.
Jika nilai yang diperoleh siswa dibandingkan dengan kriteria nilai yang telah ditetapkan maka kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi sudah baik.
Tabel 4.2.1    Persentase kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi.
Klasifikasi
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Kualitatif
Kuantitatif
Sangat baik
86-100
13
20,6
Baik
76-85
34
54,0
Cukup
56-75
13
20,6
Jelek
55
3
  4,8
Jumlah
N=63
100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai sangat baik dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi yaitu terdapat 13 siswa (20,6%), siswa yang medapatkan nilai baik dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi yaitu 34 siswa (54%), siswa yang mendapatkan nilai cukup dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi yaitu 13 siswa (20,6%), sedangkan siswa yang memperoleh nilai jelek hanya 3 siswa (4,8%).
Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi sudah dapat memahami dan mengetahui cara membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi dengan baik, hal ini dikarenakan persentase siswa yang memperoleh nilai sangat baik, baik dan cukup mencapai 95,2% dan hanya 4,8 % siswa saja yang mendapatkan nilai jelek. Maka dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan sudah mampu membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi dengan baik.

4.3     Pembuktian Hipotesis
          Pembuktian hipotesis adalah salah satu langkah yang harus dilakukan dalam penelitian. Hal ini dikarenakan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sesuatu hal pada tingkat tertentu yang dipercaya sebagai sesuatu yang benar. Sehingga, berpedoman pada rumusan hipotesis yang telah dikemukakan dalam bab I, yaitu kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi masih kurang. Maka, berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata 78 yang diperoleh dari sampel penelitian yaitu 63 siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi termasuk kategori baik, yang berada pada rentang (76-85). Dengan demikian, hipotesis yang diajukan ditolak kebenarannya.








BAB V
PENUTUP
5.1      Simpulan
          Dalam penelitian ini diuraikan simpulan dan saran yang erat hubungannya dengan permasalahan yang diteliti. Dari hasil pengolahan data dan analisis data dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi secara keseluruhan berada pada katagori baik, maka penulis penyimpulkan bahwa:
          Setelah peneliti melakukan penelitian pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi sudah pada tahap yang baik, meskipun demikian masih perlu juga adanya pembelajaran yang lebih baik lagi agar kemampuan siswa dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi sampai pada tahap yang sangat baik.
          Nilai yang didapat oleh para siswa dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi sangatlah bervariasi, mulai dari 13 orang yang memperoleh nilai sangat baik, 34 orang memperoleh nilai baik, dan 13 orang memperoleh nilai cukup. Namun, hanya 3 orang dari jumlah siswa yang dijadikan sampel penelitian saja yang memperoleh nilai jelek.
39
          Setelah peneliti menghitung besarnya kemampuan siswa dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi, maka didapatkan nilai rata-rata kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi sebesar 78. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa kelas VII telah mampu dengan baik dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi.


5.2     Saran
          Sebagai usaha pengembangan kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi, maka penulis mengemukakan saran-saran, yaitu sebagai berikut :
1)          Kepada Guru Bahasa Indonesia
Untuk lebih meningkatkan lagi keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar khususnya pada materi membedakan karangan deskripsi dengan karangan eksposisi.
Guru diharapkan menggunakan metode mengajar yang bervariasi agar mampu membuat siswa semakin berminat dan semangat dalam belajar atau tidak jenuh.
2)          Kepada Kepala Sekolah
Untuk menyediakan fasilitas yang lebih memadai, baik untuk guru maupun kepada peserta didiknya, agar proses belajar mengajar bisa berjalan lebih efektif dari yang sebelumnya. Misalnya dengan menyediakan lebih banyak lagi bahan bacaan yang bermutu di perpustakaan, menyediakan ruangan kelas yang lebih efisien serta menyediakan tenaga pendidik yang professional.

3)          Kepada Siswa
Selayaknya untuk lebih terlibat aktif dalam pembelajaran karena ingatlah bahwa kalian adalah generasi kedepan. Jadi, jangan membuang waktu untuk melakukan hal yang tidak bermanfaat.



















DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

________________. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2006. Materi Pelatihan Terintegrasi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Djuharie, O. Setiawan. 2005. Panduan Membuat Karya Tulis. Bandung: Yrama Widya.

Finoza, Lamuddin. 2003. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.

Kosasih, Engkos. 2008. Cerdas Berbahasa Indonesia untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.

Mulyasa, E. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda Karya.

Tim Penyusun. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi. Matangglumpangdua: FKIP Universitas Almuslim.

Sumadoya, Samsul. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Semi, M. Atar. 2003. Menulis  Efektif. Padang: Angkasa Raya.

Tarigan, Hendry Guntur. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Aksara.

Wikipedia. 2013. Pengertian, tujuan, ciri-ciri, dan jenis teks dalam Bahasa Indonesia. Google.com. diakses pada 22 Juni 2014.


42
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar