PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Sastra
merupakan sebuah ciptaan atau kreasi yang bersifat otonom dan bercirikan suatu
koherensi yang dapat ditafsirkan sebagai suatu keselarasan yang mendalam antara
bentuk dan isi. Setiap isi berkaitan dengan suatu bentuk atau ungkapan
tertentu, dan sebagaimana bentuk dan isinya yang saling berhubungan, sastra
juga memiliki bagian dan keseluruhannya yang memiliki kaitan secara erat
sehingga yang berkaitan tersebut saling menerangkan. Di samping itu, sastra selalu
menghidangkan sebuah sintesa antara hal-hal yang saling bertentangan dan
beraneka rupa bentuknya. Oleh karena itu, sastra tidak pernah mengacu kepada
sesuatu yang lain dan juga tidak bersifat komunikatif, sehingga unsur
kreativitas dan spontanitasnya biarpun tidak secara terang-terangan tetapi
masih sering dijadikan sebagai pedoman dan acuan dalam kehidupan.
Sinetron merupakan bagian dari suatu karya sastra
yang dibuat khusus untuk penayangannya melalui media elektronik (Fathurrahman,
2009:2). Secara umum, sinetron yang
akan ditayangkan harus memiliki kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dalam
undang-undang persinetronan dan penyiaran. Dalam hal ini, layak atau tidak
layaknya sebuah sinetron untuk ditayangkan itu sangat tergantung pada pihak
atau lembaga yang bertindak sebagai penyensor ataupun pihak yang melakukan
preview terhadap sebuah sinetron sebelum diperkenalkan kepada masyarakat luas
pada umumnya.
1
|
Selain itu, sinetron biasanya menampilkan suatu
gambaran kehidupan sedangkan kehidupan itu sendiri merupakan fakta kultural,
karena kehidupan itu meliputi hubungan masyarakat yang terjadi dalam batin
seseorang manusia dan perhatiannya terhadap dunia yang secara realita
berlangsung sepanjang hari hingga sepanjang zaman. Di samping itu, sebuah cipta
atau kreasi bersumber dari kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Akan tetapi
sinetron bukan hanya mengungkapkan realitas objektif semata, namun juga berisi
tentang penafsiran-penafsiran mengenai alam dan kehidupannya.
Dalam
dunia sinetron, peristiwa yang terjalin dalam sebuah cerita sangat mendominasi
penjiwaan penonton untuk memasuki ruang dan waktu dalam ceritanya. Meskipun
sifatnya lebih ke fiksi, tapi secara spontan dapat membawa pengaruh yang sangat
besar dalam hal perubahan karakter dan tingkat emosional pada penontonnya,
karena secara umum unsur-unsur fiksi sering dijadikan sebagai tolak ukur yang
bersifat estetik atau perhatian yang diarahkan pada hubungan antara gambar dan
apa yang digambarkan, serta sejauh mana gambaran tersebut sesuai dengan
kenyataan, dan apakah kenyataan tersebut merupakan dunia sendiri, sebuah dunia
yang serba baru, dan tidak terlepas dari kenyataan. Dengan demikian sinetron
atau sebuah kreasi seni yang dihasilkan melalui proses cipta, rasa, karsa perlu
memperhatikan unsur estetik dan penghayatannya yang sesuai dengan penggambaran
problematika-problematika kehidupan dalam dunia nyata. Oleh karena itu, daya
cipta artistiknya akan mampu mengangkat dan menampilkan perbuatan manusia yang
universal dan dapat membawanya ke dalam suatu pencerminan atau penggambaran
mengenai suatu kenyataan dalam dunia yang absurd.
Suatu
cerita tertentu dihidupkan oleh para tokoh, tokoh juga dibagi dua, tokoh
sentral dan tokoh tidak sentral. Tokoh sentral biasanya disebut tokoh utama.
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalan cerita yang
bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai
pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh tambahan kejadiannya lebih
sedikit dibandingkan tokoh utama. Kejadiannya hanya ada jika berkaitan dengan
tokoh utama secara langsung.
Sinetron Tukang Bubur Naik Haji merupakan sebuah
sinetron yang diangkat dari novel “Tukang Bubur Naik Haji” yang ceritanya
diilhami dari kisah nyata yang mengenai sejarah awal mula seseorang menjadi
orang yang berada. Sinetron yang dibintangi oleh aktor dan aktris handal yang
ternama seperti Mat Solar dan Uci Bing Slamet ini mengangkat kisah keseluruhan
“Tukang Bubur Naik Haji” seperti menonton kehidupan masyarakat sehari-hari,
yang didalamnya termasuk perilaku kita sendiri. Tokoh yang digambarkan sebagai manusia yang seolah-olah seorang dermawan sejati, padahal sebenarnya manusia sangat mengharapkan pujian orang. Sebenarnya ada
kecenderungan kita ingin pamer. Maka tidaklah heran sinetron yang bernuansa
Islam dan sangat bersejarah ini telah banyak meraih simpati dari masyarakt
luas.
Dari uraian pada latar
belakang masalah yang telah penulis kemukakan di atas, maka penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan menganalisis
karakter tokoh utama dalam sinetron tersebut. Adapun judul penelitian ini adalah ”Analisis Karakter Tokoh Utama dalam Sinetron ’Tukang
Bubur Naik Haji’ Tayangan RCTI”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah karakter tokoh utama yang
terdapat dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI?
1.3
Tujuan Pernelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan data tentang karakter
tokoh utama yang terdapat dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI.
1.4
Manfaat
Penelitian
Berdasarkan uraian permasalahan dan tujuan penelitian yang telah
dikemukakan di atas, penelitian ini mempunyai dua manfaat yaitu secara teoretis
dan praktis.
Secara teoretis, hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran sehingga dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan tentang karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI.
Selanjutnya, secara praktis
hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI dan untuk lebih memotivasi potensi yang ada
dalam diri peneliti.
Sedangkan, bagi mahasiswa lain dan pembaca pada umumnya dapat memberi
informasi empiris dan pendalaman ilmu serta pengetahuan mengenai bidang
kesusastraan, sehingga akan memotivasi untuk lebih mencintai karya sastra Indonesia
berbentuk drama atau sinetron.
1.5
Definisi
Operasional
Untuk menyamakan pemahaman antara peneliti dengan pembaca, maka perlu
dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut :
1)
Analisis adalah kajian yang
dilaksanakan terhadap sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, untuk mengidentifikasi
karakter tokoh utama yang terkandung didalamnya secara luas dan mendalam.
2)
Karakter adalah adalah
cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup
dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara.
3)
Tokoh Utama adalah tokoh yang sering diberi komentar
dan dibicarakan oleh pengarangnya dalam sinetron
”Tukang Bubur Naik Haji”.
4)
Sinetron adalah bentuk seni audio-visual hasil dari
perkembangan ilmu dan teknologi informasi yang bersifat kompleks, menghibur,
dan universal.
5)
Tukang Bubur Naik
Haji adalah salah satu sinetron yang ditayangkan oleh stasiun TV RCTI, yang mengisahkan
tentang sisi kehidupan masyarakat dengan berbagai rutinitas sehari-hari yaitu mengenai sejarah awal mula seseorang menjadi orang
yang berada.
6)
RCTI adalah salah
satu stasiun televisi yang menayangkan berbagai tayangan yang sarat makna,
salah satunya adalah sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji”.
LANDASAN TEORETIS
2.1
Pengertian
Karakter Tokoh
Karakter
merupakan salah satu unsur yang tidak bisa dipisahkan dan memiliki andil
penting dalam sebuah drama. Setiap tokoh yang terdapat dalam drama telah
dilengkapi dengan karakter yang unik dan berbeda dengan tokoh yang lainnya.
Melalui karakter tersebutlah setiap tokoh dapat dikenali dengan mudah oleh para
penonton. Selain itu, karakter jugalah yang menentukan bagaimana setiap tokoh
memerankan setiap tuntutan perannya.
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, karakter memiliki arti ”Sifat-sifat kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain”. Maksudnya, karakter
tersebut merupakan sifat kejiwaan yang dimiliki oleh seseorang, berupa tingkah
laku atau budi pekerti yang disandang oleh seseorang, yang mana dengan hal
tersebutlah dapat membedakannya dengan sosok pribadi yang lain.
Selanjutnya, Hardanaiwati, dkk (2003:303) ia mengemukakan bahwa ”Karakter adalah
sifat-sifat khas yang membedakan seseorang dengan orang lain”. Maksudnya jelas
bahwa, karakter tersebutlah yang menjadi salah satu unsur yang terdapat dalam
diri seseorang yang dapat membedakannya dengan orang lain, yaitu berupa sifat
yang dimiliki oleh setiap individu dan bisa saja sifat tersebut tidak dimiliki
oleh individu yang lain.
7
|
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2012:165), ia menyatakan bahwa
”Karakter adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau
drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan
tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam
tindakan”. Maksudnya, karakter tersebut melekat pada diri setiap tokoh yang diungkapkan
melalui setiap ucapan ataupun perbuatan setiap tokoh dalam suatu cerita yang
dilakonkan. Pembaca dan penontonlah yang bertugas memberikan penilaian berupa
baik buruknya karakter yang melekat pada diri setiap tokoh tersebut.
Menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2012:165), ia mengungkapkan bahwa ”Dalam
berbagai literatur Bahasa Inggris menyarankan pada dua pengertian yang berbeda
tentang karakter, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan dan sebagai
sikap, ketertarikan, keinginan, emosi dan prinsip moral yang dimiliki
tokoh-tokoh tersebut”. Dapat dipahami bahwa, karakter tersebut merupakan hal
yang melekat pada tokoh-tokoh dalam cerita yang berupa sikap, atau tingkah laku
setiap tokoh, yang harus didalami oleh setiap tokoh lalu diperankan sesuai
dengan tuntutannya.
Berdasarkan beberapa pendapat pakar di atas yang menjelaskan tentang karakter
tokoh, maka dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh merupakan wujud dari
kepribadian tokoh atau individu yang tampak melalui tingkah laku atau tindakan
yang menjadi ciri khas pada diri seseorang, baik itu berupa sifat baik maupun
buruk, dan dengan sifat tersebutlah dapat membedakannya dengan tokoh lain dan
biasanya akan terlihat lewat sikap, tingkah laku, maupun kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan oleh sang tokoh.
2.2
Jenis-jenis
Karakter Tokoh
Salah satu unsur cerita adalah tokoh dengan karakternya. Karakter merupakan
salah satu unsur dalam membangun sebuah karya fiksi, salah satunya adalah drama.
Pembuatan karakter tokoh yang baik akan menjadi salah satu penentu kualitas
dari karya fiksi tersebut. Karakter tokoh adakalanya dibangun melalui ucapan
tokoh, yaitu ucapan si tokoh merupakan salah satu hal yang dapat menggambarkan
karakternya. Orang yang sopan tentu berbeda cara berbicaranya dengan orang yang
bengal. Orang pemarah tentu juga berbeda cara bicaranya dengan orang penyabar.
Karakter tokoh dalam sebuah drama atau sinetron dapat digambarkan oleh
pengarang melalui bermacam cara. Menurut Pujianto (2010:23), ia menjelaskan bahwa
”Cara penggambaran karakter tokoh yaitu dengan cara segi fisis, segi psikis,
dan segi sosiologis.” Berikut penulis jelaskan secara rinci:
1)
Segi Fisis
Pengarang menjelaskan keadaan fisik tokohnya yang meliputi usia, jenis
kelamin, keadaan tubuh (tinggi, pendek), pincang, gagah, tampan, menarik, dan
sebagainya. Ciri-ciri wajah (cantik, jelek, keriput, dan sebagainya), dan ciri
khas yang lebih spesifik. Dapat dipahami bahwa segi fisis merupakan keadaan
fisik si tokoh yang terlihat dan dapat diamati dengan jelas.
2)
Segi Psikis
Pengarang melukiskan tokoh berdasarkan latar belakang kejiwaan,
kebiasaaan, sifat, dan karakternya. Segi psikis meliput moral, kecerdasan,
temperamen, keinginan, perasaan pribadi, dan keahlian khusus yang dimilikinya.
Dapat dipahami bahwa segi psikis merupakan sisi psikologis yang dimiliki si
tokoh. Hal ini terlihat lewat kejiwaan si tokoh, berupa kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan si tokoh dan berbagai sifat yang tampak dari si tokoh tersebut
dalam keseharian.
3)
Segi sosiologis
Pengarang menggambarkan latar belakang kedudukan tokoh tersebut dalam
masyarakat dan hubungannya dengan tokoh-tokoh lainnya. Segi sosiologis meliputi
status sosial (kaya, miskin, menengah), peranan dalam masyarakat, pendidikan,
pandangan hidup, kepercayaan, dan aktivitas sosial, dan suku bangsa. Dapat
dipahami bahwa segi sosiologis tokoh dalam sebuah drama merupakan segi
kedudukan atau peran si tokoh dalam lingkungannya, seperti status sosial si
tokoh.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
tiga segi yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menggambarkan karakter
tokoh, yaitu melalui 1) segi fisis yang berupa keadaan fisik si tokoh, 2) segi
psikis yaitu kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan si tokoh, dan 3) segi sosiologis
yaitu status si tokoh dalam bermasyarakat.
Selain itu, menurut Saleh (dalam blog Pipit Dwi Komariah), ia membagi
kepribadian dalam dua kelompok, yaitu kepribadian superior dan kepribadian
inferior. Kepribadian superior adalah bentuk-bentuk kepribadian yang
berorientasi pada perbaikan-perbaikan kualitas kehidupan.
Karakter kepribadian superior diuraikan menjadi tujuh, yaitu:
1)
Pertahanan ego
Pertahanan ego adalah sikap-sikap dasar
seperti mudah menerima keadaan, terus-menerus bekerja, dan mempunyai
kemandirian yang tinggi dengan mengandalkan kemampuan dan penilaian. Maksudnya,
orang yang memiliki sikap ini selalu berusaha menjadi yang terbaik dengan
segala kemampuan yang dimilikinya.
2)
Percaya diri
Percaya diri adalah sikap tidak
tergantung pada orang lain, tegas dan konstan (tidak berubah-ubah), cepat
menentukan sikap, mengambil keputusan disertai dengan perhitungan yang matang,
dan memiliki sifat persuatif sehingga memperoleh banyak dukungan. Maksudnya, orang
yang bersikap seperti ini tidak mudah terpengaruh dengan orang lain, namun
selalu melakukan sesuatu dengan mempertimbangkan segala sesuatunya.
3)
Rela berkorban
Rela berkorban adalah sikap bersedia
mengorbankan dirinya demi memenuhi kebutuhan orang lain atau mendahulukan
kepentingan yang lebih umum dari pada kepentingan pribadi demi mewujudkan
tujuan yang luhur dan mulia. Maksudnya, sikap seperti ini dimiliki oleh orang
yang selalu mementingkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
4)
Sabar
Sabar adalah sikap tidak tergesa-gesa
dalam mengambil jalan langkah dalam memecahkan masalah, juga tidak terpengaruh
oleh penundaan dan bersedia menaati saat yang tepat untuk menerapkan
strateginya. Maksudnya, sikap seperti ini lebih kepada sikap seseorang yang dapat menghadapi suatu keadaan apapun dengan ikhlas serta
tanpa berkeluh kesah dalam keadaan apapun dan bagaimanapun.
5)
Sikap idealistik
Sikap idealistik adalah sikap
selektif dan berorientasi pada kesempurnaan dan standar tertentu. Maksudnya, sikap
ini adalah sikap seseorang yang percaya pada tujuan apa yang bisa memberi manfaat untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik.
6)
Tepat janji
Tepat janji artinya konsisten dengan
sikap yang dipilih baik pemikiran maupun kesepakatan yang dibuat bersama orang
lain. Bila suatu saat ia melakukan ingkar janji, akan sangat merasa bersalah
dan mengeluh. Maksudnya, sikap ini adalah sikap seseorang yang selalu memegang
teguh suatu prinsip atau pendirian dari segala hal yang telah di tentukan.
7)
Inovatif
Inovatif adalah sikap yang memiliki kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang benar dan selalu mencoba sesuatu yang baru atau perubahan. Maksudnya, orang yang memiliki sikap ini mendayagunakan kemampuan dan keahlian untuk menghasilkan karya baru.
Inovatif adalah sikap yang memiliki kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang benar dan selalu mencoba sesuatu yang baru atau perubahan. Maksudnya, orang yang memiliki sikap ini mendayagunakan kemampuan dan keahlian untuk menghasilkan karya baru.
Sedangkan kepribadian
inferior adalah kepribadian individu yang cenderung tidak diharapkan
kehadirannya kerena sifat jeleknya yang berpeluang besar merugikan diri sendiri
dan orang lain.
Ciri kepribadian
inferior dapat diuraikan sebagai berikut:
1)
Depresi
Depresi merupakan salah satu bentuk yang menyebabkan emosi tergantung keseimbangannya sehingga yang bersangkutan cepat marah. Individu yang depresi sulit menggunakan akal sehatnya. Orang depresi cenderung tidak bergairah sehingga penampilannya menunjukkan ekspresi kesedihan (murung, cepat marah, dan mudah tersinggung) yang berakibat enggan berinteraksi dengan orang lain.
Depresi merupakan salah satu bentuk yang menyebabkan emosi tergantung keseimbangannya sehingga yang bersangkutan cepat marah. Individu yang depresi sulit menggunakan akal sehatnya. Orang depresi cenderung tidak bergairah sehingga penampilannya menunjukkan ekspresi kesedihan (murung, cepat marah, dan mudah tersinggung) yang berakibat enggan berinteraksi dengan orang lain.
2)
Suka pamer atau sombong
Suka pamer merupakan sikap suka
memperlihatkan atau menunjukkan sesuatu pada orang lain, baik keahlian,
kepandaian, ataupun kepemilikan yang sebenarnya hal tersebut tidak dibutuhkan
atau diminta oleh orang lain.
3)
Tidak disiplin
Tidak disiplin merupakan perilaku
yang cenderung tidak mengetahui aturan main yang ditetapkan bersama serta
mempunyai tujuan untuk memperoleh sesuatu yang mengunutungkannya.
4)
Pelupa
Ciri kepribadian pelupa berkaitan
erat dengan lupanya individu terhadap hal yang dapat disebabkan oleh terlalu
banyaknya jadual acara maupun kurang disiplin dalam mencatat agenda tersebut.
5)
Sulit membuat keputusan
Sulit membuat keputusan merupakan
sikap individu yang sulit membuat keputusan apa saja atau yang membutuhkan
waktu untuk membuat keputusan yang sempurna.
6)
Tak acuh
Tak acuh adalah sikap kurang peduli
terhadap hal-hal disekitarnya dan cenderung sibuk dengan dirinya sendiri.
7)
Bersikap negatif
Bersikap negatif yaitu sikap yang
cenderung hanya melihat sisi buruk atau kelemahan dari situasi dan kondisi
tertentu. Biasanya timbul hanya untuk menutupi kekurangan yang justru
dimilikinya. Sikap ini dapat terbentuk karena terus-menerus kecewa.
8)
Tidak konsisten
Tidak konsisten merupakan refleksi dari
tidak adanya kepercayaan diri, tidak adanya moral kejujuran, maupun kerena
mudah dipengaruhi oleh orang lain.
Berdasarkan
penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian seseorang terbagi
atas dua kelompok, yaitu 1) kepribadian superior yaitu kepribadian seseorang
yang bisa dikatakan bentuk-bentuk kepribadian yang berorientasi pada
perbaikan-perbaikan kualitas kehidupan dan 2) kepribadian inferior yaitu kepribadian
seseorang yang bisa dikatakan jelek dan berpeluang besar merugikan diri sendiri
dan orang lain.
Adakalanya juga karakter tokoh dalam drama digambarkan pengarang melalui
pemberian nama. Dalam kehidupan nyata, nama seseorang memang tidak identik
dengan sifat dan perilaku orang tersebut. Tapi dalam dunia fiksi, kita bisa
memberikan nama-nama tertentu untuk memberikan kesan karakter yang
berbeda-beda. Pemberian nama tokoh juga hendaknya disesuaikan dengan setting
cerita atau karakter etnis dari tokoh tersebut.
Karakter tokoh ialah watak, tabiat, perilaku yang dimiliki oleh tokoh
atau pelaku dalam cerita. Sifat atau kebiasaan serta watak cerita yang
ditampilkan oleh pengarang bermacam-macam coraknya. Karakter merupakan realisasi
perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika,
dan perilaku).
Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha
melakukan hal-hal yang terbaik terhadap tuhan yang Maha Esa, terhadap dirinya
sendiri, sesama, lingkungan, bangsa, dan negara serta dunia internasional pada
umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan
kesadaran, emosi, dan motivasinya (perasaannya). Berarti karakter tokoh merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh
setiap tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain dan biasanya akan terlihat
lewat sikap, tingkah laku, maupun kebiasaan tokoh.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh
adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional,
sosial, etika, dan perilaku). Karakter tokoh juga merupakan sifat-sifat yang
dimiliki oleh setiap tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain dan biasanya
akan terlihat lewat sikap, tingkah laku, maupun kebiasaan tokoh.
2.3 Pengertian Tokoh
Tokoh merupakan sosok atau pribadi yang memerankan berbagai karakter yang
dilakonkan dalam cerita. Melalui kehadiran tokohlah, karakter tersebut akan
dapat disampaikan dengan baik kepada penonton. Selain itu, tokoh juga yang
memiliki peran sebagai penyampai pesan dalam drama kepada penonton lewat
adegan-adegan yang diperankannya melalui karakter yang telah dibebankan
kepadanya. Dengan kata lain, tokohlah yang menjadi pelaku cerita. Sedangkan, karakteristik
merujuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam
sebuah cerita.
Tokoh-tokoh yang ada dalam karya sastra kebanyakan berupa manusia, atau
makhluk lain yang mempunyai sifat seperti manusia. Artinya, tokoh cerita itu
haruslah hidup secara wajar dan mempunyai unsur pikiran atau perasaan yang
dapat membentuk tokoh-tokoh fiktif secara meyakinkan sehingga penonton merasa
seolah-olah berhadapan dengan manusia sebenarnya.
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Aminuddin (2002:79), bahwa
”Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga
peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita”. Dapat dipahami bahwa tokoh
merupakan orang yang memiliki peran penting untuk melakonkan berbagai rentetan
peristiwa dalam cerita sehingga cerita tersebut memiliki satu kesatuan cerita
yang utuh dan dapat dinikmati oleh penonton.
Sama halnya dengan Nurgiyantoro (2012:165), ia juga menyatakan bahwa ”Istilah
tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita”. Maksudnya jelas bahwa tokoh
tersebut merupakan orang yang menjadi pelaku dalam cerita, yang memerankan
setiap lakon dalam cerita.
Lalu, Sayuti (dalam Wiyatmi, 2009:30) yang mengatakan bahwa ”Tokoh
merupakan pelaku rekaan dalam sebuah cerita fiktif yang memiliki sifat manusia
alamiah, dalam arti bahwa tokoh-tokoh itu memiliki ”kehidupan” atau berciri ”hidup” tokoh yang memiliki derajat lifelikeness
”kesepertihidupan”. Maksudnya,
tokoh tersebut merupakan pelakon dalam sebuah cerita fiktif, ia juga harus
melakonkan karakter yang sama dengan tokoh dalam cerita. Hal ini dikarenakan
karya fiksi merupakan hasil karya imajinatif atau rekaan, maka penggambaran
watak tokoh cerita pun merupakan sesuatu yang artifisial, yakni merupakan hasil
rekaan dari pengarangnya yang dihidupkan dan dikendalikan sendiri oleh pengarangnya.
Pengarang tidak serta merta menciptakan dunia di luar logika para penonton.
Artinya pengarang memakai nama latar, peristiwa dan tokoh seperti keberadaannya
di dunia nyata. Penciptaan tokoh oleh pengarang haruslah yang benar-benar
seperti manusia.
Menurut Wiyatmi (2009:30), ia menyatakan bahwa ”Tokoh adalah para pelaku
yang terdapat dalam sebuah fiksi”. Maksudnya jelas bahwa tokoh merupakan pelaku
atau pelakon sebuah cerita.
Berdasarkan beberapa pendapat di
atas maka dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah individu ciptaan/rekaan
pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau perlakuan dalam berbagai
peristiwa cerita yang menjadi pelaku dalam sebuah karya fiksi yang
mempunyai watak dan perilaku tertentu.
2.4 Jenis-jenis Tokoh
Ketika menonton sebuah drama, kita akan dihadapkan pada sejumlah
tokoh yang dihadirkan didalamnya. Tokoh-tokoh tersebut memiliki peranan yang
tidak sama. Setiap tokoh dalam cerita memiliki fungsi dan peranan masing-masing
yang menjadikannya sebagai tokoh yang melakonkan setiap adegan dalam cerita.
Peranan masing-masing tokoh tersebut tidak sama dilihat dari segi peranan atau
tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita.
Menurut Nurgiyantoro
(2012:176), ia menyatakan bahwa ”Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat
dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan
itu dilakukan, yaitu berdasarkan peranan/tingkat pentingnya tokoh dalam cerita,
berdasarkan fungsi penampilan tokoh dalam cerita, berdasarkan perwatakannya
dalam cerita, berdasarkan berkembang tidaknya perwatakan tokoh cerita, dan
berdasarkan pencerminan tokoh cerita terhadap kehidupan nyata”.
2.4.1
Berdasarkan peranan/tingkat pentingnya tokoh dalam cerita
1) Tokoh Utama
Menurut
Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa ”Tokoh utama merupakan tokoh yang tergolong
penting dan ditampilkan terus-menerus, sehingga terasa mendominasi sebagian
besar cerita”. Maksudnya, tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya
dalam sebuah cerita. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik
sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh ini juga selalu
berhubungan dengan tokoh-tokoh lainnya.
2) Tokoh Tambahan
Menurut
Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa ”Tokoh tambahan merupakan tokoh yang
hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita dan itupun mungkin
dalam porsi penceritaan yang relatif pendek”. Maksudnya, tokoh tambahan
hanyalah sebagai tokoh yang melengkapi cerita, ia tidak terlalu dipentingkan
dan kehadirannya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2.4.2 Berdasarkan
fungsi penampilan tokoh dalam cerita
1) Tokoh Protagonis
Menurut
Nurgiyantoro (2012:178), ia menyatakan bahwa ”Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya disebut
hero. Ia merupakan tokoh penjawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi
kita”. Maksudnya, tokoh protaganis selalu menjadi tokoh yang sentral dalam
cerita. Ia bahkan menjadi pusat sorotan dalam kisahan. Tokoh protagonis dapat
ditentukan dengan memperhatikan hubungan antartokoh, protagonis berhubungan
dengan tokoh-tokoh yang lain, sedangkan tokoh-tokoh itu sendiri tidak semua
berhubungan satu dengan yang lain.
2) Tokoh Antagonis
Menurut Nurgiyantoro (2012:179), ia
menyatakan bahwa ”Tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan konflik atau
sering disebut sebagai tokoh jahat”. Maksudnya, tokoh ini juga mungkin diberi
simpati oleh pembaca jika dipandang dari kaca mata si penjahat itu sehingga
memperoleh banyak kesempatan untuk menyampaikan visinya, walaupun secara
vaktual dibenci oleh masyarakat. Tokoh antagonis merupakan tokoh penentang
utama dari protagonis.
2.4.3 Berdasarkan
perwatakannya dalam cerita
1) Tokoh Sederhana
Menurut
Nurgiyantoro (2012:181), ia menyatakan bahwa ”Tokoh sederhana adalah tokoh yang
hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu atau sifat watak yang tertentu
saja”. Maksudnya, tokoh ini adalah tokoh yang tidak memiliki sifat atau tingkah
laku yang dapat memberikan efek kejutan bagi penonton. Sifat dan tingkah
lakunya bersifat monoton, datar dan hanya mencerminkan suatu watak tertentu. Meskipun
tokoh sederhana bisa melalukan berbagai tindakan, namun semua tindakannya itu akan
dapat dikembalikan pada perwatakan yang dimiliki dan yang telah diformulakan
itu. Sehingga penonton dengan mudah dapat memahami watak dan tingkah laku tokoh
ini, hal ini dikarenakan ia mudah dikenal dan familiar.
2) Tokoh Bulat
Menurut
Nurgiyantoro (2012:183), ia menyatakan bahwa ”Tokoh bulat adalah tokoh yang
memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian
dan jati dirinya”. Maksudnya, tokoh bulat merupakan tokoh yang memiliki watak
tertentu dan ia pun dapat menampilkan watak dan tingkah laku yang bermacam-macam,
bahkan mungkin bertentangan dan sulit ditebak. Tokoh ini juga sering memberikan
kejutan, karena ia memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan.
2.4.4 Berdasarkan berkembang
tidaknya perwatakan tokoh cerita
1) Tokoh Statis
Menurut
Nurgiyantoro (2012:188), ia menyatakan bahwa ”Tokoh statis adalah tokoh cerita
yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan
sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi”. Maksudnya, tokoh ini tampak
seperti kurang terlibat dan tidak terpengaruh oleh adanya perubahan-perubahan
lingkungan yang terjadi karena adanya hubungan antarmanusia. Tokoh ini memiliki
sikap dan watak yang relatif tetap, tidak berkembang sejak awal sampai akhir
cerita.
2) Tokoh Berkembang
Menurut
Nurgiyantoro (2012:188), ia menyatakan bahwa ”Tokoh berkembang adalah tokoh
cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan
peristiwa dan plot yang dikisahkan”. Maksudnya, tokoh ini secara aktif
berinteraksi dengan lingkungannya yang dapat mempengaruhi sikap, watak dan
tingkah lakunya. Sikap dan watak tokoh ini mengalami perkembangan dari awal, tengah
dan akhir cerita sesuai dengan tuntutan koherensi cerita secara keseluruhan.
2.4.5 Berdasarkan pencerminan
tokoh cerita terhadap kehidupan nyata
1) Tokoh Tipikal
Menurut
Nurgiyantoro (2012:190), ia menyatakan bahwa ”Tokoh tipikal adalah tokoh yang
hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya dan lebih banyak
ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya”. Maksudnya, tokoh tipikal
merupakan penggambaran, pencerminan atau penunjukan terhadap orang atau
sekelompok orang yang terikat dalam suatu lembaga yang ada di dunia nyata.
2) Tokoh Netral
Menurut
Nurgiyantoro (2012:191), ia menyatakan bahwa ”Tokoh netral adalah tokoh cerita
yang bereksistensi demi cerita itu sendiri”. Maksudnya, tokoh ini merupakan
tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi, ia hadir
dan dihadirkan semata-mata demi cerita atau bahkan dialah yang mempunyai
cerita, pelaku cerita dan yang diceritakan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa tokoh-tokoh karya fiksi, misalnya drama memiliki posisi
masing-masing dan dengan berbagai karakter yang berbeda-beda, yang keseluruhannya
itu dapat mendukung terwujudnya jalan cerita yang baik dan enak dinikmati oleh
penonton.
2.5 Peran
Tokoh Utama dalam Sinetron
Tokoh utama merupakan tokoh yang mendominasi jalannya cerita. Ia
merupakan tokoh yang selalu dikaitkan keberadaannya dengan tokoh lain. Bahkan,
pembicaraan tentangnya selalu dikait-kaitkan dalam setiap peristiwa yang
terdapat disepanjang jalannya cerita.
Menurut Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa ”Tokoh utama adalah
tokoh yang diutamakan penceritaanya dalan cerita yang bersangkutan. Ia
merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian
maupun yang dikenai kejadian”. Maksudnya jelas bahwa tokoh utama merupakan
tokoh yang selalu diceritakan dalam setiap urutan kejadian dalam cerita
tersebut, baik itu dia sebagai pelaku kejadian maupun sebagai orang yang
dikenai kejadian.
Begitu juga pendapat yang sama tentang tokoh utama dari Aminuddin
(2002:80), yang menyatakan bahwa ”Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang
sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya. Selain itu lewat
judul cerita juga dapat diketahui tokoh utamanya”. Maksudnya, tokoh utama
tersebut merupakan tokoh yang sering diperbincangkan oleh pengarang cerita tersebut,
bahkan melalui judul cerita saja dapat diketahui bagaimana karakter tokoh
utamanya. Sehingga penonton dapat menentukan tokoh utama dengan jalan melihat
keseringan pemunculannya dalam suatu cerita. Selain lewat memahami peranan dan
keseringan pemunculannya, dalam menentukan tokoh utama dapat juga melalui
petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya.
Berdasarkan kedua
pendapat pakar di atas tentang tokoh utama, maka dapat dipahami bahwa tokoh
utama memiliki peran sebagai tokoh yang sangat menentukan perkembangan alur
atau plot cerita tersebut, karena dengan tokoh utamalah keberlangsungan cerita
dapat dijalin dengan baik.
2.6 Pengertian Sinetron
Sinetron merupakan sebuah
ungkapan yang tidak asing di telinga. Bahkan, anak kecil pun sudah dapat mengetahui
mana yang dikatakan dengan sinetron. Sinetron yang sering ditayangkan di
stasiun televisi memuat berbagai kisah kehidupan manusia yang dilakonkan oleh
tokoh-tokoh tertentu dengan karakter yang dituntut dalam adegan-adegan cerita
tersebut.
Dalam Depdiknas (2006:62),
dijelaskan bahwa ”Secara etimologi
bahasa sinetron merupakan kepanjangan dari sinema elektronik yang berarti
sebuah karya cipta seni budaya, dan media komunikasi pandang dengar yang dibuat
berdasarkan sinematografi dengan direkam pada pita video melalui proses
elektronik, lalu ditayangkan melalui stasiun televisi”. Maksudnya, sinetron merupakan
bentuk kesenian sekaligus media hiburan massa dalam bentuk visual. Medium
visual menyampaikan ide secara denotatif, yaitu langsung memperlihatkan
benda kongkritnya. Berbeda dengan radio atau surat kabar yang menggunakan kata,
yang untuk memahaminya harus melalui proses interpretasi, pesan di sini hanya
dapat diinterpretasikan sesuai dengan maksud komunikator.
Lalu, menurut Wiyatmi (2009:1), ia menyatakan bahwa ”Sebagai media
komunikasi massa, sinetron merupakan sebuah pesan yang dikomunikasikan kepada
khalayak luas atau kepada sejumlah besar orang. Secara garis besar para ahli
memetakan dua sisi relasi antara media dengan masyarakat, sisi pertama fokus
perhatiannya pada teori yang berkaitan dengan relasi media-masyarakat,
perhatian terhadap cara media digunakan di masyarakat dan pengaruh timbal balik
yang lebih besar antara struktur sosial dan media. Pada sisi yang kedua fokus
perhatiannya pada relasi media-audience dengan memberi penekanan pada pengaruh
kelompok dan individu serta hasil dari transaksi media”. Maksudnya juga jelas
bahwa sinetron merupakan media menyampai pesan kepada khalayak ramai.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
sinetron merupakan rangkaian cerita yang terjalin sesuai dengan
problematika-problematika kehidupan yang menggambarkan perbuatan manusia yang
universal ke dalam satu pencerminan
atau pengggambaran mengenai suatu kenyataan dalam dunia nyata.
2.7 Jenis-jenis Sinetron
Sinetron yang sering ditayangkan di stasiun televisi sekarang memiliki
berbagai jenis tersendiri. Dari kesekian jenis tersebut membuat sinetron
menjadi pilihan tontonan yang digandrungi oleh berbagai kalangan penikmat drama
dan penonton. Selain itu, seiring dengan perkembangan zaman, pengaruh sinetron
dapat dirasakan cukup mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh jika
kita tertinggal satu episode akan merasa ada sesuatu yang hilang dan tidak
jarang pula pertengkaran dalam melihat sinetron antaranggota keluarga sering
terjadi. Hal ini menunjukkan sinetron memiliki banyak penggemar, khususnya di Indonesia.
Atas dasar tersebutlah, bebagai jenis sinetron terus bermunculan di stasiun televise.
Lebih lanjutnya, menurut Labib (dalam wikipedia), ia menyatakan bahwa ada
beberapa jenis sinetron yang dikenal, antara lain :
1)
Sinetron Seri, yaitu sinetron yang memiliki
banyak episode tetapi masing-masing episode tidak memiliki hubungan sebab
akibat. Maksudnya, sinetron jenis ini merupakan sinetron yang mempunyai banyak
episode, namun setiap episode dalam sinetron tidak memiliki keterkaitan antara
episode yang satu dengan episode yang lain.
2)
Sinetron Serial, kebalikan dengan sinetron seri,
sinetron serial memiliki sebab akibat dalam tiap episodenya. Maksudnya, sinetron
yang dibagun atas banyak episode dan tiap episode memiliki tererikatan antara
satu episode dengan episode yang lain.
3)
Sinetron Mini Seri, yaitu sinetron yang memiliki
durasi lebih pendek dan langsung selesai. Maksudnya, sinetron jenis ini
memiliki jalan cerita yang lebih singkat dan dapat selesai hanya dengan dengan
durasi waktu yang lebih singkat.
4)
Sinetron Lepas, yaitu sinetron yang terdiri dari
satu episode yang jalan ceritanya sudah langsung selesai. Maksudnya, sinetron
ini hanya memiliki satu episode saja dan dalam satu episode tersebut, sinetron
jenis ini dapat menceritakan keseluruhan cerita hingga usai.
Berdasarkan
penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa sinetron yang ditayangkan di
stasiun televisi bukan hanya memiliki satu jenis saja. Namun, dengan beberapa
jenis tersebut membuat sinetron yang dijadikan media hiburan dan media
menyampai pesan yang sarat makna kepada penonton, memiliki keunikan tersendiri.
2.8 Sinetron Bagian
dari Drama
Ketika menonton sebuah film atau sinetron, maka kita akan dihadapkan pada
kejadian atau peristiwa yang bermunculan dalam sinetron tersebut. Jika
diperhatikan dengan seksama maka sinetron yang ditonton tersebut sama dengan
kejadian atau peristiwa yang ada dalam dunia nyata, yaitu peristiwa dalam
keseharian dalam hidup bermasyarakat.
Pada dasarnya, sinetron adalah bagian dari drama atau disebut juga drama
modern. Maksudnya, sinetron menyajikan kehidupan yang dibuat seolah-olah
benar-benar nyata. Perbedaan antara sinetron dan drama hanya terletak pada
latar cerita. Latar cerita sebuah drama adalah pentas atau panggung, sedangkan
latar cerita sinetron adalah tempat yang senyatanya.
Jadi, sebuah tiruan kejadian atau peristiwa hidup manusia yang disajikan
atau dilakonkan di atas pentas dapat dikatakan sebagai sebuah drama. Sedangkan
sinetron merupakan urutan kejadian tentang gambaran peristiwa hidup manusia
yang diadegankan dalam lingkungan tempat yang senyatanya dan dapat dilihat
dengan gamblang oleh penonton.
2.9 Sinopsis
Sinetron Tukang Bubur Naik Haji
Cerita keseluruhan Tukang Bubur Naik Haji seperti menonton kehidupan
masyarakat sehari-hari, yang didalamnya termasuk perilaku kita sendiri. Kita
yang seolah-olah seorang dermawan sejati, padahal sebenarnya kita sangat
mengharapkan pujian orang. Sebenarnya ada kecenderungan kita ingin pamer.
Bagaimana kita selalu berpenampilan suci, padahal apa yang kita lakukan
seringkali keji. Bahkan kepada orang yang pernah menolong kita sekalipun.
Kepalsuan-kepalsuan yang hanya kita sendiri yang tahu, selalu membuat kita
tersenyum jengah. Kesemuanya disajikan secara manis dan lucu dalam serial ini.
Ada tokoh Bang Sulam (Mat Solar), yang penyabar, selalu tersenyum, ia
memiliki usaha bubur ayam. Berkat ketekunan dan keikhlasannya, akhirnya ia bisa
naik haji dan memperbesar usaha bubur ayamnya. Bang Sulam tinggal bersama
Rodiah (Uci Bing Slamet) istrinya, dan Emak (Nani Wijaya). Tetangga Bang Sulam, H. Muhidin (Latief Sitepu)
dan Hj. Maemunah (Shinta Muin), entah mengapa selalu memusuhi keluarganya.
Bahkan anak mereka, Rumanah (Citra Kirana) dilarang berhubungan dengan Robby
(Andi Arsyil), adik ipar Bang Sulam. Fitnah-fitnah tentang keluarga Bang Sulam
pun berdatangan. Bagaimanakah keluarga Bang Sulam menyikapi segala nikmat dan cobaan
yang ia dan keluarga hadapi sehari-hari? Semoga acara ini bisa menjadi cermin
bagi kita pemirsa untuk berkaca dan berbenah diri.
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan
dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif yang bersifat deskriptif. Hasil penelitian yang diharapkan setelah
pengumpulan data dijabarkan dalam bentuk penjelasan dan paparan agar pembaca
mengerti tentang permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Penelitian
dengan pendekatan kualitatif dimaksudkan agar menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis dari sinetron yang diamati, artinya data yang
dianalisis di dalamnya berbentuk deskriptif dan tidak berupa angka-angka
seperti halnya pada penelitian kuantitatif.
Seperti yang dikemukakan oleh Kutha
Ratna (2009:47), bahwa ”Pendekatan kualitatif memberikan
perhatian terhadap data alamiah yaitu data dalam hubungannya dengan konteks
keberadaannya. Objek penelitian bukan gejala sosial sebagai bentuk substantif
melainkan makna-makna yang terkandung dibalik tindakan yang justru mendorong
timbulnya gejala sosial tersebut. Dalam hubungan inilah pendekatan kualitatif
dianggap sama dengan pemahaman. Sesuai dengan namanya, pendekatan ini mempertahankan
nilai-nilai sehingga pendekatan ini dipertentangkan dengan pendekatan
kualitatif yang berarti bebas nilai”.
29
|
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa
hermeneutik merupakan jenis penelitian yang dapat mengungkapkan makna dibalik
karya sastra tersebut dan memberikan penafsiran terhadap teks sastra melalui
cerminan bahasa yang digunakan sebagai sarana dalam mewujudkan pemahaman makna
dalam teks sastra tersebut. Melalui penelitian hermeneutik ini, berusaha mengungkapkan
karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI.
3.2 Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah kata, kalimat dan dialog-dialog yang
menunjukkan karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji”
tayangan RCTI. Sedangkan sumber data penelitian adalah video berupa sinetron
”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Peneliti
mencari video yang berisi sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan
RCTI, yaitu episode 1 dan 2.
2)
Peneliti memutar video tersebut, lalu
menontonnya berulang-ulang.
3)
Peneliti menulis dialog-dialog antartokoh dalam
sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2 yang
telah ditonton menjadi teks dialog seperti naskah drama.
4)
Peneliti mengelompokkan data-data berupa dialog
yang mencerminkan karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan
RCTI, yaitu episode 1 dan 2.
5)
Peneliti mencatat dialog-dialog yang
mencerminkan karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji”
tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2.
6)
Selanjutnya, peneliti menguraikan
data-data tersebut, lalu menganalisis karakter tokoh utama dalam
sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2 tersebut.
3.4 Teknik Analisis Data
Data dalam
penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis secara kualitatif
yaitu menganalisis karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur
Naik Haji” Tayangan RCTI. Hal ini
sejalan dengan penjelasan Sugiono (2009 : 337), ia menyatakan bahwa ”Analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan
data dalam periode tertentu”.
Data tersebut dianalisis dengan menggunakan teori Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (Sugiono 2009 :
337), mengemukakan bahwa ”Aktifitas dalam analisis kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga
datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu mereduksi data,
menyajikan data dan menyimpulkan data”.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh
dalam pengolahan data adalah mengolah data menurut jenisnya, menganalisis karakter
tokoh utama dan menyimpulkan.
1)
Mereduksi data
Tahap mereduksi data mulai
dilakukan melalui proses penyeleksian, identifikasi dan pengklasifikasian.
Penyeleksian dan pengidentifikasian merupakan kegiatan untuk menyeleksi dan
mengidentifikasi data-data pada kategori karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron
”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI. Tahap pengklasifikasian merupakan
proses yang dilakukan untuk mengklasifikasikan data, memilih data dan
mengelompokkan data.
2)
Menyajikan Data
Menyajikan Data merupakan
kegiatan pengelompokkan data melalui tahap reduksi data pada kategori karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron
”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI.
3)
Menarik Simpulan
Menarik simpulan dilakukan
setelah mengikuti dua tahap. Simpulan ditarik setelah data disusun dan
diperiksa kembali. Selanjutnya, didiskusikan dengan pembimbing. Setelah proses
ini dilalui, hasil akhir penelitian analisis karakter tokoh utama dalam
sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, disajikan dalam bentuk laporan
penelitian.
3.5 Pengecekan
Keabsahan Data
Pemeriksaan terhadap keabsahan data
merupakan salah satu bagian yang penting di dalam penelitian kualitatif, yaitu
untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan. Apabila peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data
secara cermat dan menggunakan teknik yang tepat, maka akan diperoleh hasil
penelitian yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai segi.
Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan teknik triangulasi
dan uraian rinci. Moleong (2010: 330), menjelaskan bahwa ”Teknik triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Di mana
dengan triangulasi peneliti dapat me-recheck hasil temuannya
dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode atau teori”.
Sedangkan ”Teknik uraian rinci merupakan teknik yang menuntut
peneliti untuk menguraikan secara khusus sekali segala sesuatu yang dibutuhkan
oleh pembaca agar ia dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh. Temuan
itu tentunya bukan bagian dari uraian rinci melainkan penafsiran yang dilakukan
dalam bentuk uraian rinci berdasarkan data yang diperoleh” (Moleong, 2010: 337).
Maka, jelas bahwa melalui triangulasi dan uraian rincilah
keabsahan data tentang karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur
Naik Haji” tayangan RCTI dapat
dibuktikan keabsahan datanya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Adapun hasil penelitian tentang karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron
”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, pada episode 1 dan episode 2, yaitu
berupa karakter H. Sulam dan H. Muhidin. Berdasarkan hasil penelitian dalam
sinetron tersebut, terdapat beberapa karakter tokoh utama. Maka penulis
menjabarkan data tentang karakter tokoh utama tersebut,
sebagai berikut:
1)
Karakter
Tokoh H. Sulam
Berikut kutipan data yang
menggambarkan karakter tokoh H. Sulam:
(1)
Sopan Santun
Data
1
H. Sulam :Terima
kasih sudah datang. Eh, H. Muhidin datang, gak?
Kawan H. Muhidin :Maaf Pak H.
Kebetulan Pak H. Muhidin lagi ada halangan.
(konteks data :
episode 1)
Data
2
Hansip
Malih :Ngomong-ngomong ditahannya di mana bang H.
H.
Sulam :Ditahan? Siapa yang ditahan?
Hansip
Malih :Lo, bukannya Si Robby
tersangkut kasus narkoba?
H.
Sulam :Lo serius ni? Siapa yang ngomong?
Hansip
Malih :Waduh, ane juga kagak tau dah. Beritanya udah
seantar di mana-mana.
H.
Sulam :Siapa yang ngomong? Lo dengar dari siapa?
(konteks data :
episode 1)
Data 3
Pak
Ustad Zakaria :Silahkan Bang H. Sulam.
H.
Sulam :Assalamualaikum
wr.wb.
35
|
(konteks data : episode
2)
Data 4
H.
Sulam :Siang, Pak. Ada
apa ya?
Silahkan duduk dulu, ya. Silahkan!
(konteks data : episode
2)
(2)
Inovatif
Data 5
Hj.
Rodhiyah :Emang Si Robby mau
disuruh ngapain sih, bang?
H.
Sulam :Enggak, gue
pikir-pikir ni benar juga ide mak. Gue harus mikir buka cabang lagi.
(konteks data : episode
1)
(3)
Peduli Sesama
Data 6
Hj.
Rodhiyah :Mang Ojo, udah malam.
Istirahat aja dulu.
H.
Sulam :Ya udah Mang Ojo,
istirahat napa! Ya!
Mang
Ojo :Iya H.
(konteks data : episode
1)
Data 7
H.
Sulam :Adik lo Si Robby
belum nelpon lagi tu, hah? Udah hampir sepuluh hari ni dia belum nelpon.
Hj.
Rodhiyah :Terakhir sih dia bilang
mau ke Pedalaman, bang. Mungkin gak ada sinyal kali di sana.
(konteks data : episode
1)
Data 8
H.
Sulam :Kepedalaman?
Pamit
ke gue katanya mau ke Papua, kenapa pakek ke dalam-dalam sih. Eh, kata orang ni
daerah situ masih rawan. Kalau kita mau ke Pedalaman, naik perahu kecil dan itu
kalinya banyak buaya. Kalau adik lo dicatut buaya, ridho lo, ridho?
Hj. Rodhiyah
:Emang Si Robby mau disuruh ngapain sih, bang?
(konteks data : episode 1)
Data 9
Hj. Rodhiyah
:Kalo gak ketanganan gimana? Kan entar bisa ancur.
H. Sulam
:Nah ntu dia, justru gue mau kasih kerja ke Robby.
(konteks data : episode
1)
(4)
Bijaksana
Data 10
Hj.
Rodhiyah :Robby mau disuruh jadi
tukang bubur, ya benar aja dong bang?
Bang, dia itu kan calon Sarjana Teknik.
H.
Sulam :Iya gue tau, masak
sarjana gue suruh dorong gerobak sih. Ni, kalau ada dia, kan gue bisa tukar
pikiran. Robby itu pengetahuannya luas. Nah, gak kek gue. kagak bakal naik
tender.
(konteks data : episode
1)
Data
11
Emak
Haji :Ni mobil tiap hari
dielus-elus aja. Piknik kek sekali-kali, ke Siyantar kek. Biar kaki gue ni bisa
berendam, ya.
H.
Sulam :Beres mak, tapi benar juga tu kata emak.
Kenapa kita sekarang jadi dibudakin sama harta ya? Tiap hari ngurusin orang
makan.
(konteks data : episode
1)
(5)
Percaya Diri
Data
12
Hansip
Malih :Justru ane kesini ni bang
H. mau cek and ricek ke bang H.
H.
Sulam :Eh Lih, lo dengar
ni ye. Adik gue Si Robby sekarang lagi ada di Papua. Lagi bikin menara buat
hendpon. Enak aja lo kalo ngomong, ditahan-ditahan-ditahan. Jidat lo yang
ditahan? Ya udah deh, sono!
(konteks data
: episode 1)
Data 13
Hj.
Rodhiyah :Ada apa lagi sih,
Bang?
H.
Sulam :H. Muhidin, emang
mau ngejatuhin gue di depan jamaah keknya. Emang dia tu, sumber gosipnya.
(konteks
data : episode 2)
Data
14
Hj.
Rodhiyah :Ya Bang lawan dong.
H.
Sulam :Emang gue lawan.
Kalo gue gak lawan, makin kurang ajar dia.
(konteks data : episode 2)
(6) Sabar
Data 15
Hj.
Rodhiyah :Apa yang salah dari
kita, Bang? Ada aja fitnah yang menimpa kita.
H.
Sulam :Ya mana gue tau,
Roh. Mungkin tu ujian dari Allah atau apa kali.
(konteks data : episode
2)
Data
16
Emak
Haji :Eh, eh, Kenapa muka
lo, kayak ayam ketelan kapur. Kenapa? Soal sumbangan lagi?
H. Sulam :Soal Si Robby, makin panjang
aja, dah. Lagian juga tu anak. Ah, udah ah, gak usah diomongin dah.
(konteks data : episode
2)
(7)
Disiplin
Data 17
Mang
Ojo :Atuh jangan menyerah
begitu Buk Hj. Kalo Si Robby emang lagi kerja, ya kita harus lawan.
H.
Sulam :Nah, tu dia
masalahnya Mang Ojo, Si Robby tu udah sebulan kagak nelpon gue, gue kan kagak
tau, apa dia bekerja atau kagak atau gimana.
(konteks data : episode 2)
Data
18
Hj.
Rodhiyah :Jadi, Abang juga
nuduh Si Robby ditahan polisi, gitu Bang? Abang tega.
H.
Sulam :Gak Roh, gak.
Cuma gue kesal aja sama Si Robby. Katanya anak sekolahan, harusnya dia kan
mikir, ni keluarganya disini mikirin dia, nunggu berita dari dia. Dia selamat
atau gimana kan kita kagak tau. Ni kagak, kek kebo dungkul. Nelpon kagak, apa
kagak. Orang jual pulsa disana kan banyak, tinggal sepuluh ribu apa dia kagak
ikhlas.
(konteks data : episode
2)
(8)
Humoris
Data 19
Emak
Haji :Kenapa Roh, sakit?
Lam, Lam. Bawa aja ni dia ni ke puskesmas. Ni, Mak kalo kepala ni senut-senut
ni, Mak di sono. Dokternya baik, ganteng lagi. Bawa aja deh sono!
H.
Sulam :Bukan kepalanya
yang sakit, ni hatinya. Hatinya lagi sakit.
Emak
Haji :Astagfirullahalazim,
lo. Lefer tu lefer, bahaya.
H.
Sulam :Ya udah tenang,
entar Sulam bawa ke UGD.
(konteks data : episode
2)
(9)
Konsisten
Data 20
H.
Muhidin :Ah, itu kan
perasaan adik Sulam saja. Pertanyaan saya, pertanyaan umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir,
itu terserah Anda sendiri. Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau
tidak ada luka?
H.
Sulam :Masalahnya Pak H.
isu ini sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si Robby ditangkap
polisi dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke Bapak, bahwa satu
bulan ini dia gak kelihatan di kampung kita.
(konteks data : episode
2)
(10)
Berjiwa Besar
Data 21
H.
Sulam :Roh, Roh!
Hj.
Rodhiyah :Apa lagi sih, Bang?
H.
Sulam :Maafin gue ya,
gue keceplosan.
(konteks
data : episode 2)
2)
Karakter
Tokoh H. Muhidin
Berikut kutipan data yang
menggambarkan karakter tokoh H. Muhidin:
(1)
Iri Hati
Data 1
Rumana
:Umi kok ngomongnya kek gitu sih? Harusnya kita senang lo liat tetangga maju.
H. Muhidin
:Iya, kalo majunya usaha kerasnya kita patut senang dan bangga. Tetapi, kalo
majunya dengan kebetulan siapa juga bisa maju. Ini yang dapat dari lotrelah,
yang dapat dari pengusaha, hadiahlah. Apaan?
Rumana
:Gak Abah, di dalam Islam itu gak ada yang namanya kebetulan, semuanya itu
pasti udah direncanain sama Allah.
(konteks data : episode 1)
(2)
Sombong/Suka Pamer
Data 2
Warga
:Kok gak ikut syukuran di rumahnya pak H. Sulam?
H. Muhidin
:Iya ni, baru dari bandara jemput anak gue.
Warga
:Oya, yang katanya sekolah di Mesir.
H. Muhidin
:Iya… iya… semata wayang.
(konteks data : episode 1)
Data 3
Hansip Tarmidzi :Kan Mesir – Jakarta jauh Pak H. tiketnya mahal.emang Pak H.
sanggup?
H. Muhidin
:Namanya juga anak semata wayang, ya disanggup-sanggupin dong. Eh, gimana?
Katanya mau maju.
(konteks
data : episode 1)
Data 4
H. Rasyidi
:Emang hebat Si Rumana tu, dia bisa kuliah di luar negeri”Alazar”, gak gampang
tu H. saingannya berat. Paling enggak, dia mesti hafal satu dua juz Alquran
berikut tafsirnya.
H. Muhidin
:Urusan itunya H. itu Rumana sendiri. Sama mah, terima bersih aja. Nah, urusan
biaya gue deh. Termasuk sama istri gue ni sampai jungkir balik.
(konteks
data : episode 1)
(3)
Suka Menyindir
Data 5
H. Rasyidi
:Alhamdulillah, bagus itu. Anak Bapak juga, dia ambil S2. Jurusannya Hukum
Syariah di UIN.
H. Muhidin :Kok bisa cocok sih H. Lantas gimana tugas di
DPRnya kagak keganggu?
(konteks
data : episode 1)
Data 6
H. Muhidin
:Ye, namanya juga anak Periuk. Tau kan pergaulannya, mesti hati-hati nyari
teman, Roh.
Hj. Rodhiyah
:Pak H. Jangan teka-teki begitu deh. Si Robby tu baik-baik aja Pak H. Dia tu
lagi kerja, emangnya kenapa sih?
(konteks
data : episode 2)
Data 7
H. Muhidin
:Emangnya Si Sulam sudah lancer nyetir mobilnya, kagak perlu Si Robby lagi.
Hj. Rodhiyah
:Demi Allah Pak H. Robby itu lagi kerja di Papua. Kok tega-teganya menyebar
fitnah begitu. Robby itu anaknya baik.
(konteks
data : episode 2)
Data 8
Hj. Maemunah
:Ya, alasan apa juga masuk di akal, mau kerja di luar Jawa juga, kenapa gak
sekalian bilang aja keja ngikut TKI ke Malaysia. Ya gak.
H. Muhidin
:Tapi malu juga dong, Mi. Namanya kalo ada keluarga yang masuk bui.
(konteks
data : episode 2)
Data 9
Hj. Maemunah
:Orang Cuma nanya doing, dianya aja yang tersinggung.
Rumana
:Iya Umi, tapi kan kasian istrinya Bang Sulam. Kesini kan dia mau belanja, tapi
malah dibikin malu.
H. Muhidin
:Kalo kagak ada asap, kagak ada apinya. Berita itu ada tentu ada sebabnya. Lo
jangan terlalu bela dia deh Rum, ah.
(konteks
data : episode 2)
Data 10
Pak Ustad Zakaria
:Silahkan Pak H. Muhidin, tapi jangan panjang-panjang.
H. Muhidin
:Bagaimana hukumnya kalo ada di antara keluarga dekat kita, yang berbuat keji.
Misalnya menjadi pengedar narkoba? Bukankah kita telah diperintahkan Allah
untuk menjaga keluarga kita. Kuu Anfussakum Waahlikum naaraa. Jagalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka. Mohon penjelasannya, Pak Ustad.
(konteks
data : episode 2)
Data 11
H. Muhidin
:Ah, itu kan perasaan adik Sulam saja.
Pertanyaan
saya, pertanyaan umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir, itu terserah Anda
sendiri. Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau tidak ada luka?
H. Sulam
:Masalahnya Pak H. isu ini sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si
Robby ditangkap polisi dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke
Bapak, bahwa satu bulan ini dia gak kelihatan di kampung kita.
H. Muhidin
:Sebaiknya, kalo emang ada masalah gak usah ditutup-tutupilah. Saya
mengutarakan ini, karena kecintaan saya kepada H. Sulam karena kita sama-sama
jamaah mesjid ini.
(konteks
data : episode 2)
(4)
Mengadu Domba
Data 12
Hansip
Tarmidzi :Hah, ditangkap?
Hj.
Maemunah :Kek kagak tau aja,
dia kan anak Periuk, kan tau sendiri bagaimana kelakuan anak Periuk. Bisa-bisa
ni dia kelibat sama narkoba. Ini yang bikin gue jadi ngeri banget-banget deh.
H.
Muhidin :Eh, kalo benar
dia sudah satu bulan kagak kelihatan, berarti dia benar ditahan polisi. Ya
bagaimana ya, di sini dia dibutuhkan sama Si Sulam tuk nyetir mobilnya. Ya
maklum, punya mobil kagak punya nyali untuk nyetir sendiri.
(konteks
data : episode 1)
(5)
Angkuh
Data 13
Rumana :Bah, kalo apa yang
Abah tuduhin itu semua, gak benar. Abah bisa dilaporin ke polisi. Itu sama aja,
Abah udah mencemarkan nama baiknya Bang Robby, Bah.
H.
Muhidin :Silahkan aja,
kalo memang Robby kagak ditahan polisi, buktiin dong, bahwa dia itu orang baik.
Ini kagak.
(konteks
data : episode 2)
Data 14
Hj.
Maemunah :Udah deh Rum, lo
gak usah ngebelain dia. Masa depannya aja kagak jelas. Tau gak, kagak jelas.
Lagi, lo jangan berharap, Umi bakal ngeredoin lo. Kalo jadi bininya dia. Ingat
lo, ya. Maaf, ya.
H.
Muhidin :Amit-amit,
kalo gue sampai jadi mertuanya si anak yang kagak tau sopan santun, tu.
Rumana :Ya, Rum kan cuma
kasih tau Umi sama Abah aja. Kalo fitnah itu dosa besar.Udah itu aja.
(konteks
data : episode 2)
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tentang karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron
”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, pada episode 1 dan episode 2,
yaitu berupa karakter H. Sulam, H. Muhidin, Robby dan tokoh Rumana, maka
berikut ini penulis akan membahas data-data tentang karakter tokoh utama
tersebut, yaitu sebagai berikut:
1)
Karakter
Tokoh H. Sulam
Berikut penjelasan kutipan
data yang menggambarkan karakter tokoh H. Sulam:
(1)
Sopan Santun
Data
1
H. Sulam :Terima
kasih sudah datang. Eh, H. Muhidin datang, gak?
Kawan H. Muhidin :Maaf Pak H.
Kebetulan Pak H. Muhidin lagi ada halangan.
(konteks
data : episode 1)
Data 1
di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang sopan dan santun, yang
terlihat melalui percakapan antara H. Sulam dengan salah seorang kawan H.
Muhidin yang menghadiri acara peluncuran armada bubur ayam H. Sulam. Dengan santun
ia mengucapkan terima kasih karena sudah berkenan hadir ke acara tersebut
kepada salah seorang tamu undangan, yang kebetulan beliau adalah salah satu
kawan dekat H. Muhidin. Selain itu ia juga menanyakan, adakah H. Muhidin pun
berkenan datang ke acara peluncuran armada bubur ayamnya tersebut. Padahal
jelas-jelas H. Muhidin sangat tidak suka melihat kesuksesannya, namun ia dapat
memposisikan dirinya sebagai tuan rumah yang haruslah bersikap santun kepada
tamu. Dari dialog percakapan tersebut, terlihat jelas bahwa H. Sulam memiliki
karakter yang sopan dan santun terhadap tamu undangannya. Bahkan, ia juga tidak
lupa menanyakan tentang H. Muhidin, yang merupakan kawan dekat orang tersebut.
Data
2
Hansip
Malih :Ngomong-ngomong ditahannya di mana bang H.
H.
Sulam :Ditahan? Siapa yang ditahan?
Hansip
Malih :Lo, bukannya Si Robby
tersangkut kasus narkoba?
H.
Sulam :Lo serius ni? Siapa yang ngomong?
Hansip
Malih :Waduh, ane juga kagak tau dah. Beritanya udah
seantar di mana-mana.
H.
Sulam :Siapa yang ngomong? Lo dengar dari siapa?
(konteks data :
episode 1)
Data 2
di atas juga menunjukkan karakter kesopansantunan sosok H. Sulam. Dialog
percakapan ini terjadi antara H. Sulam dengan seorang hansip kampungnya, yang
bernama Malih. Dalam percakapan tersebut, dengan lantang si hansip menyatakan
tentang penahanan adik iparnya yang bernama Robby, karena tersandung kasus
narkoba. Namun, beberapa kali secara berulang-ulang, ia dengan sopan masih
tetap menanyakan kebenarannya dan dari mana si hansip mengetahui akan hal
tersebut, yang jelas-jelas dia sebagai abang iparnya saja tidak mengetahuinya. Dari
percakapan tersebut jelas terlihat sikap sopan yang dimiliki sosok H. Sulam,
meskipun adik iparnya dituduh demikian, namun ia masih bersikap santun tanpa
marah-marah kepada si hansip tadi, tapi ia hanya mempertanyakan dari mana si
hansip mendapatkan informasi yang tidak baik tentang adik iparnya. Dalam hal
ini, ia dapat memposisikan dirinya sebagai tuan rumah yang bersikap santun,
meskipun didatangi oleh seseorang dengan membawa kabar yang yang tidak
mengenakkan tentang salah satu anggota keluarganya.
Data 3
Pak
Ustad Zakaria :Silahkan Bang H. Sulam.
H.
Sulam :Assalamualaikum
wr.wb.
Mohon
maaf sebelumnya, saya hanya ingin mengajukan pertanyaan langsung kepada Bapak
H. Muhidin. Mengapa setiap kali beliau bertanya, selalu melirik kearah saya.
Apakah ada yang salah dengan saya atau memang pertanyaan itu ditujukan langsung
kepada saya atau memang Bapak H. menyindir kepada saya?
(konteks data : episode
2)
Data 3
di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang sopan dan santun, yaitu merupakan
dialog yang terjadi antara H. Sulam dengan Ustad Zakaria pada saat
berlangsungnya tanya jawab setelah usai kajian rutin ketika selesai salat
magrib di mesjid. Dalam tuturan yang diucapkan oleh H. Sulam saat akan
mengajukan pertanyaan yang tertuju langsung kepada H. Muhidin tersebut, telihat
jelas penggambaran karakter sopan santun yang dimiliki oleh H. Sulam. Bahwa,
ketika ingin mengutarakan pertanyaan, ia terlebih dahulu mengacungkan
tangannya, lalu memulai pertanyaan setelah dipersilahkan oleh Ustad yang
memimpin kajian tersebut, serta ia pun tidak lupa mengucapkan salam terlebih
dahulu sebelum membuka pembicaraan. Bahkan bukan hanya itu, kata-kata yang
dilontarkannya pun memiliki nilai santun yang cukup baik. Seperti salah
satunya, ia juga meminta maaf sebelumnya kepada H. Muhidin yang ditujukan
pertanyaan tersebut. Hal ini jelas bahwa karakter santun yang dimiliki oleh
sosok tukang bubur ini sangatlah baik, dan ia pun dapat memposisikan dirinya
dimana ia berada dan sedang berbicara dalam majelis yang bagaimana.
Data 4
H.
Sulam :Siang, Pak. Ada
apa ya?
Silahkan duduk dulu, ya. Silahkan!
(konteks data : episode
2)
Data 4
di atas juga menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang sopan dan santun, yang
terlihat lewat tuturan yang dilontarkan oleh H. Sulam. Tuturan tersebut terjadi
pada saat warung bubur ayam miliknya didatangi oleh pihak kepolisian. Poda saat
itu, tukang bubur yang satu ini sama sekali tidak mengetahui akan maksud
kedatangan dari kedua polisi tersebut. Rasa penasaran dan ingin tahulah yang
ada dalam batinnya. Namun, meskipun demikian tidak mengurangi sikap santun yang
dimilikinya. Ia tetap bersikap selayaknya pemilik warung yang siap melayani
kebutuhan pelanggannya. Dengan santai, ia pun melangkah menghampiri kedua polisi
tersebut, lalu menyapa mereka, seraya mempersilahkan keduanya duduk. Hal ini
jelas memperlihatkan bahwa H. Sulam adalah sosok yang memang memiliki sikap
santun yang tinggi terhadap siapapun, meskipun dia dalam keadaan khawatir atau
penasaran terhadap apa yang ada dihadapannya. Tapi, tidak akan mengurangi sikap
santun yang dimilikinya.
(2)
Inovatif
Data 5
Hj.
Rodhiyah :Emang Si Robby mau
disuruh ngapain sih, bang?
H.
Sulam :Enggak, gue
pikir-pikir ni benar juga ide mak. Gue harus mikir buka cabang lagi.
(konteks
data : episode 1)
Data 5
di atas mendeskripsikan karakter tokoh H. Sulam yang inovatif. Dialog percakapan
tersebut terjadi antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) pada suatu
malam di teras rumahnya. Dalam percakapan tersebut, H. Sulam menunjukkan sikap
inovatifnya dengan memberikan pernyataan kepada istrinya bahwa ia akan membuka
cabang penjualan bubur ayam lagi. Hal ini terlihat jelas, bahwa ia memiliki karakter
yang ingin agar terus berkembang dalam usahanya, yaitu usaha penjualan bubur
ayam. Padahal usahanya saat itu pun, sudah berkembang. Namun dengan karakter
inovatifnya tersebut, ia masih juga ingin mengembangkan usahanya lagi.
(3)
Peduli Sesama
Data 6
Hj.
Rodhiyah :Mang Ojo, udah malam.
Istirahat aja dulu.
H.
Sulam :Ya udah Mang Ojo,
istirahat napa! Ya!
Mang
Ojo :Iya H.
(konteks data : episode
1)
Data 6
di atas menunjukkan karakter H. Sulam yang peduli kepada sesama. Dialog
percakapan ini terjadi antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) dan Mang
Ojo yang merupakan salah satu karyawan di warung bubur ayamnya. Dalam
percakapan tersebut, Hj. Rodhiyah menyuruh Mang Ojo untuk beristirahat dulu,
karena haripun sudah malam. Lalu, dengan lantang H. Sulam pun ikut menyatakan
hal yang sama kepada Mang Ojo untuk beristirahat. Dari percakapan tersebut
jelas terlihat sikap peduli sesama yang ditunjukkan oleh H. Sulam kepada salah
satu karyawannya. Dalam hal ini, ia tidak membedakan antara keluarganya ataupun
karyawannya. Semuanya sama saja, setiap orang memiliki batas letih, jadi
memiliki kesempatan untuk beristirahat.
Data 7
H.
Sulam :Adik lo Si Robby
belum nelpon lagi tu, hah? Udah hampir sepuluh hari ni dia belum nelpon.
Hj.
Rodhiyah :Terakhir sih dia bilang
mau ke Pedalaman, bang. Mungkin gak ada sinyal kali di sana.
(konteks data : episode
1)
Data 7
di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang peduli sesama, yang
ditunjukkan melalui dialog yang terjadi antara H. Sulam dengan istrinya (Hj.
Rodhiyah) pada suatu malam di teras rumahnya. Dialog tersebut menunjukkan karakter
peduli sesama yang ditunjukkan oleh sosok H. Sulam terhadap adik iparnya
(Robby). Dalam percakapan dengan istrinya, ia menanyakan apakah adik iparnya
itu sudah menelpon lagi atau belum? Selain itu, H. Sulam juga menyatakan bahwa
sudah hampir sepuluh hari adik iparnya belum menelpon untuk memberi kabar
tentang keadaannya. Hal ini, jelas menunjukkan sikap peduli dan khawatir sosok
H. Sulam terhadap adik iparnya (Robby), yang nun jauh disana, yang belum
diketahui bagaimana keadaannya karena belum menelpon ke rumah.
Data 8
H.
Sulam :Kepedalaman?
Pamit
ke gue katanya mau ke Papua, kenapa pakek ke dalam-dalam sih. Eh, kata orang ni
daerah situ masih rawan. Kalau kita mau ke Pedalaman, naik perahu kecil dan itu
kalinya banyak buaya. Kalau adik lo dicatut buaya, ridho lo, ridho?
Hj. Rodhiyah
:Emang Si Robby mau disuruh ngapain sih, bang?
(konteks data : episode 1)
Data 8 di atas juga menunjukkan
karakter tokoh H. Sulam yang peduli sesama, yang merupakan kelanjutan pembicaraan
antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) pada suatu malam di teras
rumahnya. Dialog tersebut masih menunjukkan karakter peduli sesama yang
dicerminkan oleh H. Sulam untuk adik iparnya (Robby). Dalam percakapan dengan
istrinya, jelas terlihat sikap peduli dan cemas yang dimiliki oleh H. Sulam
terhadap Robby, yang diutarakan kepada istrinya. Bahwa, ia cemas dengan keberadaan
adiknya iparnya setelah mendengar pertuturan istrinya, kalau Robby bukan hanya
pergi ke tempat yang pernah disampaikan kepadanya sebelum pergi, namun ke
tempat yang lebih jauh lagi dari pada itu. Kecemasan yang dimiliki oleh H.
Sulam tersebut menunjukkan sikap peduli seorang abang kepada adiknya, yang
menginginkan keselamatan adiknya diperantauan sana.
Data 9
Hj. Rodhiyah
:Kalo gak ketanganan gimana? Kan entar bisa ancur.
H. Sulam
:Nah ntu dia, justru gue mau kasih kerja ke Robby.
(konteks data : episode 1)
Data 9 di
atas juga menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang peduli sesama, dialog
percakapan antara H. Sulam dengan istrinya dalam data di atas merupakan sikap
peduli H. Sulam terhadap Robby. Percakapan yang berlangsung dengan sang istri
di teras rumah tersebut, merupakan salah satu perwujudan sikap peduli seorang
abang kepada adik iparnya, yang terlontar dari ucapan H. Sulam, yang menegaskan
kepada sang istri bahwa ia akan membukakan cabang penjualan bubur ayam yang
baru, dan akan dikelola oleh Robby. Dengan begitu, sikap pedulinya terhadap sang
adik akan terealisasi dengan cara membuka lapangan pekerjaan baru untuk Robby
(adik iparnya). Sehingga selesai kuliah, Robby langsung memiliki pekerjaan,
seraya mencari pekerjaan yang lebih layak, nantinya.
(4)
Bijaksana
Data 10
Hj.
Rodhiyah :Robby mau disuruh jadi
tukang bubur, ya benar aja dong bang?
Bang, dia itu kan calon Sarjana Teknik.
H.
Sulam :Iya gue tau, masak
sarjana gue suruh dorong gerobak sih. Ni, kalau ada dia, kan gue bisa tukar
pikiran. Robby itu pengetahuannya luas. Nah, gak kek gue. kagak bakal naik
tender.
(konteks data : episode 1)
Data 10
di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang bijaksana, hal ini terlihat
jelas melalui percakapan H. Sulam dengan sang istri, di teras rumah. Tuturan
yang dilontarkan oleh H. Sulam terhadap istrinya tersebut mencerminkan kepribadian
bijaksana yang dimiliki oleh sosok tukang bubur yang satu ini. Ia menegaskan
kepada istrinya, bahwa ia akan membuka cabang baru untuk usaha penjualan bubur
ayam miliknya, yang dimaksudkan agar dapat dikelola oleh adik iparnya (Robby),
bukan menjadikan Robby sebagai tukang bubur yang kesana kemari mendorong
gerobak bubur ayam, melainkan tujuannya adalah agar bisa saling tukar pikiran
dengan sang adik, jika usaha baru yang akan dibuka tersebut dikelola olehnya. Perwujudan
sikap bijaksana ini, terlihat dari percakapan dengan sang istri, yang
menyatakan bahwa ia tidak akan mungkin menyuruh adiknya itu mendorong gerobak,
karena dia tau bahwa sang adik adalah Sarjana Teknik, bahkan ia juga menegaskan
kalau Robby memiliki pengetahuan yang luas, berbeda dengan dirinya.
Data
11
Emak
Haji :Ni mobil tiap hari
dielus-elus aja. Piknik kek sekali-kali, ke Siyantar kek. Biar kaki gue ni bisa
berendam, ya.
H.
Sulam :Beres mak, tapi benar juga tu kata emak.
Kenapa kita sekarang jadi dibudakin sama harta ya? Tiap hari ngurusin orang
makan.
(konteks data : episode
1)
Data 11
di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang bijaksana, yang dideskripsikan
dalam percakapan yang berlangsung antara H. Sulam dengan sang ibu, yaitu yang
akrab disapa dengan Emak Haji di halaman rumah saat ia sedang mengelap mobilnya.
Perkataan Emak Haji, yang mengajak anaknya sang tukang bubur untuk piknik dan liburan
bersama, membuat H. Sulam pun angkat bicara, yang dengan ucapannya tersebut
mendeskripsikan kepribadiaannya tersebut bijaksana, yaitu ia mempertimbangkan
segala hal tentang apa yang dituturkan oleh Emak Haji. Lalu, ia pun memutuskan
dan membenarkan tuturan sang ibu. Bahwa selama ini, ia dan keluarga sibuk
dengan usaha penjualan bubur ayam yang dimilikinya. Namun, sampai lupa waktu
dan kebersamaan yang seharusnya ada ditengah-tengah keluarga mereka. Bukan
hanya terus-menerus mengurusi pembeli. Dari percapakan tersebut jelaslah bahwa
sikap bijaksana yang dimiliki oleh H. Sulam yang akan direalisasikan kepada
sang adik ipar (Robby).
(5)
Percaya Diri
Data
12
Hansip
Malih :Justru ane kesini ni bang
H. mau cek and ricek ke bang H.
H.
Sulam :Eh Lih, lo dengar
ni ye. Adik gue Si Robby sekarang lagi ada di Papua. Lagi bikin menara buat
hendpon. Enak aja lo kalo ngomong, ditahan-ditahan-ditahan. Jidat lo yang
ditahan? Ya udah deh, sono!
(konteks data : episode 1)
Data 12
di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang percaya diri, hal ini terlihat
terlihat dalam percakapan H. Sulam dengan seorang hansip di kampungnya yang
bernama Malih, pada suatu pagi di halaman rumah saat ia sedang mengelap
mobilnya. Tuturan yang dilontarkan oleh H. Sulam terhadap hansip Malih,
merupakan realisasi sikap percaya diri yang ada dalam dirinya, yang terwujud
dalam ucapannya. Bahwa ia menegaskan kepada sang hansip dengan rasa percaya
diri yang besar, kalau adik iparnya (Robby) saat ini sedang berada di Papua dan
sedang membangun menara untuk alat telekomunikasi udara, di tempat tersebut. Selain
itu, ia pun menegaskan kembali kepada hansip tersebut, bahwa adiknya tidak
ditahan dan tidak akan pernah ditahan oleh polisi dengan tuduhan apapun itu. Ucapan
H. Sulam tersebutlah yang mendeskripsikan kepribadian percaya diri dalam
dirinya dan kepercayaannya kepada sang adik.
Data 13
Hj.
Rodhiyah :Ada apa lagi sih,
Bang?
H.
Sulam :H. Muhidin, emang
mau ngejatuhin gue di depan jamaah keknya. Emang dia tu, sumber gosipnya.
(konteks
data : episode 2)
Data 13 di atas juga mendeskripsikan
karakter tokoh H. Sulam yang percaya diri. Terlihat dalam dialog percakapan
antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) dalam data 1 di atas,
menunjukkan karakter percaya diri yang dimiliki oleh dirinya. Sikap percaya
dirinya tersebut direalisasikan dalam tuturannya, yang menyatakan bahwa H.
Muhidin memang ingin menjatuhkan dirinya di depan majelis. Selain itu, dengan
percaya diri yang tinggi, ia pun menyatakan kepada sang istri ketika berada di
meja makan usai pulang dari majelis tersebut, bahwa H. Muhidin lah sumber gosib
tentang adik iparnya di kampung ini. Hal ini terlihat jelas bahwa rasa percaya
diri yang dimilikinya membuat dia secara gamblang menyatakan kalau H. Muhidin
adalah dalang dari masalah yang timbul akhir-akhir ini dalam keluarganya.
Data
14
Hj.
Rodhiyah :Ya Bang lawan dong.
H.
Sulam :Emang gue lawan.
Kalo gue gak lawan, makin kurang ajar dia.
(konteks data : episode 2)
Data
2 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang percaya diri. Hal ini terlihat dalam kelanjutan
dialog yang berlangsung dengan sang istri di meja makan pada suatu malam, usai
H. Sulam pulang dari majelis di mesjid. Pernyataan yang dilontarkan oleh H.
Sulam setelah mendengar tuturan sang istri, menunjukkan karakter percaya diri
yang terdapat pada dirinya. Hal ini terlihat dari ucapannya yang menyatakan
bahwa, ia dengan tegas melawan apa yang dituduhkan oleh H. Muhidin tentang sang
adik. Bahkan ia juga menyatakan kepada istrinya, kalau ia tidak membantah, maka
H. Muhidin akan semakin kurang ajar terhadapnya dan tidak akan berhenti
menggosipi si adik dengan berbagai tuduhan yang belum jelas kebenarannya.
Dengan alasan inilah, ia menunjukkan kepercayaan dirinya dihadapan H. Muhidin,
yang sama sekali tidak menyukai akan kesuksesan yang dimiliki oleh keluarganya
dan adik iparnya yang akrab disapa Robby.
(6) Sabar
Data 15
Hj.
Rodhiyah :Apa yang salah dari
kita, Bang? Ada aja fitnah yang menimpa kita.
H.
Sulam :Ya mana gue tau,
Roh. Mungkin tu ujian dari Allah atau apa kali.
(konteks data : episode
2)
Data 15
di atas melukiskan karakter H. Sulam yang sabar, terlihat jelas melalui percakapan
H. Sulam dengan sang istri (Hj. Rodhiyah) yang berlangsung di warung
bubur ayam miliknya, sesampai sang istri pulang berbelanja dari Mini Market H.
Muhidin. Ucapan yang diucapkan oleh H. Sulam selesai mendengar tuturan sang
istri mendeskripsikan karakter sabar yang dimiliki oleh dirinya. Hal ini terlihat
melalui tuturannya, dengan menyatakan bahwa ia tidak tahu menahu tentang apa
sebenarnya yang terjadi dalam keluarganya akhir-akhir ini. Namun ia hanya
menegaskan kepada sang istri kalau semua itu adalah ujian yang diberikan oleh Allah
kepada keluarga mereka, agar mereka lebih memiliki meningkatkan lagi rasa sabar
dalam menghadapi berbagai ujian tersebut.
Data
16
Emak
Haji :Eh, eh, Kenapa muka
lo, kayak ayam ketelan kapur. Kenapa? Soal sumbangan lagi?
H.
Sulam :Soal Si Robby,
makin panjang aja, dah. Lagian juga tu anak. Ah, udah ah, gak usah diomongin
dah.
(konteks data : episode 2)
Data 16
di atas juga merupakan pendeskripsian karakter sabar yang dimiliki oleh sosok
H. Sulam. Hal ini terlihat saat berlangsungnya percakapan antara H. Sulam
dengan Emak Haji, di ruang makan saat ia pulang dari mesjid. Sikap sabar sosok
tukang bubur yang satu ini, terlihat jelas saat ini menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh ibunya (Emak Haji). Lantas ia menunjukkan sikap sabar tersebut dengan hanya
memberitahukan apa masalah yang terjadi sehingga membuat ia kesal. Namun, sabar
lah yang menjadi pembalut tuturannya sehingga ia pun tidak mau membahas dan
memperpanjang lagi masalah yang dialaminya saat berada di mesjid, tadi.
Cukuplah hal yang dirasakannya tersebut hanya untuk dia seorang, dan tidak
perlu dibesar-besarkan lagi.
(7)
Disiplin
Data 17
Mang
Ojo :Atuh jangan menyerah
begitu Buk Hj. Kalo Si Robby emang lagi kerja, ya kita harus lawan.
H.
Sulam :Nah, tu dia
masalahnya Mang Ojo, Si Robby tu udah sebulan kagak nelpon gue, gue kan kagak
tau, apa dia bekerja atau kagak atau gimana.
(konteks
data : episode 2)
Data 17 di atas menunjukkan
karakter disiplin yang terdapat pada sosok H. Sulam. Terlihat jelas dalam
percakapan antara H. Sulam dengan Mang Ojo, yaitu salah satu karyawan yang
bekerja di warung bubur ayam miliknya, percakapan ini berlangsung saat Hj.
Rodhiyah sedang menangis di warung. Karakter disiplin yang dimiliki oleh H.
Sulam tercemin dalam ucapannya yang menjawab pernyataan Mang Ojo, yaitu ia
sedikit kecewa dengan sang adik ipar (Robby) karena sudah sebulan ia tidak
mengabari ke keluarganya tentang keberadaannya dan bagaimana keadaannya. Sehingga
H. Sulam pun tidak dapat memastikan apakah ia disana bekerja seperti yang
diberitahukan olehnya saat pergi atau malah melakukan hal yang lain. Dengan ucapan
H. Sulam inilah terlihat jelas karakter disiplin yang dimilikinya, yang
disesalinya karena tidak diterapkan pada adik iparnya.
Data
18
Hj.
Rodhiyah :Jadi, Abang juga
nuduh Si Robby ditahan polisi, gitu Bang? Abang tega.
H.
Sulam :Gak Roh, gak.
Cuma gue kesal aja sama Si Robby. Katanya anak sekolahan, harusnya dia kan
mikir, ni keluarganya disini mikirin dia, nunggu berita dari dia. Dia selamat
atau gimana kan kita kagak tau. Ni kagak, kek kebo dungkul. Nelpon kagak, apa
kagak. Orang jual pulsa disana kan banyak, tinggal sepuluh ribu apa dia kagak
ikhlas.
(konteks data : episode 2)
Data 18 di atas juga
merupakan pendeskripsian karakter disiplin yang dimiliki oleh H. Sulam. Hal ini
terlihat melalui percakapan antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah),
percakapan ini berlangsung di warung bubur saat Hj. Rodhiyah pulang berbelanja pada
Mini Market H. Muhidin. Dalam percakapan ini, menggambarkan karakter disiplin
H. Sulam yang terlihat lewat ucapannya yang membantah pernyataan istrinya. Bahwa,
ia kesal dengan sikap adik iparnya, karena adiknya tersebut tidak memikirkan
kalau keluarganya disini mengkhawatirkan bagaimana keadaannya disana. Sikap
disiplin yang dimiliki H. Sulam tersebut terealisasi melalui pernyataannya yang
kecewa kepada Robby. Seharusnya ia bisa mengabari keluarganya, misalnya telpon.
Sehingga H. Sulam dan keluarga disini tidak mencemaskan keadaannya disana.
(8)
Humoris
Data 19
Emak
Haji :Kenapa Roh, sakit?
Lam, Lam. Bawa aja ni dia ni ke puskesmas. Ni, Mak kalo kepala ni senut-senut
ni, Mak di sono. Dokternya baik, ganteng lagi. Bawa aja deh sono!
H.
Sulam :Bukan kepalanya
yang sakit, ni hatinya. Hatinya lagi sakit.
Emak
Haji :Astagfirullahalazim,
lo. Lefer tu lefer, bahaya.
H.
Sulam :Ya udah tenang,
entar Sulam bawa ke UGD.
(konteks data : episode 2)
Data 19
di atas menunjukkan karakter humoris yang dimiliki oleh H. Sulam. Percakapan yang
berlangsung antara Emak Haji dengan H. Sulam dalam data di atas merupakan perwujudan
karakter humoris sosok tukang bubur yang tercermin dalam tuturannya menjelaskan
kepada Emak Haji dengan santai, ia pun menyatakan bahwa istrinya bukan sakit
kepala melainkan sakit hati. Lalu, dengan polos sang Emak pun terkejut dan
mengatakan kalau penyakit itu berbahaya, seraya meminta kepada H. Sulam untuk
membawa Hj. Rodhiyah untuk pergi ke puskesmas. Masih dengan decak humornya, H.
Sulam pun mengiyakan kalau nanti akan dibawa istrinya tersebut ke UGD. Pertuturan
yang diucapkan oleh H. Sulam tersebut merupakan pendeskripsian karakter humoris
yang terdapat dalam dirinya, yang berusaha menanggapi setiap persoalan dalam
hidup dengan tenang dan santai.
(9)
Konsisten
Data 20
H.
Muhidin :Ah, itu kan
perasaan adik Sulam saja.
Pertanyaan
saya, pertanyaan umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir, itu terserah Anda sendiri.
Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau tidak ada luka?
H.
Sulam :Masalahnya Pak H.
isu ini sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si Robby ditangkap
polisi dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke Bapak, bahwa satu
bulan ini dia gak kelihatan di kampung kita.
(konteks data : episode 2)
Data 20
di atas melukiskan karakter konsisten yang dimiliki oleh sosok H. Sulam.
Terlihat jelas melalui dialog percakapan yang berlangsung antara H. Sulam dengan
H. Muhidin di mesjid ketika usai kajian rutin setelah salat magrib, yang
terdapat dalam data di atas mendeskripsikan karakter konsisten yang dimiliki
oleh sosok H. Sulam. Kekonsistensian yang dimiliki oleh H. Sulam
tersebut terlihat jelas dari penuturannya yang membantah pernyataan H. Muhidin,
yang menyindir bahwa adik iparnya tersandung kasus narkoba. Ia dengan lantang
menyatakan bahwa, adik iparnya tidak kelihatan sudah sebulan ini di kampung,
bukan karena ia tersandung kasus narkoba, tetapi adik iparnya tersebut sedang
ada pekerjaan di luar pulau. Hal ini terlihat jelas, bahwa H. Sulam memiliki
sikap konsisten yang tinggi dalam perkataannya yang terang-terangan berani
membela sang adik dari tudingan yang dinyatakan oleh H. Muhidin di depan majelis
yang ada di mesjid. Ia yakin akan apa yang dilakukan sang adik tidak seperti
yang ditudukan oleh H. Muhidin.
(10)
Berjiwa Besar
Data 21
H.
Sulam :Roh, Roh!
Hj.
Rodhiyah :Apa lagi sih, Bang?
H.
Sulam :Maafin gue ya,
gue keceplosan.
(konteks
data : episode 2)
Data 21 di atas melukiskan karakter jiwa besar yang
dimiliki oleh H. Sulam, Percakapan yang berlangsung antara H. Sulam dengan Hj.
Rodhiyah, yaitu sang istri, dalam data di atas pada saat ia menghampiri sang
istri yang akan menuju kamar, menunjukkan karakter berjiwa besar yang terdapat
dalam pribadi sosok H. Sulam. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang dengan langsung
memanggil sang istri lalu segera meminta maaf kepada istrinya karena tidak sengaja
mengatakan sesuatu hal yang tidak mengenakkan dan tidak menyenangkan hati sang
istri, yaitu menyangkut masalah Robby. Sikap meminta maaf dengan segera yang
ditunjukkan oleh H. Sulam dalam dialog percakapan di atas dengan istrinya
menunjukkan sikap jiwa besar yang dimiliki oleh H. Sulam, yang tanpa rasa malu
atau gengsi sedikit pun untuk melakukannya. Hal ini juga dikarenakan ia
bukanlah tipikal orang yang tinggi hati, sehingga ia dapat melakukan hal
tersebut.
2)
Karakter
Tokoh H. Muhidin
Berikut penjelasan kutipan
data yang menggambarkan karakter tokoh H. Muhidin:
(1)
Iri Hati
Data 1
Rumana
:Umi kok ngomongnya kek gitu sih? Harusnya kita senang lo liat tetangga maju.
H. Muhidin
:Iya, kalo majunya usaha kerasnya kita patut senang dan bangga. Tetapi, kalo
majunya dengan kebetulan siapa juga bisa maju. Ini yang dapat dari lotrelah,
yang dapat dari pengusaha, hadiahlah. Apaan?
Rumana
:Gak Abah, di dalam Islam itu gak ada yang namanya kebetulan, semuanya itu
pasti udah direncanain sama Allah.
(konteks
data : episode 1)
Data 1 di atas melukiskan karakter iri hati yang dimiliki oleh
H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Rumana dalam
data di atas, pada saat melihat gerobak-gerobak bubur H. Sulam yang lewat
dihadapan mereka menunjukkan karakter iri hati yang terdapat dalam pribadi
sosok H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang dengan langsung membantah
ucapan sang anak/Rumana, bahwa majunya usaha kalau bukan karena usaha sendiri
tetapi hanya karena menang undian atau lotre atau hadiah dari orang lain,
bukanlah hal yang patut dibanggakan. Dari pernyataannya tersebut terlihat jelas
adanya rasa kurang senang melihat orang lain berhasil dan sukses, yang dimiliki
oleh H. Muhidin. Hal ini juga bisa disebabkan karena ia juga ingin mendapatkan
hal yang sama dengan apa yang dicapai oleh H. Sulam.
(2)
Sombong/Suka Pamer
Data 2
Warga
:Kok gak ikut syukuran di rumahnya pak H. Sulam?
H. Muhidin
:Iya ni, baru dari bandara jemput anak gue.
Warga
:Oya, yang katanya sekolah di Mesir.
H. Muhidin
:Iya… iya… semata wayang.
(konteks data : episode 1)
Data 2 di atas melukiskan karakter sombong/suka pamer yang
dimiliki oleh H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan warga
dalam data di atas, pada saat ia sampai di depan mini marketnya dan berjumpa
dengan warga menunjukkan karakter suka pamer yang terdapat dalam pribadi H.
Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menjawab pertanyaan salah seorang
warga yang menanyakan mengapa beliau tidak ikut menghadiri syukuran H. Sulam. Ia
menyatakan bahwa ia baru sampai dari bandara menjemput anaknya yang semata
wayang. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya rasa sombong yang
dimiliki oleh H. Muhidin, yang memamerkan kepada warga desanya kalau dia tidak
menghadiri acara syukuran H. Sulam karena ia memiliki kegiatan lain yang lebih
penting, yaitu menjemput anak semata wayangnya yang pulang dari Mesir.
Data 3
Hansip Tarmidzi :Kan Mesir – Jakarta jauh Pak H. tiketnya mahal.emang Pak H.
sanggup?
H. Muhidin
:Namanya juga anak semata wayang, ya disanggup-sanggupin dong. Eh, gimana?
Katanya mau maju.
(konteks
data : episode 1)
Data 3 di atas mendeskripsikan karakter sombong/suka pamer yang
terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin
dengan hansip Tarmidzi dalam data di atas, pada saat sang hansip yang satu ini
sampai di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter suka pamer yang terdapat
dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang memberi pernyataan
atas pertanyaan hansip Tarmidzi, bahwa ia akan menyanggupi keperluan anak
semata wayangnya, dikarenakan ia ingin anaknya maju berbeda dengan keluarga H.
Sulam. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya rasa sombong yang dimiliki
oleh H. Muhidin, yang memamerkan bahwa ia sanggup melakukan apapun untuk anak
semata wayangnya, seperti yang diungkapkannya kepada hansip Tarmidzi.
Data 4
H. Rasyidi
:Emang hebat Si Rumana tu, dia bisa kuliah di luar negeri”Alazar”, gak gampang
tu H. saingannya berat. Paling enggak, dia mesti hafal satu dua juz Alquran
berikut tafsirnya.
H. Muhidin
:Urusan itunya H. itu Rumana sendiri. Saya mah, terima bersih aja. Nah, urusan
biaya gue deh. Termasuk sama istri gue ni sampai jungkir balik.
(konteks
data : episode 1)
Data
4 di atas mendeskripsikan karakter sombong/suka pamer yang dimiliki oleh H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung
antara H. Muhidin dengan H. Rasyidi dalam data di atas, pada saat H. Rasyidi
bersilahturrahmi ke rumah H. Muhidin menunjukkan karakter suka pamer yang
terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang
memberi pernyataan yang seharusnya tidak diminta oleh H. Rusyidi. Ia menyatakan
bahwa ia maunya terima bersih saja, Rumana sendiri yang harus berusaha mendapatkan
prestasi terbaik di Mesir. Rasa sombongnya itu juga terlihat dalam ucapannya
yang menyatakan bahwa urusan biaya Rumana disana ia sendiri bersama istri yang
akan tanggung dan cukupi. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya rasa
sombong yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang memamerkan bahwa dia lah yang
mengeluarkan segala biaya yang dibutuhkan Rumana.
(3)
Suka Menyindir
Data 5
H. Rasyidi
:Alhamdulillah, bagus itu. Anak Bapak juga, dia ambil S2. Jurusannya Hukum
Syariah di UIN.
H. Muhidin :Kok bisa cocok sih H. Lantas gimana tugas di
DPRnya kagak keganggu?
(konteks
data : episode 1)
Data 5 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir
yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H.
Muhidin dengan H. Rasyidi dalam data di atas, pada saat H. Rasyidi
bersilahturrahmi ke rumah H. Muhidin menunjukkan karakter suka menyindir yang
terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menanyakan
kepada H. Rusyidi tentang bagaimana tugas anak H. Rusyidi di DPR, apakah tidak
terganggu karena dia ambil S2. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin
tersebut dikarenakan H. Rusyidi sering menceritakan tentang keberhasilan anaknya.
Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H.
Muhidin kepada H. Rusyidi.
Data 6
H. Muhidin
:Ye, namanya juga anak Periuk. Tau kan pergaulannya, mesti hati-hati nyari
teman, Roh.
Hj. Rodhiyah
:Pak H. Jangan teka-teki begitu deh. Si Robby tu baik-baik aja Pak H. Dia tu
lagi kerja, emangnya kenapa sih?
(konteks
data : episode 2)
Data 6 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir
yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H.
Muhidin dengan Hj. Rodhiyah dalam data di atas, pada saat Hj. Rodhiyah
berbelanja di mini market H. Muhidin menunjukkan karakter suka menyindir yang
terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menyatakan
kepada Hj. Rohdiyah tentang adik Hj. Rodhiyah/Robby, kalau yang namanya anak Periuk
itu pergaulannya harus hati-hati dalam memilih teman. Sindiran yang dilontarkan
oleh H. Muhidin tersebut seolah-olah ditujukan kepada Robby yang salah memilih
teman dalam bergaul. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran
yang dilontarkan oleh H. Muhidin kepada Hj. Rodhiyah.
Data 7
H. Muhidin
:Emangnya Si Sulam sudah lancar nyetir mobilnya, kagak perlu Si Robby lagi.
Hj. Rodhiyah
:Demi Allah Pak H. Robby itu lagi kerja di Papua. Kok tega-teganya menyebar
fitnah begitu. Robby itu anaknya baik.
(konteks
data : episode 2)
Data 7 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir
yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H.
Muhidin dengan Hj. Rodhiyah dalam data di atas, pada saat Hj. Rodhiyah
berbelanja di mini market H. Muhidin menunjukkan karakter suka menyindir yang
terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menanyakan
kepada Hj. Rohdiyah kalau H. Sulam memangnya sudah lancar menyetir mobil,
sehingga tidak membutuhkan bantuan Robby lagi? Sindiran yang dilontarkan oleh
H. Muhidin lewat pertanyaannya tersebut seolah-olah ditujukan kepada Robby yang
tidak kelihatan di kampung memang sedang terjerat masalah, bukan karena H.
Sulam telah bisa menyetir dan tidak membutuhkan bantuannya untuk menyetir lagi.
Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H.
Muhidin kepada Hj. Rodhiyah tentang adiknya, Robby.
Data 8
Hj. Maemunah
:Ya, alasan apa juga masuk di akal, mau kerja di luar Jawa juga, kenapa gak
sekalian bilang aja kerja ngikut TKI ke Malaysia. Ya gak.
H. Muhidin
:Tapi malu juga dong, Mi. Namanya kalo ada keluarga yang masuk bui.
(konteks
data : episode 2)
Data 8 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir
yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H.
Muhidin dengan Hj. Maemunah dalam data di atas, pada saat Hj. Maemunah berprasangka
buruk kepada Robby, disusul dengan tanggapan dari H. Muhidin yang menunjukkan
karakter suka menyindir yang terdapat dalam dirinya. Hal ini terlihat dari
tuturannya berupa sindiran tentang sangkaan buruk yang dituturkan oleh Hj.
Maemunah. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pernyataannya
tersebut seakan-akan membenarkan sangkaan buruk Hj. Maemunah tentang Robby,
adik Hj. Rodhiyah, bahwa Robby memang masuk penjara. Dari ujarannya tersebut
terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin dengan
membenarkan tuduhan H. Maemunah tentang masalah Robby.
Data 9
Hj. Maemunah
:Orang Cuma nanya doang, dianya aja yang tersinggung.
Rumana
:Iya Umi, tapi kan kasian istrinya Bang Sulam. Kesini kan dia mau belanja, tapi
malah dibikin malu.
H. Muhidin
:Kalo kagak ada asap, kagak ada apinya. Berita itu ada tentu ada sebabnya. Lo
jangan terlalu bela dia deh Rum, ah.
(konteks
data : episode 2)
Data 9 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir
yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H.
Muhidin dengan Hj. Maemunah dan Rumana dalam data di atas, pada saat ketiganya
berdebat hebat di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter suka
menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya,
yang membantah ucapan Rumana, bahwa tidak mungkin akan ada asap kalau tidak ada
apinya. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pernyataannya tersebut
seolah-olah ditujukan terhadap berita yang beredar tentang Robby. Dari
ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H.
Muhidin atas berita yang beredar tentang Robby.
Data 10
Pak Ustad Zakaria
:Silahkan Pak H. Muhidin, tapi jangan panjang-panjang.
H. Muhidin
:Bagaimana hukumnya kalo ada di antara keluarga dekat kita, yang berbuat keji.
Misalnya menjadi pengedar narkoba? Bukankah kita telah diperintahkan Allah
untuk menjaga keluarga kita. Kuu Anfussakum Waahlikum naaraa. Jagalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka. Mohon penjelasannya, Pak Ustad.
(konteks
data : episode 2)
Data 10 di atas mendeskripsikan karakter suka
menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Tuturan yang dilontarkan oleh H.
Muhidin saat mengajukan pertanyaan di mesjid dalam suatu majlis pengajian dalam
data di atas menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H.
Muhidin. Hal ini terlihat jelas dari sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh H.
Muhidin, ia menyakan tentang kasus narkoba, yang jelas-jelas jauh berbeda
dengan tema yang dibahas. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pertanyaannya
tersebut sebenarnya ditujukan langsung terhadap berita yang beredar tentang
Robby. Dari pertanyaan tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan
oleh H. Muhidin atas berita yang beredar tentang Robby.
Data 11
H. Muhidin
:Ah, itu kan perasaan adik Sulam saja.
Pertanyaan saya, pertanyaan
umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir, itu terserah Anda sendiri.
Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau tidak ada luka?
H. Sulam :Masalahnya Pak H. isu ini
sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si Robby ditangkap polisi
dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke Bapak, bahwa satu bulan
ini dia gak kelihatan di kampung kita.
H.
Muhidin :Sebaiknya, kalo
emang ada masalah gak usah ditutup-tutupilah. Saya mengutarakan ini, karena
kecintaan saya kepada H. Sulam karena kita sama-sama jamaah mesjid ini.
(konteks
data : episode 2)
Data 11 di atas mendeskripsikan karakter suka
menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Perdebatan yang berlangsung
antara H. Sulam dengan H. Muhidin saat majlis pengajian dalam data di atas
menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal
ini terlihat jelas dari pernyataan H. Muhidin yang menyatakan bahwa untuk apa
harus perih kalau memang tidak ada luka, yang dituturkan kepada H. Sulam yang
membela adiknya. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pernyataannya
tersebut sebenarnya ditujukan langsung terhadap berita yang beredar tentang
Robby. Dari pertanyaan tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan
oleh H. Muhidin atas berita yang beredar tentang Robby.
(4)
Mengadu Domba
Data 12
Hansip
Tarmidzi :Hah, ditangkap?
Hj.
Maemunah :Kek kagak tau aja,
dia kan anak Periuk, kan tau sendiri bagaimana kelakuan anak Periuk. Bisa-bisa
ni dia kelibat sama narkoba. Ini yang bikin gue jadi ngeri banget-banget deh.
H.
Muhidin :Eh, kalo benar
dia sudah satu bulan kagak kelihatan, berarti dia benar ditahan polisi. Ya
bagaimana ya, di sini dia dibutuhkan sama Si Sulam tuk nyetir mobilnya. Ya
maklum, punya mobil kagak punya nyali untuk nyetir sendiri.
(konteks
data : episode 1)
Data 12 di atas mendeskripsikan karakter mengadu domba
yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H.
Muhidin dengan Hj. Maemunah dan hansip Tarmidzi dalam data di atas, pada saat
ketiganya berada di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter suka
mengadu domba yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari
tuturannya, yang menyatakan bahwa kalau memang Robby tidak kelihatan sudah satu
bulan, berarti dia benar ditahan polisi. Padahal, ia tidak mengetahui kebenaran
akan hal tersebut. Namun, dengan lantang ia membenarkan hal tersebut. Pernyataan
tersebutlah yang menunjukkan adanya sikap adu domba yang dimiliki oleh H.
Muhidin atas sesuatu yang belum jelas kebenarannya, tapi H. Muhidin malah
semakin membesar-besarkan masalah tersebut.
(5)
Angkuh
Data 13
Rumana :Bah, kalo apa yang
Abah tuduhin itu semua, gak benar. Abah bisa dilaporin ke polisi. Itu sama aja,
Abah udah mencemarkan nama baiknya Bang Robby, Bah.
H.
Muhidin :Silahkan aja,
kalo memang Robby kagak ditahan polisi, buktiin dong, bahwa dia itu orang baik.
Ini kagak.
(konteks
data : episode 2)
Data 13 di atas mendeskripsikan karakter angkuh yang
terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin
dengan Rumana dalam data di atas, pada saat berada di mini market milik H.
Muhidin menunjukkan karakter angkuh yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal
ini terlihat dari tuturannya, yang membantah tuturan Rumana dengan rasa
angkuhnya yaitu jika memang Robby tidak ditahan, buktikanlah. Ini tidak. Pernyataan
tersebutlah yang menunjukkan adanya sikap angkuh yang dimiliki oleh H. Muhidin,
yang yakin akan tuduhannya terhadap Robby adalah benar, ketika membantah
tuturan Rumana tentang masalah Robby.
Data 14
Hj.
Maemunah :Udah deh Rum, lo
gak usah ngebelain dia. Masa depannya aja kagak jelas. Tau gak, kagak jelas.
Lagi, lo jangan berharap, Umi bakal ngeredoin lo. Kalo jadi bininya dia. Ingat
lo, ya. Maaf, ya.
H.
Muhidin :Amit-amit,
kalo gue sampai jadi mertuanya si anak yang kagak tau sopan santun, tu.
Rumana :Ya, Rum kan cuma
kasih tau Umi sama Abah aja. Kalo fitnah itu dosa besar.Udah itu aja.
(konteks
data : episode 2)
Data 14 di atas mendeskripsikan karakter angkuh yang dimiliki
oleh sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin, Hj.
Maemunah dan Rumana dalam data di atas, pada saat berada di ruang tamu
menunjukkan karakter angkuh yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini
terlihat dari tuturannya, yang menyatakan kepada istrinya, Hj. Maemunah kalau
dia tidak akan sudi mempunyai menantu seperti Robby. Pernyataan tersebutlah
yang menunjukkan adanya sikap angkuh yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang seakan-akan
dirinya jauh lebih baik, dan akan mendapat menantu yang bukan seperti Robby
tetapi lebih baik dari dia.
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan tentang karakter
tokoh H. Sulam sebagai tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur
Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu pada episode 1 dan episode 2 yang telah dipaparkan dalam bab IV, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1)
Karakter tokoh H. Sulam sebagai tokoh utama
dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji”
tayangan RCTI, merupakan sosok pribadi yang memiliki karakter yang dapat
dicontoh dan dapat diterapkan dalam kehidupan keseharian, hal ini dikarenakan
karakter yang dimilikinya tersebut, secara keseluruhan berkategori baik dan
bisa dijadikan panutan dalam bermasyarakat. Sedangkan karakter tokoh H. Muhidin
yang juga merupakan tokoh utama, tidaklah dapat diambil sebagai contoh sebagai
terapan dalam kehidupan, hal ini dikarenakan karakter yang melekat pada tokoh
ini berkategori kurang baik dan tidak dapat dijadikan panutan dalam
bermasyarakat.
2)
69
|
3)
Mat Solar yang memerankan tokoh H. Sulam dan
Latief Sitepu sebagai pemeran tokoh H. Muhidin, keduanya merupakan tokoh utama
dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” yang
ditayangkan oleh stasiun TV RCTI. Mat Solar adalah tokoh yang mendapatkan skrip
naskah dengan karakter yang dapat dicontoh, baik itu dikalangan para pemain
lain dalam sinetron tersebut maupun dapat diterapkan dalam pribadi masing-masing
penonton sinetron ini. Kepiyawaiannya dalam memerankan tokoh H. Sulam patut
diacungi jempol. Sedangkan Latief Sitepu adalah tokoh
yang mendapatkan skrip naskah dengan karakter yang kurang baik, dan tidak
sepantasnya diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka
penulis menyarankan kepada berbagai pihak yaitu sebagai berikut :
1)
Karakter yang dimiliki oleh H. Sulam dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, patutlah dicontoh. Hal ini
dikarenakan karakter yang melekat pada sosok tukang bubur yang satu ini merupakan
pribadi yang dapat memposisikan dirinya dalam berkomunikasi dengan sesama.
Sehingga ia dapat menentukan sikap dalam bergaul dan dalam bertindak. Sedangkan
karakter yang dimiliki oleh H. Muhidin, selayaknya untuk tidak dijadikan
panutan, dikarenakan karakternya tersebut tidak membawa pengaruh positif dalam
hidup bermasyarakat.
2)
Melalui penelitian ini diharapkan kepada
mahasiswa khususnya mahasiswa prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah agar lebih mendalami tentang kajian
fiksi yaitu mengenai karakter yang melekat pada pribadi setiap tokoh, sehingga dapat
dengan mudah ia memahami kepribadian setiap tokoh dalam fiksi. Hal ini lebih
memperkuat jati diri mahasiswa tersebut sebagai bagian dari mahasiswa prodi Bahasa,
Sastra Indonesia dan Daerah.
3)
Melalui penelitian ini, peneliti mengharapkan juga kepada
prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah agar memperhatikan lagi materi perkuliahan
tentang pengkajian fiksi dari segi menelaah karakter setiap tokoh dalam fiksi
tersebut melalui berbagai cara, misalnya dengan menyajikan bahan bacaan yang bermutu dan tenaga pendidik yang
berkualitas serta ahli
dibidangnya.
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya
Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Endraswara,
Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : Caps.
Depdiknas.
2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi
Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.
Fathurrahman. 2009. Dasar Hukum Persinetronan Indonesia. Jakarta: Depkominfo.
Labib. 2002. Pengertian
dan Jenis Sinetron. (www.google), diakses pada
01 Januari 2014.
Kutha Ratna, Nyoman.
2010. Teori, Metode dan
Teknik Penelitian Sastra. Denpasar:
Pustaka Pelajar.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori
Pengkajian Fiksi. Jakarta: Gajah Mada University Press
Panitia Penyusun. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi.
Matangglumpangdua : FKIP Universitas
Almuslim.
Pujianto. 2010. Karakter Tokoh dalam Karya Fiksi. (www.google.com),
diakses pada 01 Januari 2014. BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Sastra
merupakan sebuah ciptaan atau kreasi yang bersifat otonom dan bercirikan suatu
koherensi yang dapat ditafsirkan sebagai suatu keselarasan yang mendalam antara
bentuk dan isi. Setiap isi berkaitan dengan suatu bentuk atau ungkapan
tertentu, dan sebagaimana bentuk dan isinya yang saling berhubungan, sastra
juga memiliki bagian dan keseluruhannya yang memiliki kaitan secara erat
sehingga yang berkaitan tersebut saling menerangkan. Di samping itu, sastra selalu
menghidangkan sebuah sintesa antara hal-hal yang saling bertentangan dan
beraneka rupa bentuknya. Oleh karena itu, sastra tidak pernah mengacu kepada
sesuatu yang lain dan juga tidak bersifat komunikatif, sehingga unsur
kreativitas dan spontanitasnya biarpun tidak secara terang-terangan tetapi
masih sering dijadikan sebagai pedoman dan acuan dalam kehidupan.
Sinetron merupakan bagian dari suatu karya sastra
yang dibuat khusus untuk penayangannya melalui media elektronik (Fathurrahman,
2009:2). Secara umum, sinetron yang
akan ditayangkan harus memiliki kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dalam
undang-undang persinetronan dan penyiaran. Dalam hal ini, layak atau tidak
layaknya sebuah sinetron untuk ditayangkan itu sangat tergantung pada pihak
atau lembaga yang bertindak sebagai penyensor ataupun pihak yang melakukan
preview terhadap sebuah sinetron sebelum diperkenalkan kepada masyarakat luas
pada umumnya.
1
|
Selain itu, sinetron biasanya menampilkan suatu
gambaran kehidupan sedangkan kehidupan itu sendiri merupakan fakta kultural,
karena kehidupan itu meliputi hubungan masyarakat yang terjadi dalam batin
seseorang manusia dan perhatiannya terhadap dunia yang secara realita
berlangsung sepanjang hari hingga sepanjang zaman. Di samping itu, sebuah cipta
atau kreasi bersumber dari kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Akan tetapi
sinetron bukan hanya mengungkapkan realitas objektif semata, namun juga berisi
tentang penafsiran-penafsiran mengenai alam dan kehidupannya.
Dalam
dunia sinetron, peristiwa yang terjalin dalam sebuah cerita sangat mendominasi
penjiwaan penonton untuk memasuki ruang dan waktu dalam ceritanya. Meskipun
sifatnya lebih ke fiksi, tapi secara spontan dapat membawa pengaruh yang sangat
besar dalam hal perubahan karakter dan tingkat emosional pada penontonnya,
karena secara umum unsur-unsur fiksi sering dijadikan sebagai tolak ukur yang
bersifat estetik atau perhatian yang diarahkan pada hubungan antara gambar dan
apa yang digambarkan, serta sejauh mana gambaran tersebut sesuai dengan
kenyataan, dan apakah kenyataan tersebut merupakan dunia sendiri, sebuah dunia
yang serba baru, dan tidak terlepas dari kenyataan. Dengan demikian sinetron
atau sebuah kreasi seni yang dihasilkan melalui proses cipta, rasa, karsa perlu
memperhatikan unsur estetik dan penghayatannya yang sesuai dengan penggambaran
problematika-problematika kehidupan dalam dunia nyata. Oleh karena itu, daya
cipta artistiknya akan mampu mengangkat dan menampilkan perbuatan manusia yang
universal dan dapat membawanya ke dalam suatu pencerminan atau penggambaran
mengenai suatu kenyataan dalam dunia yang absurd.
Suatu
cerita tertentu dihidupkan oleh para tokoh, tokoh juga dibagi dua, tokoh
sentral dan tokoh tidak sentral. Tokoh sentral biasanya disebut tokoh utama.
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalan cerita yang
bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai
pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh tambahan kejadiannya lebih
sedikit dibandingkan tokoh utama. Kejadiannya hanya ada jika berkaitan dengan
tokoh utama secara langsung.
Sinetron Tukang Bubur Naik Haji merupakan sebuah
sinetron yang diangkat dari novel “Tukang Bubur Naik Haji” yang ceritanya
diilhami dari kisah nyata yang mengenai sejarah awal mula seseorang menjadi
orang yang berada. Sinetron yang dibintangi oleh aktor dan aktris handal yang
ternama seperti Mat Solar dan Uci Bing Slamet ini mengangkat kisah keseluruhan
“Tukang Bubur Naik Haji” seperti menonton kehidupan masyarakat sehari-hari,
yang didalamnya termasuk perilaku kita sendiri. Tokoh yang digambarkan sebagai manusia yang seolah-olah seorang dermawan sejati, padahal sebenarnya manusia sangat mengharapkan pujian orang. Sebenarnya ada
kecenderungan kita ingin pamer. Maka tidaklah heran sinetron yang bernuansa
Islam dan sangat bersejarah ini telah banyak meraih simpati dari masyarakt
luas.
Dari uraian pada latar
belakang masalah yang telah penulis kemukakan di atas, maka penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan menganalisis
karakter tokoh utama dalam sinetron tersebut. Adapun judul penelitian ini adalah ”Analisis Karakter Tokoh Utama dalam Sinetron ’Tukang
Bubur Naik Haji’ Tayangan RCTI”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah karakter tokoh utama yang
terdapat dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI?
1.3
Tujuan Pernelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan data tentang karakter
tokoh utama yang terdapat dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI.
1.4
Manfaat
Penelitian
Berdasarkan uraian permasalahan dan tujuan penelitian yang telah
dikemukakan di atas, penelitian ini mempunyai dua manfaat yaitu secara teoretis
dan praktis.
Secara teoretis, hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran sehingga dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan tentang karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI.
Selanjutnya, secara praktis
hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI dan untuk lebih memotivasi potensi yang ada
dalam diri peneliti.
Sedangkan, bagi mahasiswa lain dan pembaca pada umumnya dapat memberi
informasi empiris dan pendalaman ilmu serta pengetahuan mengenai bidang
kesusastraan, sehingga akan memotivasi untuk lebih mencintai karya sastra Indonesia
berbentuk drama atau sinetron.
1.5
Definisi
Operasional
Untuk menyamakan pemahaman antara peneliti dengan pembaca, maka perlu
dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut :
1)
Analisis adalah kajian yang
dilaksanakan terhadap sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, untuk mengidentifikasi
karakter tokoh utama yang terkandung didalamnya secara luas dan mendalam.
2)
Karakter adalah adalah
cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup
dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara.
3)
Tokoh Utama adalah tokoh yang sering diberi komentar
dan dibicarakan oleh pengarangnya dalam sinetron
”Tukang Bubur Naik Haji”.
4)
Sinetron adalah bentuk seni audio-visual hasil dari
perkembangan ilmu dan teknologi informasi yang bersifat kompleks, menghibur,
dan universal.
5)
Tukang Bubur Naik
Haji adalah salah satu sinetron yang ditayangkan oleh stasiun TV RCTI, yang mengisahkan
tentang sisi kehidupan masyarakat dengan berbagai rutinitas sehari-hari yaitu mengenai sejarah awal mula seseorang menjadi orang
yang berada.
6)
RCTI adalah salah
satu stasiun televisi yang menayangkan berbagai tayangan yang sarat makna,
salah satunya adalah sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji”.
LANDASAN TEORETIS
2.1
Pengertian
Karakter Tokoh
Karakter
merupakan salah satu unsur yang tidak bisa dipisahkan dan memiliki andil
penting dalam sebuah drama. Setiap tokoh yang terdapat dalam drama telah
dilengkapi dengan karakter yang unik dan berbeda dengan tokoh yang lainnya.
Melalui karakter tersebutlah setiap tokoh dapat dikenali dengan mudah oleh para
penonton. Selain itu, karakter jugalah yang menentukan bagaimana setiap tokoh
memerankan setiap tuntutan perannya.
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, karakter memiliki arti ”Sifat-sifat kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain”. Maksudnya, karakter
tersebut merupakan sifat kejiwaan yang dimiliki oleh seseorang, berupa tingkah
laku atau budi pekerti yang disandang oleh seseorang, yang mana dengan hal
tersebutlah dapat membedakannya dengan sosok pribadi yang lain.
Selanjutnya, Hardanaiwati, dkk (2003:303) ia mengemukakan bahwa ”Karakter adalah
sifat-sifat khas yang membedakan seseorang dengan orang lain”. Maksudnya jelas
bahwa, karakter tersebutlah yang menjadi salah satu unsur yang terdapat dalam
diri seseorang yang dapat membedakannya dengan orang lain, yaitu berupa sifat
yang dimiliki oleh setiap individu dan bisa saja sifat tersebut tidak dimiliki
oleh individu yang lain.
7
|
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2012:165), ia menyatakan bahwa
”Karakter adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau
drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan
tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam
tindakan”. Maksudnya, karakter tersebut melekat pada diri setiap tokoh yang diungkapkan
melalui setiap ucapan ataupun perbuatan setiap tokoh dalam suatu cerita yang
dilakonkan. Pembaca dan penontonlah yang bertugas memberikan penilaian berupa
baik buruknya karakter yang melekat pada diri setiap tokoh tersebut.
Menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2012:165), ia mengungkapkan bahwa ”Dalam
berbagai literatur Bahasa Inggris menyarankan pada dua pengertian yang berbeda
tentang karakter, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan dan sebagai
sikap, ketertarikan, keinginan, emosi dan prinsip moral yang dimiliki
tokoh-tokoh tersebut”. Dapat dipahami bahwa, karakter tersebut merupakan hal
yang melekat pada tokoh-tokoh dalam cerita yang berupa sikap, atau tingkah laku
setiap tokoh, yang harus didalami oleh setiap tokoh lalu diperankan sesuai
dengan tuntutannya.
Berdasarkan beberapa pendapat pakar di atas yang menjelaskan tentang karakter
tokoh, maka dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh merupakan wujud dari
kepribadian tokoh atau individu yang tampak melalui tingkah laku atau tindakan
yang menjadi ciri khas pada diri seseorang, baik itu berupa sifat baik maupun
buruk, dan dengan sifat tersebutlah dapat membedakannya dengan tokoh lain dan
biasanya akan terlihat lewat sikap, tingkah laku, maupun kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan oleh sang tokoh.
2.2
Jenis-jenis
Karakter Tokoh
Salah satu unsur cerita adalah tokoh dengan karakternya. Karakter merupakan
salah satu unsur dalam membangun sebuah karya fiksi, salah satunya adalah drama.
Pembuatan karakter tokoh yang baik akan menjadi salah satu penentu kualitas
dari karya fiksi tersebut. Karakter tokoh adakalanya dibangun melalui ucapan
tokoh, yaitu ucapan si tokoh merupakan salah satu hal yang dapat menggambarkan
karakternya. Orang yang sopan tentu berbeda cara berbicaranya dengan orang yang
bengal. Orang pemarah tentu juga berbeda cara bicaranya dengan orang penyabar.
Karakter tokoh dalam sebuah drama atau sinetron dapat digambarkan oleh
pengarang melalui bermacam cara. Menurut Pujianto (2010:23), ia menjelaskan bahwa
”Cara penggambaran karakter tokoh yaitu dengan cara segi fisis, segi psikis,
dan segi sosiologis.” Berikut penulis jelaskan secara rinci:
1)
Segi Fisis
Pengarang menjelaskan keadaan fisik tokohnya yang meliputi usia, jenis
kelamin, keadaan tubuh (tinggi, pendek), pincang, gagah, tampan, menarik, dan
sebagainya. Ciri-ciri wajah (cantik, jelek, keriput, dan sebagainya), dan ciri
khas yang lebih spesifik. Dapat dipahami bahwa segi fisis merupakan keadaan
fisik si tokoh yang terlihat dan dapat diamati dengan jelas.
2)
Segi Psikis
Pengarang melukiskan tokoh berdasarkan latar belakang kejiwaan,
kebiasaaan, sifat, dan karakternya. Segi psikis meliput moral, kecerdasan,
temperamen, keinginan, perasaan pribadi, dan keahlian khusus yang dimilikinya.
Dapat dipahami bahwa segi psikis merupakan sisi psikologis yang dimiliki si
tokoh. Hal ini terlihat lewat kejiwaan si tokoh, berupa kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan si tokoh dan berbagai sifat yang tampak dari si tokoh tersebut
dalam keseharian.
3)
Segi sosiologis
Pengarang menggambarkan latar belakang kedudukan tokoh tersebut dalam
masyarakat dan hubungannya dengan tokoh-tokoh lainnya. Segi sosiologis meliputi
status sosial (kaya, miskin, menengah), peranan dalam masyarakat, pendidikan,
pandangan hidup, kepercayaan, dan aktivitas sosial, dan suku bangsa. Dapat
dipahami bahwa segi sosiologis tokoh dalam sebuah drama merupakan segi
kedudukan atau peran si tokoh dalam lingkungannya, seperti status sosial si
tokoh.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
tiga segi yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menggambarkan karakter
tokoh, yaitu melalui 1) segi fisis yang berupa keadaan fisik si tokoh, 2) segi
psikis yaitu kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan si tokoh, dan 3) segi sosiologis
yaitu status si tokoh dalam bermasyarakat.
Selain itu, menurut Saleh (dalam blog Pipit Dwi Komariah), ia membagi
kepribadian dalam dua kelompok, yaitu kepribadian superior dan kepribadian
inferior. Kepribadian superior adalah bentuk-bentuk kepribadian yang
berorientasi pada perbaikan-perbaikan kualitas kehidupan.
Karakter kepribadian superior diuraikan menjadi tujuh, yaitu:
1)
Pertahanan ego
Pertahanan ego adalah sikap-sikap dasar
seperti mudah menerima keadaan, terus-menerus bekerja, dan mempunyai
kemandirian yang tinggi dengan mengandalkan kemampuan dan penilaian. Maksudnya,
orang yang memiliki sikap ini selalu berusaha menjadi yang terbaik dengan
segala kemampuan yang dimilikinya.
2)
Percaya diri
Percaya diri adalah sikap tidak
tergantung pada orang lain, tegas dan konstan (tidak berubah-ubah), cepat
menentukan sikap, mengambil keputusan disertai dengan perhitungan yang matang,
dan memiliki sifat persuatif sehingga memperoleh banyak dukungan. Maksudnya, orang
yang bersikap seperti ini tidak mudah terpengaruh dengan orang lain, namun
selalu melakukan sesuatu dengan mempertimbangkan segala sesuatunya.
3)
Rela berkorban
Rela berkorban adalah sikap bersedia
mengorbankan dirinya demi memenuhi kebutuhan orang lain atau mendahulukan
kepentingan yang lebih umum dari pada kepentingan pribadi demi mewujudkan
tujuan yang luhur dan mulia. Maksudnya, sikap seperti ini dimiliki oleh orang
yang selalu mementingkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
4)
Sabar
Sabar adalah sikap tidak tergesa-gesa
dalam mengambil jalan langkah dalam memecahkan masalah, juga tidak terpengaruh
oleh penundaan dan bersedia menaati saat yang tepat untuk menerapkan
strateginya. Maksudnya, sikap seperti ini lebih kepada sikap seseorang yang dapat menghadapi suatu keadaan apapun dengan ikhlas serta
tanpa berkeluh kesah dalam keadaan apapun dan bagaimanapun.
5)
Sikap idealistik
Sikap idealistik adalah sikap
selektif dan berorientasi pada kesempurnaan dan standar tertentu. Maksudnya, sikap
ini adalah sikap seseorang yang percaya pada tujuan apa yang bisa memberi manfaat untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik.
6)
Tepat janji
Tepat janji artinya konsisten dengan
sikap yang dipilih baik pemikiran maupun kesepakatan yang dibuat bersama orang
lain. Bila suatu saat ia melakukan ingkar janji, akan sangat merasa bersalah
dan mengeluh. Maksudnya, sikap ini adalah sikap seseorang yang selalu memegang
teguh suatu prinsip atau pendirian dari segala hal yang telah di tentukan.
7)
Inovatif
Inovatif adalah sikap yang memiliki kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang benar dan selalu mencoba sesuatu yang baru atau perubahan. Maksudnya, orang yang memiliki sikap ini mendayagunakan kemampuan dan keahlian untuk menghasilkan karya baru.
Inovatif adalah sikap yang memiliki kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang benar dan selalu mencoba sesuatu yang baru atau perubahan. Maksudnya, orang yang memiliki sikap ini mendayagunakan kemampuan dan keahlian untuk menghasilkan karya baru.
Sedangkan kepribadian
inferior adalah kepribadian individu yang cenderung tidak diharapkan
kehadirannya kerena sifat jeleknya yang berpeluang besar merugikan diri sendiri
dan orang lain.
Ciri kepribadian
inferior dapat diuraikan sebagai berikut:
1)
Depresi
Depresi merupakan salah satu bentuk yang menyebabkan emosi tergantung keseimbangannya sehingga yang bersangkutan cepat marah. Individu yang depresi sulit menggunakan akal sehatnya. Orang depresi cenderung tidak bergairah sehingga penampilannya menunjukkan ekspresi kesedihan (murung, cepat marah, dan mudah tersinggung) yang berakibat enggan berinteraksi dengan orang lain.
Depresi merupakan salah satu bentuk yang menyebabkan emosi tergantung keseimbangannya sehingga yang bersangkutan cepat marah. Individu yang depresi sulit menggunakan akal sehatnya. Orang depresi cenderung tidak bergairah sehingga penampilannya menunjukkan ekspresi kesedihan (murung, cepat marah, dan mudah tersinggung) yang berakibat enggan berinteraksi dengan orang lain.
2)
Suka pamer atau sombong
Suka pamer merupakan sikap suka
memperlihatkan atau menunjukkan sesuatu pada orang lain, baik keahlian,
kepandaian, ataupun kepemilikan yang sebenarnya hal tersebut tidak dibutuhkan
atau diminta oleh orang lain.
3)
Tidak disiplin
Tidak disiplin merupakan perilaku
yang cenderung tidak mengetahui aturan main yang ditetapkan bersama serta
mempunyai tujuan untuk memperoleh sesuatu yang mengunutungkannya.
4)
Pelupa
Ciri kepribadian pelupa berkaitan
erat dengan lupanya individu terhadap hal yang dapat disebabkan oleh terlalu
banyaknya jadual acara maupun kurang disiplin dalam mencatat agenda tersebut.
5)
Sulit membuat keputusan
Sulit membuat keputusan merupakan
sikap individu yang sulit membuat keputusan apa saja atau yang membutuhkan
waktu untuk membuat keputusan yang sempurna.
6)
Tak acuh
Tak acuh adalah sikap kurang peduli
terhadap hal-hal disekitarnya dan cenderung sibuk dengan dirinya sendiri.
7)
Bersikap negatif
Bersikap negatif yaitu sikap yang
cenderung hanya melihat sisi buruk atau kelemahan dari situasi dan kondisi
tertentu. Biasanya timbul hanya untuk menutupi kekurangan yang justru
dimilikinya. Sikap ini dapat terbentuk karena terus-menerus kecewa.
8)
Tidak konsisten
Tidak konsisten merupakan refleksi dari
tidak adanya kepercayaan diri, tidak adanya moral kejujuran, maupun kerena
mudah dipengaruhi oleh orang lain.
Berdasarkan
penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian seseorang terbagi
atas dua kelompok, yaitu 1) kepribadian superior yaitu kepribadian seseorang
yang bisa dikatakan bentuk-bentuk kepribadian yang berorientasi pada
perbaikan-perbaikan kualitas kehidupan dan 2) kepribadian inferior yaitu kepribadian
seseorang yang bisa dikatakan jelek dan berpeluang besar merugikan diri sendiri
dan orang lain.
Adakalanya juga karakter tokoh dalam drama digambarkan pengarang melalui
pemberian nama. Dalam kehidupan nyata, nama seseorang memang tidak identik
dengan sifat dan perilaku orang tersebut. Tapi dalam dunia fiksi, kita bisa
memberikan nama-nama tertentu untuk memberikan kesan karakter yang
berbeda-beda. Pemberian nama tokoh juga hendaknya disesuaikan dengan setting
cerita atau karakter etnis dari tokoh tersebut.
Karakter tokoh ialah watak, tabiat, perilaku yang dimiliki oleh tokoh
atau pelaku dalam cerita. Sifat atau kebiasaan serta watak cerita yang
ditampilkan oleh pengarang bermacam-macam coraknya. Karakter merupakan realisasi
perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika,
dan perilaku).
Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha
melakukan hal-hal yang terbaik terhadap tuhan yang Maha Esa, terhadap dirinya
sendiri, sesama, lingkungan, bangsa, dan negara serta dunia internasional pada
umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan
kesadaran, emosi, dan motivasinya (perasaannya). Berarti karakter tokoh merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh
setiap tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain dan biasanya akan terlihat
lewat sikap, tingkah laku, maupun kebiasaan tokoh.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh
adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional,
sosial, etika, dan perilaku). Karakter tokoh juga merupakan sifat-sifat yang
dimiliki oleh setiap tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain dan biasanya
akan terlihat lewat sikap, tingkah laku, maupun kebiasaan tokoh.
2.3 Pengertian Tokoh
Tokoh merupakan sosok atau pribadi yang memerankan berbagai karakter yang
dilakonkan dalam cerita. Melalui kehadiran tokohlah, karakter tersebut akan
dapat disampaikan dengan baik kepada penonton. Selain itu, tokoh juga yang
memiliki peran sebagai penyampai pesan dalam drama kepada penonton lewat
adegan-adegan yang diperankannya melalui karakter yang telah dibebankan
kepadanya. Dengan kata lain, tokohlah yang menjadi pelaku cerita. Sedangkan, karakteristik
merujuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam
sebuah cerita.
Tokoh-tokoh yang ada dalam karya sastra kebanyakan berupa manusia, atau
makhluk lain yang mempunyai sifat seperti manusia. Artinya, tokoh cerita itu
haruslah hidup secara wajar dan mempunyai unsur pikiran atau perasaan yang
dapat membentuk tokoh-tokoh fiktif secara meyakinkan sehingga penonton merasa
seolah-olah berhadapan dengan manusia sebenarnya.
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Aminuddin (2002:79), bahwa
”Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga
peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita”. Dapat dipahami bahwa tokoh
merupakan orang yang memiliki peran penting untuk melakonkan berbagai rentetan
peristiwa dalam cerita sehingga cerita tersebut memiliki satu kesatuan cerita
yang utuh dan dapat dinikmati oleh penonton.
Sama halnya dengan Nurgiyantoro (2012:165), ia juga menyatakan bahwa ”Istilah
tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita”. Maksudnya jelas bahwa tokoh
tersebut merupakan orang yang menjadi pelaku dalam cerita, yang memerankan
setiap lakon dalam cerita.
Lalu, Sayuti (dalam Wiyatmi, 2009:30) yang mengatakan bahwa ”Tokoh
merupakan pelaku rekaan dalam sebuah cerita fiktif yang memiliki sifat manusia
alamiah, dalam arti bahwa tokoh-tokoh itu memiliki ”kehidupan” atau berciri ”hidup” tokoh yang memiliki derajat lifelikeness
”kesepertihidupan”. Maksudnya,
tokoh tersebut merupakan pelakon dalam sebuah cerita fiktif, ia juga harus
melakonkan karakter yang sama dengan tokoh dalam cerita. Hal ini dikarenakan
karya fiksi merupakan hasil karya imajinatif atau rekaan, maka penggambaran
watak tokoh cerita pun merupakan sesuatu yang artifisial, yakni merupakan hasil
rekaan dari pengarangnya yang dihidupkan dan dikendalikan sendiri oleh pengarangnya.
Pengarang tidak serta merta menciptakan dunia di luar logika para penonton.
Artinya pengarang memakai nama latar, peristiwa dan tokoh seperti keberadaannya
di dunia nyata. Penciptaan tokoh oleh pengarang haruslah yang benar-benar
seperti manusia.
Menurut Wiyatmi (2009:30), ia menyatakan bahwa ”Tokoh adalah para pelaku
yang terdapat dalam sebuah fiksi”. Maksudnya jelas bahwa tokoh merupakan pelaku
atau pelakon sebuah cerita.
Berdasarkan beberapa pendapat di
atas maka dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah individu ciptaan/rekaan
pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau perlakuan dalam berbagai
peristiwa cerita yang menjadi pelaku dalam sebuah karya fiksi yang
mempunyai watak dan perilaku tertentu.
2.4 Jenis-jenis Tokoh
Ketika menonton sebuah drama, kita akan dihadapkan pada sejumlah
tokoh yang dihadirkan didalamnya. Tokoh-tokoh tersebut memiliki peranan yang
tidak sama. Setiap tokoh dalam cerita memiliki fungsi dan peranan masing-masing
yang menjadikannya sebagai tokoh yang melakonkan setiap adegan dalam cerita.
Peranan masing-masing tokoh tersebut tidak sama dilihat dari segi peranan atau
tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita.
Menurut Nurgiyantoro
(2012:176), ia menyatakan bahwa ”Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat
dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan
itu dilakukan, yaitu berdasarkan peranan/tingkat pentingnya tokoh dalam cerita,
berdasarkan fungsi penampilan tokoh dalam cerita, berdasarkan perwatakannya
dalam cerita, berdasarkan berkembang tidaknya perwatakan tokoh cerita, dan
berdasarkan pencerminan tokoh cerita terhadap kehidupan nyata”.
2.4.1
Berdasarkan peranan/tingkat pentingnya tokoh dalam cerita
1) Tokoh Utama
Menurut
Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa ”Tokoh utama merupakan tokoh yang tergolong
penting dan ditampilkan terus-menerus, sehingga terasa mendominasi sebagian
besar cerita”. Maksudnya, tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya
dalam sebuah cerita. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik
sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh ini juga selalu
berhubungan dengan tokoh-tokoh lainnya.
2) Tokoh Tambahan
Menurut
Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa ”Tokoh tambahan merupakan tokoh yang
hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita dan itupun mungkin
dalam porsi penceritaan yang relatif pendek”. Maksudnya, tokoh tambahan
hanyalah sebagai tokoh yang melengkapi cerita, ia tidak terlalu dipentingkan
dan kehadirannya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2.4.2 Berdasarkan
fungsi penampilan tokoh dalam cerita
1) Tokoh Protagonis
Menurut
Nurgiyantoro (2012:178), ia menyatakan bahwa ”Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya disebut
hero. Ia merupakan tokoh penjawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi
kita”. Maksudnya, tokoh protaganis selalu menjadi tokoh yang sentral dalam
cerita. Ia bahkan menjadi pusat sorotan dalam kisahan. Tokoh protagonis dapat
ditentukan dengan memperhatikan hubungan antartokoh, protagonis berhubungan
dengan tokoh-tokoh yang lain, sedangkan tokoh-tokoh itu sendiri tidak semua
berhubungan satu dengan yang lain.
2) Tokoh Antagonis
Menurut Nurgiyantoro (2012:179), ia
menyatakan bahwa ”Tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan konflik atau
sering disebut sebagai tokoh jahat”. Maksudnya, tokoh ini juga mungkin diberi
simpati oleh pembaca jika dipandang dari kaca mata si penjahat itu sehingga
memperoleh banyak kesempatan untuk menyampaikan visinya, walaupun secara
vaktual dibenci oleh masyarakat. Tokoh antagonis merupakan tokoh penentang
utama dari protagonis.
2.4.3 Berdasarkan
perwatakannya dalam cerita
1) Tokoh Sederhana
Menurut
Nurgiyantoro (2012:181), ia menyatakan bahwa ”Tokoh sederhana adalah tokoh yang
hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu atau sifat watak yang tertentu
saja”. Maksudnya, tokoh ini adalah tokoh yang tidak memiliki sifat atau tingkah
laku yang dapat memberikan efek kejutan bagi penonton. Sifat dan tingkah
lakunya bersifat monoton, datar dan hanya mencerminkan suatu watak tertentu. Meskipun
tokoh sederhana bisa melalukan berbagai tindakan, namun semua tindakannya itu akan
dapat dikembalikan pada perwatakan yang dimiliki dan yang telah diformulakan
itu. Sehingga penonton dengan mudah dapat memahami watak dan tingkah laku tokoh
ini, hal ini dikarenakan ia mudah dikenal dan familiar.
2) Tokoh Bulat
Menurut
Nurgiyantoro (2012:183), ia menyatakan bahwa ”Tokoh bulat adalah tokoh yang
memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian
dan jati dirinya”. Maksudnya, tokoh bulat merupakan tokoh yang memiliki watak
tertentu dan ia pun dapat menampilkan watak dan tingkah laku yang bermacam-macam,
bahkan mungkin bertentangan dan sulit ditebak. Tokoh ini juga sering memberikan
kejutan, karena ia memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan.
2.4.4 Berdasarkan berkembang
tidaknya perwatakan tokoh cerita
1) Tokoh Statis
Menurut
Nurgiyantoro (2012:188), ia menyatakan bahwa ”Tokoh statis adalah tokoh cerita
yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan
sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi”. Maksudnya, tokoh ini tampak
seperti kurang terlibat dan tidak terpengaruh oleh adanya perubahan-perubahan
lingkungan yang terjadi karena adanya hubungan antarmanusia. Tokoh ini memiliki
sikap dan watak yang relatif tetap, tidak berkembang sejak awal sampai akhir
cerita.
2) Tokoh Berkembang
Menurut
Nurgiyantoro (2012:188), ia menyatakan bahwa ”Tokoh berkembang adalah tokoh
cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan
peristiwa dan plot yang dikisahkan”. Maksudnya, tokoh ini secara aktif
berinteraksi dengan lingkungannya yang dapat mempengaruhi sikap, watak dan
tingkah lakunya. Sikap dan watak tokoh ini mengalami perkembangan dari awal, tengah
dan akhir cerita sesuai dengan tuntutan koherensi cerita secara keseluruhan.
2.4.5 Berdasarkan pencerminan
tokoh cerita terhadap kehidupan nyata
1) Tokoh Tipikal
Menurut
Nurgiyantoro (2012:190), ia menyatakan bahwa ”Tokoh tipikal adalah tokoh yang
hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya dan lebih banyak
ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya”. Maksudnya, tokoh tipikal
merupakan penggambaran, pencerminan atau penunjukan terhadap orang atau
sekelompok orang yang terikat dalam suatu lembaga yang ada di dunia nyata.
2) Tokoh Netral
Menurut
Nurgiyantoro (2012:191), ia menyatakan bahwa ”Tokoh netral adalah tokoh cerita
yang bereksistensi demi cerita itu sendiri”. Maksudnya, tokoh ini merupakan
tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi, ia hadir
dan dihadirkan semata-mata demi cerita atau bahkan dialah yang mempunyai
cerita, pelaku cerita dan yang diceritakan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa tokoh-tokoh karya fiksi, misalnya drama memiliki posisi
masing-masing dan dengan berbagai karakter yang berbeda-beda, yang keseluruhannya
itu dapat mendukung terwujudnya jalan cerita yang baik dan enak dinikmati oleh
penonton.
2.5 Peran
Tokoh Utama dalam Sinetron
Tokoh utama merupakan tokoh yang mendominasi jalannya cerita. Ia
merupakan tokoh yang selalu dikaitkan keberadaannya dengan tokoh lain. Bahkan,
pembicaraan tentangnya selalu dikait-kaitkan dalam setiap peristiwa yang
terdapat disepanjang jalannya cerita.
Menurut Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa ”Tokoh utama adalah
tokoh yang diutamakan penceritaanya dalan cerita yang bersangkutan. Ia
merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian
maupun yang dikenai kejadian”. Maksudnya jelas bahwa tokoh utama merupakan
tokoh yang selalu diceritakan dalam setiap urutan kejadian dalam cerita
tersebut, baik itu dia sebagai pelaku kejadian maupun sebagai orang yang
dikenai kejadian.
Begitu juga pendapat yang sama tentang tokoh utama dari Aminuddin
(2002:80), yang menyatakan bahwa ”Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang
sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya. Selain itu lewat
judul cerita juga dapat diketahui tokoh utamanya”. Maksudnya, tokoh utama
tersebut merupakan tokoh yang sering diperbincangkan oleh pengarang cerita tersebut,
bahkan melalui judul cerita saja dapat diketahui bagaimana karakter tokoh
utamanya. Sehingga penonton dapat menentukan tokoh utama dengan jalan melihat
keseringan pemunculannya dalam suatu cerita. Selain lewat memahami peranan dan
keseringan pemunculannya, dalam menentukan tokoh utama dapat juga melalui
petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya.
Berdasarkan kedua
pendapat pakar di atas tentang tokoh utama, maka dapat dipahami bahwa tokoh
utama memiliki peran sebagai tokoh yang sangat menentukan perkembangan alur
atau plot cerita tersebut, karena dengan tokoh utamalah keberlangsungan cerita
dapat dijalin dengan baik.
2.6 Pengertian Sinetron
Sinetron merupakan sebuah
ungkapan yang tidak asing di telinga. Bahkan, anak kecil pun sudah dapat mengetahui
mana yang dikatakan dengan sinetron. Sinetron yang sering ditayangkan di
stasiun televisi memuat berbagai kisah kehidupan manusia yang dilakonkan oleh
tokoh-tokoh tertentu dengan karakter yang dituntut dalam adegan-adegan cerita
tersebut.
Dalam Depdiknas (2006:62),
dijelaskan bahwa ”Secara etimologi
bahasa sinetron merupakan kepanjangan dari sinema elektronik yang berarti
sebuah karya cipta seni budaya, dan media komunikasi pandang dengar yang dibuat
berdasarkan sinematografi dengan direkam pada pita video melalui proses
elektronik, lalu ditayangkan melalui stasiun televisi”. Maksudnya, sinetron merupakan
bentuk kesenian sekaligus media hiburan massa dalam bentuk visual. Medium
visual menyampaikan ide secara denotatif, yaitu langsung memperlihatkan
benda kongkritnya. Berbeda dengan radio atau surat kabar yang menggunakan kata,
yang untuk memahaminya harus melalui proses interpretasi, pesan di sini hanya
dapat diinterpretasikan sesuai dengan maksud komunikator.
Lalu, menurut Wiyatmi (2009:1), ia menyatakan bahwa ”Sebagai media
komunikasi massa, sinetron merupakan sebuah pesan yang dikomunikasikan kepada
khalayak luas atau kepada sejumlah besar orang. Secara garis besar para ahli
memetakan dua sisi relasi antara media dengan masyarakat, sisi pertama fokus
perhatiannya pada teori yang berkaitan dengan relasi media-masyarakat,
perhatian terhadap cara media digunakan di masyarakat dan pengaruh timbal balik
yang lebih besar antara struktur sosial dan media. Pada sisi yang kedua fokus
perhatiannya pada relasi media-audience dengan memberi penekanan pada pengaruh
kelompok dan individu serta hasil dari transaksi media”. Maksudnya juga jelas
bahwa sinetron merupakan media menyampai pesan kepada khalayak ramai.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
sinetron merupakan rangkaian cerita yang terjalin sesuai dengan
problematika-problematika kehidupan yang menggambarkan perbuatan manusia yang
universal ke dalam satu pencerminan
atau pengggambaran mengenai suatu kenyataan dalam dunia nyata.
2.7 Jenis-jenis Sinetron
Sinetron yang sering ditayangkan di stasiun televisi sekarang memiliki
berbagai jenis tersendiri. Dari kesekian jenis tersebut membuat sinetron
menjadi pilihan tontonan yang digandrungi oleh berbagai kalangan penikmat drama
dan penonton. Selain itu, seiring dengan perkembangan zaman, pengaruh sinetron
dapat dirasakan cukup mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh jika
kita tertinggal satu episode akan merasa ada sesuatu yang hilang dan tidak
jarang pula pertengkaran dalam melihat sinetron antaranggota keluarga sering
terjadi. Hal ini menunjukkan sinetron memiliki banyak penggemar, khususnya di Indonesia.
Atas dasar tersebutlah, bebagai jenis sinetron terus bermunculan di stasiun televise.
Lebih lanjutnya, menurut Labib (dalam wikipedia), ia menyatakan bahwa ada
beberapa jenis sinetron yang dikenal, antara lain :
1)
Sinetron Seri, yaitu sinetron yang memiliki
banyak episode tetapi masing-masing episode tidak memiliki hubungan sebab
akibat. Maksudnya, sinetron jenis ini merupakan sinetron yang mempunyai banyak
episode, namun setiap episode dalam sinetron tidak memiliki keterkaitan antara
episode yang satu dengan episode yang lain.
2)
Sinetron Serial, kebalikan dengan sinetron seri,
sinetron serial memiliki sebab akibat dalam tiap episodenya. Maksudnya, sinetron
yang dibagun atas banyak episode dan tiap episode memiliki tererikatan antara
satu episode dengan episode yang lain.
3)
Sinetron Mini Seri, yaitu sinetron yang memiliki
durasi lebih pendek dan langsung selesai. Maksudnya, sinetron jenis ini
memiliki jalan cerita yang lebih singkat dan dapat selesai hanya dengan dengan
durasi waktu yang lebih singkat.
4)
Sinetron Lepas, yaitu sinetron yang terdiri dari
satu episode yang jalan ceritanya sudah langsung selesai. Maksudnya, sinetron
ini hanya memiliki satu episode saja dan dalam satu episode tersebut, sinetron
jenis ini dapat menceritakan keseluruhan cerita hingga usai.
Berdasarkan
penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa sinetron yang ditayangkan di
stasiun televisi bukan hanya memiliki satu jenis saja. Namun, dengan beberapa
jenis tersebut membuat sinetron yang dijadikan media hiburan dan media
menyampai pesan yang sarat makna kepada penonton, memiliki keunikan tersendiri.
2.8 Sinetron Bagian
dari Drama
Ketika menonton sebuah film atau sinetron, maka kita akan dihadapkan pada
kejadian atau peristiwa yang bermunculan dalam sinetron tersebut. Jika
diperhatikan dengan seksama maka sinetron yang ditonton tersebut sama dengan
kejadian atau peristiwa yang ada dalam dunia nyata, yaitu peristiwa dalam
keseharian dalam hidup bermasyarakat.
Pada dasarnya, sinetron adalah bagian dari drama atau disebut juga drama
modern. Maksudnya, sinetron menyajikan kehidupan yang dibuat seolah-olah
benar-benar nyata. Perbedaan antara sinetron dan drama hanya terletak pada
latar cerita. Latar cerita sebuah drama adalah pentas atau panggung, sedangkan
latar cerita sinetron adalah tempat yang senyatanya.
Jadi, sebuah tiruan kejadian atau peristiwa hidup manusia yang disajikan
atau dilakonkan di atas pentas dapat dikatakan sebagai sebuah drama. Sedangkan
sinetron merupakan urutan kejadian tentang gambaran peristiwa hidup manusia
yang diadegankan dalam lingkungan tempat yang senyatanya dan dapat dilihat
dengan gamblang oleh penonton.
2.9 Sinopsis
Sinetron Tukang Bubur Naik Haji
Cerita keseluruhan Tukang Bubur Naik Haji seperti menonton kehidupan
masyarakat sehari-hari, yang didalamnya termasuk perilaku kita sendiri. Kita
yang seolah-olah seorang dermawan sejati, padahal sebenarnya kita sangat
mengharapkan pujian orang. Sebenarnya ada kecenderungan kita ingin pamer.
Bagaimana kita selalu berpenampilan suci, padahal apa yang kita lakukan
seringkali keji. Bahkan kepada orang yang pernah menolong kita sekalipun.
Kepalsuan-kepalsuan yang hanya kita sendiri yang tahu, selalu membuat kita
tersenyum jengah. Kesemuanya disajikan secara manis dan lucu dalam serial ini.
Ada tokoh Bang Sulam (Mat Solar), yang penyabar, selalu tersenyum, ia
memiliki usaha bubur ayam. Berkat ketekunan dan keikhlasannya, akhirnya ia bisa
naik haji dan memperbesar usaha bubur ayamnya. Bang Sulam tinggal bersama
Rodiah (Uci Bing Slamet) istrinya, dan Emak (Nani Wijaya). Tetangga Bang Sulam, H. Muhidin (Latief Sitepu)
dan Hj. Maemunah (Shinta Muin), entah mengapa selalu memusuhi keluarganya.
Bahkan anak mereka, Rumanah (Citra Kirana) dilarang berhubungan dengan Robby
(Andi Arsyil), adik ipar Bang Sulam. Fitnah-fitnah tentang keluarga Bang Sulam
pun berdatangan. Bagaimanakah keluarga Bang Sulam menyikapi segala nikmat dan cobaan
yang ia dan keluarga hadapi sehari-hari? Semoga acara ini bisa menjadi cermin
bagi kita pemirsa untuk berkaca dan berbenah diri.
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan
dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif yang bersifat deskriptif. Hasil penelitian yang diharapkan setelah
pengumpulan data dijabarkan dalam bentuk penjelasan dan paparan agar pembaca
mengerti tentang permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Penelitian
dengan pendekatan kualitatif dimaksudkan agar menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis dari sinetron yang diamati, artinya data yang
dianalisis di dalamnya berbentuk deskriptif dan tidak berupa angka-angka
seperti halnya pada penelitian kuantitatif.
Seperti yang dikemukakan oleh Kutha
Ratna (2009:47), bahwa ”Pendekatan kualitatif memberikan
perhatian terhadap data alamiah yaitu data dalam hubungannya dengan konteks
keberadaannya. Objek penelitian bukan gejala sosial sebagai bentuk substantif
melainkan makna-makna yang terkandung dibalik tindakan yang justru mendorong
timbulnya gejala sosial tersebut. Dalam hubungan inilah pendekatan kualitatif
dianggap sama dengan pemahaman. Sesuai dengan namanya, pendekatan ini mempertahankan
nilai-nilai sehingga pendekatan ini dipertentangkan dengan pendekatan
kualitatif yang berarti bebas nilai”.
29
|
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa
hermeneutik merupakan jenis penelitian yang dapat mengungkapkan makna dibalik
karya sastra tersebut dan memberikan penafsiran terhadap teks sastra melalui
cerminan bahasa yang digunakan sebagai sarana dalam mewujudkan pemahaman makna
dalam teks sastra tersebut. Melalui penelitian hermeneutik ini, berusaha mengungkapkan
karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI.
3.2 Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah kata, kalimat dan dialog-dialog yang
menunjukkan karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji”
tayangan RCTI. Sedangkan sumber data penelitian adalah video berupa sinetron
”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Peneliti
mencari video yang berisi sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan
RCTI, yaitu episode 1 dan 2.
2)
Peneliti memutar video tersebut, lalu
menontonnya berulang-ulang.
3)
Peneliti menulis dialog-dialog antartokoh dalam
sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2 yang
telah ditonton menjadi teks dialog seperti naskah drama.
4)
Peneliti mengelompokkan data-data berupa dialog
yang mencerminkan karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan
RCTI, yaitu episode 1 dan 2.
5)
Peneliti mencatat dialog-dialog yang
mencerminkan karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji”
tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2.
6)
Selanjutnya, peneliti menguraikan
data-data tersebut, lalu menganalisis karakter tokoh utama dalam
sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2 tersebut.
3.4 Teknik Analisis Data
Data dalam
penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis secara kualitatif
yaitu menganalisis karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur
Naik Haji” Tayangan RCTI. Hal ini
sejalan dengan penjelasan Sugiono (2009 : 337), ia menyatakan bahwa ”Analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan
data dalam periode tertentu”.
Data tersebut dianalisis dengan menggunakan teori Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (Sugiono 2009 :
337), mengemukakan bahwa ”Aktifitas dalam analisis kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga
datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu mereduksi data,
menyajikan data dan menyimpulkan data”.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh
dalam pengolahan data adalah mengolah data menurut jenisnya, menganalisis karakter
tokoh utama dan menyimpulkan.
1)
Mereduksi data
Tahap mereduksi data mulai
dilakukan melalui proses penyeleksian, identifikasi dan pengklasifikasian.
Penyeleksian dan pengidentifikasian merupakan kegiatan untuk menyeleksi dan
mengidentifikasi data-data pada kategori karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron
”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI. Tahap pengklasifikasian merupakan
proses yang dilakukan untuk mengklasifikasikan data, memilih data dan
mengelompokkan data.
2)
Menyajikan Data
Menyajikan Data merupakan
kegiatan pengelompokkan data melalui tahap reduksi data pada kategori karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron
”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI.
3)
Menarik Simpulan
Menarik simpulan dilakukan
setelah mengikuti dua tahap. Simpulan ditarik setelah data disusun dan
diperiksa kembali. Selanjutnya, didiskusikan dengan pembimbing. Setelah proses
ini dilalui, hasil akhir penelitian analisis karakter tokoh utama dalam
sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, disajikan dalam bentuk laporan
penelitian.
3.5 Pengecekan
Keabsahan Data
Pemeriksaan terhadap keabsahan data
merupakan salah satu bagian yang penting di dalam penelitian kualitatif, yaitu
untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan. Apabila peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data
secara cermat dan menggunakan teknik yang tepat, maka akan diperoleh hasil
penelitian yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai segi.
Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan teknik triangulasi
dan uraian rinci. Moleong (2010: 330), menjelaskan bahwa ”Teknik triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Di mana
dengan triangulasi peneliti dapat me-recheck hasil temuannya
dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode atau teori”.
Sedangkan ”Teknik uraian rinci merupakan teknik yang menuntut
peneliti untuk menguraikan secara khusus sekali segala sesuatu yang dibutuhkan
oleh pembaca agar ia dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh. Temuan
itu tentunya bukan bagian dari uraian rinci melainkan penafsiran yang dilakukan
dalam bentuk uraian rinci berdasarkan data yang diperoleh” (Moleong, 2010: 337).
Maka, jelas bahwa melalui triangulasi dan uraian rincilah
keabsahan data tentang karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur
Naik Haji” tayangan RCTI dapat
dibuktikan keabsahan datanya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Adapun hasil penelitian tentang karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron
”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, pada episode 1 dan episode 2, yaitu
berupa karakter H. Sulam dan H. Muhidin. Berdasarkan hasil penelitian dalam
sinetron tersebut, terdapat beberapa karakter tokoh utama. Maka penulis
menjabarkan data tentang karakter tokoh utama tersebut,
sebagai berikut:
1)
Karakter
Tokoh H. Sulam
Berikut kutipan data yang
menggambarkan karakter tokoh H. Sulam:
(1)
Sopan Santun
Data
1
H. Sulam :Terima
kasih sudah datang. Eh, H. Muhidin datang, gak?
Kawan H. Muhidin :Maaf Pak H.
Kebetulan Pak H. Muhidin lagi ada halangan.
(konteks data :
episode 1)
Data
2
Hansip
Malih :Ngomong-ngomong ditahannya di mana bang H.
H.
Sulam :Ditahan? Siapa yang ditahan?
Hansip
Malih :Lo, bukannya Si Robby
tersangkut kasus narkoba?
H.
Sulam :Lo serius ni? Siapa yang ngomong?
Hansip
Malih :Waduh, ane juga kagak tau dah. Beritanya udah
seantar di mana-mana.
H.
Sulam :Siapa yang ngomong? Lo dengar dari siapa?
(konteks data :
episode 1)
Data 3
Pak
Ustad Zakaria :Silahkan Bang H. Sulam.
H.
Sulam :Assalamualaikum
wr.wb.
35
|
(konteks data : episode
2)
Data 4
H.
Sulam :Siang, Pak. Ada
apa ya?
Silahkan duduk dulu, ya. Silahkan!
(konteks data : episode
2)
(2)
Inovatif
Data 5
Hj.
Rodhiyah :Emang Si Robby mau
disuruh ngapain sih, bang?
H.
Sulam :Enggak, gue
pikir-pikir ni benar juga ide mak. Gue harus mikir buka cabang lagi.
(konteks data : episode
1)
(3)
Peduli Sesama
Data 6
Hj.
Rodhiyah :Mang Ojo, udah malam.
Istirahat aja dulu.
H.
Sulam :Ya udah Mang Ojo,
istirahat napa! Ya!
Mang
Ojo :Iya H.
(konteks data : episode
1)
Data 7
H.
Sulam :Adik lo Si Robby
belum nelpon lagi tu, hah? Udah hampir sepuluh hari ni dia belum nelpon.
Hj.
Rodhiyah :Terakhir sih dia bilang
mau ke Pedalaman, bang. Mungkin gak ada sinyal kali di sana.
(konteks data : episode
1)
Data 8
H.
Sulam :Kepedalaman?
Pamit
ke gue katanya mau ke Papua, kenapa pakek ke dalam-dalam sih. Eh, kata orang ni
daerah situ masih rawan. Kalau kita mau ke Pedalaman, naik perahu kecil dan itu
kalinya banyak buaya. Kalau adik lo dicatut buaya, ridho lo, ridho?
Hj. Rodhiyah
:Emang Si Robby mau disuruh ngapain sih, bang?
(konteks data : episode 1)
Data 9
Hj. Rodhiyah
:Kalo gak ketanganan gimana? Kan entar bisa ancur.
H. Sulam
:Nah ntu dia, justru gue mau kasih kerja ke Robby.
(konteks data : episode
1)
(4)
Bijaksana
Data 10
Hj.
Rodhiyah :Robby mau disuruh jadi
tukang bubur, ya benar aja dong bang?
Bang, dia itu kan calon Sarjana Teknik.
H.
Sulam :Iya gue tau, masak
sarjana gue suruh dorong gerobak sih. Ni, kalau ada dia, kan gue bisa tukar
pikiran. Robby itu pengetahuannya luas. Nah, gak kek gue. kagak bakal naik
tender.
(konteks data : episode
1)
Data
11
Emak
Haji :Ni mobil tiap hari
dielus-elus aja. Piknik kek sekali-kali, ke Siyantar kek. Biar kaki gue ni bisa
berendam, ya.
H.
Sulam :Beres mak, tapi benar juga tu kata emak.
Kenapa kita sekarang jadi dibudakin sama harta ya? Tiap hari ngurusin orang
makan.
(konteks data : episode
1)
(5)
Percaya Diri
Data
12
Hansip
Malih :Justru ane kesini ni bang
H. mau cek and ricek ke bang H.
H.
Sulam :Eh Lih, lo dengar
ni ye. Adik gue Si Robby sekarang lagi ada di Papua. Lagi bikin menara buat
hendpon. Enak aja lo kalo ngomong, ditahan-ditahan-ditahan. Jidat lo yang
ditahan? Ya udah deh, sono!
(konteks data
: episode 1)
Data 13
Hj.
Rodhiyah :Ada apa lagi sih,
Bang?
H.
Sulam :H. Muhidin, emang
mau ngejatuhin gue di depan jamaah keknya. Emang dia tu, sumber gosipnya.
(konteks
data : episode 2)
Data
14
Hj.
Rodhiyah :Ya Bang lawan dong.
H.
Sulam :Emang gue lawan.
Kalo gue gak lawan, makin kurang ajar dia.
(konteks data : episode 2)
(6) Sabar
Data 15
Hj.
Rodhiyah :Apa yang salah dari
kita, Bang? Ada aja fitnah yang menimpa kita.
H.
Sulam :Ya mana gue tau,
Roh. Mungkin tu ujian dari Allah atau apa kali.
(konteks data : episode
2)
Data
16
Emak
Haji :Eh, eh, Kenapa muka
lo, kayak ayam ketelan kapur. Kenapa? Soal sumbangan lagi?
H. Sulam :Soal Si Robby, makin panjang
aja, dah. Lagian juga tu anak. Ah, udah ah, gak usah diomongin dah.
(konteks data : episode
2)
(7)
Disiplin
Data 17
Mang
Ojo :Atuh jangan menyerah
begitu Buk Hj. Kalo Si Robby emang lagi kerja, ya kita harus lawan.
H.
Sulam :Nah, tu dia
masalahnya Mang Ojo, Si Robby tu udah sebulan kagak nelpon gue, gue kan kagak
tau, apa dia bekerja atau kagak atau gimana.
(konteks data : episode 2)
Data
18
Hj.
Rodhiyah :Jadi, Abang juga
nuduh Si Robby ditahan polisi, gitu Bang? Abang tega.
H.
Sulam :Gak Roh, gak.
Cuma gue kesal aja sama Si Robby. Katanya anak sekolahan, harusnya dia kan
mikir, ni keluarganya disini mikirin dia, nunggu berita dari dia. Dia selamat
atau gimana kan kita kagak tau. Ni kagak, kek kebo dungkul. Nelpon kagak, apa
kagak. Orang jual pulsa disana kan banyak, tinggal sepuluh ribu apa dia kagak
ikhlas.
(konteks data : episode
2)
(8)
Humoris
Data 19
Emak
Haji :Kenapa Roh, sakit?
Lam, Lam. Bawa aja ni dia ni ke puskesmas. Ni, Mak kalo kepala ni senut-senut
ni, Mak di sono. Dokternya baik, ganteng lagi. Bawa aja deh sono!
H.
Sulam :Bukan kepalanya
yang sakit, ni hatinya. Hatinya lagi sakit.
Emak
Haji :Astagfirullahalazim,
lo. Lefer tu lefer, bahaya.
H.
Sulam :Ya udah tenang,
entar Sulam bawa ke UGD.
(konteks data : episode
2)
(9)
Konsisten
Data 20
H.
Muhidin :Ah, itu kan
perasaan adik Sulam saja. Pertanyaan saya, pertanyaan umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir,
itu terserah Anda sendiri. Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau
tidak ada luka?
H.
Sulam :Masalahnya Pak H.
isu ini sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si Robby ditangkap
polisi dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke Bapak, bahwa satu
bulan ini dia gak kelihatan di kampung kita.
(konteks data : episode
2)
(10)
Berjiwa Besar
Data 21
H.
Sulam :Roh, Roh!
Hj.
Rodhiyah :Apa lagi sih, Bang?
H.
Sulam :Maafin gue ya,
gue keceplosan.
(konteks
data : episode 2)
2)
Karakter
Tokoh H. Muhidin
Berikut kutipan data yang
menggambarkan karakter tokoh H. Muhidin:
(1)
Iri Hati
Data 1
Rumana
:Umi kok ngomongnya kek gitu sih? Harusnya kita senang lo liat tetangga maju.
H. Muhidin
:Iya, kalo majunya usaha kerasnya kita patut senang dan bangga. Tetapi, kalo
majunya dengan kebetulan siapa juga bisa maju. Ini yang dapat dari lotrelah,
yang dapat dari pengusaha, hadiahlah. Apaan?
Rumana
:Gak Abah, di dalam Islam itu gak ada yang namanya kebetulan, semuanya itu
pasti udah direncanain sama Allah.
(konteks data : episode 1)
(2)
Sombong/Suka Pamer
Data 2
Warga
:Kok gak ikut syukuran di rumahnya pak H. Sulam?
H. Muhidin
:Iya ni, baru dari bandara jemput anak gue.
Warga
:Oya, yang katanya sekolah di Mesir.
H. Muhidin
:Iya… iya… semata wayang.
(konteks data : episode 1)
Data 3
Hansip Tarmidzi :Kan Mesir – Jakarta jauh Pak H. tiketnya mahal.emang Pak H.
sanggup?
H. Muhidin
:Namanya juga anak semata wayang, ya disanggup-sanggupin dong. Eh, gimana?
Katanya mau maju.
(konteks
data : episode 1)
Data 4
H. Rasyidi
:Emang hebat Si Rumana tu, dia bisa kuliah di luar negeri”Alazar”, gak gampang
tu H. saingannya berat. Paling enggak, dia mesti hafal satu dua juz Alquran
berikut tafsirnya.
H. Muhidin
:Urusan itunya H. itu Rumana sendiri. Sama mah, terima bersih aja. Nah, urusan
biaya gue deh. Termasuk sama istri gue ni sampai jungkir balik.
(konteks
data : episode 1)
(3)
Suka Menyindir
Data 5
H. Rasyidi
:Alhamdulillah, bagus itu. Anak Bapak juga, dia ambil S2. Jurusannya Hukum
Syariah di UIN.
H. Muhidin :Kok bisa cocok sih H. Lantas gimana tugas di
DPRnya kagak keganggu?
(konteks
data : episode 1)
Data 6
H. Muhidin
:Ye, namanya juga anak Periuk. Tau kan pergaulannya, mesti hati-hati nyari
teman, Roh.
Hj. Rodhiyah
:Pak H. Jangan teka-teki begitu deh. Si Robby tu baik-baik aja Pak H. Dia tu
lagi kerja, emangnya kenapa sih?
(konteks
data : episode 2)
Data 7
H. Muhidin
:Emangnya Si Sulam sudah lancer nyetir mobilnya, kagak perlu Si Robby lagi.
Hj. Rodhiyah
:Demi Allah Pak H. Robby itu lagi kerja di Papua. Kok tega-teganya menyebar
fitnah begitu. Robby itu anaknya baik.
(konteks
data : episode 2)
Data 8
Hj. Maemunah
:Ya, alasan apa juga masuk di akal, mau kerja di luar Jawa juga, kenapa gak
sekalian bilang aja keja ngikut TKI ke Malaysia. Ya gak.
H. Muhidin
:Tapi malu juga dong, Mi. Namanya kalo ada keluarga yang masuk bui.
(konteks
data : episode 2)
Data 9
Hj. Maemunah
:Orang Cuma nanya doing, dianya aja yang tersinggung.
Rumana
:Iya Umi, tapi kan kasian istrinya Bang Sulam. Kesini kan dia mau belanja, tapi
malah dibikin malu.
H. Muhidin
:Kalo kagak ada asap, kagak ada apinya. Berita itu ada tentu ada sebabnya. Lo
jangan terlalu bela dia deh Rum, ah.
(konteks
data : episode 2)
Data 10
Pak Ustad Zakaria
:Silahkan Pak H. Muhidin, tapi jangan panjang-panjang.
H. Muhidin
:Bagaimana hukumnya kalo ada di antara keluarga dekat kita, yang berbuat keji.
Misalnya menjadi pengedar narkoba? Bukankah kita telah diperintahkan Allah
untuk menjaga keluarga kita. Kuu Anfussakum Waahlikum naaraa. Jagalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka. Mohon penjelasannya, Pak Ustad.
(konteks
data : episode 2)
Data 11
H. Muhidin
:Ah, itu kan perasaan adik Sulam saja.
Pertanyaan
saya, pertanyaan umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir, itu terserah Anda
sendiri. Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau tidak ada luka?
H. Sulam
:Masalahnya Pak H. isu ini sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si
Robby ditangkap polisi dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke
Bapak, bahwa satu bulan ini dia gak kelihatan di kampung kita.
H. Muhidin
:Sebaiknya, kalo emang ada masalah gak usah ditutup-tutupilah. Saya
mengutarakan ini, karena kecintaan saya kepada H. Sulam karena kita sama-sama
jamaah mesjid ini.
(konteks
data : episode 2)
(4)
Mengadu Domba
Data 12
Hansip
Tarmidzi :Hah, ditangkap?
Hj.
Maemunah :Kek kagak tau aja,
dia kan anak Periuk, kan tau sendiri bagaimana kelakuan anak Periuk. Bisa-bisa
ni dia kelibat sama narkoba. Ini yang bikin gue jadi ngeri banget-banget deh.
H.
Muhidin :Eh, kalo benar
dia sudah satu bulan kagak kelihatan, berarti dia benar ditahan polisi. Ya
bagaimana ya, di sini dia dibutuhkan sama Si Sulam tuk nyetir mobilnya. Ya
maklum, punya mobil kagak punya nyali untuk nyetir sendiri.
(konteks
data : episode 1)
(5)
Angkuh
Data 13
Rumana :Bah, kalo apa yang
Abah tuduhin itu semua, gak benar. Abah bisa dilaporin ke polisi. Itu sama aja,
Abah udah mencemarkan nama baiknya Bang Robby, Bah.
H.
Muhidin :Silahkan aja,
kalo memang Robby kagak ditahan polisi, buktiin dong, bahwa dia itu orang baik.
Ini kagak.
(konteks
data : episode 2)
Data 14
Hj.
Maemunah :Udah deh Rum, lo
gak usah ngebelain dia. Masa depannya aja kagak jelas. Tau gak, kagak jelas.
Lagi, lo jangan berharap, Umi bakal ngeredoin lo. Kalo jadi bininya dia. Ingat
lo, ya. Maaf, ya.
H.
Muhidin :Amit-amit,
kalo gue sampai jadi mertuanya si anak yang kagak tau sopan santun, tu.
Rumana :Ya, Rum kan cuma
kasih tau Umi sama Abah aja. Kalo fitnah itu dosa besar.Udah itu aja.
(konteks
data : episode 2)
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tentang karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron
”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, pada episode 1 dan episode 2,
yaitu berupa karakter H. Sulam, H. Muhidin, Robby dan tokoh Rumana, maka
berikut ini penulis akan membahas data-data tentang karakter tokoh utama
tersebut, yaitu sebagai berikut:
1)
Karakter
Tokoh H. Sulam
Berikut penjelasan kutipan
data yang menggambarkan karakter tokoh H. Sulam:
(1)
Sopan Santun
Data
1
H. Sulam :Terima
kasih sudah datang. Eh, H. Muhidin datang, gak?
Kawan H. Muhidin :Maaf Pak H.
Kebetulan Pak H. Muhidin lagi ada halangan.
(konteks
data : episode 1)
Data 1
di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang sopan dan santun, yang
terlihat melalui percakapan antara H. Sulam dengan salah seorang kawan H.
Muhidin yang menghadiri acara peluncuran armada bubur ayam H. Sulam. Dengan santun
ia mengucapkan terima kasih karena sudah berkenan hadir ke acara tersebut
kepada salah seorang tamu undangan, yang kebetulan beliau adalah salah satu
kawan dekat H. Muhidin. Selain itu ia juga menanyakan, adakah H. Muhidin pun
berkenan datang ke acara peluncuran armada bubur ayamnya tersebut. Padahal
jelas-jelas H. Muhidin sangat tidak suka melihat kesuksesannya, namun ia dapat
memposisikan dirinya sebagai tuan rumah yang haruslah bersikap santun kepada
tamu. Dari dialog percakapan tersebut, terlihat jelas bahwa H. Sulam memiliki
karakter yang sopan dan santun terhadap tamu undangannya. Bahkan, ia juga tidak
lupa menanyakan tentang H. Muhidin, yang merupakan kawan dekat orang tersebut.
Data
2
Hansip
Malih :Ngomong-ngomong ditahannya di mana bang H.
H.
Sulam :Ditahan? Siapa yang ditahan?
Hansip
Malih :Lo, bukannya Si Robby
tersangkut kasus narkoba?
H.
Sulam :Lo serius ni? Siapa yang ngomong?
Hansip
Malih :Waduh, ane juga kagak tau dah. Beritanya udah
seantar di mana-mana.
H.
Sulam :Siapa yang ngomong? Lo dengar dari siapa?
(konteks data :
episode 1)
Data 2
di atas juga menunjukkan karakter kesopansantunan sosok H. Sulam. Dialog
percakapan ini terjadi antara H. Sulam dengan seorang hansip kampungnya, yang
bernama Malih. Dalam percakapan tersebut, dengan lantang si hansip menyatakan
tentang penahanan adik iparnya yang bernama Robby, karena tersandung kasus
narkoba. Namun, beberapa kali secara berulang-ulang, ia dengan sopan masih
tetap menanyakan kebenarannya dan dari mana si hansip mengetahui akan hal
tersebut, yang jelas-jelas dia sebagai abang iparnya saja tidak mengetahuinya. Dari
percakapan tersebut jelas terlihat sikap sopan yang dimiliki sosok H. Sulam,
meskipun adik iparnya dituduh demikian, namun ia masih bersikap santun tanpa
marah-marah kepada si hansip tadi, tapi ia hanya mempertanyakan dari mana si
hansip mendapatkan informasi yang tidak baik tentang adik iparnya. Dalam hal
ini, ia dapat memposisikan dirinya sebagai tuan rumah yang bersikap santun,
meskipun didatangi oleh seseorang dengan membawa kabar yang yang tidak
mengenakkan tentang salah satu anggota keluarganya.
Data 3
Pak
Ustad Zakaria :Silahkan Bang H. Sulam.
H.
Sulam :Assalamualaikum
wr.wb.
Mohon
maaf sebelumnya, saya hanya ingin mengajukan pertanyaan langsung kepada Bapak
H. Muhidin. Mengapa setiap kali beliau bertanya, selalu melirik kearah saya.
Apakah ada yang salah dengan saya atau memang pertanyaan itu ditujukan langsung
kepada saya atau memang Bapak H. menyindir kepada saya?
(konteks data : episode
2)
Data 3
di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang sopan dan santun, yaitu merupakan
dialog yang terjadi antara H. Sulam dengan Ustad Zakaria pada saat
berlangsungnya tanya jawab setelah usai kajian rutin ketika selesai salat
magrib di mesjid. Dalam tuturan yang diucapkan oleh H. Sulam saat akan
mengajukan pertanyaan yang tertuju langsung kepada H. Muhidin tersebut, telihat
jelas penggambaran karakter sopan santun yang dimiliki oleh H. Sulam. Bahwa,
ketika ingin mengutarakan pertanyaan, ia terlebih dahulu mengacungkan
tangannya, lalu memulai pertanyaan setelah dipersilahkan oleh Ustad yang
memimpin kajian tersebut, serta ia pun tidak lupa mengucapkan salam terlebih
dahulu sebelum membuka pembicaraan. Bahkan bukan hanya itu, kata-kata yang
dilontarkannya pun memiliki nilai santun yang cukup baik. Seperti salah
satunya, ia juga meminta maaf sebelumnya kepada H. Muhidin yang ditujukan
pertanyaan tersebut. Hal ini jelas bahwa karakter santun yang dimiliki oleh
sosok tukang bubur ini sangatlah baik, dan ia pun dapat memposisikan dirinya
dimana ia berada dan sedang berbicara dalam majelis yang bagaimana.
Data 4
H.
Sulam :Siang, Pak. Ada
apa ya?
Silahkan duduk dulu, ya. Silahkan!
(konteks data : episode
2)
Data 4
di atas juga menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang sopan dan santun, yang
terlihat lewat tuturan yang dilontarkan oleh H. Sulam. Tuturan tersebut terjadi
pada saat warung bubur ayam miliknya didatangi oleh pihak kepolisian. Poda saat
itu, tukang bubur yang satu ini sama sekali tidak mengetahui akan maksud
kedatangan dari kedua polisi tersebut. Rasa penasaran dan ingin tahulah yang
ada dalam batinnya. Namun, meskipun demikian tidak mengurangi sikap santun yang
dimilikinya. Ia tetap bersikap selayaknya pemilik warung yang siap melayani
kebutuhan pelanggannya. Dengan santai, ia pun melangkah menghampiri kedua polisi
tersebut, lalu menyapa mereka, seraya mempersilahkan keduanya duduk. Hal ini
jelas memperlihatkan bahwa H. Sulam adalah sosok yang memang memiliki sikap
santun yang tinggi terhadap siapapun, meskipun dia dalam keadaan khawatir atau
penasaran terhadap apa yang ada dihadapannya. Tapi, tidak akan mengurangi sikap
santun yang dimilikinya.
(2)
Inovatif
Data 5
Hj.
Rodhiyah :Emang Si Robby mau
disuruh ngapain sih, bang?
H.
Sulam :Enggak, gue
pikir-pikir ni benar juga ide mak. Gue harus mikir buka cabang lagi.
(konteks
data : episode 1)
Data 5
di atas mendeskripsikan karakter tokoh H. Sulam yang inovatif. Dialog percakapan
tersebut terjadi antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) pada suatu
malam di teras rumahnya. Dalam percakapan tersebut, H. Sulam menunjukkan sikap
inovatifnya dengan memberikan pernyataan kepada istrinya bahwa ia akan membuka
cabang penjualan bubur ayam lagi. Hal ini terlihat jelas, bahwa ia memiliki karakter
yang ingin agar terus berkembang dalam usahanya, yaitu usaha penjualan bubur
ayam. Padahal usahanya saat itu pun, sudah berkembang. Namun dengan karakter
inovatifnya tersebut, ia masih juga ingin mengembangkan usahanya lagi.
(3)
Peduli Sesama
Data 6
Hj.
Rodhiyah :Mang Ojo, udah malam.
Istirahat aja dulu.
H.
Sulam :Ya udah Mang Ojo,
istirahat napa! Ya!
Mang
Ojo :Iya H.
(konteks data : episode
1)
Data 6
di atas menunjukkan karakter H. Sulam yang peduli kepada sesama. Dialog
percakapan ini terjadi antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) dan Mang
Ojo yang merupakan salah satu karyawan di warung bubur ayamnya. Dalam
percakapan tersebut, Hj. Rodhiyah menyuruh Mang Ojo untuk beristirahat dulu,
karena haripun sudah malam. Lalu, dengan lantang H. Sulam pun ikut menyatakan
hal yang sama kepada Mang Ojo untuk beristirahat. Dari percakapan tersebut
jelas terlihat sikap peduli sesama yang ditunjukkan oleh H. Sulam kepada salah
satu karyawannya. Dalam hal ini, ia tidak membedakan antara keluarganya ataupun
karyawannya. Semuanya sama saja, setiap orang memiliki batas letih, jadi
memiliki kesempatan untuk beristirahat.
Data 7
H.
Sulam :Adik lo Si Robby
belum nelpon lagi tu, hah? Udah hampir sepuluh hari ni dia belum nelpon.
Hj.
Rodhiyah :Terakhir sih dia bilang
mau ke Pedalaman, bang. Mungkin gak ada sinyal kali di sana.
(konteks data : episode
1)
Data 7
di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang peduli sesama, yang
ditunjukkan melalui dialog yang terjadi antara H. Sulam dengan istrinya (Hj.
Rodhiyah) pada suatu malam di teras rumahnya. Dialog tersebut menunjukkan karakter
peduli sesama yang ditunjukkan oleh sosok H. Sulam terhadap adik iparnya
(Robby). Dalam percakapan dengan istrinya, ia menanyakan apakah adik iparnya
itu sudah menelpon lagi atau belum? Selain itu, H. Sulam juga menyatakan bahwa
sudah hampir sepuluh hari adik iparnya belum menelpon untuk memberi kabar
tentang keadaannya. Hal ini, jelas menunjukkan sikap peduli dan khawatir sosok
H. Sulam terhadap adik iparnya (Robby), yang nun jauh disana, yang belum
diketahui bagaimana keadaannya karena belum menelpon ke rumah.
Data 8
H.
Sulam :Kepedalaman?
Pamit
ke gue katanya mau ke Papua, kenapa pakek ke dalam-dalam sih. Eh, kata orang ni
daerah situ masih rawan. Kalau kita mau ke Pedalaman, naik perahu kecil dan itu
kalinya banyak buaya. Kalau adik lo dicatut buaya, ridho lo, ridho?
Hj. Rodhiyah
:Emang Si Robby mau disuruh ngapain sih, bang?
(konteks data : episode 1)
Data 8 di atas juga menunjukkan
karakter tokoh H. Sulam yang peduli sesama, yang merupakan kelanjutan pembicaraan
antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) pada suatu malam di teras
rumahnya. Dialog tersebut masih menunjukkan karakter peduli sesama yang
dicerminkan oleh H. Sulam untuk adik iparnya (Robby). Dalam percakapan dengan
istrinya, jelas terlihat sikap peduli dan cemas yang dimiliki oleh H. Sulam
terhadap Robby, yang diutarakan kepada istrinya. Bahwa, ia cemas dengan keberadaan
adiknya iparnya setelah mendengar pertuturan istrinya, kalau Robby bukan hanya
pergi ke tempat yang pernah disampaikan kepadanya sebelum pergi, namun ke
tempat yang lebih jauh lagi dari pada itu. Kecemasan yang dimiliki oleh H.
Sulam tersebut menunjukkan sikap peduli seorang abang kepada adiknya, yang
menginginkan keselamatan adiknya diperantauan sana.
Data 9
Hj. Rodhiyah
:Kalo gak ketanganan gimana? Kan entar bisa ancur.
H. Sulam
:Nah ntu dia, justru gue mau kasih kerja ke Robby.
(konteks data : episode 1)
Data 9 di
atas juga menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang peduli sesama, dialog
percakapan antara H. Sulam dengan istrinya dalam data di atas merupakan sikap
peduli H. Sulam terhadap Robby. Percakapan yang berlangsung dengan sang istri
di teras rumah tersebut, merupakan salah satu perwujudan sikap peduli seorang
abang kepada adik iparnya, yang terlontar dari ucapan H. Sulam, yang menegaskan
kepada sang istri bahwa ia akan membukakan cabang penjualan bubur ayam yang
baru, dan akan dikelola oleh Robby. Dengan begitu, sikap pedulinya terhadap sang
adik akan terealisasi dengan cara membuka lapangan pekerjaan baru untuk Robby
(adik iparnya). Sehingga selesai kuliah, Robby langsung memiliki pekerjaan,
seraya mencari pekerjaan yang lebih layak, nantinya.
(4)
Bijaksana
Data 10
Hj.
Rodhiyah :Robby mau disuruh jadi
tukang bubur, ya benar aja dong bang?
Bang, dia itu kan calon Sarjana Teknik.
H.
Sulam :Iya gue tau, masak
sarjana gue suruh dorong gerobak sih. Ni, kalau ada dia, kan gue bisa tukar
pikiran. Robby itu pengetahuannya luas. Nah, gak kek gue. kagak bakal naik
tender.
(konteks data : episode 1)
Data 10
di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang bijaksana, hal ini terlihat
jelas melalui percakapan H. Sulam dengan sang istri, di teras rumah. Tuturan
yang dilontarkan oleh H. Sulam terhadap istrinya tersebut mencerminkan kepribadian
bijaksana yang dimiliki oleh sosok tukang bubur yang satu ini. Ia menegaskan
kepada istrinya, bahwa ia akan membuka cabang baru untuk usaha penjualan bubur
ayam miliknya, yang dimaksudkan agar dapat dikelola oleh adik iparnya (Robby),
bukan menjadikan Robby sebagai tukang bubur yang kesana kemari mendorong
gerobak bubur ayam, melainkan tujuannya adalah agar bisa saling tukar pikiran
dengan sang adik, jika usaha baru yang akan dibuka tersebut dikelola olehnya. Perwujudan
sikap bijaksana ini, terlihat dari percakapan dengan sang istri, yang
menyatakan bahwa ia tidak akan mungkin menyuruh adiknya itu mendorong gerobak,
karena dia tau bahwa sang adik adalah Sarjana Teknik, bahkan ia juga menegaskan
kalau Robby memiliki pengetahuan yang luas, berbeda dengan dirinya.
Data
11
Emak
Haji :Ni mobil tiap hari
dielus-elus aja. Piknik kek sekali-kali, ke Siyantar kek. Biar kaki gue ni bisa
berendam, ya.
H.
Sulam :Beres mak, tapi benar juga tu kata emak.
Kenapa kita sekarang jadi dibudakin sama harta ya? Tiap hari ngurusin orang
makan.
(konteks data : episode
1)
Data 11
di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang bijaksana, yang dideskripsikan
dalam percakapan yang berlangsung antara H. Sulam dengan sang ibu, yaitu yang
akrab disapa dengan Emak Haji di halaman rumah saat ia sedang mengelap mobilnya.
Perkataan Emak Haji, yang mengajak anaknya sang tukang bubur untuk piknik dan liburan
bersama, membuat H. Sulam pun angkat bicara, yang dengan ucapannya tersebut
mendeskripsikan kepribadiaannya tersebut bijaksana, yaitu ia mempertimbangkan
segala hal tentang apa yang dituturkan oleh Emak Haji. Lalu, ia pun memutuskan
dan membenarkan tuturan sang ibu. Bahwa selama ini, ia dan keluarga sibuk
dengan usaha penjualan bubur ayam yang dimilikinya. Namun, sampai lupa waktu
dan kebersamaan yang seharusnya ada ditengah-tengah keluarga mereka. Bukan
hanya terus-menerus mengurusi pembeli. Dari percapakan tersebut jelaslah bahwa
sikap bijaksana yang dimiliki oleh H. Sulam yang akan direalisasikan kepada
sang adik ipar (Robby).
(5)
Percaya Diri
Data
12
Hansip
Malih :Justru ane kesini ni bang
H. mau cek and ricek ke bang H.
H.
Sulam :Eh Lih, lo dengar
ni ye. Adik gue Si Robby sekarang lagi ada di Papua. Lagi bikin menara buat
hendpon. Enak aja lo kalo ngomong, ditahan-ditahan-ditahan. Jidat lo yang
ditahan? Ya udah deh, sono!
(konteks data : episode 1)
Data 12
di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang percaya diri, hal ini terlihat
terlihat dalam percakapan H. Sulam dengan seorang hansip di kampungnya yang
bernama Malih, pada suatu pagi di halaman rumah saat ia sedang mengelap
mobilnya. Tuturan yang dilontarkan oleh H. Sulam terhadap hansip Malih,
merupakan realisasi sikap percaya diri yang ada dalam dirinya, yang terwujud
dalam ucapannya. Bahwa ia menegaskan kepada sang hansip dengan rasa percaya
diri yang besar, kalau adik iparnya (Robby) saat ini sedang berada di Papua dan
sedang membangun menara untuk alat telekomunikasi udara, di tempat tersebut. Selain
itu, ia pun menegaskan kembali kepada hansip tersebut, bahwa adiknya tidak
ditahan dan tidak akan pernah ditahan oleh polisi dengan tuduhan apapun itu. Ucapan
H. Sulam tersebutlah yang mendeskripsikan kepribadian percaya diri dalam
dirinya dan kepercayaannya kepada sang adik.
Data 13
Hj.
Rodhiyah :Ada apa lagi sih,
Bang?
H.
Sulam :H. Muhidin, emang
mau ngejatuhin gue di depan jamaah keknya. Emang dia tu, sumber gosipnya.
(konteks
data : episode 2)
Data 13 di atas juga mendeskripsikan
karakter tokoh H. Sulam yang percaya diri. Terlihat dalam dialog percakapan
antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) dalam data 1 di atas,
menunjukkan karakter percaya diri yang dimiliki oleh dirinya. Sikap percaya
dirinya tersebut direalisasikan dalam tuturannya, yang menyatakan bahwa H.
Muhidin memang ingin menjatuhkan dirinya di depan majelis. Selain itu, dengan
percaya diri yang tinggi, ia pun menyatakan kepada sang istri ketika berada di
meja makan usai pulang dari majelis tersebut, bahwa H. Muhidin lah sumber gosib
tentang adik iparnya di kampung ini. Hal ini terlihat jelas bahwa rasa percaya
diri yang dimilikinya membuat dia secara gamblang menyatakan kalau H. Muhidin
adalah dalang dari masalah yang timbul akhir-akhir ini dalam keluarganya.
Data
14
Hj.
Rodhiyah :Ya Bang lawan dong.
H.
Sulam :Emang gue lawan.
Kalo gue gak lawan, makin kurang ajar dia.
(konteks data : episode 2)
Data
2 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang percaya diri. Hal ini terlihat dalam kelanjutan
dialog yang berlangsung dengan sang istri di meja makan pada suatu malam, usai
H. Sulam pulang dari majelis di mesjid. Pernyataan yang dilontarkan oleh H.
Sulam setelah mendengar tuturan sang istri, menunjukkan karakter percaya diri
yang terdapat pada dirinya. Hal ini terlihat dari ucapannya yang menyatakan
bahwa, ia dengan tegas melawan apa yang dituduhkan oleh H. Muhidin tentang sang
adik. Bahkan ia juga menyatakan kepada istrinya, kalau ia tidak membantah, maka
H. Muhidin akan semakin kurang ajar terhadapnya dan tidak akan berhenti
menggosipi si adik dengan berbagai tuduhan yang belum jelas kebenarannya.
Dengan alasan inilah, ia menunjukkan kepercayaan dirinya dihadapan H. Muhidin,
yang sama sekali tidak menyukai akan kesuksesan yang dimiliki oleh keluarganya
dan adik iparnya yang akrab disapa Robby.
(6) Sabar
Data 15
Hj.
Rodhiyah :Apa yang salah dari
kita, Bang? Ada aja fitnah yang menimpa kita.
H.
Sulam :Ya mana gue tau,
Roh. Mungkin tu ujian dari Allah atau apa kali.
(konteks data : episode
2)
Data 15
di atas melukiskan karakter H. Sulam yang sabar, terlihat jelas melalui percakapan
H. Sulam dengan sang istri (Hj. Rodhiyah) yang berlangsung di warung
bubur ayam miliknya, sesampai sang istri pulang berbelanja dari Mini Market H.
Muhidin. Ucapan yang diucapkan oleh H. Sulam selesai mendengar tuturan sang
istri mendeskripsikan karakter sabar yang dimiliki oleh dirinya. Hal ini terlihat
melalui tuturannya, dengan menyatakan bahwa ia tidak tahu menahu tentang apa
sebenarnya yang terjadi dalam keluarganya akhir-akhir ini. Namun ia hanya
menegaskan kepada sang istri kalau semua itu adalah ujian yang diberikan oleh Allah
kepada keluarga mereka, agar mereka lebih memiliki meningkatkan lagi rasa sabar
dalam menghadapi berbagai ujian tersebut.
Data
16
Emak
Haji :Eh, eh, Kenapa muka
lo, kayak ayam ketelan kapur. Kenapa? Soal sumbangan lagi?
H.
Sulam :Soal Si Robby,
makin panjang aja, dah. Lagian juga tu anak. Ah, udah ah, gak usah diomongin
dah.
(konteks data : episode 2)
Data 16
di atas juga merupakan pendeskripsian karakter sabar yang dimiliki oleh sosok
H. Sulam. Hal ini terlihat saat berlangsungnya percakapan antara H. Sulam
dengan Emak Haji, di ruang makan saat ia pulang dari mesjid. Sikap sabar sosok
tukang bubur yang satu ini, terlihat jelas saat ini menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh ibunya (Emak Haji). Lantas ia menunjukkan sikap sabar tersebut dengan hanya
memberitahukan apa masalah yang terjadi sehingga membuat ia kesal. Namun, sabar
lah yang menjadi pembalut tuturannya sehingga ia pun tidak mau membahas dan
memperpanjang lagi masalah yang dialaminya saat berada di mesjid, tadi.
Cukuplah hal yang dirasakannya tersebut hanya untuk dia seorang, dan tidak
perlu dibesar-besarkan lagi.
(7)
Disiplin
Data 17
Mang
Ojo :Atuh jangan menyerah
begitu Buk Hj. Kalo Si Robby emang lagi kerja, ya kita harus lawan.
H.
Sulam :Nah, tu dia
masalahnya Mang Ojo, Si Robby tu udah sebulan kagak nelpon gue, gue kan kagak
tau, apa dia bekerja atau kagak atau gimana.
(konteks
data : episode 2)
Data 17 di atas menunjukkan
karakter disiplin yang terdapat pada sosok H. Sulam. Terlihat jelas dalam
percakapan antara H. Sulam dengan Mang Ojo, yaitu salah satu karyawan yang
bekerja di warung bubur ayam miliknya, percakapan ini berlangsung saat Hj.
Rodhiyah sedang menangis di warung. Karakter disiplin yang dimiliki oleh H.
Sulam tercemin dalam ucapannya yang menjawab pernyataan Mang Ojo, yaitu ia
sedikit kecewa dengan sang adik ipar (Robby) karena sudah sebulan ia tidak
mengabari ke keluarganya tentang keberadaannya dan bagaimana keadaannya. Sehingga
H. Sulam pun tidak dapat memastikan apakah ia disana bekerja seperti yang
diberitahukan olehnya saat pergi atau malah melakukan hal yang lain. Dengan ucapan
H. Sulam inilah terlihat jelas karakter disiplin yang dimilikinya, yang
disesalinya karena tidak diterapkan pada adik iparnya.
Data
18
Hj.
Rodhiyah :Jadi, Abang juga
nuduh Si Robby ditahan polisi, gitu Bang? Abang tega.
H.
Sulam :Gak Roh, gak.
Cuma gue kesal aja sama Si Robby. Katanya anak sekolahan, harusnya dia kan
mikir, ni keluarganya disini mikirin dia, nunggu berita dari dia. Dia selamat
atau gimana kan kita kagak tau. Ni kagak, kek kebo dungkul. Nelpon kagak, apa
kagak. Orang jual pulsa disana kan banyak, tinggal sepuluh ribu apa dia kagak
ikhlas.
(konteks data : episode 2)
Data 18 di atas juga
merupakan pendeskripsian karakter disiplin yang dimiliki oleh H. Sulam. Hal ini
terlihat melalui percakapan antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah),
percakapan ini berlangsung di warung bubur saat Hj. Rodhiyah pulang berbelanja pada
Mini Market H. Muhidin. Dalam percakapan ini, menggambarkan karakter disiplin
H. Sulam yang terlihat lewat ucapannya yang membantah pernyataan istrinya. Bahwa,
ia kesal dengan sikap adik iparnya, karena adiknya tersebut tidak memikirkan
kalau keluarganya disini mengkhawatirkan bagaimana keadaannya disana. Sikap
disiplin yang dimiliki H. Sulam tersebut terealisasi melalui pernyataannya yang
kecewa kepada Robby. Seharusnya ia bisa mengabari keluarganya, misalnya telpon.
Sehingga H. Sulam dan keluarga disini tidak mencemaskan keadaannya disana.
(8)
Humoris
Data 19
Emak
Haji :Kenapa Roh, sakit?
Lam, Lam. Bawa aja ni dia ni ke puskesmas. Ni, Mak kalo kepala ni senut-senut
ni, Mak di sono. Dokternya baik, ganteng lagi. Bawa aja deh sono!
H.
Sulam :Bukan kepalanya
yang sakit, ni hatinya. Hatinya lagi sakit.
Emak
Haji :Astagfirullahalazim,
lo. Lefer tu lefer, bahaya.
H.
Sulam :Ya udah tenang,
entar Sulam bawa ke UGD.
(konteks data : episode 2)
Data 19
di atas menunjukkan karakter humoris yang dimiliki oleh H. Sulam. Percakapan yang
berlangsung antara Emak Haji dengan H. Sulam dalam data di atas merupakan perwujudan
karakter humoris sosok tukang bubur yang tercermin dalam tuturannya menjelaskan
kepada Emak Haji dengan santai, ia pun menyatakan bahwa istrinya bukan sakit
kepala melainkan sakit hati. Lalu, dengan polos sang Emak pun terkejut dan
mengatakan kalau penyakit itu berbahaya, seraya meminta kepada H. Sulam untuk
membawa Hj. Rodhiyah untuk pergi ke puskesmas. Masih dengan decak humornya, H.
Sulam pun mengiyakan kalau nanti akan dibawa istrinya tersebut ke UGD. Pertuturan
yang diucapkan oleh H. Sulam tersebut merupakan pendeskripsian karakter humoris
yang terdapat dalam dirinya, yang berusaha menanggapi setiap persoalan dalam
hidup dengan tenang dan santai.
(9)
Konsisten
Data 20
H.
Muhidin :Ah, itu kan
perasaan adik Sulam saja.
Pertanyaan
saya, pertanyaan umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir, itu terserah Anda sendiri.
Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau tidak ada luka?
H.
Sulam :Masalahnya Pak H.
isu ini sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si Robby ditangkap
polisi dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke Bapak, bahwa satu
bulan ini dia gak kelihatan di kampung kita.
(konteks data : episode 2)
Data 20
di atas melukiskan karakter konsisten yang dimiliki oleh sosok H. Sulam.
Terlihat jelas melalui dialog percakapan yang berlangsung antara H. Sulam dengan
H. Muhidin di mesjid ketika usai kajian rutin setelah salat magrib, yang
terdapat dalam data di atas mendeskripsikan karakter konsisten yang dimiliki
oleh sosok H. Sulam. Kekonsistensian yang dimiliki oleh H. Sulam
tersebut terlihat jelas dari penuturannya yang membantah pernyataan H. Muhidin,
yang menyindir bahwa adik iparnya tersandung kasus narkoba. Ia dengan lantang
menyatakan bahwa, adik iparnya tidak kelihatan sudah sebulan ini di kampung,
bukan karena ia tersandung kasus narkoba, tetapi adik iparnya tersebut sedang
ada pekerjaan di luar pulau. Hal ini terlihat jelas, bahwa H. Sulam memiliki
sikap konsisten yang tinggi dalam perkataannya yang terang-terangan berani
membela sang adik dari tudingan yang dinyatakan oleh H. Muhidin di depan majelis
yang ada di mesjid. Ia yakin akan apa yang dilakukan sang adik tidak seperti
yang ditudukan oleh H. Muhidin.
(10)
Berjiwa Besar
Data 21
H.
Sulam :Roh, Roh!
Hj.
Rodhiyah :Apa lagi sih, Bang?
H.
Sulam :Maafin gue ya,
gue keceplosan.
(konteks
data : episode 2)
Data 21 di atas melukiskan karakter jiwa besar yang
dimiliki oleh H. Sulam, Percakapan yang berlangsung antara H. Sulam dengan Hj.
Rodhiyah, yaitu sang istri, dalam data di atas pada saat ia menghampiri sang
istri yang akan menuju kamar, menunjukkan karakter berjiwa besar yang terdapat
dalam pribadi sosok H. Sulam. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang dengan langsung
memanggil sang istri lalu segera meminta maaf kepada istrinya karena tidak sengaja
mengatakan sesuatu hal yang tidak mengenakkan dan tidak menyenangkan hati sang
istri, yaitu menyangkut masalah Robby. Sikap meminta maaf dengan segera yang
ditunjukkan oleh H. Sulam dalam dialog percakapan di atas dengan istrinya
menunjukkan sikap jiwa besar yang dimiliki oleh H. Sulam, yang tanpa rasa malu
atau gengsi sedikit pun untuk melakukannya. Hal ini juga dikarenakan ia
bukanlah tipikal orang yang tinggi hati, sehingga ia dapat melakukan hal
tersebut.
2)
Karakter
Tokoh H. Muhidin
Berikut penjelasan kutipan
data yang menggambarkan karakter tokoh H. Muhidin:
(1)
Iri Hati
Data 1
Rumana
:Umi kok ngomongnya kek gitu sih? Harusnya kita senang lo liat tetangga maju.
H. Muhidin
:Iya, kalo majunya usaha kerasnya kita patut senang dan bangga. Tetapi, kalo
majunya dengan kebetulan siapa juga bisa maju. Ini yang dapat dari lotrelah,
yang dapat dari pengusaha, hadiahlah. Apaan?
Rumana
:Gak Abah, di dalam Islam itu gak ada yang namanya kebetulan, semuanya itu
pasti udah direncanain sama Allah.
(konteks
data : episode 1)
Data 1 di atas melukiskan karakter iri hati yang dimiliki oleh
H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Rumana dalam
data di atas, pada saat melihat gerobak-gerobak bubur H. Sulam yang lewat
dihadapan mereka menunjukkan karakter iri hati yang terdapat dalam pribadi
sosok H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang dengan langsung membantah
ucapan sang anak/Rumana, bahwa majunya usaha kalau bukan karena usaha sendiri
tetapi hanya karena menang undian atau lotre atau hadiah dari orang lain,
bukanlah hal yang patut dibanggakan. Dari pernyataannya tersebut terlihat jelas
adanya rasa kurang senang melihat orang lain berhasil dan sukses, yang dimiliki
oleh H. Muhidin. Hal ini juga bisa disebabkan karena ia juga ingin mendapatkan
hal yang sama dengan apa yang dicapai oleh H. Sulam.
(2)
Sombong/Suka Pamer
Data 2
Warga
:Kok gak ikut syukuran di rumahnya pak H. Sulam?
H. Muhidin
:Iya ni, baru dari bandara jemput anak gue.
Warga
:Oya, yang katanya sekolah di Mesir.
H. Muhidin
:Iya… iya… semata wayang.
(konteks data : episode 1)
Data 2 di atas melukiskan karakter sombong/suka pamer yang
dimiliki oleh H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan warga
dalam data di atas, pada saat ia sampai di depan mini marketnya dan berjumpa
dengan warga menunjukkan karakter suka pamer yang terdapat dalam pribadi H.
Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menjawab pertanyaan salah seorang
warga yang menanyakan mengapa beliau tidak ikut menghadiri syukuran H. Sulam. Ia
menyatakan bahwa ia baru sampai dari bandara menjemput anaknya yang semata
wayang. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya rasa sombong yang
dimiliki oleh H. Muhidin, yang memamerkan kepada warga desanya kalau dia tidak
menghadiri acara syukuran H. Sulam karena ia memiliki kegiatan lain yang lebih
penting, yaitu menjemput anak semata wayangnya yang pulang dari Mesir.
Data 3
Hansip Tarmidzi :Kan Mesir – Jakarta jauh Pak H. tiketnya mahal.emang Pak H.
sanggup?
H. Muhidin
:Namanya juga anak semata wayang, ya disanggup-sanggupin dong. Eh, gimana?
Katanya mau maju.
(konteks
data : episode 1)
Data 3 di atas mendeskripsikan karakter sombong/suka pamer yang
terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin
dengan hansip Tarmidzi dalam data di atas, pada saat sang hansip yang satu ini
sampai di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter suka pamer yang terdapat
dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang memberi pernyataan
atas pertanyaan hansip Tarmidzi, bahwa ia akan menyanggupi keperluan anak
semata wayangnya, dikarenakan ia ingin anaknya maju berbeda dengan keluarga H.
Sulam. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya rasa sombong yang dimiliki
oleh H. Muhidin, yang memamerkan bahwa ia sanggup melakukan apapun untuk anak
semata wayangnya, seperti yang diungkapkannya kepada hansip Tarmidzi.
Data 4
H. Rasyidi
:Emang hebat Si Rumana tu, dia bisa kuliah di luar negeri”Alazar”, gak gampang
tu H. saingannya berat. Paling enggak, dia mesti hafal satu dua juz Alquran
berikut tafsirnya.
H. Muhidin
:Urusan itunya H. itu Rumana sendiri. Saya mah, terima bersih aja. Nah, urusan
biaya gue deh. Termasuk sama istri gue ni sampai jungkir balik.
(konteks
data : episode 1)
Data
4 di atas mendeskripsikan karakter sombong/suka pamer yang dimiliki oleh H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung
antara H. Muhidin dengan H. Rasyidi dalam data di atas, pada saat H. Rasyidi
bersilahturrahmi ke rumah H. Muhidin menunjukkan karakter suka pamer yang
terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang
memberi pernyataan yang seharusnya tidak diminta oleh H. Rusyidi. Ia menyatakan
bahwa ia maunya terima bersih saja, Rumana sendiri yang harus berusaha mendapatkan
prestasi terbaik di Mesir. Rasa sombongnya itu juga terlihat dalam ucapannya
yang menyatakan bahwa urusan biaya Rumana disana ia sendiri bersama istri yang
akan tanggung dan cukupi. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya rasa
sombong yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang memamerkan bahwa dia lah yang
mengeluarkan segala biaya yang dibutuhkan Rumana.
(3)
Suka Menyindir
Data 5
H. Rasyidi
:Alhamdulillah, bagus itu. Anak Bapak juga, dia ambil S2. Jurusannya Hukum
Syariah di UIN.
H. Muhidin :Kok bisa cocok sih H. Lantas gimana tugas di
DPRnya kagak keganggu?
(konteks
data : episode 1)
Data 5 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir
yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H.
Muhidin dengan H. Rasyidi dalam data di atas, pada saat H. Rasyidi
bersilahturrahmi ke rumah H. Muhidin menunjukkan karakter suka menyindir yang
terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menanyakan
kepada H. Rusyidi tentang bagaimana tugas anak H. Rusyidi di DPR, apakah tidak
terganggu karena dia ambil S2. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin
tersebut dikarenakan H. Rusyidi sering menceritakan tentang keberhasilan anaknya.
Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H.
Muhidin kepada H. Rusyidi.
Data 6
H. Muhidin
:Ye, namanya juga anak Periuk. Tau kan pergaulannya, mesti hati-hati nyari
teman, Roh.
Hj. Rodhiyah
:Pak H. Jangan teka-teki begitu deh. Si Robby tu baik-baik aja Pak H. Dia tu
lagi kerja, emangnya kenapa sih?
(konteks
data : episode 2)
Data 6 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir
yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H.
Muhidin dengan Hj. Rodhiyah dalam data di atas, pada saat Hj. Rodhiyah
berbelanja di mini market H. Muhidin menunjukkan karakter suka menyindir yang
terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menyatakan
kepada Hj. Rohdiyah tentang adik Hj. Rodhiyah/Robby, kalau yang namanya anak Periuk
itu pergaulannya harus hati-hati dalam memilih teman. Sindiran yang dilontarkan
oleh H. Muhidin tersebut seolah-olah ditujukan kepada Robby yang salah memilih
teman dalam bergaul. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran
yang dilontarkan oleh H. Muhidin kepada Hj. Rodhiyah.
Data 7
H. Muhidin
:Emangnya Si Sulam sudah lancar nyetir mobilnya, kagak perlu Si Robby lagi.
Hj. Rodhiyah
:Demi Allah Pak H. Robby itu lagi kerja di Papua. Kok tega-teganya menyebar
fitnah begitu. Robby itu anaknya baik.
(konteks
data : episode 2)
Data 7 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir
yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H.
Muhidin dengan Hj. Rodhiyah dalam data di atas, pada saat Hj. Rodhiyah
berbelanja di mini market H. Muhidin menunjukkan karakter suka menyindir yang
terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menanyakan
kepada Hj. Rohdiyah kalau H. Sulam memangnya sudah lancar menyetir mobil,
sehingga tidak membutuhkan bantuan Robby lagi? Sindiran yang dilontarkan oleh
H. Muhidin lewat pertanyaannya tersebut seolah-olah ditujukan kepada Robby yang
tidak kelihatan di kampung memang sedang terjerat masalah, bukan karena H.
Sulam telah bisa menyetir dan tidak membutuhkan bantuannya untuk menyetir lagi.
Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H.
Muhidin kepada Hj. Rodhiyah tentang adiknya, Robby.
Data 8
Hj. Maemunah
:Ya, alasan apa juga masuk di akal, mau kerja di luar Jawa juga, kenapa gak
sekalian bilang aja kerja ngikut TKI ke Malaysia. Ya gak.
H. Muhidin
:Tapi malu juga dong, Mi. Namanya kalo ada keluarga yang masuk bui.
(konteks
data : episode 2)
Data 8 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir
yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H.
Muhidin dengan Hj. Maemunah dalam data di atas, pada saat Hj. Maemunah berprasangka
buruk kepada Robby, disusul dengan tanggapan dari H. Muhidin yang menunjukkan
karakter suka menyindir yang terdapat dalam dirinya. Hal ini terlihat dari
tuturannya berupa sindiran tentang sangkaan buruk yang dituturkan oleh Hj.
Maemunah. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pernyataannya
tersebut seakan-akan membenarkan sangkaan buruk Hj. Maemunah tentang Robby,
adik Hj. Rodhiyah, bahwa Robby memang masuk penjara. Dari ujarannya tersebut
terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin dengan
membenarkan tuduhan H. Maemunah tentang masalah Robby.
Data 9
Hj. Maemunah
:Orang Cuma nanya doang, dianya aja yang tersinggung.
Rumana
:Iya Umi, tapi kan kasian istrinya Bang Sulam. Kesini kan dia mau belanja, tapi
malah dibikin malu.
H. Muhidin
:Kalo kagak ada asap, kagak ada apinya. Berita itu ada tentu ada sebabnya. Lo
jangan terlalu bela dia deh Rum, ah.
(konteks
data : episode 2)
Data 9 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir
yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H.
Muhidin dengan Hj. Maemunah dan Rumana dalam data di atas, pada saat ketiganya
berdebat hebat di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter suka
menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya,
yang membantah ucapan Rumana, bahwa tidak mungkin akan ada asap kalau tidak ada
apinya. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pernyataannya tersebut
seolah-olah ditujukan terhadap berita yang beredar tentang Robby. Dari
ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H.
Muhidin atas berita yang beredar tentang Robby.
Data 10
Pak Ustad Zakaria
:Silahkan Pak H. Muhidin, tapi jangan panjang-panjang.
H. Muhidin
:Bagaimana hukumnya kalo ada di antara keluarga dekat kita, yang berbuat keji.
Misalnya menjadi pengedar narkoba? Bukankah kita telah diperintahkan Allah
untuk menjaga keluarga kita. Kuu Anfussakum Waahlikum naaraa. Jagalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka. Mohon penjelasannya, Pak Ustad.
(konteks
data : episode 2)
Data 10 di atas mendeskripsikan karakter suka
menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Tuturan yang dilontarkan oleh H.
Muhidin saat mengajukan pertanyaan di mesjid dalam suatu majlis pengajian dalam
data di atas menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H.
Muhidin. Hal ini terlihat jelas dari sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh H.
Muhidin, ia menyakan tentang kasus narkoba, yang jelas-jelas jauh berbeda
dengan tema yang dibahas. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pertanyaannya
tersebut sebenarnya ditujukan langsung terhadap berita yang beredar tentang
Robby. Dari pertanyaan tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan
oleh H. Muhidin atas berita yang beredar tentang Robby.
Data 11
H. Muhidin
:Ah, itu kan perasaan adik Sulam saja.
Pertanyaan saya, pertanyaan
umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir, itu terserah Anda sendiri.
Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau tidak ada luka?
H. Sulam :Masalahnya Pak H. isu ini
sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si Robby ditangkap polisi
dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke Bapak, bahwa satu bulan
ini dia gak kelihatan di kampung kita.
H.
Muhidin :Sebaiknya, kalo
emang ada masalah gak usah ditutup-tutupilah. Saya mengutarakan ini, karena
kecintaan saya kepada H. Sulam karena kita sama-sama jamaah mesjid ini.
(konteks
data : episode 2)
Data 11 di atas mendeskripsikan karakter suka
menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Perdebatan yang berlangsung
antara H. Sulam dengan H. Muhidin saat majlis pengajian dalam data di atas
menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal
ini terlihat jelas dari pernyataan H. Muhidin yang menyatakan bahwa untuk apa
harus perih kalau memang tidak ada luka, yang dituturkan kepada H. Sulam yang
membela adiknya. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pernyataannya
tersebut sebenarnya ditujukan langsung terhadap berita yang beredar tentang
Robby. Dari pertanyaan tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan
oleh H. Muhidin atas berita yang beredar tentang Robby.
(4)
Mengadu Domba
Data 12
Hansip
Tarmidzi :Hah, ditangkap?
Hj.
Maemunah :Kek kagak tau aja,
dia kan anak Periuk, kan tau sendiri bagaimana kelakuan anak Periuk. Bisa-bisa
ni dia kelibat sama narkoba. Ini yang bikin gue jadi ngeri banget-banget deh.
H.
Muhidin :Eh, kalo benar
dia sudah satu bulan kagak kelihatan, berarti dia benar ditahan polisi. Ya
bagaimana ya, di sini dia dibutuhkan sama Si Sulam tuk nyetir mobilnya. Ya
maklum, punya mobil kagak punya nyali untuk nyetir sendiri.
(konteks
data : episode 1)
Data 12 di atas mendeskripsikan karakter mengadu domba
yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H.
Muhidin dengan Hj. Maemunah dan hansip Tarmidzi dalam data di atas, pada saat
ketiganya berada di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter suka
mengadu domba yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari
tuturannya, yang menyatakan bahwa kalau memang Robby tidak kelihatan sudah satu
bulan, berarti dia benar ditahan polisi. Padahal, ia tidak mengetahui kebenaran
akan hal tersebut. Namun, dengan lantang ia membenarkan hal tersebut. Pernyataan
tersebutlah yang menunjukkan adanya sikap adu domba yang dimiliki oleh H.
Muhidin atas sesuatu yang belum jelas kebenarannya, tapi H. Muhidin malah
semakin membesar-besarkan masalah tersebut.
(5)
Angkuh
Data 13
Rumana :Bah, kalo apa yang
Abah tuduhin itu semua, gak benar. Abah bisa dilaporin ke polisi. Itu sama aja,
Abah udah mencemarkan nama baiknya Bang Robby, Bah.
H.
Muhidin :Silahkan aja,
kalo memang Robby kagak ditahan polisi, buktiin dong, bahwa dia itu orang baik.
Ini kagak.
(konteks
data : episode 2)
Data 13 di atas mendeskripsikan karakter angkuh yang
terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin
dengan Rumana dalam data di atas, pada saat berada di mini market milik H.
Muhidin menunjukkan karakter angkuh yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal
ini terlihat dari tuturannya, yang membantah tuturan Rumana dengan rasa
angkuhnya yaitu jika memang Robby tidak ditahan, buktikanlah. Ini tidak. Pernyataan
tersebutlah yang menunjukkan adanya sikap angkuh yang dimiliki oleh H. Muhidin,
yang yakin akan tuduhannya terhadap Robby adalah benar, ketika membantah
tuturan Rumana tentang masalah Robby.
Data 14
Hj.
Maemunah :Udah deh Rum, lo
gak usah ngebelain dia. Masa depannya aja kagak jelas. Tau gak, kagak jelas.
Lagi, lo jangan berharap, Umi bakal ngeredoin lo. Kalo jadi bininya dia. Ingat
lo, ya. Maaf, ya.
H.
Muhidin :Amit-amit,
kalo gue sampai jadi mertuanya si anak yang kagak tau sopan santun, tu.
Rumana :Ya, Rum kan cuma
kasih tau Umi sama Abah aja. Kalo fitnah itu dosa besar.Udah itu aja.
(konteks
data : episode 2)
Data 14 di atas mendeskripsikan karakter angkuh yang dimiliki
oleh sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin, Hj.
Maemunah dan Rumana dalam data di atas, pada saat berada di ruang tamu
menunjukkan karakter angkuh yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini
terlihat dari tuturannya, yang menyatakan kepada istrinya, Hj. Maemunah kalau
dia tidak akan sudi mempunyai menantu seperti Robby. Pernyataan tersebutlah
yang menunjukkan adanya sikap angkuh yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang seakan-akan
dirinya jauh lebih baik, dan akan mendapat menantu yang bukan seperti Robby
tetapi lebih baik dari dia.
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan tentang karakter
tokoh H. Sulam sebagai tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur
Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu pada episode 1 dan episode 2 yang telah dipaparkan dalam bab IV, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1)
Karakter tokoh H. Sulam sebagai tokoh utama
dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji”
tayangan RCTI, merupakan sosok pribadi yang memiliki karakter yang dapat
dicontoh dan dapat diterapkan dalam kehidupan keseharian, hal ini dikarenakan
karakter yang dimilikinya tersebut, secara keseluruhan berkategori baik dan
bisa dijadikan panutan dalam bermasyarakat. Sedangkan karakter tokoh H. Muhidin
yang juga merupakan tokoh utama, tidaklah dapat diambil sebagai contoh sebagai
terapan dalam kehidupan, hal ini dikarenakan karakter yang melekat pada tokoh
ini berkategori kurang baik dan tidak dapat dijadikan panutan dalam
bermasyarakat.
2)
69
|
3)
Mat Solar yang memerankan tokoh H. Sulam dan
Latief Sitepu sebagai pemeran tokoh H. Muhidin, keduanya merupakan tokoh utama
dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” yang
ditayangkan oleh stasiun TV RCTI. Mat Solar adalah tokoh yang mendapatkan skrip
naskah dengan karakter yang dapat dicontoh, baik itu dikalangan para pemain
lain dalam sinetron tersebut maupun dapat diterapkan dalam pribadi masing-masing
penonton sinetron ini. Kepiyawaiannya dalam memerankan tokoh H. Sulam patut
diacungi jempol. Sedangkan Latief Sitepu adalah tokoh
yang mendapatkan skrip naskah dengan karakter yang kurang baik, dan tidak
sepantasnya diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka
penulis menyarankan kepada berbagai pihak yaitu sebagai berikut :
1)
Karakter yang dimiliki oleh H. Sulam dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, patutlah dicontoh. Hal ini
dikarenakan karakter yang melekat pada sosok tukang bubur yang satu ini merupakan
pribadi yang dapat memposisikan dirinya dalam berkomunikasi dengan sesama.
Sehingga ia dapat menentukan sikap dalam bergaul dan dalam bertindak. Sedangkan
karakter yang dimiliki oleh H. Muhidin, selayaknya untuk tidak dijadikan
panutan, dikarenakan karakternya tersebut tidak membawa pengaruh positif dalam
hidup bermasyarakat.
2)
Melalui penelitian ini diharapkan kepada
mahasiswa khususnya mahasiswa prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah agar lebih mendalami tentang kajian
fiksi yaitu mengenai karakter yang melekat pada pribadi setiap tokoh, sehingga dapat
dengan mudah ia memahami kepribadian setiap tokoh dalam fiksi. Hal ini lebih
memperkuat jati diri mahasiswa tersebut sebagai bagian dari mahasiswa prodi Bahasa,
Sastra Indonesia dan Daerah.
3)
Melalui penelitian ini, peneliti mengharapkan juga kepada
prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah agar memperhatikan lagi materi perkuliahan
tentang pengkajian fiksi dari segi menelaah karakter setiap tokoh dalam fiksi
tersebut melalui berbagai cara, misalnya dengan menyajikan bahan bacaan yang bermutu dan tenaga pendidik yang
berkualitas serta ahli
dibidangnya.
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya
Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Endraswara,
Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : Caps.
Depdiknas.
2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi
Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.
Fathurrahman. 2009. Dasar Hukum Persinetronan Indonesia. Jakarta: Depkominfo.
Labib. 2002. Pengertian
dan Jenis Sinetron. (www.google), diakses pada
01 Januari 2014.
Kutha Ratna, Nyoman.
2010. Teori, Metode dan
Teknik Penelitian Sastra. Denpasar:
Pustaka Pelajar.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori
Pengkajian Fiksi. Jakarta: Gajah Mada University Press
Panitia Penyusun. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi.
Matangglumpangdua : FKIP Universitas
Almuslim.
Pujianto. 2010. Karakter Tokoh dalam Karya Fiksi. (www.google.com),
diakses pada 01 Januari 2014.
Saleh. 2001. Teori-teori
Psikologi Tokoh. (www.google.com), diakses
pada 01 Januari 2014.
Semi, Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.
Sugiono. 2010. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Wikipedia. Tukang Bubur Naik Haji The Series. (www.google.com), diakses pada 01 Januari 2014.
72
|
Saleh. 2001. Teori-teori
Psikologi Tokoh. (www.google.com), diakses
pada 01 Januari 2014.
Semi, Atar. 2012. Metode Penelitian SastBAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Sastra
merupakan sebuah ciptaan atau kreasi yang bersifat otonom dan bercirikan suatu
koherensi yang dapat ditafsirkan sebagai suatu keselarasan yang mendalam antara
bentuk dan isi. Setiap isi berkaitan dengan suatu bentuk atau ungkapan
tertentu, dan sebagaimana bentuk dan isinya yang saling berhubungan, sastra
juga memiliki bagian dan keseluruhannya yang memiliki kaitan secara erat
sehingga yang berkaitan tersebut saling menerangkan. Di samping itu, sastra selalu
menghidangkan sebuah sintesa antara hal-hal yang saling bertentangan dan
beraneka rupa bentuknya. Oleh karena itu, sastra tidak pernah mengacu kepada
sesuatu yang lain dan juga tidak bersifat komunikatif, sehingga unsur
kreativitas dan spontanitasnya biarpun tidak secara terang-terangan tetapi
masih sering dijadikan sebagai pedoman dan acuan dalam kehidupan.
Sinetron merupakan bagian dari suatu karya sastra
yang dibuat khusus untuk penayangannya melalui media elektronik (Fathurrahman,
2009:2). Secara umum, sinetron yang
akan ditayangkan harus memiliki kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dalam
undang-undang persinetronan dan penyiaran. Dalam hal ini, layak atau tidak
layaknya sebuah sinetron untuk ditayangkan itu sangat tergantung pada pihak
atau lembaga yang bertindak sebagai penyensor ataupun pihak yang melakukan
preview terhadap sebuah sinetron sebelum diperkenalkan kepada masyarakat luas
pada umumnya.
1
|
Selain itu, sinetron biasanya menampilkan suatu
gambaran kehidupan sedangkan kehidupan itu sendiri merupakan fakta kultural,
karena kehidupan itu meliputi hubungan masyarakat yang terjadi dalam batin
seseorang manusia dan perhatiannya terhadap dunia yang secara realita
berlangsung sepanjang hari hingga sepanjang zaman. Di samping itu, sebuah cipta
atau kreasi bersumber dari kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Akan tetapi
sinetron bukan hanya mengungkapkan realitas objektif semata, namun juga berisi
tentang penafsiran-penafsiran mengenai alam dan kehidupannya.
Dalam
dunia sinetron, peristiwa yang terjalin dalam sebuah cerita sangat mendominasi
penjiwaan penonton untuk memasuki ruang dan waktu dalam ceritanya. Meskipun
sifatnya lebih ke fiksi, tapi secara spontan dapat membawa pengaruh yang sangat
besar dalam hal perubahan karakter dan tingkat emosional pada penontonnya,
karena secara umum unsur-unsur fiksi sering dijadikan sebagai tolak ukur yang
bersifat estetik atau perhatian yang diarahkan pada hubungan antara gambar dan
apa yang digambarkan, serta sejauh mana gambaran tersebut sesuai dengan
kenyataan, dan apakah kenyataan tersebut merupakan dunia sendiri, sebuah dunia
yang serba baru, dan tidak terlepas dari kenyataan. Dengan demikian sinetron
atau sebuah kreasi seni yang dihasilkan melalui proses cipta, rasa, karsa perlu
memperhatikan unsur estetik dan penghayatannya yang sesuai dengan penggambaran
problematika-problematika kehidupan dalam dunia nyata. Oleh karena itu, daya
cipta artistiknya akan mampu mengangkat dan menampilkan perbuatan manusia yang
universal dan dapat membawanya ke dalam suatu pencerminan atau penggambaran
mengenai suatu kenyataan dalam dunia yang absurd.
Suatu
cerita tertentu dihidupkan oleh para tokoh, tokoh juga dibagi dua, tokoh
sentral dan tokoh tidak sentral. Tokoh sentral biasanya disebut tokoh utama.
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalan cerita yang
bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai
pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh tambahan kejadiannya lebih
sedikit dibandingkan tokoh utama. Kejadiannya hanya ada jika berkaitan dengan
tokoh utama secara langsung.
Sinetron Tukang Bubur Naik Haji merupakan sebuah
sinetron yang diangkat dari novel “Tukang Bubur Naik Haji” yang ceritanya
diilhami dari kisah nyata yang mengenai sejarah awal mula seseorang menjadi
orang yang berada. Sinetron yang dibintangi oleh aktor dan aktris handal yang
ternama seperti Mat Solar dan Uci Bing Slamet ini mengangkat kisah keseluruhan
“Tukang Bubur Naik Haji” seperti menonton kehidupan masyarakat sehari-hari,
yang didalamnya termasuk perilaku kita sendiri. Tokoh yang digambarkan sebagai manusia yang seolah-olah seorang dermawan sejati, padahal sebenarnya manusia sangat mengharapkan pujian orang. Sebenarnya ada
kecenderungan kita ingin pamer. Maka tidaklah heran sinetron yang bernuansa
Islam dan sangat bersejarah ini telah banyak meraih simpati dari masyarakt
luas.
Dari uraian pada latar
belakang masalah yang telah penulis kemukakan di atas, maka penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan menganalisis
karakter tokoh utama dalam sinetron tersebut. Adapun judul penelitian ini adalah ”Analisis Karakter Tokoh Utama dalam Sinetron ’Tukang
Bubur Naik Haji’ Tayangan RCTI”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah karakter tokoh utama yang
terdapat dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI?
1.3
Tujuan Pernelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan data tentang karakter
tokoh utama yang terdapat dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI.
1.4
Manfaat
Penelitian
Berdasarkan uraian permasalahan dan tujuan penelitian yang telah
dikemukakan di atas, penelitian ini mempunyai dua manfaat yaitu secara teoretis
dan praktis.
Secara teoretis, hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran sehingga dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan tentang karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI.
Selanjutnya, secara praktis
hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI dan untuk lebih memotivasi potensi yang ada
dalam diri peneliti.
Sedangkan, bagi mahasiswa lain dan pembaca pada umumnya dapat memberi
informasi empiris dan pendalaman ilmu serta pengetahuan mengenai bidang
kesusastraan, sehingga akan memotivasi untuk lebih mencintai karya sastra Indonesia
berbentuk drama atau sinetron.
1.5
Definisi
Operasional
Untuk menyamakan pemahaman antara peneliti dengan pembaca, maka perlu
dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut :
1)
Analisis adalah kajian yang
dilaksanakan terhadap sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, untuk mengidentifikasi
karakter tokoh utama yang terkandung didalamnya secara luas dan mendalam.
2)
Karakter adalah adalah
cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup
dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara.
3)
Tokoh Utama adalah tokoh yang sering diberi komentar
dan dibicarakan oleh pengarangnya dalam sinetron
”Tukang Bubur Naik Haji”.
4)
Sinetron adalah bentuk seni audio-visual hasil dari
perkembangan ilmu dan teknologi informasi yang bersifat kompleks, menghibur,
dan universal.
5)
Tukang Bubur Naik
Haji adalah salah satu sinetron yang ditayangkan oleh stasiun TV RCTI, yang mengisahkan
tentang sisi kehidupan masyarakat dengan berbagai rutinitas sehari-hari yaitu mengenai sejarah awal mula seseorang menjadi orang
yang berada.
6)
RCTI adalah salah
satu stasiun televisi yang menayangkan berbagai tayangan yang sarat makna,
salah satunya adalah sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji”.
LANDASAN TEORETIS
2.1
Pengertian
Karakter Tokoh
Karakter
merupakan salah satu unsur yang tidak bisa dipisahkan dan memiliki andil
penting dalam sebuah drama. Setiap tokoh yang terdapat dalam drama telah
dilengkapi dengan karakter yang unik dan berbeda dengan tokoh yang lainnya.
Melalui karakter tersebutlah setiap tokoh dapat dikenali dengan mudah oleh para
penonton. Selain itu, karakter jugalah yang menentukan bagaimana setiap tokoh
memerankan setiap tuntutan perannya.
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, karakter memiliki arti ”Sifat-sifat kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain”. Maksudnya, karakter
tersebut merupakan sifat kejiwaan yang dimiliki oleh seseorang, berupa tingkah
laku atau budi pekerti yang disandang oleh seseorang, yang mana dengan hal
tersebutlah dapat membedakannya dengan sosok pribadi yang lain.
Selanjutnya, Hardanaiwati, dkk (2003:303) ia mengemukakan bahwa ”Karakter adalah
sifat-sifat khas yang membedakan seseorang dengan orang lain”. Maksudnya jelas
bahwa, karakter tersebutlah yang menjadi salah satu unsur yang terdapat dalam
diri seseorang yang dapat membedakannya dengan orang lain, yaitu berupa sifat
yang dimiliki oleh setiap individu dan bisa saja sifat tersebut tidak dimiliki
oleh individu yang lain.
7
|
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2012:165), ia menyatakan bahwa
”Karakter adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau
drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan
tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam
tindakan”. Maksudnya, karakter tersebut melekat pada diri setiap tokoh yang diungkapkan
melalui setiap ucapan ataupun perbuatan setiap tokoh dalam suatu cerita yang
dilakonkan. Pembaca dan penontonlah yang bertugas memberikan penilaian berupa
baik buruknya karakter yang melekat pada diri setiap tokoh tersebut.
Menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2012:165), ia mengungkapkan bahwa ”Dalam
berbagai literatur Bahasa Inggris menyarankan pada dua pengertian yang berbeda
tentang karakter, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan dan sebagai
sikap, ketertarikan, keinginan, emosi dan prinsip moral yang dimiliki
tokoh-tokoh tersebut”. Dapat dipahami bahwa, karakter tersebut merupakan hal
yang melekat pada tokoh-tokoh dalam cerita yang berupa sikap, atau tingkah laku
setiap tokoh, yang harus didalami oleh setiap tokoh lalu diperankan sesuai
dengan tuntutannya.
Berdasarkan beberapa pendapat pakar di atas yang menjelaskan tentang karakter
tokoh, maka dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh merupakan wujud dari
kepribadian tokoh atau individu yang tampak melalui tingkah laku atau tindakan
yang menjadi ciri khas pada diri seseorang, baik itu berupa sifat baik maupun
buruk, dan dengan sifat tersebutlah dapat membedakannya dengan tokoh lain dan
biasanya akan terlihat lewat sikap, tingkah laku, maupun kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan oleh sang tokoh.
2.2
Jenis-jenis
Karakter Tokoh
Salah satu unsur cerita adalah tokoh dengan karakternya. Karakter merupakan
salah satu unsur dalam membangun sebuah karya fiksi, salah satunya adalah drama.
Pembuatan karakter tokoh yang baik akan menjadi salah satu penentu kualitas
dari karya fiksi tersebut. Karakter tokoh adakalanya dibangun melalui ucapan
tokoh, yaitu ucapan si tokoh merupakan salah satu hal yang dapat menggambarkan
karakternya. Orang yang sopan tentu berbeda cara berbicaranya dengan orang yang
bengal. Orang pemarah tentu juga berbeda cara bicaranya dengan orang penyabar.
Karakter tokoh dalam sebuah drama atau sinetron dapat digambarkan oleh
pengarang melalui bermacam cara. Menurut Pujianto (2010:23), ia menjelaskan bahwa
”Cara penggambaran karakter tokoh yaitu dengan cara segi fisis, segi psikis,
dan segi sosiologis.” Berikut penulis jelaskan secara rinci:
1)
Segi Fisis
Pengarang menjelaskan keadaan fisik tokohnya yang meliputi usia, jenis
kelamin, keadaan tubuh (tinggi, pendek), pincang, gagah, tampan, menarik, dan
sebagainya. Ciri-ciri wajah (cantik, jelek, keriput, dan sebagainya), dan ciri
khas yang lebih spesifik. Dapat dipahami bahwa segi fisis merupakan keadaan
fisik si tokoh yang terlihat dan dapat diamati dengan jelas.
2)
Segi Psikis
Pengarang melukiskan tokoh berdasarkan latar belakang kejiwaan,
kebiasaaan, sifat, dan karakternya. Segi psikis meliput moral, kecerdasan,
temperamen, keinginan, perasaan pribadi, dan keahlian khusus yang dimilikinya.
Dapat dipahami bahwa segi psikis merupakan sisi psikologis yang dimiliki si
tokoh. Hal ini terlihat lewat kejiwaan si tokoh, berupa kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan si tokoh dan berbagai sifat yang tampak dari si tokoh tersebut
dalam keseharian.
3)
Segi sosiologis
Pengarang menggambarkan latar belakang kedudukan tokoh tersebut dalam
masyarakat dan hubungannya dengan tokoh-tokoh lainnya. Segi sosiologis meliputi
status sosial (kaya, miskin, menengah), peranan dalam masyarakat, pendidikan,
pandangan hidup, kepercayaan, dan aktivitas sosial, dan suku bangsa. Dapat
dipahami bahwa segi sosiologis tokoh dalam sebuah drama merupakan segi
kedudukan atau peran si tokoh dalam lingkungannya, seperti status sosial si
tokoh.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
tiga segi yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menggambarkan karakter
tokoh, yaitu melalui 1) segi fisis yang berupa keadaan fisik si tokoh, 2) segi
psikis yaitu kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan si tokoh, dan 3) segi sosiologis
yaitu status si tokoh dalam bermasyarakat.
Selain itu, menurut Saleh (dalam blog Pipit Dwi Komariah), ia membagi
kepribadian dalam dua kelompok, yaitu kepribadian superior dan kepribadian
inferior. Kepribadian superior adalah bentuk-bentuk kepribadian yang
berorientasi pada perbaikan-perbaikan kualitas kehidupan.
Karakter kepribadian superior diuraikan menjadi tujuh, yaitu:
1)
Pertahanan ego
Pertahanan ego adalah sikap-sikap dasar
seperti mudah menerima keadaan, terus-menerus bekerja, dan mempunyai
kemandirian yang tinggi dengan mengandalkan kemampuan dan penilaian. Maksudnya,
orang yang memiliki sikap ini selalu berusaha menjadi yang terbaik dengan
segala kemampuan yang dimilikinya.
2)
Percaya diri
Percaya diri adalah sikap tidak
tergantung pada orang lain, tegas dan konstan (tidak berubah-ubah), cepat
menentukan sikap, mengambil keputusan disertai dengan perhitungan yang matang,
dan memiliki sifat persuatif sehingga memperoleh banyak dukungan. Maksudnya, orang
yang bersikap seperti ini tidak mudah terpengaruh dengan orang lain, namun
selalu melakukan sesuatu dengan mempertimbangkan segala sesuatunya.
3)
Rela berkorban
Rela berkorban adalah sikap bersedia
mengorbankan dirinya demi memenuhi kebutuhan orang lain atau mendahulukan
kepentingan yang lebih umum dari pada kepentingan pribadi demi mewujudkan
tujuan yang luhur dan mulia. Maksudnya, sikap seperti ini dimiliki oleh orang
yang selalu mementingkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
4)
Sabar
Sabar adalah sikap tidak tergesa-gesa
dalam mengambil jalan langkah dalam memecahkan masalah, juga tidak terpengaruh
oleh penundaan dan bersedia menaati saat yang tepat untuk menerapkan
strateginya. Maksudnya, sikap seperti ini lebih kepada sikap seseorang yang dapat menghadapi suatu keadaan apapun dengan ikhlas serta
tanpa berkeluh kesah dalam keadaan apapun dan bagaimanapun.
5)
Sikap idealistik
Sikap idealistik adalah sikap
selektif dan berorientasi pada kesempurnaan dan standar tertentu. Maksudnya, sikap
ini adalah sikap seseorang yang percaya pada tujuan apa yang bisa memberi manfaat untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik.
6)
Tepat janji
Tepat janji artinya konsisten dengan
sikap yang dipilih baik pemikiran maupun kesepakatan yang dibuat bersama orang
lain. Bila suatu saat ia melakukan ingkar janji, akan sangat merasa bersalah
dan mengeluh. Maksudnya, sikap ini adalah sikap seseorang yang selalu memegang
teguh suatu prinsip atau pendirian dari segala hal yang telah di tentukan.
7)
Inovatif
Inovatif adalah sikap yang memiliki kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang benar dan selalu mencoba sesuatu yang baru atau perubahan. Maksudnya, orang yang memiliki sikap ini mendayagunakan kemampuan dan keahlian untuk menghasilkan karya baru.
Inovatif adalah sikap yang memiliki kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang benar dan selalu mencoba sesuatu yang baru atau perubahan. Maksudnya, orang yang memiliki sikap ini mendayagunakan kemampuan dan keahlian untuk menghasilkan karya baru.
Sedangkan kepribadian
inferior adalah kepribadian individu yang cenderung tidak diharapkan
kehadirannya kerena sifat jeleknya yang berpeluang besar merugikan diri sendiri
dan orang lain.
Ciri kepribadian
inferior dapat diuraikan sebagai berikut:
1)
Depresi
Depresi merupakan salah satu bentuk yang menyebabkan emosi tergantung keseimbangannya sehingga yang bersangkutan cepat marah. Individu yang depresi sulit menggunakan akal sehatnya. Orang depresi cenderung tidak bergairah sehingga penampilannya menunjukkan ekspresi kesedihan (murung, cepat marah, dan mudah tersinggung) yang berakibat enggan berinteraksi dengan orang lain.
Depresi merupakan salah satu bentuk yang menyebabkan emosi tergantung keseimbangannya sehingga yang bersangkutan cepat marah. Individu yang depresi sulit menggunakan akal sehatnya. Orang depresi cenderung tidak bergairah sehingga penampilannya menunjukkan ekspresi kesedihan (murung, cepat marah, dan mudah tersinggung) yang berakibat enggan berinteraksi dengan orang lain.
2)
Suka pamer atau sombong
Suka pamer merupakan sikap suka
memperlihatkan atau menunjukkan sesuatu pada orang lain, baik keahlian,
kepandaian, ataupun kepemilikan yang sebenarnya hal tersebut tidak dibutuhkan
atau diminta oleh orang lain.
3)
Tidak disiplin
Tidak disiplin merupakan perilaku
yang cenderung tidak mengetahui aturan main yang ditetapkan bersama serta
mempunyai tujuan untuk memperoleh sesuatu yang mengunutungkannya.
4)
Pelupa
Ciri kepribadian pelupa berkaitan
erat dengan lupanya individu terhadap hal yang dapat disebabkan oleh terlalu
banyaknya jadual acara maupun kurang disiplin dalam mencatat agenda tersebut.
5)
Sulit membuat keputusan
Sulit membuat keputusan merupakan
sikap individu yang sulit membuat keputusan apa saja atau yang membutuhkan
waktu untuk membuat keputusan yang sempurna.
6)
Tak acuh
Tak acuh adalah sikap kurang peduli
terhadap hal-hal disekitarnya dan cenderung sibuk dengan dirinya sendiri.
7)
Bersikap negatif
Bersikap negatif yaitu sikap yang
cenderung hanya melihat sisi buruk atau kelemahan dari situasi dan kondisi
tertentu. Biasanya timbul hanya untuk menutupi kekurangan yang justru
dimilikinya. Sikap ini dapat terbentuk karena terus-menerus kecewa.
8)
Tidak konsisten
Tidak konsisten merupakan refleksi dari
tidak adanya kepercayaan diri, tidak adanya moral kejujuran, maupun kerena
mudah dipengaruhi oleh orang lain.
Berdasarkan
penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian seseorang terbagi
atas dua kelompok, yaitu 1) kepribadian superior yaitu kepribadian seseorang
yang bisa dikatakan bentuk-bentuk kepribadian yang berorientasi pada
perbaikan-perbaikan kualitas kehidupan dan 2) kepribadian inferior yaitu kepribadian
seseorang yang bisa dikatakan jelek dan berpeluang besar merugikan diri sendiri
dan orang lain.
Adakalanya juga karakter tokoh dalam drama digambarkan pengarang melalui
pemberian nama. Dalam kehidupan nyata, nama seseorang memang tidak identik
dengan sifat dan perilaku orang tersebut. Tapi dalam dunia fiksi, kita bisa
memberikan nama-nama tertentu untuk memberikan kesan karakter yang
berbeda-beda. Pemberian nama tokoh juga hendaknya disesuaikan dengan setting
cerita atau karakter etnis dari tokoh tersebut.
Karakter tokoh ialah watak, tabiat, perilaku yang dimiliki oleh tokoh
atau pelaku dalam cerita. Sifat atau kebiasaan serta watak cerita yang
ditampilkan oleh pengarang bermacam-macam coraknya. Karakter merupakan realisasi
perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika,
dan perilaku).
Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha
melakukan hal-hal yang terbaik terhadap tuhan yang Maha Esa, terhadap dirinya
sendiri, sesama, lingkungan, bangsa, dan negara serta dunia internasional pada
umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan
kesadaran, emosi, dan motivasinya (perasaannya). Berarti karakter tokoh merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh
setiap tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain dan biasanya akan terlihat
lewat sikap, tingkah laku, maupun kebiasaan tokoh.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh
adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional,
sosial, etika, dan perilaku). Karakter tokoh juga merupakan sifat-sifat yang
dimiliki oleh setiap tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain dan biasanya
akan terlihat lewat sikap, tingkah laku, maupun kebiasaan tokoh.
2.3 Pengertian Tokoh
Tokoh merupakan sosok atau pribadi yang memerankan berbagai karakter yang
dilakonkan dalam cerita. Melalui kehadiran tokohlah, karakter tersebut akan
dapat disampaikan dengan baik kepada penonton. Selain itu, tokoh juga yang
memiliki peran sebagai penyampai pesan dalam drama kepada penonton lewat
adegan-adegan yang diperankannya melalui karakter yang telah dibebankan
kepadanya. Dengan kata lain, tokohlah yang menjadi pelaku cerita. Sedangkan, karakteristik
merujuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam
sebuah cerita.
Tokoh-tokoh yang ada dalam karya sastra kebanyakan berupa manusia, atau
makhluk lain yang mempunyai sifat seperti manusia. Artinya, tokoh cerita itu
haruslah hidup secara wajar dan mempunyai unsur pikiran atau perasaan yang
dapat membentuk tokoh-tokoh fiktif secara meyakinkan sehingga penonton merasa
seolah-olah berhadapan dengan manusia sebenarnya.
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Aminuddin (2002:79), bahwa
”Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga
peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita”. Dapat dipahami bahwa tokoh
merupakan orang yang memiliki peran penting untuk melakonkan berbagai rentetan
peristiwa dalam cerita sehingga cerita tersebut memiliki satu kesatuan cerita
yang utuh dan dapat dinikmati oleh penonton.
Sama halnya dengan Nurgiyantoro (2012:165), ia juga menyatakan bahwa ”Istilah
tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita”. Maksudnya jelas bahwa tokoh
tersebut merupakan orang yang menjadi pelaku dalam cerita, yang memerankan
setiap lakon dalam cerita.
Lalu, Sayuti (dalam Wiyatmi, 2009:30) yang mengatakan bahwa ”Tokoh
merupakan pelaku rekaan dalam sebuah cerita fiktif yang memiliki sifat manusia
alamiah, dalam arti bahwa tokoh-tokoh itu memiliki ”kehidupan” atau berciri ”hidup” tokoh yang memiliki derajat lifelikeness
”kesepertihidupan”. Maksudnya,
tokoh tersebut merupakan pelakon dalam sebuah cerita fiktif, ia juga harus
melakonkan karakter yang sama dengan tokoh dalam cerita. Hal ini dikarenakan
karya fiksi merupakan hasil karya imajinatif atau rekaan, maka penggambaran
watak tokoh cerita pun merupakan sesuatu yang artifisial, yakni merupakan hasil
rekaan dari pengarangnya yang dihidupkan dan dikendalikan sendiri oleh pengarangnya.
Pengarang tidak serta merta menciptakan dunia di luar logika para penonton.
Artinya pengarang memakai nama latar, peristiwa dan tokoh seperti keberadaannya
di dunia nyata. Penciptaan tokoh oleh pengarang haruslah yang benar-benar
seperti manusia.
Menurut Wiyatmi (2009:30), ia menyatakan bahwa ”Tokoh adalah para pelaku
yang terdapat dalam sebuah fiksi”. Maksudnya jelas bahwa tokoh merupakan pelaku
atau pelakon sebuah cerita.
Berdasarkan beberapa pendapat di
atas maka dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah individu ciptaan/rekaan
pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau perlakuan dalam berbagai
peristiwa cerita yang menjadi pelaku dalam sebuah karya fiksi yang
mempunyai watak dan perilaku tertentu.
2.4 Jenis-jenis Tokoh
Ketika menonton sebuah drama, kita akan dihadapkan pada sejumlah
tokoh yang dihadirkan didalamnya. Tokoh-tokoh tersebut memiliki peranan yang
tidak sama. Setiap tokoh dalam cerita memiliki fungsi dan peranan masing-masing
yang menjadikannya sebagai tokoh yang melakonkan setiap adegan dalam cerita.
Peranan masing-masing tokoh tersebut tidak sama dilihat dari segi peranan atau
tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita.
Menurut Nurgiyantoro
(2012:176), ia menyatakan bahwa ”Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat
dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan
itu dilakukan, yaitu berdasarkan peranan/tingkat pentingnya tokoh dalam cerita,
berdasarkan fungsi penampilan tokoh dalam cerita, berdasarkan perwatakannya
dalam cerita, berdasarkan berkembang tidaknya perwatakan tokoh cerita, dan
berdasarkan pencerminan tokoh cerita terhadap kehidupan nyata”.
2.4.1
Berdasarkan peranan/tingkat pentingnya tokoh dalam cerita
1) Tokoh Utama
Menurut
Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa ”Tokoh utama merupakan tokoh yang tergolong
penting dan ditampilkan terus-menerus, sehingga terasa mendominasi sebagian
besar cerita”. Maksudnya, tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya
dalam sebuah cerita. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik
sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh ini juga selalu
berhubungan dengan tokoh-tokoh lainnya.
2) Tokoh Tambahan
Menurut
Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa ”Tokoh tambahan merupakan tokoh yang
hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita dan itupun mungkin
dalam porsi penceritaan yang relatif pendek”. Maksudnya, tokoh tambahan
hanyalah sebagai tokoh yang melengkapi cerita, ia tidak terlalu dipentingkan
dan kehadirannya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2.4.2 Berdasarkan
fungsi penampilan tokoh dalam cerita
1) Tokoh Protagonis
Menurut
Nurgiyantoro (2012:178), ia menyatakan bahwa ”Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya disebut
hero. Ia merupakan tokoh penjawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi
kita”. Maksudnya, tokoh protaganis selalu menjadi tokoh yang sentral dalam
cerita. Ia bahkan menjadi pusat sorotan dalam kisahan. Tokoh protagonis dapat
ditentukan dengan memperhatikan hubungan antartokoh, protagonis berhubungan
dengan tokoh-tokoh yang lain, sedangkan tokoh-tokoh itu sendiri tidak semua
berhubungan satu dengan yang lain.
2) Tokoh Antagonis
Menurut Nurgiyantoro (2012:179), ia
menyatakan bahwa ”Tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan konflik atau
sering disebut sebagai tokoh jahat”. Maksudnya, tokoh ini juga mungkin diberi
simpati oleh pembaca jika dipandang dari kaca mata si penjahat itu sehingga
memperoleh banyak kesempatan untuk menyampaikan visinya, walaupun secara
vaktual dibenci oleh masyarakat. Tokoh antagonis merupakan tokoh penentang
utama dari protagonis.
2.4.3 Berdasarkan
perwatakannya dalam cerita
1) Tokoh Sederhana
Menurut
Nurgiyantoro (2012:181), ia menyatakan bahwa ”Tokoh sederhana adalah tokoh yang
hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu atau sifat watak yang tertentu
saja”. Maksudnya, tokoh ini adalah tokoh yang tidak memiliki sifat atau tingkah
laku yang dapat memberikan efek kejutan bagi penonton. Sifat dan tingkah
lakunya bersifat monoton, datar dan hanya mencerminkan suatu watak tertentu. Meskipun
tokoh sederhana bisa melalukan berbagai tindakan, namun semua tindakannya itu akan
dapat dikembalikan pada perwatakan yang dimiliki dan yang telah diformulakan
itu. Sehingga penonton dengan mudah dapat memahami watak dan tingkah laku tokoh
ini, hal ini dikarenakan ia mudah dikenal dan familiar.
2) Tokoh Bulat
Menurut
Nurgiyantoro (2012:183), ia menyatakan bahwa ”Tokoh bulat adalah tokoh yang
memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian
dan jati dirinya”. Maksudnya, tokoh bulat merupakan tokoh yang memiliki watak
tertentu dan ia pun dapat menampilkan watak dan tingkah laku yang bermacam-macam,
bahkan mungkin bertentangan dan sulit ditebak. Tokoh ini juga sering memberikan
kejutan, karena ia memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan.
2.4.4 Berdasarkan berkembang
tidaknya perwatakan tokoh cerita
1) Tokoh Statis
Menurut
Nurgiyantoro (2012:188), ia menyatakan bahwa ”Tokoh statis adalah tokoh cerita
yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan
sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi”. Maksudnya, tokoh ini tampak
seperti kurang terlibat dan tidak terpengaruh oleh adanya perubahan-perubahan
lingkungan yang terjadi karena adanya hubungan antarmanusia. Tokoh ini memiliki
sikap dan watak yang relatif tetap, tidak berkembang sejak awal sampai akhir
cerita.
2) Tokoh Berkembang
Menurut
Nurgiyantoro (2012:188), ia menyatakan bahwa ”Tokoh berkembang adalah tokoh
cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan
peristiwa dan plot yang dikisahkan”. Maksudnya, tokoh ini secara aktif
berinteraksi dengan lingkungannya yang dapat mempengaruhi sikap, watak dan
tingkah lakunya. Sikap dan watak tokoh ini mengalami perkembangan dari awal, tengah
dan akhir cerita sesuai dengan tuntutan koherensi cerita secara keseluruhan.
2.4.5 Berdasarkan pencerminan
tokoh cerita terhadap kehidupan nyata
1) Tokoh Tipikal
Menurut
Nurgiyantoro (2012:190), ia menyatakan bahwa ”Tokoh tipikal adalah tokoh yang
hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya dan lebih banyak
ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya”. Maksudnya, tokoh tipikal
merupakan penggambaran, pencerminan atau penunjukan terhadap orang atau
sekelompok orang yang terikat dalam suatu lembaga yang ada di dunia nyata.
2) Tokoh Netral
Menurut
Nurgiyantoro (2012:191), ia menyatakan bahwa ”Tokoh netral adalah tokoh cerita
yang bereksistensi demi cerita itu sendiri”. Maksudnya, tokoh ini merupakan
tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi, ia hadir
dan dihadirkan semata-mata demi cerita atau bahkan dialah yang mempunyai
cerita, pelaku cerita dan yang diceritakan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa tokoh-tokoh karya fiksi, misalnya drama memiliki posisi
masing-masing dan dengan berbagai karakter yang berbeda-beda, yang keseluruhannya
itu dapat mendukung terwujudnya jalan cerita yang baik dan enak dinikmati oleh
penonton.
2.5 Peran
Tokoh Utama dalam Sinetron
Tokoh utama merupakan tokoh yang mendominasi jalannya cerita. Ia
merupakan tokoh yang selalu dikaitkan keberadaannya dengan tokoh lain. Bahkan,
pembicaraan tentangnya selalu dikait-kaitkan dalam setiap peristiwa yang
terdapat disepanjang jalannya cerita.
Menurut Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa ”Tokoh utama adalah
tokoh yang diutamakan penceritaanya dalan cerita yang bersangkutan. Ia
merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian
maupun yang dikenai kejadian”. Maksudnya jelas bahwa tokoh utama merupakan
tokoh yang selalu diceritakan dalam setiap urutan kejadian dalam cerita
tersebut, baik itu dia sebagai pelaku kejadian maupun sebagai orang yang
dikenai kejadian.
Begitu juga pendapat yang sama tentang tokoh utama dari Aminuddin
(2002:80), yang menyatakan bahwa ”Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang
sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya. Selain itu lewat
judul cerita juga dapat diketahui tokoh utamanya”. Maksudnya, tokoh utama
tersebut merupakan tokoh yang sering diperbincangkan oleh pengarang cerita tersebut,
bahkan melalui judul cerita saja dapat diketahui bagaimana karakter tokoh
utamanya. Sehingga penonton dapat menentukan tokoh utama dengan jalan melihat
keseringan pemunculannya dalam suatu cerita. Selain lewat memahami peranan dan
keseringan pemunculannya, dalam menentukan tokoh utama dapat juga melalui
petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya.
Berdasarkan kedua
pendapat pakar di atas tentang tokoh utama, maka dapat dipahami bahwa tokoh
utama memiliki peran sebagai tokoh yang sangat menentukan perkembangan alur
atau plot cerita tersebut, karena dengan tokoh utamalah keberlangsungan cerita
dapat dijalin dengan baik.
2.6 Pengertian Sinetron
Sinetron merupakan sebuah
ungkapan yang tidak asing di telinga. Bahkan, anak kecil pun sudah dapat mengetahui
mana yang dikatakan dengan sinetron. Sinetron yang sering ditayangkan di
stasiun televisi memuat berbagai kisah kehidupan manusia yang dilakonkan oleh
tokoh-tokoh tertentu dengan karakter yang dituntut dalam adegan-adegan cerita
tersebut.
Dalam Depdiknas (2006:62),
dijelaskan bahwa ”Secara etimologi
bahasa sinetron merupakan kepanjangan dari sinema elektronik yang berarti
sebuah karya cipta seni budaya, dan media komunikasi pandang dengar yang dibuat
berdasarkan sinematografi dengan direkam pada pita video melalui proses
elektronik, lalu ditayangkan melalui stasiun televisi”. Maksudnya, sinetron merupakan
bentuk kesenian sekaligus media hiburan massa dalam bentuk visual. Medium
visual menyampaikan ide secara denotatif, yaitu langsung memperlihatkan
benda kongkritnya. Berbeda dengan radio atau surat kabar yang menggunakan kata,
yang untuk memahaminya harus melalui proses interpretasi, pesan di sini hanya
dapat diinterpretasikan sesuai dengan maksud komunikator.
Lalu, menurut Wiyatmi (2009:1), ia menyatakan bahwa ”Sebagai media
komunikasi massa, sinetron merupakan sebuah pesan yang dikomunikasikan kepada
khalayak luas atau kepada sejumlah besar orang. Secara garis besar para ahli
memetakan dua sisi relasi antara media dengan masyarakat, sisi pertama fokus
perhatiannya pada teori yang berkaitan dengan relasi media-masyarakat,
perhatian terhadap cara media digunakan di masyarakat dan pengaruh timbal balik
yang lebih besar antara struktur sosial dan media. Pada sisi yang kedua fokus
perhatiannya pada relasi media-audience dengan memberi penekanan pada pengaruh
kelompok dan individu serta hasil dari transaksi media”. Maksudnya juga jelas
bahwa sinetron merupakan media menyampai pesan kepada khalayak ramai.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
sinetron merupakan rangkaian cerita yang terjalin sesuai dengan
problematika-problematika kehidupan yang menggambarkan perbuatan manusia yang
universal ke dalam satu pencerminan
atau pengggambaran mengenai suatu kenyataan dalam dunia nyata.
2.7 Jenis-jenis Sinetron
Sinetron yang sering ditayangkan di stasiun televisi sekarang memiliki
berbagai jenis tersendiri. Dari kesekian jenis tersebut membuat sinetron
menjadi pilihan tontonan yang digandrungi oleh berbagai kalangan penikmat drama
dan penonton. Selain itu, seiring dengan perkembangan zaman, pengaruh sinetron
dapat dirasakan cukup mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh jika
kita tertinggal satu episode akan merasa ada sesuatu yang hilang dan tidak
jarang pula pertengkaran dalam melihat sinetron antaranggota keluarga sering
terjadi. Hal ini menunjukkan sinetron memiliki banyak penggemar, khususnya di Indonesia.
Atas dasar tersebutlah, bebagai jenis sinetron terus bermunculan di stasiun televise.
Lebih lanjutnya, menurut Labib (dalam wikipedia), ia menyatakan bahwa ada
beberapa jenis sinetron yang dikenal, antara lain :
1)
Sinetron Seri, yaitu sinetron yang memiliki
banyak episode tetapi masing-masing episode tidak memiliki hubungan sebab
akibat. Maksudnya, sinetron jenis ini merupakan sinetron yang mempunyai banyak
episode, namun setiap episode dalam sinetron tidak memiliki keterkaitan antara
episode yang satu dengan episode yang lain.
2)
Sinetron Serial, kebalikan dengan sinetron seri,
sinetron serial memiliki sebab akibat dalam tiap episodenya. Maksudnya, sinetron
yang dibagun atas banyak episode dan tiap episode memiliki tererikatan antara
satu episode dengan episode yang lain.
3)
Sinetron Mini Seri, yaitu sinetron yang memiliki
durasi lebih pendek dan langsung selesai. Maksudnya, sinetron jenis ini
memiliki jalan cerita yang lebih singkat dan dapat selesai hanya dengan dengan
durasi waktu yang lebih singkat.
4)
Sinetron Lepas, yaitu sinetron yang terdiri dari
satu episode yang jalan ceritanya sudah langsung selesai. Maksudnya, sinetron
ini hanya memiliki satu episode saja dan dalam satu episode tersebut, sinetron
jenis ini dapat menceritakan keseluruhan cerita hingga usai.
Berdasarkan
penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa sinetron yang ditayangkan di
stasiun televisi bukan hanya memiliki satu jenis saja. Namun, dengan beberapa
jenis tersebut membuat sinetron yang dijadikan media hiburan dan media
menyampai pesan yang sarat makna kepada penonton, memiliki keunikan tersendiri.
2.8 Sinetron Bagian
dari Drama
Ketika menonton sebuah film atau sinetron, maka kita akan dihadapkan pada
kejadian atau peristiwa yang bermunculan dalam sinetron tersebut. Jika
diperhatikan dengan seksama maka sinetron yang ditonton tersebut sama dengan
kejadian atau peristiwa yang ada dalam dunia nyata, yaitu peristiwa dalam
keseharian dalam hidup bermasyarakat.
Pada dasarnya, sinetron adalah bagian dari drama atau disebut juga drama
modern. Maksudnya, sinetron menyajikan kehidupan yang dibuat seolah-olah
benar-benar nyata. Perbedaan antara sinetron dan drama hanya terletak pada
latar cerita. Latar cerita sebuah drama adalah pentas atau panggung, sedangkan
latar cerita sinetron adalah tempat yang senyatanya.
Jadi, sebuah tiruan kejadian atau peristiwa hidup manusia yang disajikan
atau dilakonkan di atas pentas dapat dikatakan sebagai sebuah drama. Sedangkan
sinetron merupakan urutan kejadian tentang gambaran peristiwa hidup manusia
yang diadegankan dalam lingkungan tempat yang senyatanya dan dapat dilihat
dengan gamblang oleh penonton.
2.9 Sinopsis
Sinetron Tukang Bubur Naik Haji
Cerita keseluruhan Tukang Bubur Naik Haji seperti menonton kehidupan
masyarakat sehari-hari, yang didalamnya termasuk perilaku kita sendiri. Kita
yang seolah-olah seorang dermawan sejati, padahal sebenarnya kita sangat
mengharapkan pujian orang. Sebenarnya ada kecenderungan kita ingin pamer.
Bagaimana kita selalu berpenampilan suci, padahal apa yang kita lakukan
seringkali keji. Bahkan kepada orang yang pernah menolong kita sekalipun.
Kepalsuan-kepalsuan yang hanya kita sendiri yang tahu, selalu membuat kita
tersenyum jengah. Kesemuanya disajikan secara manis dan lucu dalam serial ini.
Ada tokoh Bang Sulam (Mat Solar), yang penyabar, selalu tersenyum, ia
memiliki usaha bubur ayam. Berkat ketekunan dan keikhlasannya, akhirnya ia bisa
naik haji dan memperbesar usaha bubur ayamnya. Bang Sulam tinggal bersama
Rodiah (Uci Bing Slamet) istrinya, dan Emak (Nani Wijaya). Tetangga Bang Sulam, H. Muhidin (Latief Sitepu)
dan Hj. Maemunah (Shinta Muin), entah mengapa selalu memusuhi keluarganya.
Bahkan anak mereka, Rumanah (Citra Kirana) dilarang berhubungan dengan Robby
(Andi Arsyil), adik ipar Bang Sulam. Fitnah-fitnah tentang keluarga Bang Sulam
pun berdatangan. Bagaimanakah keluarga Bang Sulam menyikapi segala nikmat dan cobaan
yang ia dan keluarga hadapi sehari-hari? Semoga acara ini bisa menjadi cermin
bagi kita pemirsa untuk berkaca dan berbenah diri.
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan
dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif yang bersifat deskriptif. Hasil penelitian yang diharapkan setelah
pengumpulan data dijabarkan dalam bentuk penjelasan dan paparan agar pembaca
mengerti tentang permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Penelitian
dengan pendekatan kualitatif dimaksudkan agar menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis dari sinetron yang diamati, artinya data yang
dianalisis di dalamnya berbentuk deskriptif dan tidak berupa angka-angka
seperti halnya pada penelitian kuantitatif.
Seperti yang dikemukakan oleh Kutha
Ratna (2009:47), bahwa ”Pendekatan kualitatif memberikan
perhatian terhadap data alamiah yaitu data dalam hubungannya dengan konteks
keberadaannya. Objek penelitian bukan gejala sosial sebagai bentuk substantif
melainkan makna-makna yang terkandung dibalik tindakan yang justru mendorong
timbulnya gejala sosial tersebut. Dalam hubungan inilah pendekatan kualitatif
dianggap sama dengan pemahaman. Sesuai dengan namanya, pendekatan ini mempertahankan
nilai-nilai sehingga pendekatan ini dipertentangkan dengan pendekatan
kualitatif yang berarti bebas nilai”.
29
|
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa
hermeneutik merupakan jenis penelitian yang dapat mengungkapkan makna dibalik
karya sastra tersebut dan memberikan penafsiran terhadap teks sastra melalui
cerminan bahasa yang digunakan sebagai sarana dalam mewujudkan pemahaman makna
dalam teks sastra tersebut. Melalui penelitian hermeneutik ini, berusaha mengungkapkan
karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI.
3.2 Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah kata, kalimat dan dialog-dialog yang
menunjukkan karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji”
tayangan RCTI. Sedangkan sumber data penelitian adalah video berupa sinetron
”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Peneliti
mencari video yang berisi sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan
RCTI, yaitu episode 1 dan 2.
2)
Peneliti memutar video tersebut, lalu
menontonnya berulang-ulang.
3)
Peneliti menulis dialog-dialog antartokoh dalam
sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2 yang
telah ditonton menjadi teks dialog seperti naskah drama.
4)
Peneliti mengelompokkan data-data berupa dialog
yang mencerminkan karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan
RCTI, yaitu episode 1 dan 2.
5)
Peneliti mencatat dialog-dialog yang
mencerminkan karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji”
tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2.
6)
Selanjutnya, peneliti menguraikan
data-data tersebut, lalu menganalisis karakter tokoh utama dalam
sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2 tersebut.
3.4 Teknik Analisis Data
Data dalam
penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis secara kualitatif
yaitu menganalisis karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur
Naik Haji” Tayangan RCTI. Hal ini
sejalan dengan penjelasan Sugiono (2009 : 337), ia menyatakan bahwa ”Analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan
data dalam periode tertentu”.
Data tersebut dianalisis dengan menggunakan teori Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (Sugiono 2009 :
337), mengemukakan bahwa ”Aktifitas dalam analisis kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga
datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu mereduksi data,
menyajikan data dan menyimpulkan data”.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh
dalam pengolahan data adalah mengolah data menurut jenisnya, menganalisis karakter
tokoh utama dan menyimpulkan.
1)
Mereduksi data
Tahap mereduksi data mulai
dilakukan melalui proses penyeleksian, identifikasi dan pengklasifikasian.
Penyeleksian dan pengidentifikasian merupakan kegiatan untuk menyeleksi dan
mengidentifikasi data-data pada kategori karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron
”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI. Tahap pengklasifikasian merupakan
proses yang dilakukan untuk mengklasifikasikan data, memilih data dan
mengelompokkan data.
2)
Menyajikan Data
Menyajikan Data merupakan
kegiatan pengelompokkan data melalui tahap reduksi data pada kategori karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron
”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI.
3)
Menarik Simpulan
Menarik simpulan dilakukan
setelah mengikuti dua tahap. Simpulan ditarik setelah data disusun dan
diperiksa kembali. Selanjutnya, didiskusikan dengan pembimbing. Setelah proses
ini dilalui, hasil akhir penelitian analisis karakter tokoh utama dalam
sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, disajikan dalam bentuk laporan
penelitian.
3.5 Pengecekan
Keabsahan Data
Pemeriksaan terhadap keabsahan data
merupakan salah satu bagian yang penting di dalam penelitian kualitatif, yaitu
untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan. Apabila peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data
secara cermat dan menggunakan teknik yang tepat, maka akan diperoleh hasil
penelitian yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai segi.
Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan teknik triangulasi
dan uraian rinci. Moleong (2010: 330), menjelaskan bahwa ”Teknik triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Di mana
dengan triangulasi peneliti dapat me-recheck hasil temuannya
dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode atau teori”.
Sedangkan ”Teknik uraian rinci merupakan teknik yang menuntut
peneliti untuk menguraikan secara khusus sekali segala sesuatu yang dibutuhkan
oleh pembaca agar ia dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh. Temuan
itu tentunya bukan bagian dari uraian rinci melainkan penafsiran yang dilakukan
dalam bentuk uraian rinci berdasarkan data yang diperoleh” (Moleong, 2010: 337).
Maka, jelas bahwa melalui triangulasi dan uraian rincilah
keabsahan data tentang karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur
Naik Haji” tayangan RCTI dapat
dibuktikan keabsahan datanya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Adapun hasil penelitian tentang karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron
”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, pada episode 1 dan episode 2, yaitu
berupa karakter H. Sulam dan H. Muhidin. Berdasarkan hasil penelitian dalam
sinetron tersebut, terdapat beberapa karakter tokoh utama. Maka penulis
menjabarkan data tentang karakter tokoh utama tersebut,
sebagai berikut:
1)
Karakter
Tokoh H. Sulam
Berikut kutipan data yang
menggambarkan karakter tokoh H. Sulam:
(1)
Sopan Santun
Data
1
H. Sulam :Terima
kasih sudah datang. Eh, H. Muhidin datang, gak?
Kawan H. Muhidin :Maaf Pak H.
Kebetulan Pak H. Muhidin lagi ada halangan.
(konteks data :
episode 1)
Data
2
Hansip
Malih :Ngomong-ngomong ditahannya di mana bang H.
H.
Sulam :Ditahan? Siapa yang ditahan?
Hansip
Malih :Lo, bukannya Si Robby
tersangkut kasus narkoba?
H.
Sulam :Lo serius ni? Siapa yang ngomong?
Hansip
Malih :Waduh, ane juga kagak tau dah. Beritanya udah
seantar di mana-mana.
H.
Sulam :Siapa yang ngomong? Lo dengar dari siapa?
(konteks data :
episode 1)
Data 3
Pak
Ustad Zakaria :Silahkan Bang H. Sulam.
H.
Sulam :Assalamualaikum
wr.wb.
35
|
(konteks data : episode
2)
Data 4
H.
Sulam :Siang, Pak. Ada
apa ya?
Silahkan duduk dulu, ya. Silahkan!
(konteks data : episode
2)
(2)
Inovatif
Data 5
Hj.
Rodhiyah :Emang Si Robby mau
disuruh ngapain sih, bang?
H.
Sulam :Enggak, gue
pikir-pikir ni benar juga ide mak. Gue harus mikir buka cabang lagi.
(konteks data : episode
1)
(3)
Peduli Sesama
Data 6
Hj.
Rodhiyah :Mang Ojo, udah malam.
Istirahat aja dulu.
H.
Sulam :Ya udah Mang Ojo,
istirahat napa! Ya!
Mang
Ojo :Iya H.
(konteks data : episode
1)
Data 7
H.
Sulam :Adik lo Si Robby
belum nelpon lagi tu, hah? Udah hampir sepuluh hari ni dia belum nelpon.
Hj.
Rodhiyah :Terakhir sih dia bilang
mau ke Pedalaman, bang. Mungkin gak ada sinyal kali di sana.
(konteks data : episode
1)
Data 8
H.
Sulam :Kepedalaman?
Pamit
ke gue katanya mau ke Papua, kenapa pakek ke dalam-dalam sih. Eh, kata orang ni
daerah situ masih rawan. Kalau kita mau ke Pedalaman, naik perahu kecil dan itu
kalinya banyak buaya. Kalau adik lo dicatut buaya, ridho lo, ridho?
Hj. Rodhiyah
:Emang Si Robby mau disuruh ngapain sih, bang?
(konteks data : episode 1)
Data 9
Hj. Rodhiyah
:Kalo gak ketanganan gimana? Kan entar bisa ancur.
H. Sulam
:Nah ntu dia, justru gue mau kasih kerja ke Robby.
(konteks data : episode
1)
(4)
Bijaksana
Data 10
Hj.
Rodhiyah :Robby mau disuruh jadi
tukang bubur, ya benar aja dong bang?
Bang, dia itu kan calon Sarjana Teknik.
H.
Sulam :Iya gue tau, masak
sarjana gue suruh dorong gerobak sih. Ni, kalau ada dia, kan gue bisa tukar
pikiran. Robby itu pengetahuannya luas. Nah, gak kek gue. kagak bakal naik
tender.
(konteks data : episode
1)
Data
11
Emak
Haji :Ni mobil tiap hari
dielus-elus aja. Piknik kek sekali-kali, ke Siyantar kek. Biar kaki gue ni bisa
berendam, ya.
H.
Sulam :Beres mak, tapi benar juga tu kata emak.
Kenapa kita sekarang jadi dibudakin sama harta ya? Tiap hari ngurusin orang
makan.
(konteks data : episode
1)
(5)
Percaya Diri
Data
12
Hansip
Malih :Justru ane kesini ni bang
H. mau cek and ricek ke bang H.
H.
Sulam :Eh Lih, lo dengar
ni ye. Adik gue Si Robby sekarang lagi ada di Papua. Lagi bikin menara buat
hendpon. Enak aja lo kalo ngomong, ditahan-ditahan-ditahan. Jidat lo yang
ditahan? Ya udah deh, sono!
(konteks data
: episode 1)
Data 13
Hj.
Rodhiyah :Ada apa lagi sih,
Bang?
H.
Sulam :H. Muhidin, emang
mau ngejatuhin gue di depan jamaah keknya. Emang dia tu, sumber gosipnya.
(konteks
data : episode 2)
Data
14
Hj.
Rodhiyah :Ya Bang lawan dong.
H.
Sulam :Emang gue lawan.
Kalo gue gak lawan, makin kurang ajar dia.
(konteks data : episode 2)
(6) Sabar
Data 15
Hj.
Rodhiyah :Apa yang salah dari
kita, Bang? Ada aja fitnah yang menimpa kita.
H.
Sulam :Ya mana gue tau,
Roh. Mungkin tu ujian dari Allah atau apa kali.
(konteks data : episode
2)
Data
16
Emak
Haji :Eh, eh, Kenapa muka
lo, kayak ayam ketelan kapur. Kenapa? Soal sumbangan lagi?
H. Sulam :Soal Si Robby, makin panjang
aja, dah. Lagian juga tu anak. Ah, udah ah, gak usah diomongin dah.
(konteks data : episode
2)
(7)
Disiplin
Data 17
Mang
Ojo :Atuh jangan menyerah
begitu Buk Hj. Kalo Si Robby emang lagi kerja, ya kita harus lawan.
H.
Sulam :Nah, tu dia
masalahnya Mang Ojo, Si Robby tu udah sebulan kagak nelpon gue, gue kan kagak
tau, apa dia bekerja atau kagak atau gimana.
(konteks data : episode 2)
Data
18
Hj.
Rodhiyah :Jadi, Abang juga
nuduh Si Robby ditahan polisi, gitu Bang? Abang tega.
H.
Sulam :Gak Roh, gak.
Cuma gue kesal aja sama Si Robby. Katanya anak sekolahan, harusnya dia kan
mikir, ni keluarganya disini mikirin dia, nunggu berita dari dia. Dia selamat
atau gimana kan kita kagak tau. Ni kagak, kek kebo dungkul. Nelpon kagak, apa
kagak. Orang jual pulsa disana kan banyak, tinggal sepuluh ribu apa dia kagak
ikhlas.
(konteks data : episode
2)
(8)
Humoris
Data 19
Emak
Haji :Kenapa Roh, sakit?
Lam, Lam. Bawa aja ni dia ni ke puskesmas. Ni, Mak kalo kepala ni senut-senut
ni, Mak di sono. Dokternya baik, ganteng lagi. Bawa aja deh sono!
H.
Sulam :Bukan kepalanya
yang sakit, ni hatinya. Hatinya lagi sakit.
Emak
Haji :Astagfirullahalazim,
lo. Lefer tu lefer, bahaya.
H.
Sulam :Ya udah tenang,
entar Sulam bawa ke UGD.
(konteks data : episode
2)
(9)
Konsisten
Data 20
H.
Muhidin :Ah, itu kan
perasaan adik Sulam saja. Pertanyaan saya, pertanyaan umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir,
itu terserah Anda sendiri. Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau
tidak ada luka?
H.
Sulam :Masalahnya Pak H.
isu ini sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si Robby ditangkap
polisi dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke Bapak, bahwa satu
bulan ini dia gak kelihatan di kampung kita.
(konteks data : episode
2)
(10)
Berjiwa Besar
Data 21
H.
Sulam :Roh, Roh!
Hj.
Rodhiyah :Apa lagi sih, Bang?
H.
Sulam :Maafin gue ya,
gue keceplosan.
(konteks
data : episode 2)
2)
Karakter
Tokoh H. Muhidin
Berikut kutipan data yang
menggambarkan karakter tokoh H. Muhidin:
(1)
Iri Hati
Data 1
Rumana
:Umi kok ngomongnya kek gitu sih? Harusnya kita senang lo liat tetangga maju.
H. Muhidin
:Iya, kalo majunya usaha kerasnya kita patut senang dan bangga. Tetapi, kalo
majunya dengan kebetulan siapa juga bisa maju. Ini yang dapat dari lotrelah,
yang dapat dari pengusaha, hadiahlah. Apaan?
Rumana
:Gak Abah, di dalam Islam itu gak ada yang namanya kebetulan, semuanya itu
pasti udah direncanain sama Allah.
(konteks data : episode 1)
(2)
Sombong/Suka Pamer
Data 2
Warga
:Kok gak ikut syukuran di rumahnya pak H. Sulam?
H. Muhidin
:Iya ni, baru dari bandara jemput anak gue.
Warga
:Oya, yang katanya sekolah di Mesir.
H. Muhidin
:Iya… iya… semata wayang.
(konteks data : episode 1)
Data 3
Hansip Tarmidzi :Kan Mesir – Jakarta jauh Pak H. tiketnya mahal.emang Pak H.
sanggup?
H. Muhidin
:Namanya juga anak semata wayang, ya disanggup-sanggupin dong. Eh, gimana?
Katanya mau maju.
(konteks
data : episode 1)
Data 4
H. Rasyidi
:Emang hebat Si Rumana tu, dia bisa kuliah di luar negeri”Alazar”, gak gampang
tu H. saingannya berat. Paling enggak, dia mesti hafal satu dua juz Alquran
berikut tafsirnya.
H. Muhidin
:Urusan itunya H. itu Rumana sendiri. Sama mah, terima bersih aja. Nah, urusan
biaya gue deh. Termasuk sama istri gue ni sampai jungkir balik.
(konteks
data : episode 1)
(3)
Suka Menyindir
Data 5
H. Rasyidi
:Alhamdulillah, bagus itu. Anak Bapak juga, dia ambil S2. Jurusannya Hukum
Syariah di UIN.
H. Muhidin :Kok bisa cocok sih H. Lantas gimana tugas di
DPRnya kagak keganggu?
(konteks
data : episode 1)
Data 6
H. Muhidin
:Ye, namanya juga anak Periuk. Tau kan pergaulannya, mesti hati-hati nyari
teman, Roh.
Hj. Rodhiyah
:Pak H. Jangan teka-teki begitu deh. Si Robby tu baik-baik aja Pak H. Dia tu
lagi kerja, emangnya kenapa sih?
(konteks
data : episode 2)
Data 7
H. Muhidin
:Emangnya Si Sulam sudah lancer nyetir mobilnya, kagak perlu Si Robby lagi.
Hj. Rodhiyah
:Demi Allah Pak H. Robby itu lagi kerja di Papua. Kok tega-teganya menyebar
fitnah begitu. Robby itu anaknya baik.
(konteks
data : episode 2)
Data 8
Hj. Maemunah
:Ya, alasan apa juga masuk di akal, mau kerja di luar Jawa juga, kenapa gak
sekalian bilang aja keja ngikut TKI ke Malaysia. Ya gak.
H. Muhidin
:Tapi malu juga dong, Mi. Namanya kalo ada keluarga yang masuk bui.
(konteks
data : episode 2)
Data 9
Hj. Maemunah
:Orang Cuma nanya doing, dianya aja yang tersinggung.
Rumana
:Iya Umi, tapi kan kasian istrinya Bang Sulam. Kesini kan dia mau belanja, tapi
malah dibikin malu.
H. Muhidin
:Kalo kagak ada asap, kagak ada apinya. Berita itu ada tentu ada sebabnya. Lo
jangan terlalu bela dia deh Rum, ah.
(konteks
data : episode 2)
Data 10
Pak Ustad Zakaria
:Silahkan Pak H. Muhidin, tapi jangan panjang-panjang.
H. Muhidin
:Bagaimana hukumnya kalo ada di antara keluarga dekat kita, yang berbuat keji.
Misalnya menjadi pengedar narkoba? Bukankah kita telah diperintahkan Allah
untuk menjaga keluarga kita. Kuu Anfussakum Waahlikum naaraa. Jagalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka. Mohon penjelasannya, Pak Ustad.
(konteks
data : episode 2)
Data 11
H. Muhidin
:Ah, itu kan perasaan adik Sulam saja.
Pertanyaan
saya, pertanyaan umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir, itu terserah Anda
sendiri. Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau tidak ada luka?
H. Sulam
:Masalahnya Pak H. isu ini sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si
Robby ditangkap polisi dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke
Bapak, bahwa satu bulan ini dia gak kelihatan di kampung kita.
H. Muhidin
:Sebaiknya, kalo emang ada masalah gak usah ditutup-tutupilah. Saya
mengutarakan ini, karena kecintaan saya kepada H. Sulam karena kita sama-sama
jamaah mesjid ini.
(konteks
data : episode 2)
(4)
Mengadu Domba
Data 12
Hansip
Tarmidzi :Hah, ditangkap?
Hj.
Maemunah :Kek kagak tau aja,
dia kan anak Periuk, kan tau sendiri bagaimana kelakuan anak Periuk. Bisa-bisa
ni dia kelibat sama narkoba. Ini yang bikin gue jadi ngeri banget-banget deh.
H.
Muhidin :Eh, kalo benar
dia sudah satu bulan kagak kelihatan, berarti dia benar ditahan polisi. Ya
bagaimana ya, di sini dia dibutuhkan sama Si Sulam tuk nyetir mobilnya. Ya
maklum, punya mobil kagak punya nyali untuk nyetir sendiri.
(konteks
data : episode 1)
(5)
Angkuh
Data 13
Rumana :Bah, kalo apa yang
Abah tuduhin itu semua, gak benar. Abah bisa dilaporin ke polisi. Itu sama aja,
Abah udah mencemarkan nama baiknya Bang Robby, Bah.
H.
Muhidin :Silahkan aja,
kalo memang Robby kagak ditahan polisi, buktiin dong, bahwa dia itu orang baik.
Ini kagak.
(konteks
data : episode 2)
Data 14
Hj.
Maemunah :Udah deh Rum, lo
gak usah ngebelain dia. Masa depannya aja kagak jelas. Tau gak, kagak jelas.
Lagi, lo jangan berharap, Umi bakal ngeredoin lo. Kalo jadi bininya dia. Ingat
lo, ya. Maaf, ya.
H.
Muhidin :Amit-amit,
kalo gue sampai jadi mertuanya si anak yang kagak tau sopan santun, tu.
Rumana :Ya, Rum kan cuma
kasih tau Umi sama Abah aja. Kalo fitnah itu dosa besar.Udah itu aja.
(konteks
data : episode 2)
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tentang karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron
”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, pada episode 1 dan episode 2,
yaitu berupa karakter H. Sulam, H. Muhidin, Robby dan tokoh Rumana, maka
berikut ini penulis akan membahas data-data tentang karakter tokoh utama
tersebut, yaitu sebagai berikut:
1)
Karakter
Tokoh H. Sulam
Berikut penjelasan kutipan
data yang menggambarkan karakter tokoh H. Sulam:
(1)
Sopan Santun
Data
1
H. Sulam :Terima
kasih sudah datang. Eh, H. Muhidin datang, gak?
Kawan H. Muhidin :Maaf Pak H.
Kebetulan Pak H. Muhidin lagi ada halangan.
(konteks
data : episode 1)
Data 1
di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang sopan dan santun, yang
terlihat melalui percakapan antara H. Sulam dengan salah seorang kawan H.
Muhidin yang menghadiri acara peluncuran armada bubur ayam H. Sulam. Dengan santun
ia mengucapkan terima kasih karena sudah berkenan hadir ke acara tersebut
kepada salah seorang tamu undangan, yang kebetulan beliau adalah salah satu
kawan dekat H. Muhidin. Selain itu ia juga menanyakan, adakah H. Muhidin pun
berkenan datang ke acara peluncuran armada bubur ayamnya tersebut. Padahal
jelas-jelas H. Muhidin sangat tidak suka melihat kesuksesannya, namun ia dapat
memposisikan dirinya sebagai tuan rumah yang haruslah bersikap santun kepada
tamu. Dari dialog percakapan tersebut, terlihat jelas bahwa H. Sulam memiliki
karakter yang sopan dan santun terhadap tamu undangannya. Bahkan, ia juga tidak
lupa menanyakan tentang H. Muhidin, yang merupakan kawan dekat orang tersebut.
Data
2
Hansip
Malih :Ngomong-ngomong ditahannya di mana bang H.
H.
Sulam :Ditahan? Siapa yang ditahan?
Hansip
Malih :Lo, bukannya Si Robby
tersangkut kasus narkoba?
H.
Sulam :Lo serius ni? Siapa yang ngomong?
Hansip
Malih :Waduh, ane juga kagak tau dah. Beritanya udah
seantar di mana-mana.
H.
Sulam :Siapa yang ngomong? Lo dengar dari siapa?
(konteks data :
episode 1)
Data 2
di atas juga menunjukkan karakter kesopansantunan sosok H. Sulam. Dialog
percakapan ini terjadi antara H. Sulam dengan seorang hansip kampungnya, yang
bernama Malih. Dalam percakapan tersebut, dengan lantang si hansip menyatakan
tentang penahanan adik iparnya yang bernama Robby, karena tersandung kasus
narkoba. Namun, beberapa kali secara berulang-ulang, ia dengan sopan masih
tetap menanyakan kebenarannya dan dari mana si hansip mengetahui akan hal
tersebut, yang jelas-jelas dia sebagai abang iparnya saja tidak mengetahuinya. Dari
percakapan tersebut jelas terlihat sikap sopan yang dimiliki sosok H. Sulam,
meskipun adik iparnya dituduh demikian, namun ia masih bersikap santun tanpa
marah-marah kepada si hansip tadi, tapi ia hanya mempertanyakan dari mana si
hansip mendapatkan informasi yang tidak baik tentang adik iparnya. Dalam hal
ini, ia dapat memposisikan dirinya sebagai tuan rumah yang bersikap santun,
meskipun didatangi oleh seseorang dengan membawa kabar yang yang tidak
mengenakkan tentang salah satu anggota keluarganya.
Data 3
Pak
Ustad Zakaria :Silahkan Bang H. Sulam.
H.
Sulam :Assalamualaikum
wr.wb.
Mohon
maaf sebelumnya, saya hanya ingin mengajukan pertanyaan langsung kepada Bapak
H. Muhidin. Mengapa setiap kali beliau bertanya, selalu melirik kearah saya.
Apakah ada yang salah dengan saya atau memang pertanyaan itu ditujukan langsung
kepada saya atau memang Bapak H. menyindir kepada saya?
(konteks data : episode
2)
Data 3
di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang sopan dan santun, yaitu merupakan
dialog yang terjadi antara H. Sulam dengan Ustad Zakaria pada saat
berlangsungnya tanya jawab setelah usai kajian rutin ketika selesai salat
magrib di mesjid. Dalam tuturan yang diucapkan oleh H. Sulam saat akan
mengajukan pertanyaan yang tertuju langsung kepada H. Muhidin tersebut, telihat
jelas penggambaran karakter sopan santun yang dimiliki oleh H. Sulam. Bahwa,
ketika ingin mengutarakan pertanyaan, ia terlebih dahulu mengacungkan
tangannya, lalu memulai pertanyaan setelah dipersilahkan oleh Ustad yang
memimpin kajian tersebut, serta ia pun tidak lupa mengucapkan salam terlebih
dahulu sebelum membuka pembicaraan. Bahkan bukan hanya itu, kata-kata yang
dilontarkannya pun memiliki nilai santun yang cukup baik. Seperti salah
satunya, ia juga meminta maaf sebelumnya kepada H. Muhidin yang ditujukan
pertanyaan tersebut. Hal ini jelas bahwa karakter santun yang dimiliki oleh
sosok tukang bubur ini sangatlah baik, dan ia pun dapat memposisikan dirinya
dimana ia berada dan sedang berbicara dalam majelis yang bagaimana.
Data 4
H.
Sulam :Siang, Pak. Ada
apa ya?
Silahkan duduk dulu, ya. Silahkan!
(konteks data : episode
2)
Data 4
di atas juga menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang sopan dan santun, yang
terlihat lewat tuturan yang dilontarkan oleh H. Sulam. Tuturan tersebut terjadi
pada saat warung bubur ayam miliknya didatangi oleh pihak kepolisian. Poda saat
itu, tukang bubur yang satu ini sama sekali tidak mengetahui akan maksud
kedatangan dari kedua polisi tersebut. Rasa penasaran dan ingin tahulah yang
ada dalam batinnya. Namun, meskipun demikian tidak mengurangi sikap santun yang
dimilikinya. Ia tetap bersikap selayaknya pemilik warung yang siap melayani
kebutuhan pelanggannya. Dengan santai, ia pun melangkah menghampiri kedua polisi
tersebut, lalu menyapa mereka, seraya mempersilahkan keduanya duduk. Hal ini
jelas memperlihatkan bahwa H. Sulam adalah sosok yang memang memiliki sikap
santun yang tinggi terhadap siapapun, meskipun dia dalam keadaan khawatir atau
penasaran terhadap apa yang ada dihadapannya. Tapi, tidak akan mengurangi sikap
santun yang dimilikinya.
(2)
Inovatif
Data 5
Hj.
Rodhiyah :Emang Si Robby mau
disuruh ngapain sih, bang?
H.
Sulam :Enggak, gue
pikir-pikir ni benar juga ide mak. Gue harus mikir buka cabang lagi.
(konteks
data : episode 1)
Data 5
di atas mendeskripsikan karakter tokoh H. Sulam yang inovatif. Dialog percakapan
tersebut terjadi antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) pada suatu
malam di teras rumahnya. Dalam percakapan tersebut, H. Sulam menunjukkan sikap
inovatifnya dengan memberikan pernyataan kepada istrinya bahwa ia akan membuka
cabang penjualan bubur ayam lagi. Hal ini terlihat jelas, bahwa ia memiliki karakter
yang ingin agar terus berkembang dalam usahanya, yaitu usaha penjualan bubur
ayam. Padahal usahanya saat itu pun, sudah berkembang. Namun dengan karakter
inovatifnya tersebut, ia masih juga ingin mengembangkan usahanya lagi.
(3)
Peduli Sesama
Data 6
Hj.
Rodhiyah :Mang Ojo, udah malam.
Istirahat aja dulu.
H.
Sulam :Ya udah Mang Ojo,
istirahat napa! Ya!
Mang
Ojo :Iya H.
(konteks data : episode
1)
Data 6
di atas menunjukkan karakter H. Sulam yang peduli kepada sesama. Dialog
percakapan ini terjadi antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) dan Mang
Ojo yang merupakan salah satu karyawan di warung bubur ayamnya. Dalam
percakapan tersebut, Hj. Rodhiyah menyuruh Mang Ojo untuk beristirahat dulu,
karena haripun sudah malam. Lalu, dengan lantang H. Sulam pun ikut menyatakan
hal yang sama kepada Mang Ojo untuk beristirahat. Dari percakapan tersebut
jelas terlihat sikap peduli sesama yang ditunjukkan oleh H. Sulam kepada salah
satu karyawannya. Dalam hal ini, ia tidak membedakan antara keluarganya ataupun
karyawannya. Semuanya sama saja, setiap orang memiliki batas letih, jadi
memiliki kesempatan untuk beristirahat.
Data 7
H.
Sulam :Adik lo Si Robby
belum nelpon lagi tu, hah? Udah hampir sepuluh hari ni dia belum nelpon.
Hj.
Rodhiyah :Terakhir sih dia bilang
mau ke Pedalaman, bang. Mungkin gak ada sinyal kali di sana.
(konteks data : episode
1)
Data 7
di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang peduli sesama, yang
ditunjukkan melalui dialog yang terjadi antara H. Sulam dengan istrinya (Hj.
Rodhiyah) pada suatu malam di teras rumahnya. Dialog tersebut menunjukkan karakter
peduli sesama yang ditunjukkan oleh sosok H. Sulam terhadap adik iparnya
(Robby). Dalam percakapan dengan istrinya, ia menanyakan apakah adik iparnya
itu sudah menelpon lagi atau belum? Selain itu, H. Sulam juga menyatakan bahwa
sudah hampir sepuluh hari adik iparnya belum menelpon untuk memberi kabar
tentang keadaannya. Hal ini, jelas menunjukkan sikap peduli dan khawatir sosok
H. Sulam terhadap adik iparnya (Robby), yang nun jauh disana, yang belum
diketahui bagaimana keadaannya karena belum menelpon ke rumah.
Data 8
H.
Sulam :Kepedalaman?
Pamit
ke gue katanya mau ke Papua, kenapa pakek ke dalam-dalam sih. Eh, kata orang ni
daerah situ masih rawan. Kalau kita mau ke Pedalaman, naik perahu kecil dan itu
kalinya banyak buaya. Kalau adik lo dicatut buaya, ridho lo, ridho?
Hj. Rodhiyah
:Emang Si Robby mau disuruh ngapain sih, bang?
(konteks data : episode 1)
Data 8 di atas juga menunjukkan
karakter tokoh H. Sulam yang peduli sesama, yang merupakan kelanjutan pembicaraan
antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) pada suatu malam di teras
rumahnya. Dialog tersebut masih menunjukkan karakter peduli sesama yang
dicerminkan oleh H. Sulam untuk adik iparnya (Robby). Dalam percakapan dengan
istrinya, jelas terlihat sikap peduli dan cemas yang dimiliki oleh H. Sulam
terhadap Robby, yang diutarakan kepada istrinya. Bahwa, ia cemas dengan keberadaan
adiknya iparnya setelah mendengar pertuturan istrinya, kalau Robby bukan hanya
pergi ke tempat yang pernah disampaikan kepadanya sebelum pergi, namun ke
tempat yang lebih jauh lagi dari pada itu. Kecemasan yang dimiliki oleh H.
Sulam tersebut menunjukkan sikap peduli seorang abang kepada adiknya, yang
menginginkan keselamatan adiknya diperantauan sana.
Data 9
Hj. Rodhiyah
:Kalo gak ketanganan gimana? Kan entar bisa ancur.
H. Sulam
:Nah ntu dia, justru gue mau kasih kerja ke Robby.
(konteks data : episode 1)
Data 9 di
atas juga menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang peduli sesama, dialog
percakapan antara H. Sulam dengan istrinya dalam data di atas merupakan sikap
peduli H. Sulam terhadap Robby. Percakapan yang berlangsung dengan sang istri
di teras rumah tersebut, merupakan salah satu perwujudan sikap peduli seorang
abang kepada adik iparnya, yang terlontar dari ucapan H. Sulam, yang menegaskan
kepada sang istri bahwa ia akan membukakan cabang penjualan bubur ayam yang
baru, dan akan dikelola oleh Robby. Dengan begitu, sikap pedulinya terhadap sang
adik akan terealisasi dengan cara membuka lapangan pekerjaan baru untuk Robby
(adik iparnya). Sehingga selesai kuliah, Robby langsung memiliki pekerjaan,
seraya mencari pekerjaan yang lebih layak, nantinya.
(4)
Bijaksana
Data 10
Hj.
Rodhiyah :Robby mau disuruh jadi
tukang bubur, ya benar aja dong bang?
Bang, dia itu kan calon Sarjana Teknik.
H.
Sulam :Iya gue tau, masak
sarjana gue suruh dorong gerobak sih. Ni, kalau ada dia, kan gue bisa tukar
pikiran. Robby itu pengetahuannya luas. Nah, gak kek gue. kagak bakal naik
tender.
(konteks data : episode 1)
Data 10
di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang bijaksana, hal ini terlihat
jelas melalui percakapan H. Sulam dengan sang istri, di teras rumah. Tuturan
yang dilontarkan oleh H. Sulam terhadap istrinya tersebut mencerminkan kepribadian
bijaksana yang dimiliki oleh sosok tukang bubur yang satu ini. Ia menegaskan
kepada istrinya, bahwa ia akan membuka cabang baru untuk usaha penjualan bubur
ayam miliknya, yang dimaksudkan agar dapat dikelola oleh adik iparnya (Robby),
bukan menjadikan Robby sebagai tukang bubur yang kesana kemari mendorong
gerobak bubur ayam, melainkan tujuannya adalah agar bisa saling tukar pikiran
dengan sang adik, jika usaha baru yang akan dibuka tersebut dikelola olehnya. Perwujudan
sikap bijaksana ini, terlihat dari percakapan dengan sang istri, yang
menyatakan bahwa ia tidak akan mungkin menyuruh adiknya itu mendorong gerobak,
karena dia tau bahwa sang adik adalah Sarjana Teknik, bahkan ia juga menegaskan
kalau Robby memiliki pengetahuan yang luas, berbeda dengan dirinya.
Data
11
Emak
Haji :Ni mobil tiap hari
dielus-elus aja. Piknik kek sekali-kali, ke Siyantar kek. Biar kaki gue ni bisa
berendam, ya.
H.
Sulam :Beres mak, tapi benar juga tu kata emak.
Kenapa kita sekarang jadi dibudakin sama harta ya? Tiap hari ngurusin orang
makan.
(konteks data : episode
1)
Data 11
di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang bijaksana, yang dideskripsikan
dalam percakapan yang berlangsung antara H. Sulam dengan sang ibu, yaitu yang
akrab disapa dengan Emak Haji di halaman rumah saat ia sedang mengelap mobilnya.
Perkataan Emak Haji, yang mengajak anaknya sang tukang bubur untuk piknik dan liburan
bersama, membuat H. Sulam pun angkat bicara, yang dengan ucapannya tersebut
mendeskripsikan kepribadiaannya tersebut bijaksana, yaitu ia mempertimbangkan
segala hal tentang apa yang dituturkan oleh Emak Haji. Lalu, ia pun memutuskan
dan membenarkan tuturan sang ibu. Bahwa selama ini, ia dan keluarga sibuk
dengan usaha penjualan bubur ayam yang dimilikinya. Namun, sampai lupa waktu
dan kebersamaan yang seharusnya ada ditengah-tengah keluarga mereka. Bukan
hanya terus-menerus mengurusi pembeli. Dari percapakan tersebut jelaslah bahwa
sikap bijaksana yang dimiliki oleh H. Sulam yang akan direalisasikan kepada
sang adik ipar (Robby).
(5)
Percaya Diri
Data
12
Hansip
Malih :Justru ane kesini ni bang
H. mau cek and ricek ke bang H.
H.
Sulam :Eh Lih, lo dengar
ni ye. Adik gue Si Robby sekarang lagi ada di Papua. Lagi bikin menara buat
hendpon. Enak aja lo kalo ngomong, ditahan-ditahan-ditahan. Jidat lo yang
ditahan? Ya udah deh, sono!
(konteks data : episode 1)
Data 12
di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang percaya diri, hal ini terlihat
terlihat dalam percakapan H. Sulam dengan seorang hansip di kampungnya yang
bernama Malih, pada suatu pagi di halaman rumah saat ia sedang mengelap
mobilnya. Tuturan yang dilontarkan oleh H. Sulam terhadap hansip Malih,
merupakan realisasi sikap percaya diri yang ada dalam dirinya, yang terwujud
dalam ucapannya. Bahwa ia menegaskan kepada sang hansip dengan rasa percaya
diri yang besar, kalau adik iparnya (Robby) saat ini sedang berada di Papua dan
sedang membangun menara untuk alat telekomunikasi udara, di tempat tersebut. Selain
itu, ia pun menegaskan kembali kepada hansip tersebut, bahwa adiknya tidak
ditahan dan tidak akan pernah ditahan oleh polisi dengan tuduhan apapun itu. Ucapan
H. Sulam tersebutlah yang mendeskripsikan kepribadian percaya diri dalam
dirinya dan kepercayaannya kepada sang adik.
Data 13
Hj.
Rodhiyah :Ada apa lagi sih,
Bang?
H.
Sulam :H. Muhidin, emang
mau ngejatuhin gue di depan jamaah keknya. Emang dia tu, sumber gosipnya.
(konteks
data : episode 2)
Data 13 di atas juga mendeskripsikan
karakter tokoh H. Sulam yang percaya diri. Terlihat dalam dialog percakapan
antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) dalam data 1 di atas,
menunjukkan karakter percaya diri yang dimiliki oleh dirinya. Sikap percaya
dirinya tersebut direalisasikan dalam tuturannya, yang menyatakan bahwa H.
Muhidin memang ingin menjatuhkan dirinya di depan majelis. Selain itu, dengan
percaya diri yang tinggi, ia pun menyatakan kepada sang istri ketika berada di
meja makan usai pulang dari majelis tersebut, bahwa H. Muhidin lah sumber gosib
tentang adik iparnya di kampung ini. Hal ini terlihat jelas bahwa rasa percaya
diri yang dimilikinya membuat dia secara gamblang menyatakan kalau H. Muhidin
adalah dalang dari masalah yang timbul akhir-akhir ini dalam keluarganya.
Data
14
Hj.
Rodhiyah :Ya Bang lawan dong.
H.
Sulam :Emang gue lawan.
Kalo gue gak lawan, makin kurang ajar dia.
(konteks data : episode 2)
Data
2 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang percaya diri. Hal ini terlihat dalam kelanjutan
dialog yang berlangsung dengan sang istri di meja makan pada suatu malam, usai
H. Sulam pulang dari majelis di mesjid. Pernyataan yang dilontarkan oleh H.
Sulam setelah mendengar tuturan sang istri, menunjukkan karakter percaya diri
yang terdapat pada dirinya. Hal ini terlihat dari ucapannya yang menyatakan
bahwa, ia dengan tegas melawan apa yang dituduhkan oleh H. Muhidin tentang sang
adik. Bahkan ia juga menyatakan kepada istrinya, kalau ia tidak membantah, maka
H. Muhidin akan semakin kurang ajar terhadapnya dan tidak akan berhenti
menggosipi si adik dengan berbagai tuduhan yang belum jelas kebenarannya.
Dengan alasan inilah, ia menunjukkan kepercayaan dirinya dihadapan H. Muhidin,
yang sama sekali tidak menyukai akan kesuksesan yang dimiliki oleh keluarganya
dan adik iparnya yang akrab disapa Robby.
(6) Sabar
Data 15
Hj.
Rodhiyah :Apa yang salah dari
kita, Bang? Ada aja fitnah yang menimpa kita.
H.
Sulam :Ya mana gue tau,
Roh. Mungkin tu ujian dari Allah atau apa kali.
(konteks data : episode
2)
Data 15
di atas melukiskan karakter H. Sulam yang sabar, terlihat jelas melalui percakapan
H. Sulam dengan sang istri (Hj. Rodhiyah) yang berlangsung di warung
bubur ayam miliknya, sesampai sang istri pulang berbelanja dari Mini Market H.
Muhidin. Ucapan yang diucapkan oleh H. Sulam selesai mendengar tuturan sang
istri mendeskripsikan karakter sabar yang dimiliki oleh dirinya. Hal ini terlihat
melalui tuturannya, dengan menyatakan bahwa ia tidak tahu menahu tentang apa
sebenarnya yang terjadi dalam keluarganya akhir-akhir ini. Namun ia hanya
menegaskan kepada sang istri kalau semua itu adalah ujian yang diberikan oleh Allah
kepada keluarga mereka, agar mereka lebih memiliki meningkatkan lagi rasa sabar
dalam menghadapi berbagai ujian tersebut.
Data
16
Emak
Haji :Eh, eh, Kenapa muka
lo, kayak ayam ketelan kapur. Kenapa? Soal sumbangan lagi?
H.
Sulam :Soal Si Robby,
makin panjang aja, dah. Lagian juga tu anak. Ah, udah ah, gak usah diomongin
dah.
(konteks data : episode 2)
Data 16
di atas juga merupakan pendeskripsian karakter sabar yang dimiliki oleh sosok
H. Sulam. Hal ini terlihat saat berlangsungnya percakapan antara H. Sulam
dengan Emak Haji, di ruang makan saat ia pulang dari mesjid. Sikap sabar sosok
tukang bubur yang satu ini, terlihat jelas saat ini menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh ibunya (Emak Haji). Lantas ia menunjukkan sikap sabar tersebut dengan hanya
memberitahukan apa masalah yang terjadi sehingga membuat ia kesal. Namun, sabar
lah yang menjadi pembalut tuturannya sehingga ia pun tidak mau membahas dan
memperpanjang lagi masalah yang dialaminya saat berada di mesjid, tadi.
Cukuplah hal yang dirasakannya tersebut hanya untuk dia seorang, dan tidak
perlu dibesar-besarkan lagi.
(7)
Disiplin
Data 17
Mang
Ojo :Atuh jangan menyerah
begitu Buk Hj. Kalo Si Robby emang lagi kerja, ya kita harus lawan.
H.
Sulam :Nah, tu dia
masalahnya Mang Ojo, Si Robby tu udah sebulan kagak nelpon gue, gue kan kagak
tau, apa dia bekerja atau kagak atau gimana.
(konteks
data : episode 2)
Data 17 di atas menunjukkan
karakter disiplin yang terdapat pada sosok H. Sulam. Terlihat jelas dalam
percakapan antara H. Sulam dengan Mang Ojo, yaitu salah satu karyawan yang
bekerja di warung bubur ayam miliknya, percakapan ini berlangsung saat Hj.
Rodhiyah sedang menangis di warung. Karakter disiplin yang dimiliki oleh H.
Sulam tercemin dalam ucapannya yang menjawab pernyataan Mang Ojo, yaitu ia
sedikit kecewa dengan sang adik ipar (Robby) karena sudah sebulan ia tidak
mengabari ke keluarganya tentang keberadaannya dan bagaimana keadaannya. Sehingga
H. Sulam pun tidak dapat memastikan apakah ia disana bekerja seperti yang
diberitahukan olehnya saat pergi atau malah melakukan hal yang lain. Dengan ucapan
H. Sulam inilah terlihat jelas karakter disiplin yang dimilikinya, yang
disesalinya karena tidak diterapkan pada adik iparnya.
Data
18
Hj.
Rodhiyah :Jadi, Abang juga
nuduh Si Robby ditahan polisi, gitu Bang? Abang tega.
H.
Sulam :Gak Roh, gak.
Cuma gue kesal aja sama Si Robby. Katanya anak sekolahan, harusnya dia kan
mikir, ni keluarganya disini mikirin dia, nunggu berita dari dia. Dia selamat
atau gimana kan kita kagak tau. Ni kagak, kek kebo dungkul. Nelpon kagak, apa
kagak. Orang jual pulsa disana kan banyak, tinggal sepuluh ribu apa dia kagak
ikhlas.
(konteks data : episode 2)
Data 18 di atas juga
merupakan pendeskripsian karakter disiplin yang dimiliki oleh H. Sulam. Hal ini
terlihat melalui percakapan antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah),
percakapan ini berlangsung di warung bubur saat Hj. Rodhiyah pulang berbelanja pada
Mini Market H. Muhidin. Dalam percakapan ini, menggambarkan karakter disiplin
H. Sulam yang terlihat lewat ucapannya yang membantah pernyataan istrinya. Bahwa,
ia kesal dengan sikap adik iparnya, karena adiknya tersebut tidak memikirkan
kalau keluarganya disini mengkhawatirkan bagaimana keadaannya disana. Sikap
disiplin yang dimiliki H. Sulam tersebut terealisasi melalui pernyataannya yang
kecewa kepada Robby. Seharusnya ia bisa mengabari keluarganya, misalnya telpon.
Sehingga H. Sulam dan keluarga disini tidak mencemaskan keadaannya disana.
(8)
Humoris
Data 19
Emak
Haji :Kenapa Roh, sakit?
Lam, Lam. Bawa aja ni dia ni ke puskesmas. Ni, Mak kalo kepala ni senut-senut
ni, Mak di sono. Dokternya baik, ganteng lagi. Bawa aja deh sono!
H.
Sulam :Bukan kepalanya
yang sakit, ni hatinya. Hatinya lagi sakit.
Emak
Haji :Astagfirullahalazim,
lo. Lefer tu lefer, bahaya.
H.
Sulam :Ya udah tenang,
entar Sulam bawa ke UGD.
(konteks data : episode 2)
Data 19
di atas menunjukkan karakter humoris yang dimiliki oleh H. Sulam. Percakapan yang
berlangsung antara Emak Haji dengan H. Sulam dalam data di atas merupakan perwujudan
karakter humoris sosok tukang bubur yang tercermin dalam tuturannya menjelaskan
kepada Emak Haji dengan santai, ia pun menyatakan bahwa istrinya bukan sakit
kepala melainkan sakit hati. Lalu, dengan polos sang Emak pun terkejut dan
mengatakan kalau penyakit itu berbahaya, seraya meminta kepada H. Sulam untuk
membawa Hj. Rodhiyah untuk pergi ke puskesmas. Masih dengan decak humornya, H.
Sulam pun mengiyakan kalau nanti akan dibawa istrinya tersebut ke UGD. Pertuturan
yang diucapkan oleh H. Sulam tersebut merupakan pendeskripsian karakter humoris
yang terdapat dalam dirinya, yang berusaha menanggapi setiap persoalan dalam
hidup dengan tenang dan santai.
(9)
Konsisten
Data 20
H.
Muhidin :Ah, itu kan
perasaan adik Sulam saja.
Pertanyaan
saya, pertanyaan umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir, itu terserah Anda sendiri.
Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau tidak ada luka?
H.
Sulam :Masalahnya Pak H.
isu ini sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si Robby ditangkap
polisi dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke Bapak, bahwa satu
bulan ini dia gak kelihatan di kampung kita.
(konteks data : episode 2)
Data 20
di atas melukiskan karakter konsisten yang dimiliki oleh sosok H. Sulam.
Terlihat jelas melalui dialog percakapan yang berlangsung antara H. Sulam dengan
H. Muhidin di mesjid ketika usai kajian rutin setelah salat magrib, yang
terdapat dalam data di atas mendeskripsikan karakter konsisten yang dimiliki
oleh sosok H. Sulam. Kekonsistensian yang dimiliki oleh H. Sulam
tersebut terlihat jelas dari penuturannya yang membantah pernyataan H. Muhidin,
yang menyindir bahwa adik iparnya tersandung kasus narkoba. Ia dengan lantang
menyatakan bahwa, adik iparnya tidak kelihatan sudah sebulan ini di kampung,
bukan karena ia tersandung kasus narkoba, tetapi adik iparnya tersebut sedang
ada pekerjaan di luar pulau. Hal ini terlihat jelas, bahwa H. Sulam memiliki
sikap konsisten yang tinggi dalam perkataannya yang terang-terangan berani
membela sang adik dari tudingan yang dinyatakan oleh H. Muhidin di depan majelis
yang ada di mesjid. Ia yakin akan apa yang dilakukan sang adik tidak seperti
yang ditudukan oleh H. Muhidin.
(10)
Berjiwa Besar
Data 21
H.
Sulam :Roh, Roh!
Hj.
Rodhiyah :Apa lagi sih, Bang?
H.
Sulam :Maafin gue ya,
gue keceplosan.
(konteks
data : episode 2)
Data 21 di atas melukiskan karakter jiwa besar yang
dimiliki oleh H. Sulam, Percakapan yang berlangsung antara H. Sulam dengan Hj.
Rodhiyah, yaitu sang istri, dalam data di atas pada saat ia menghampiri sang
istri yang akan menuju kamar, menunjukkan karakter berjiwa besar yang terdapat
dalam pribadi sosok H. Sulam. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang dengan langsung
memanggil sang istri lalu segera meminta maaf kepada istrinya karena tidak sengaja
mengatakan sesuatu hal yang tidak mengenakkan dan tidak menyenangkan hati sang
istri, yaitu menyangkut masalah Robby. Sikap meminta maaf dengan segera yang
ditunjukkan oleh H. Sulam dalam dialog percakapan di atas dengan istrinya
menunjukkan sikap jiwa besar yang dimiliki oleh H. Sulam, yang tanpa rasa malu
atau gengsi sedikit pun untuk melakukannya. Hal ini juga dikarenakan ia
bukanlah tipikal orang yang tinggi hati, sehingga ia dapat melakukan hal
tersebut.
2)
Karakter
Tokoh H. Muhidin
Berikut penjelasan kutipan
data yang menggambarkan karakter tokoh H. Muhidin:
(1)
Iri Hati
Data 1
Rumana
:Umi kok ngomongnya kek gitu sih? Harusnya kita senang lo liat tetangga maju.
H. Muhidin
:Iya, kalo majunya usaha kerasnya kita patut senang dan bangga. Tetapi, kalo
majunya dengan kebetulan siapa juga bisa maju. Ini yang dapat dari lotrelah,
yang dapat dari pengusaha, hadiahlah. Apaan?
Rumana
:Gak Abah, di dalam Islam itu gak ada yang namanya kebetulan, semuanya itu
pasti udah direncanain sama Allah.
(konteks
data : episode 1)
Data 1 di atas melukiskan karakter iri hati yang dimiliki oleh
H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Rumana dalam
data di atas, pada saat melihat gerobak-gerobak bubur H. Sulam yang lewat
dihadapan mereka menunjukkan karakter iri hati yang terdapat dalam pribadi
sosok H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang dengan langsung membantah
ucapan sang anak/Rumana, bahwa majunya usaha kalau bukan karena usaha sendiri
tetapi hanya karena menang undian atau lotre atau hadiah dari orang lain,
bukanlah hal yang patut dibanggakan. Dari pernyataannya tersebut terlihat jelas
adanya rasa kurang senang melihat orang lain berhasil dan sukses, yang dimiliki
oleh H. Muhidin. Hal ini juga bisa disebabkan karena ia juga ingin mendapatkan
hal yang sama dengan apa yang dicapai oleh H. Sulam.
(2)
Sombong/Suka Pamer
Data 2
Warga
:Kok gak ikut syukuran di rumahnya pak H. Sulam?
H. Muhidin
:Iya ni, baru dari bandara jemput anak gue.
Warga
:Oya, yang katanya sekolah di Mesir.
H. Muhidin
:Iya… iya… semata wayang.
(konteks data : episode 1)
Data 2 di atas melukiskan karakter sombong/suka pamer yang
dimiliki oleh H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan warga
dalam data di atas, pada saat ia sampai di depan mini marketnya dan berjumpa
dengan warga menunjukkan karakter suka pamer yang terdapat dalam pribadi H.
Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menjawab pertanyaan salah seorang
warga yang menanyakan mengapa beliau tidak ikut menghadiri syukuran H. Sulam. Ia
menyatakan bahwa ia baru sampai dari bandara menjemput anaknya yang semata
wayang. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya rasa sombong yang
dimiliki oleh H. Muhidin, yang memamerkan kepada warga desanya kalau dia tidak
menghadiri acara syukuran H. Sulam karena ia memiliki kegiatan lain yang lebih
penting, yaitu menjemput anak semata wayangnya yang pulang dari Mesir.
Data 3
Hansip Tarmidzi :Kan Mesir – Jakarta jauh Pak H. tiketnya mahal.emang Pak H.
sanggup?
H. Muhidin
:Namanya juga anak semata wayang, ya disanggup-sanggupin dong. Eh, gimana?
Katanya mau maju.
(konteks
data : episode 1)
Data 3 di atas mendeskripsikan karakter sombong/suka pamer yang
terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin
dengan hansip Tarmidzi dalam data di atas, pada saat sang hansip yang satu ini
sampai di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter suka pamer yang terdapat
dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang memberi pernyataan
atas pertanyaan hansip Tarmidzi, bahwa ia akan menyanggupi keperluan anak
semata wayangnya, dikarenakan ia ingin anaknya maju berbeda dengan keluarga H.
Sulam. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya rasa sombong yang dimiliki
oleh H. Muhidin, yang memamerkan bahwa ia sanggup melakukan apapun untuk anak
semata wayangnya, seperti yang diungkapkannya kepada hansip Tarmidzi.
Data 4
H. Rasyidi
:Emang hebat Si Rumana tu, dia bisa kuliah di luar negeri”Alazar”, gak gampang
tu H. saingannya berat. Paling enggak, dia mesti hafal satu dua juz Alquran
berikut tafsirnya.
H. Muhidin
:Urusan itunya H. itu Rumana sendiri. Saya mah, terima bersih aja. Nah, urusan
biaya gue deh. Termasuk sama istri gue ni sampai jungkir balik.
(konteks
data : episode 1)
Data
4 di atas mendeskripsikan karakter sombong/suka pamer yang dimiliki oleh H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung
antara H. Muhidin dengan H. Rasyidi dalam data di atas, pada saat H. Rasyidi
bersilahturrahmi ke rumah H. Muhidin menunjukkan karakter suka pamer yang
terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang
memberi pernyataan yang seharusnya tidak diminta oleh H. Rusyidi. Ia menyatakan
bahwa ia maunya terima bersih saja, Rumana sendiri yang harus berusaha mendapatkan
prestasi terbaik di Mesir. Rasa sombongnya itu juga terlihat dalam ucapannya
yang menyatakan bahwa urusan biaya Rumana disana ia sendiri bersama istri yang
akan tanggung dan cukupi. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya rasa
sombong yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang memamerkan bahwa dia lah yang
mengeluarkan segala biaya yang dibutuhkan Rumana.
(3)
Suka Menyindir
Data 5
H. Rasyidi
:Alhamdulillah, bagus itu. Anak Bapak juga, dia ambil S2. Jurusannya Hukum
Syariah di UIN.
H. Muhidin :Kok bisa cocok sih H. Lantas gimana tugas di
DPRnya kagak keganggu?
(konteks
data : episode 1)
Data 5 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir
yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H.
Muhidin dengan H. Rasyidi dalam data di atas, pada saat H. Rasyidi
bersilahturrahmi ke rumah H. Muhidin menunjukkan karakter suka menyindir yang
terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menanyakan
kepada H. Rusyidi tentang bagaimana tugas anak H. Rusyidi di DPR, apakah tidak
terganggu karena dia ambil S2. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin
tersebut dikarenakan H. Rusyidi sering menceritakan tentang keberhasilan anaknya.
Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H.
Muhidin kepada H. Rusyidi.
Data 6
H. Muhidin
:Ye, namanya juga anak Periuk. Tau kan pergaulannya, mesti hati-hati nyari
teman, Roh.
Hj. Rodhiyah
:Pak H. Jangan teka-teki begitu deh. Si Robby tu baik-baik aja Pak H. Dia tu
lagi kerja, emangnya kenapa sih?
(konteks
data : episode 2)
Data 6 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir
yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H.
Muhidin dengan Hj. Rodhiyah dalam data di atas, pada saat Hj. Rodhiyah
berbelanja di mini market H. Muhidin menunjukkan karakter suka menyindir yang
terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menyatakan
kepada Hj. Rohdiyah tentang adik Hj. Rodhiyah/Robby, kalau yang namanya anak Periuk
itu pergaulannya harus hati-hati dalam memilih teman. Sindiran yang dilontarkan
oleh H. Muhidin tersebut seolah-olah ditujukan kepada Robby yang salah memilih
teman dalam bergaul. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran
yang dilontarkan oleh H. Muhidin kepada Hj. Rodhiyah.
Data 7
H. Muhidin
:Emangnya Si Sulam sudah lancar nyetir mobilnya, kagak perlu Si Robby lagi.
Hj. Rodhiyah
:Demi Allah Pak H. Robby itu lagi kerja di Papua. Kok tega-teganya menyebar
fitnah begitu. Robby itu anaknya baik.
(konteks
data : episode 2)
Data 7 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir
yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H.
Muhidin dengan Hj. Rodhiyah dalam data di atas, pada saat Hj. Rodhiyah
berbelanja di mini market H. Muhidin menunjukkan karakter suka menyindir yang
terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menanyakan
kepada Hj. Rohdiyah kalau H. Sulam memangnya sudah lancar menyetir mobil,
sehingga tidak membutuhkan bantuan Robby lagi? Sindiran yang dilontarkan oleh
H. Muhidin lewat pertanyaannya tersebut seolah-olah ditujukan kepada Robby yang
tidak kelihatan di kampung memang sedang terjerat masalah, bukan karena H.
Sulam telah bisa menyetir dan tidak membutuhkan bantuannya untuk menyetir lagi.
Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H.
Muhidin kepada Hj. Rodhiyah tentang adiknya, Robby.
Data 8
Hj. Maemunah
:Ya, alasan apa juga masuk di akal, mau kerja di luar Jawa juga, kenapa gak
sekalian bilang aja kerja ngikut TKI ke Malaysia. Ya gak.
H. Muhidin
:Tapi malu juga dong, Mi. Namanya kalo ada keluarga yang masuk bui.
(konteks
data : episode 2)
Data 8 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir
yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H.
Muhidin dengan Hj. Maemunah dalam data di atas, pada saat Hj. Maemunah berprasangka
buruk kepada Robby, disusul dengan tanggapan dari H. Muhidin yang menunjukkan
karakter suka menyindir yang terdapat dalam dirinya. Hal ini terlihat dari
tuturannya berupa sindiran tentang sangkaan buruk yang dituturkan oleh Hj.
Maemunah. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pernyataannya
tersebut seakan-akan membenarkan sangkaan buruk Hj. Maemunah tentang Robby,
adik Hj. Rodhiyah, bahwa Robby memang masuk penjara. Dari ujarannya tersebut
terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin dengan
membenarkan tuduhan H. Maemunah tentang masalah Robby.
Data 9
Hj. Maemunah
:Orang Cuma nanya doang, dianya aja yang tersinggung.
Rumana
:Iya Umi, tapi kan kasian istrinya Bang Sulam. Kesini kan dia mau belanja, tapi
malah dibikin malu.
H. Muhidin
:Kalo kagak ada asap, kagak ada apinya. Berita itu ada tentu ada sebabnya. Lo
jangan terlalu bela dia deh Rum, ah.
(konteks
data : episode 2)
Data 9 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir
yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H.
Muhidin dengan Hj. Maemunah dan Rumana dalam data di atas, pada saat ketiganya
berdebat hebat di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter suka
menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya,
yang membantah ucapan Rumana, bahwa tidak mungkin akan ada asap kalau tidak ada
apinya. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pernyataannya tersebut
seolah-olah ditujukan terhadap berita yang beredar tentang Robby. Dari
ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H.
Muhidin atas berita yang beredar tentang Robby.
Data 10
Pak Ustad Zakaria
:Silahkan Pak H. Muhidin, tapi jangan panjang-panjang.
H. Muhidin
:Bagaimana hukumnya kalo ada di antara keluarga dekat kita, yang berbuat keji.
Misalnya menjadi pengedar narkoba? Bukankah kita telah diperintahkan Allah
untuk menjaga keluarga kita. Kuu Anfussakum Waahlikum naaraa. Jagalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka. Mohon penjelasannya, Pak Ustad.
(konteks
data : episode 2)
Data 10 di atas mendeskripsikan karakter suka
menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Tuturan yang dilontarkan oleh H.
Muhidin saat mengajukan pertanyaan di mesjid dalam suatu majlis pengajian dalam
data di atas menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H.
Muhidin. Hal ini terlihat jelas dari sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh H.
Muhidin, ia menyakan tentang kasus narkoba, yang jelas-jelas jauh berbeda
dengan tema yang dibahas. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pertanyaannya
tersebut sebenarnya ditujukan langsung terhadap berita yang beredar tentang
Robby. Dari pertanyaan tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan
oleh H. Muhidin atas berita yang beredar tentang Robby.
Data 11
H. Muhidin
:Ah, itu kan perasaan adik Sulam saja.
Pertanyaan saya, pertanyaan
umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir, itu terserah Anda sendiri.
Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau tidak ada luka?
H. Sulam :Masalahnya Pak H. isu ini
sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si Robby ditangkap polisi
dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke Bapak, bahwa satu bulan
ini dia gak kelihatan di kampung kita.
H.
Muhidin :Sebaiknya, kalo
emang ada masalah gak usah ditutup-tutupilah. Saya mengutarakan ini, karena
kecintaan saya kepada H. Sulam karena kita sama-sama jamaah mesjid ini.
(konteks
data : episode 2)
Data 11 di atas mendeskripsikan karakter suka
menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Perdebatan yang berlangsung
antara H. Sulam dengan H. Muhidin saat majlis pengajian dalam data di atas
menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal
ini terlihat jelas dari pernyataan H. Muhidin yang menyatakan bahwa untuk apa
harus perih kalau memang tidak ada luka, yang dituturkan kepada H. Sulam yang
membela adiknya. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pernyataannya
tersebut sebenarnya ditujukan langsung terhadap berita yang beredar tentang
Robby. Dari pertanyaan tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan
oleh H. Muhidin atas berita yang beredar tentang Robby.
(4)
Mengadu Domba
Data 12
Hansip
Tarmidzi :Hah, ditangkap?
Hj.
Maemunah :Kek kagak tau aja,
dia kan anak Periuk, kan tau sendiri bagaimana kelakuan anak Periuk. Bisa-bisa
ni dia kelibat sama narkoba. Ini yang bikin gue jadi ngeri banget-banget deh.
H.
Muhidin :Eh, kalo benar
dia sudah satu bulan kagak kelihatan, berarti dia benar ditahan polisi. Ya
bagaimana ya, di sini dia dibutuhkan sama Si Sulam tuk nyetir mobilnya. Ya
maklum, punya mobil kagak punya nyali untuk nyetir sendiri.
(konteks
data : episode 1)
Data 12 di atas mendeskripsikan karakter mengadu domba
yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H.
Muhidin dengan Hj. Maemunah dan hansip Tarmidzi dalam data di atas, pada saat
ketiganya berada di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter suka
mengadu domba yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari
tuturannya, yang menyatakan bahwa kalau memang Robby tidak kelihatan sudah satu
bulan, berarti dia benar ditahan polisi. Padahal, ia tidak mengetahui kebenaran
akan hal tersebut. Namun, dengan lantang ia membenarkan hal tersebut. Pernyataan
tersebutlah yang menunjukkan adanya sikap adu domba yang dimiliki oleh H.
Muhidin atas sesuatu yang belum jelas kebenarannya, tapi H. Muhidin malah
semakin membesar-besarkan masalah tersebut.
(5)
Angkuh
Data 13
Rumana :Bah, kalo apa yang
Abah tuduhin itu semua, gak benar. Abah bisa dilaporin ke polisi. Itu sama aja,
Abah udah mencemarkan nama baiknya Bang Robby, Bah.
H.
Muhidin :Silahkan aja,
kalo memang Robby kagak ditahan polisi, buktiin dong, bahwa dia itu orang baik.
Ini kagak.
(konteks
data : episode 2)
Data 13 di atas mendeskripsikan karakter angkuh yang
terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin
dengan Rumana dalam data di atas, pada saat berada di mini market milik H.
Muhidin menunjukkan karakter angkuh yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal
ini terlihat dari tuturannya, yang membantah tuturan Rumana dengan rasa
angkuhnya yaitu jika memang Robby tidak ditahan, buktikanlah. Ini tidak. Pernyataan
tersebutlah yang menunjukkan adanya sikap angkuh yang dimiliki oleh H. Muhidin,
yang yakin akan tuduhannya terhadap Robby adalah benar, ketika membantah
tuturan Rumana tentang masalah Robby.
Data 14
Hj.
Maemunah :Udah deh Rum, lo
gak usah ngebelain dia. Masa depannya aja kagak jelas. Tau gak, kagak jelas.
Lagi, lo jangan berharap, Umi bakal ngeredoin lo. Kalo jadi bininya dia. Ingat
lo, ya. Maaf, ya.
H.
Muhidin :Amit-amit,
kalo gue sampai jadi mertuanya si anak yang kagak tau sopan santun, tu.
Rumana :Ya, Rum kan cuma
kasih tau Umi sama Abah aja. Kalo fitnah itu dosa besar.Udah itu aja.
(konteks
data : episode 2)
Data 14 di atas mendeskripsikan karakter angkuh yang dimiliki
oleh sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin, Hj.
Maemunah dan Rumana dalam data di atas, pada saat berada di ruang tamu
menunjukkan karakter angkuh yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini
terlihat dari tuturannya, yang menyatakan kepada istrinya, Hj. Maemunah kalau
dia tidak akan sudi mempunyai menantu seperti Robby. Pernyataan tersebutlah
yang menunjukkan adanya sikap angkuh yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang seakan-akan
dirinya jauh lebih baik, dan akan mendapat menantu yang bukan seperti Robby
tetapi lebih baik dari dia.
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan tentang karakter
tokoh H. Sulam sebagai tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur
Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu pada episode 1 dan episode 2 yang telah dipaparkan dalam bab IV, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1)
Karakter tokoh H. Sulam sebagai tokoh utama
dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji”
tayangan RCTI, merupakan sosok pribadi yang memiliki karakter yang dapat
dicontoh dan dapat diterapkan dalam kehidupan keseharian, hal ini dikarenakan
karakter yang dimilikinya tersebut, secara keseluruhan berkategori baik dan
bisa dijadikan panutan dalam bermasyarakat. Sedangkan karakter tokoh H. Muhidin
yang juga merupakan tokoh utama, tidaklah dapat diambil sebagai contoh sebagai
terapan dalam kehidupan, hal ini dikarenakan karakter yang melekat pada tokoh
ini berkategori kurang baik dan tidak dapat dijadikan panutan dalam
bermasyarakat.
2)
69
|
3)
Mat Solar yang memerankan tokoh H. Sulam dan
Latief Sitepu sebagai pemeran tokoh H. Muhidin, keduanya merupakan tokoh utama
dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” yang
ditayangkan oleh stasiun TV RCTI. Mat Solar adalah tokoh yang mendapatkan skrip
naskah dengan karakter yang dapat dicontoh, baik itu dikalangan para pemain
lain dalam sinetron tersebut maupun dapat diterapkan dalam pribadi masing-masing
penonton sinetron ini. Kepiyawaiannya dalam memerankan tokoh H. Sulam patut
diacungi jempol. Sedangkan Latief Sitepu adalah tokoh
yang mendapatkan skrip naskah dengan karakter yang kurang baik, dan tidak
sepantasnya diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka
penulis menyarankan kepada berbagai pihak yaitu sebagai berikut :
1)
Karakter yang dimiliki oleh H. Sulam dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, patutlah dicontoh. Hal ini
dikarenakan karakter yang melekat pada sosok tukang bubur yang satu ini merupakan
pribadi yang dapat memposisikan dirinya dalam berkomunikasi dengan sesama.
Sehingga ia dapat menentukan sikap dalam bergaul dan dalam bertindak. Sedangkan
karakter yang dimiliki oleh H. Muhidin, selayaknya untuk tidak dijadikan
panutan, dikarenakan karakternya tersebut tidak membawa pengaruh positif dalam
hidup bermasyarakat.
2)
Melalui penelitian ini diharapkan kepada
mahasiswa khususnya mahasiswa prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah agar lebih mendalami tentang kajian
fiksi yaitu mengenai karakter yang melekat pada pribadi setiap tokoh, sehingga dapat
dengan mudah ia memahami kepribadian setiap tokoh dalam fiksi. Hal ini lebih
memperkuat jati diri mahasiswa tersebut sebagai bagian dari mahasiswa prodi Bahasa,
Sastra Indonesia dan Daerah.
3)
Melalui penelitian ini, peneliti mengharapkan juga kepada
prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah agar memperhatikan lagi materi perkuliahan
tentang pengkajian fiksi dari segi menelaah karakter setiap tokoh dalam fiksi
tersebut melalui berbagai cara, misalnya dengan menyajikan bahan bacaan yang bermutu dan tenaga pendidik yang
berkualitas serta ahli
dibidangnya.
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya
Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Endraswara,
Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : Caps.
Depdiknas.
2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi
Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.
Fathurrahman. 2009. Dasar Hukum Persinetronan Indonesia. Jakarta: Depkominfo.
Labib. 2002. Pengertian
dan Jenis Sinetron. (www.google), diakses pada
01 Januari 2014.
Kutha Ratna, Nyoman.
2010. Teori, Metode dan
Teknik Penelitian Sastra. Denpasar:
Pustaka Pelajar.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori
Pengkajian Fiksi. Jakarta: Gajah Mada University Press
Panitia Penyusun. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi.
Matangglumpangdua : FKIP Universitas
Almuslim.
Pujianto. 2010. Karakter Tokoh dalam Karya Fiksi. (www.google.com),
diakses pada 01 Januari 2014.
Saleh. 2001. Teori-teori
Psikologi Tokoh. (www.google.com), diakses
pada 01 Januari 2014.
Semi, Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.
Sugiono. 2010. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Wikipedia. Tukang Bubur Naik Haji The Series. (www.google.com), diakses pada 01 Januari 2014.
72
|
Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian
Sastra. Jakarta Book Publisher: Jakarta.ra. Bandung: Angkasa.
Sugiono. 2010. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Wikipedia. Tukang Bubur Naik Haji The Series. (www.google.com), diakses pada 01 Januari 2014.
72
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar