Minggu, 05 April 2015

Analisis nilai romantis dalam novel ”Pada Sebuah Kapal” karya Nh. Dini

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1     Hasil Penelitian
          Adapun hasil penelitian tentang nilai romantis dalam novel ”Pada Sebuah Kapal” karya Nh. Dini, terdapat beberapa jenis nilai romantis di dalamnya. Maka penulis menjabarkan data yang menggambarkan nilai-nilai romantis tersebut, yaitu sebagai berikut:
Data 1
”Aku katakan kepadanya, bahwa tidak usah sebagai pramugari kalau memang aku mau seorang laki-laki masuk ke dalam kamarku, aku tentu akan memasukkannya.” (halaman 24)

Data 2
”Memang aku senang kepadanya. Orangnya baik dan cakap. Lagi pula dia tidak keluar malam dengan aku saja. Dia juga keluar dengan gadis-gadis lain. Bahkan dengan wanita-wanita yang jauh lebih manis daripadaku.” (halaman 48)

Data 3
”Kau mencemoohku,” aku menuduhnya.
”Kau begitu manis. Tadi di becak aku hampir memelukmu.” (halaman 54)

Data 4
”Begitu besar daya tariknya,” kataku perlahan. ”Kau yang kukira kebal akan godaan cinta dan perasaan sejenis.” (halaman 83)

Data 5
”Dia mengatakan bahwa dia suka kepadaku. Kuhitung sudah lebih dari empat orang yang menciumku, Sri. Tapi, selama itu aku tidak pernah merasakan tekanan kehendak yang merangsang sampai ke kepala. Dengan dia lain sekali. Hanya dengan mengingat namanya, hanya dengan melihat dia di sana, aku merasa tubuhku memanas, dan ketika dia memelukku, dengan tidak kusadari aku telah membalas dengan sikap yang kini kupikir terlalu langsung.” (halaman 83)

Data 6
28
 
”Mengapa kau tidak mau kalau ada orang lain di rumah penginapan? Apakah itu disebabkan karena kau ingin bersendiri denganku?” suaraku kupaksa keluar dan menyambung. ”Kau ingin memilikiku? Kau ingin tidur dengan aku? (halaman 111)
Data 7
”Aku ingin kau mencintaiku. Semula aku berpikir kalau aku telah berhasil memilikimu sekali, kukira kau akan terikat kepadaku. Aku mencintaimu, Sri.” Diambilnya tanganku dan digenggamnya.” Kau mau menjadi istriku?” (halaman 113)

Data 8
”Tidak, Carl,” bisikku untuk menguatkan diri. ”Tidak. Aku tidak bisa berbuat itu.” (halaman 145)

Data 9
”Kita akan menempatkan diri di antara mereka, sesudah itu Anda memilih pasangan lain sesuka hati,” sambungnya membujuk. (halaman 161)

Data 10
”Tidak.”
Matanya, ah, matanya yang menancapkan rasa berahi.
”Pergilah,” seperti tak berdaya suaraku semakin lirih. (halaman 171)

Data 11
”Aku tidak bisa menciummu di sini,” katanya. (halaman 178)

Data 12
”Kau mau supaya aku terus menari?”
”Tentu saja. Tanganmu, tubuhmu, matamu, semuanya hanya bisa dimiliki oleh seorang penari. Jari-jarimu panjang dan pipih.” (halaman 180)

Data 13
”Aku kepanasan,” kataku menjelaskan sikapku.
Dia tersenyum. Ditolongnya aku membuka baju tebalku.
”Kau manis sekali,” katanya, lalu dipegangnya aku, dipandanginya dari jarak yang cukup jelas. (halaman 197)

Data 14
”Kalau perlu aku akan membuat kesalahan di sini juga,” dan ditariknya tubuhku, dia mencari bibirku. (halaman 203)

Data 15
”Tidak. Jangan di sini,” katanya terengah di bawah tekanan napasku yang semakin memanas.
”Di mana?”
”Di tempatku. Kutunggu kau di lumbung.”
”Sekarang?”
”Nanti malam jam sebelas.” (halaman 242)


Data 16
”Kau tidak kedinginan?” tanyaku untuk mengulur waktu.
”Tidak. Kau?
”Tidak.”
”Berbaringlah di sampingku.” (halaman 244)

Data 17
”Kau bisa membuka baju panasmu kalau kau mau. Mari kutolong.” Sebelum aku sadar, Francoise telah berdiri di sampingku serta menolongku mengeluarkan kepala, lalu kedua lenganku dari kemeja wol.
”Kau lebih tampan dengan baju tipis begini.” (halaman 268)

Data 18
”Ya. Sekarang Anda tidak akan saya lepaskan.”
”Bagaimana?”
”Saya tidak akan membiarkan Anda berdansa dengan orang lain.”
”Tapi Anda tidak akan berbuat demikian,” sesalnya. (halaman 322)

Data 19
”Kalau kau tidak ingin kawin sekarang, kita bertunangan dulu. Sekembaliku dari luar negeri kita bisa kawin,” katanya. (halaman 53)

Data 20
”Kukira dia yang mencintaiku. Dalam beberapa tahun ini kalau tidak ada perubahan dengan diriku, dia akan kuminta mengawiniku.” (halaman 61)

Data 21
”Aku tidak mencintainya. Aku sudah mempunyai seorang pilot. Orang lain tidak berarti bagiku, kaya atau miskin.” (halaman 92)

Data 22
Beberapa saat kemudian dia membelai rambutku dan berbisik: ”Kalau kita kawin, aku ingin segera memberimu seorang bayi yang mungil.” (halaman 96)

Data 23
”Istriku dinas pagi besok,” katanya kalau kawan-kawannya mengajak kami berlarut-larut ke malam dansa, atau: ”Aku ada janji dengan istriku sore ini,” dan lain-lain ucapan lagi. (halaman 98)
Data 24
”Itu istriku,” jawabnya ketika ku tanyakan. ”Dia meninggal sepuluh tahun yang lalu.” (halaman 117)

Data 25
”Kau tidak melupakanku, bukan? Kau tidak lupa bahwa aku suka memancing. Kau tentunya juga tidak melupakan hari-hari kita berdua di tepi Kali Progo, kau memancing dan aku membuat gambar-gambar rumah-rumah bambu dan bukit-bukit pasir. Kau ingat semua itu, bukan?” (halaman 143)

Data 26
”Apakah kau tetap tidak mencintaiku?” akhirnya dia menoleh kepadaku. (halaman 145)

Data 27
”Kau akan merinduiku?” tanyanya. (halaman 179)

Data 28
”Tidak!” katanya sambil menggelengkan kepalanya.
”Tidak ada boneka-boneka di kapal?”
”Tidak ada yang seperti kau.” (halaman 198)

Data 29
”Kau bahagia?” tiba-tiba dia berbisik perlahan.
Aku tersenyum. ”Aku selalu bahagia bersama kau. (halaman 199)

Data 30
”Aku mencintaimu banyak sekali, tidak hanya sedikit,” dan wajahnya bersungguh-sungguh menatapku. ”Aku tidak mau kau berpikir yang bukan-bukan.  Aku cukup alim.” (halaman 199)

Data 31
”Mungkin karena aku terlalu mencintaimu. Kau tanpan. Kau bekarja jauh dari istrimu dalam waktu yang cukup lama. Dengan dia aku tidak cemburu. Istri dan anak-anakmu berhak atas dirimu dan atas kebahagiaan di sampingmu. Tetapi perempuan-perempuan lainnya? Mereka seperti aku, hanya kau temui di kapal dan di pelabuhan seolah untuk pengisi waktu persinggahanmu di pelabuhan. Kau akan melupakanku dengan cepat.” (halaman 200)

Data 32
”Aku menunggumu sejak kemarin malam sejak kita berpisah. Kini setelah kau datang kau hendak meninggalkanku tanpa aku bisa menciummu.” (halaman 202)

Data 33
”Kasih,” aku mencoba menjelaskan perasaanku. ”Aku mencintaimu. Aku bahkan terlalu mencintaimu hingga aku tidak berani memikirkan bagaimana jadinya seandainya kita kawin, lalu aku akan terpaksa tinggal seorang diri selama sebulan dua bulan karena kau berlayar hanya untuk tinggal bersamaku sepuluh hari atau beberapa minggu.” (halaman 205)

Data 34
”Kau tidak cemburu lagi? Dan dibuainya tubuhku perlahan.
”Kukira kecemburuan dapat hilang oleh rasa mengerti.”
”Dan kau cukup mengertiku? (halaman 206)

Data 35
”Aku tidak mau melihatmu menangis.”
Aku tidak menjawab, hanya menggelengkan kepala.
”Satu setengah bulan lagi aku kembali. Kau tidak akan melupakanku?”
Aku memaksa diriku tersenyum menjawabnya. ”Mungkin kau yang akan melupakanku.” (halaman 206)

Data 36
”Kita akan bertemu lagi,” katanya menghiburku. ”Semua tergantung kepada kekuatan kehendak kita.” (halaman 208)

Data 37
”Nicole,” panggilku.
Dia bergerak dan membuka matanya.
”Ah, kau,” disambutnya tanganku.
”Aku terlambat,” aku tidak tahu apa lagi yang mesti kukatakan. (halaman 244)

Data 38
”Aku mencintaimu, Michel. Kau tidak akan melupakanku, bukan?” (kesetiaan, halaman 276)

Data 39
”Maaf, ”Tuan. Saya telah menjanjikan dansa ini kepada komandan.” Tuan Haller yang semula tidak melihatku, menoleh ke belakang. Nyonya Vincent berdiri dan menyambut tanganku. (halaman 322)

Data 40
”Aku tidak tahu apakah kau pernah kehilangan seseorang. Waktu itu kami hampir kawin. Kehilangan dia bagiku waktu itu merupakan kehilangan masa depan.” (halaman 329)

Data 41
”Tidak ada kabar. Kukira kau tidak datang,” kataku seolah menyesalinya.
”Tetapi aku datang,” jawabnya dengan sederhana. (halaman 334)

Data 42
”Kalau begitu kau tidak melupakanku,” suaranya tidak bertanya, juga tidak memastikannya.
”Siapa yang dapat melupakan kau,” aku menjawabnya dengan nada yang sama. (halaman 335)
Data 43
”Tidak. Kau adalah bonekaku, penariku. Hanya untukku sendiri.” (halaman 336)

Data 44
”Kau lembut. Suatu hari nanti akan ada laki-laki yang mengatakannya dan yang memerlukan kelembutan itu. Dia akan mencintaimu.” (halaman 57)

Data 45
”Tangan penari,” katanya setengah berbisik. ”Aku benar-benar senang bisa mengenalmu. Kalau kita mempunyai anak, aku ingin dia menjadi seorang beradab, halus seperti ibunya. Dariku aku hanya memiliki kekasaran dan kekerasan tentera.” (halaman 79)

Data 46
”Maaf,” kudengar suaranya perlahan sekali. ”Aku terlalu memikirkan diri sendiri, terlalu egois. Mauku kau cepat kembali ke Jakarta. Bertemu dengan kau, berbicara dengan kau merupakan sesuatu yang mengasikkan bagiku.” Lalu tiba-tiba nada suaranya berganti, dia meneruskan. ”Kau seorang kawan yang tidak membosankan.” Tangannya diletakkannya sebentar di bahuku, lalu dia terjun ke kolam. (halaman 109)

Data 47
”Aku mencintaimu.” (halaman 112)

Data 48
”Aku tahu. Itu adalah kecelakaan yang patut disesalkan. Tapi itu telah berlalu. Aku hanya memintamu untuk berusaha mencintaiku sedikit.” (halaman 113)

Data 49
”Carl!” aku tersesak oleh nafasku sendiri, hanya dapat menyebut namanya.
”Aku bahkan bisa menyewa seluruh hotel ini hanya untuk bertemu dengan kau, meskipun buat waktu yang singkat,” suaranya sedih perlahan. (halaman 143)

Data 50
”Kau mau bukan? Kau mencintaiku?” (halaman 79)

Data 51
”Kalau aku tahu kau akan datang, aku tidak pergi dengan mereka,” perlahan aku memberanikan diri, aku merasa perlu untuk menjelaskan kelakuanku. ”Di tilgram kau mengatakan tidak bisa datang.” (halaman 90)



Data 52
”Aku tidak memintamu untuk mencintaiku,” kataku dan sambungku: ”Aku hanya minta supaya kau berpikir kepadaku kadang-kadang.”
”Tapi aku telah mencintaimu,” sahutnya. (halaman 180)

Data 53
”Aku tidak berhak bercampur tangan dalam hal ini,” kataku kemudian, ”Kau cukup dewasa untuk menerima dan mencernakan perlakuan orang terhadapmu. Tetapi aku harap kau tidak terlalu menutup mata untuk membedakan antara nafsu dan cinta yang sebenarnya. Aku tidak pernah bergaul dengan orang-orang asing secara intim kecuali dalam surat dan buku-buku. Kau juga mengenal buku-buku itu.” (halaman 84)

Data 54
”Ini emas kawinnya,” kudengar suara Saputro. (halaman 97)

Data 55
”Kita kemari untuk beristirahat, dan aku mau supaya kau tidur dengan baik dan dengan tenang. Tidak perlu ada orang lain,” dia berbicara tanpa memandang kepadaku. (halaman 108)
Data 56
”Tidakkah kau merasainya, Sri? Kau gadis yang berperasaan paling halus yang pernah kukenal. Kau pasti mengetahui perhatian yang kucurahkan kepadamu. Kau mengerti, bukan?” (halaman 112)

Data 57
”Kekasih tersayang,” bujuknya. Aku tidak mau kau tenggelam dalam kesedihan sedemikian rupa. Kau muda. Kau harus ingat masih ada kehidupan lain yang menunggumu.” (halaman 113)

Data 58
”Kau sudah makan?” aku bertanya lagi.
”Sudah, di anjungan sambil mengawasi pilot.”
”Kau mandi air dingin, lalu tidur. Besok pagi kau harus bekerja kembali, bukan?” (halaman 178)

Data 59
”Kau haus?”
”Haus sekali,” jawabku. ”Aku sejak jam sepuluh menunggu kapal.”
Diambilnya gelas yang ada di tanganku.
”Kau makan sedikit dengan aku.”
”Aku tidak lapar.” (halaman 198)




Data 60
”Aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu,” katanya ketika kami habis makan siang itu. ”Seandainya aku bebas, aku tidak berkeluarga, apakah kau mau menjadi istriku?” (halaman 205)

Data 61
”Kau seharusnya tidak menangis, kasih,” bujukku.
”Maafkan aku,” sahutnya perlahan. ”Aku belum juga mengerti mangapa aku telah mengerjakan ini.” (halaman 328)

Data 62
”Kau haus?” seperti hendak menentramkan diri aku berkata.
”Haus sekali,” akhirnya dia menjawab; meletakkan gelas di meja, lalu mendekatiku dan langsung merangkulkan kedua tangannya ke leherku; matanya lembut menengadah mencari pandangku.
”Kau makan siang bersamaku?” aku mengulang.
”Aku tidak lapar.”
Kucium sudut bibirnya perlahan.
”Harus makan sedikit.” (halaman 335)

Data 63
”Kau bahagia?” bisikku dan kuciumi dahinya, hidungnya, rambutnya yang terlepas menggumpal jatuh menutupi bahunya.
Dia tidak segera menjawab, membuka matanya.
”Aku selalu bahagia dengan kau,” akhirnya dia berkata perlahan.
”Lelah?”
Dia tersenyum. Kepalanya bergerak ke samping.
”Bonekaku yang mungil,” katanya sambil mengusap pipinya.
Diambilnya tanganku dan diciumnya. (halaman 336)



4.2     Pembahasan
          Berdasarkan hasil penelitian tentang nilai romantis dalam novel ”Pada Sebuah Kapal” Karya Nh. Dini, maka penulis menjelaskan pembahasan sebagai berikut :
Data 1
”Aku katakan kepadanya, bahwa tidak usah sebagai pramugari kalau memang aku mau seorang laki-laki masuk ke dalam kamarku, aku tentu akan memasukkannya.” (halaman 24)

Data 1 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai ketaatan dan kepatuhan. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Sri (si penari) kepada Narti bahwa ia masih memiliki rasa patuh dan taat terhadap ajaran agamanya, seperti terlontar lewat ujarannya yang menyatakan kepada Narti bahwa dia masih memiliki ketaatan dan kepatuhan terhadap larangan Allah dengan tidak memasukkan pria yang bukan muhrimnya ke dalam kamar. Hal ini jelas menunjukkan bahwa pekerjaannya sebagai pramugari bukanlah satu-satunya alasan bahwa ia akan memasukkan lelaki ke kamarnya. Jika memang ia memiliki niat seperti itu, maka tanpa menjadi seorang pramugaripun ia dapat melakukan hal tersebut.
Data 2
”Memang aku senang kepadanya. Orangnya baik dan cakap. Lagi pula dia tidak keluar malam dengan aku saja. Dia juga keluar dengan gadis-gadis lain. Bahkan dengan wanita-wanita yang jauh lebih manis daripadaku.” (halaman 48)

Data 2 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai tingkahlaku. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Sri (si penari) bahwa ia menerangkan tingkahlaku yang dilakukan oleh para perwira. Hal ini jelas menunjukkan bahwa para perwira kapal ketika berjauhan dengan orang yang dicintainya, maka ia akan dengan mudah dapat pergi dengan wanita lain, yang jauh lebih manis dan cantik dari dirinya.
Data 3
”Kau mencemoohku,” aku menuduhnya.
”Kau begitu manis. Tadi di becak aku hampir memelukmu.” (halaman 54)

Data 3 di atas merupakan penggalan dialog dalam novel yang berlangsung antara Yus dengan Sri, yang mendeskripsikan nilai tingkahlaku. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Yus bahwa ia menyatakan tingkahlaku yang akan dilakukannya karena melihat Sri begitu manis. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Yus memiliki tingkahlaku yang romantis ketika berada di becak dan hendak memeluknya Sri karena melihat ia begitu manis.
Data 4
”Begitu besar daya tariknya,” kataku perlahan. ”Kau yang kukira kebal akan godaan cinta dan perasaan sejenis.” (halaman 83)

Data 4 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Sri terhadap Saputro, ia menyatakan bahwa Saputro bukanlah seperti orang yang ia pikirkan. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Saputro memiliki tingkahlaku yang jauh berbeda dengan yang dipikirkan oleh Sri, ternyata ia juga memiliki nafsu yang sama dengan lelaki lain ketika sedang bermesraan dengan wanita, dan ia pun tidak kebal dengan godaan cinta sang penari (Sri).
Data 5
”Dia mengatakan bahwa dia suka kepadaku. Kuhitung sudah lebih dari empat orang yang menciumku, Sri. Tapi, selama itu aku tidak pernah merasakan tekanan kehendak yang merangsang sampai ke kepala. Dengan dia lain sekali. Hanya dengan mengingat namanya, hanya dengan melihat dia di sana, aku merasa tubuhku memanas, dan ketika dia memelukku, dengan tidak kusadari aku telah membalas dengan sikap yang kini kupikir terlalu langsung.” (halaman 83)

Data 5 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Sri, ia menyatakan tingkahlaku Saputro ketika memeluknya, sangat jauh berbeda dengan kebanyakan lelaki lain. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Saputro memiliki tingkahlaku yang jauh berbeda dengan yang dipikirkan oleh Sri, ternyata ia dapat memberikan kepuasaan kepada Sri ketika kedua sedang bersama.
Data 6
”Mengapa kau tidak mau kalau ada orang lain di rumah penginapan? Apakah itu disebabkan karena kau ingin bersendiri denganku?” suaraku kupaksa keluar dan menyambung. ”Kau ingin memilikiku? Kau ingin tidur dengan aku? (halaman 111)

Data 6 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Sri, ia menyatakan tingkahlaku Carl ketika berada di tempat penginapan yang telah disewa hanya untuk berdua dengan Sri. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Carl memiliki tingkahlaku yang ingin ketika berdua dengan Sri tidak ada yang mengganggu, hanya mereka berdua saja, dan dia bisa bebas melakukan apa yang diinginkannya berdua.
Data 7
”Aku ingin kau mencintaiku. Semula aku berpikir kalau aku telah berhasil memilikimu sekali, kukira kau akan terikat kepadaku. Aku mencintaimu, Sri.” Diambilnya tanganku dan digenggamnya.” Kau mau menjadi istriku?” (halaman 113)

Data 7 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Carl, ia menyatakan tingkahlakunya tersebut terhadap Sri dengan dengan berbagai pernyataan cintanya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Carl memiliki tingkahlaku yang secara langsung menyatakan rasa cintanya kepada Sri dengan menggenggam kedua tangannya.
Data 8
”Tidak, Carl,” bisikku untuk menguatkan diri. ”Tidak. Aku tidak bisa berbuat itu.” (halaman 145)

Data 8 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Sri, ia menyatakan tingkahlaku Carl ketika sedang berdua dengannya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Carl memiliki tingkahlaku yang ketika bersama dengan Sri, ia hanya ingin memiliki tubuhnya, nafsunyalah yang selalu dikedepankan. Bahkan, ketika Sri pun menolak keinginannya, ia tanpa memaksa kehendaknya.
Data 9
”Kita akan menempatkan diri di antara mereka, sesudah itu Anda memilih pasangan lain sesuka hati,” sambungnya membujuk. (halaman 161)

Data 9 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Jack Smale (suami Marianne), ia menyatakan tingkahlakunya dengan mengajak Sri berdansa. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Jack Smale (suami Marianne) memiliki tingkahlaku yang suka bergonta-ganti pasangan. Pertama ia mengajak Sri berdansa, lalu ketika sudah dalam kumpulan dansa, ia membolehkan Sri untuk berganti pasangan dansa dengan yang lain.
Data 10
”Tidak.”
Matanya, ah, matanya yang menancapkan rasa berahi.
”Pergilah,” seperti tak berdaya suaraku semakin lirih. (halaman 171)
Data 10 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Sri, ia menyatakan tingkahlaku seorang Dokter kapal yang menemaninya kembali sampai di depan pintu kamar. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Dokter kapal tersebut memiliki rasa yang mendalam terhadap Sri, namun kerena mereka belum terlalu kenal, maka ia tidak berani melakukan hal yang lain terhadap Sri, dan ia pun tidak membuka peluang untuk hal itu.
Data 11
”Aku tidak bisa menciummu di sini,” katanya. (halaman 178)

Data 11 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Michel, ia menyatakan tingkahlakunya dengan pernyataan bahwa ia tidak dapat mencium Sri di tempat itu (di salon). Hal ini jelas menunjukkan bahwa Michel memiliki tingkahlaku yang sopan, terbukti dengan ucapannya yang tidak mau mencium Sri di salon.
Data 12
”Kau mau supaya aku terus menari?”
”Tentu saja. Tanganmu, tubuhmu, matamu, semuanya hanya bisa dimiliki oleh seorang penari. Jari-jarimu panjang dan pipih.” (halaman 180)

Data 12 di atas merupakan penggalan dialog percakapan dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Dialog tersebut merupakan percakapan yang berlangsung antara Sri dengan Michel, ia menyatakan tingkahlakunya dengan memberikan pernyataan tentang bagaimana ketika Sri menari seraya membelai jari-jari Sri. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Michel memiliki tingkahlaku yang romantis ketika memuji dan bersama dengan Sri.
Data 13
”Aku kepanasan,” kataku menjelaskan sikapku.
Dia tersenyum. Ditolongnya aku membuka baju tebalku.
”Kau manis sekali,” katanya, lalu dipegangnya aku, dipandanginya dari jarak yang cukup jelas. (halaman 197)

Data 13 di atas merupakan penggalan dialog percakapan dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Dialog tersebut merupakan percakapan yang berlangsung antara Sri dengan Michel, dalam dialog tersebut menjelaskan tentang bagaimana tingkahlaku keduanya ketika berada dalam kamar kerja Michel. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Sri dan Michel memiliki tingkahlaku yang romantis ketika sedang bersama dalam ruang kamar yang sempit. Keduanya menunjukkan rasa saling suka dan ingin melampiskan nafsu yang dimiliki satu sama lain.
Data 14
”Kalau perlu aku akan membuat kesalahan di sini juga,” dan ditariknya tubuhku, dia mencari bibirku. (halaman 203)

Data 14 di atas merupakan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. ujaran tersebut merupakan ujaran yang dilontarkan oleh Michel menjelaskan tentang bagaimana tingkahlakunya ketika sedang bersama dengan sri untuk memuaskan nafsunya dan tidak peduli jika ketahuan dengan yang lain. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Michel memiliki tingkahlaku yang ingin agar nafsunya terpuaskan ketika bersama dengan Sri dan tidak mau tahu bagaimana kondisi dan sedang berada dimana mereka.
Data 15
”Tidak. Jangan di sini,” katanya terengah di bawah tekanan napasku yang semakin memanas.
”Di mana?”
”Di tempatku. Kutunggu kau di lumbung.”
”Sekarang?”
”Nanti malam jam sebelas.” (halaman 242)

Data 15 di atas merupakan penggalan dialog dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Dialog tersebut merupakan percakapan yang berlangsung antara Nicole dengan Michel. Percakapan keduanya menunjukkan tingkahlaku romantis mereka ketika sedang berbaring berdua pada padang rumput di hutan, dan keduanya sama-sama menunjukkan rasa ingin melampiaskan nafsu keduannya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Nicole dan Michel memiliki tingkahlaku yang ingin ketika mereka sedang berdua untuk saling memuaskan satu sama lainnya.
Data 16
”Kau tidak kedinginan?” tanyaku untuk mengulur waktu.
”Tidak. Kau?
”Tidak.”
”Berbaringlah di sampingku.” (halaman 244)

Data 16 di atas merupakan penggalan dialog dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Dialog tersebut merupakan percakapan yang berlangsung antara Michel dengan Nicole. Percakapan keduanya menunjukkan tingkahlaku romantis mereka ketika sedang berdua di lumbung padi. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Nicole dan Michel memiliki tingkahlaku yang romantis ketika sedang bersama, dan tidak ingin membuang-buang waktu untuk melakukan keromantisan tersebut antara keduanya.
Data 17
”Kau bisa membuka baju panasmu kalau kau mau. Mari kutolong.” Sebelum aku sadar, Francoise telah berdiri di sampingku serta menolongku mengeluarkan kepala, lalu kedua lenganku dari kemeja wol.
”Kau lebih tampan dengan baju tipis begini.” (halaman 268)

Data 17 di atas merupakan penggalan dialog dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Dialog tersebut merupakan percakapan yang berlangsung antara Francoise dengan Michel. Percakapan keduanya menunjukkan tingkahlaku romantis mereka ketika sedang berdua di sebuah kamar ketika sedang bermain kartu. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Francoise dan Michel memiliki tingkahlaku yang romantis ketika sedang bersama, dan Francoise ingin untuk bisa memuaskan nafsunya dengan Michel, makanya dia membukakan baju Michel.
Data 18
”Ya. Sekarang Anda tidak akan saya lepaskan.”
”Bagaimana?”
”Saya tidak akan membiarkan Anda berdansa dengan orang lain.”
”Tapi Anda tidak akan berbuat demikian,” sesalnya. (halaman 322)

Data 18 di atas merupakan penggalan dialog dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Dialog tersebut merupakan percakapan yang berlangsung antara Michel dengan Nyonya Vincent ketika sedang berdansa berdua. Percakapan keduanya menunjukkan tingkahlaku romantis mereka. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Michel dan Nyonya Vincent memiliki tingkahlaku yang romantis ketika sedang bersama, dan Michel menunggu kesempatan berdua dengan Nyonya Vincent dan tidak akan melepaskannya lagi.
Data 19
”Kalau kau tidak ingin kawin sekarang, kita bertunangan dulu. Sekembaliku dari luar negeri kita bisa kawin,” katanya. (halaman 53)

Data 19 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Saputro kepada Sri bahwa ia meminta kesediaan Sri untuk menunggunya kembali dari luar negeri, lalu mereka akan kawin. Hal ini jelas menunjukkan rasa kesetiaan yang ingin didapatkan oleh Saputro dari Sri untuk mau menunggu dia kembali dan melangsungkan acara perkawinan.
Data 20
”Kukira dia yang mencintaiku. Dalam beberapa tahun ini kalau tidak ada perubahan dengan diriku, dia akan kuminta mengawiniku.” (halaman 61)

Data 20 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Sri kepada salah seorang sahabatnya, ia menyatakan bahwa akan meminta kepada Carl untuk mengawininya setelah beberapa tahun hubungan mereka, karena ia tahu kalau Carl lah yang mencintainya. Hal ini jelas menunjukkan rasa kesetiaan yang ingin ditunjukkan oleh Sri terhadap Carl dengan mempertahankan hubungan mereka dan melanjutkan dengan menikah.
Data 21
”Aku tidak mencintainya. Aku sudah mempunyai seorang pilot. Orang lain tidak berarti bagiku, kaya atau miskin.” (halaman 92)

Data 21 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Sri kepada salah seorang sahabatnya, ia menyatakan bahwa ia telah memiliki seorang pilot dan yang lain tidak memiliki arti baginya. Hal ini jelas menunjukkan rasa kesetiaan yang dimiliki oleh Sri terhadap Saputro dengan tidak berhubungan dengan yang lain karena ia telah memiliki Saputro, tanpa memperdulikan apakah ia kaya ataupun miskin.
Data 22
Beberapa saat kemudian dia membelai rambutku dan berbisik: ”Kalau kita kawin, aku ingin segera memberimu seorang bayi yang mungil.” (halaman 96)

Data 22 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Saputro kepada Sri, ia menyatakan bahwa ia berharap akan menikah dengan Sri dan ingin memberikan kepadanya seorang bayi yang mungil. Hal ini jelas menunjukkan rasa kesetiaan yang dimiliki oleh Saputro terhadap Sri dengan memberikan pernyataan bahwa setelah menikah ia akan memberikan seorang bayi yang mungil untuk Sri.

Data 23
”Istriku dinas pagi besok,” katanya kalau kawan-kawannya mengajak kami berlarut-larut ke malam dansa, atau: ”Aku ada janji dengan istriku sore ini,” dan lain-lain ucapan lagi. (halaman 98)

Data 23 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Saputro kepada para perwira, ia menyatakan bahwa ia tidak bisa ikut berdansa malam-malam sekali karena istrinya pergi dinas pagi atau dengan alasan yang lain. Hal ini jelas menunjukkan rasa kesetiaan yang dimiliki oleh Saputro terhadap Sri dengan memberitahukan kepada rekan-rekannya bahwa ia harus menemani sang istri.
Data 24
”Itu istriku,” jawabnya ketika ku tanyakan. ”Dia meninggal sepuluh tahun yang lalu.” (halaman 117)

Data 24 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh salah seorang kerabat Sri, ia menunjukkan rasa kesetiaannya kepada sang istri. Hal ini jelas menunjukkan rasa kesetiaan yang dimiliki oleh salah seorang sahabat Sri terhadap istrinya dengan memperlihatkan foto istrinya yang telah meninggal selama sepuluh tahun yang lalu kepada Sri.
Data 25
”Kau tidak melupakanku, bukan? Kau tidak lupa bahwa aku suka memancing. Kau tentunya juga tidak melupakan hari-hari kita berdua di tepi Kali Progo, kau memancing dan aku membuat gambar-gambar rumah-rumah bambu dan bukit-bukit pasir. Kau ingat semua itu, bukan?” (halaman 143)

Data 25 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Carl kepada Sri, ia mengajukan pertanyaan yang jawabannya merupakan bukti kalau Sri masih setia kepadanya dan ia berharap kalau Sri setia terhadapnya. Hal ini jelas menunjukkan rasa kesetiaan yang ingin didapatkan oleh Carl dari Sri. Ia berharap bahwa Sri masih setia terhadapnya.
Data 26
”Apakah kau tetap tidak mencintaiku?” akhirnya dia menoleh kepadaku. (halaman 145)

Data 26 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Carl, ia mengajukan pertanyaan kepada Sri dan berhapat Sri masih setia dan mencintainya seperti halnya dia. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Carl berharap kalau Sri mencintainya dan berharapa agar Sri tetap setia dengannya seperti halnya dia terhadap Sri.
Data 27
”Kau akan merinduiku?” tanyanya. (halaman 179)

Data 27 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Michel, ia mengajukan pertanyaan kepada Sri dan berharap Sri selalu setia dan merinduinya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Michel berharap agar Sri selalu memikirkannya dan selalu merindukannya.
Data 28
”Tidak!” katanya sambil menggelengkan kepalanya.
”Tidak ada boneka-boneka di kapal?”
”Tidak ada yang seperti kau.” (halaman 198)

Data 28 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Michel kepada Sri, ia menyatakan kepada Sri bahwa tidak ada yang seperti dia. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Michel memiliki rasa kesetiaan terhadap Sri yang dibuktikannya lewat ucapan tersebut, bahwa tidak ada boneka di kapan yang seperti dia.
Data 29
”Kau bahagia?” tiba-tiba dia berbisik perlahan.
Aku tersenyum. ”Aku selalu bahagia bersama kau. (halaman 199)

Data 29 di atas merupakan penggalan dialog dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Percakapan tersebut merupakan dialog yang berlangsung antara Michel dengan Sri, ia menanyakan kepada Sri apakah ia bahagia dengannya dan Sri pun mengiyakannya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Michel dan Sri sama-sama memiliki rasa setia yang dibangun diantara keduanya.
Data 30
”Aku mencintaimu banyak sekali, tidak hanya sedikit,” dan wajahnya bersungguh-sungguh menatapku. ”Aku tidak mau kau berpikir yang bukan-bukan.  Aku cukup alim.” (halaman 199)

Data 30 di atas merupakan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Michel kepada Sri, ia menyatakan kepada Sri bahwa ia sangat mencintainya dan berharap agar Sri tidak memikirkan yang bukan-bukan tentangnya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Michel memiliki rasa kesetiaan yang begitu besar terhadap Sri, dan berharap agar Sri mempercayainya. 
Data 31
”Mungkin karena aku terlalu mencintaimu. Kau tanpan. Kau bekarja jauh dari istrimu dalam waktu yang cukup lama. Dengan dia aku tidak cemburu. Istri dan anak-anakmu berhak atas dirimu dan atas kebahagiaan di sampingmu. Tetapi perempuan-perempuan lainnya? Mereka seperti aku, hanya kau temui di kapal dan di pelabuhan seolah untuk pengisi waktu persinggahanmu di pelabuhan. Kau akan melupakanku dengan cepat.” (halaman 200)

Data 31 di atas merupakan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Sri kepada Michel, ia menyatakan menyatakan isi hatinya kalau ia takut akan ditinggal olehnya, dan berharap agar hal itu tidak terjadi, juga agar Michel selalu mencintainya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Sri ingin agar Michel tetap setia kepadanya meskipun mereka tidak bersama, ia sedih karena Michel akan kembali kepada istrinya dan para wanita lain yang sama nasibnya dengan dia yang didapatkan ketika sedang di kapal. 
Data 32
”Aku menunggumu sejak kemarin malam sejak kita berpisah. Kini setelah kau datang kau hendak meninggalkanku tanpa aku bisa menciummu.” (halaman 202)

Data 32 di atas merupakan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Michel kepada Sri, ia menyatakan kepada Sri bahwa ia telah menunggunya sejak kemarin malam. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Michel memiliki rasa kesetiaan terhadap Sri, ia mau menunggunya untuk berjumpa kembali, dan ketika berjumpa Sri tidak akan dibiarkan pergi sebelum ia bisa menciumnya terlebih dahulu. 
Data 33
”Kasih,” aku mencoba menjelaskan perasaanku. ”Aku mencintaimu. Aku bahkan terlalu mencintaimu hingga aku tidak berani memikirkan bagaimana jadinya seandainya kita kawin, lalu aku akan terpaksa tinggal seorang diri selama sebulan dua bulan karena kau berlayar hanya untuk tinggal bersamaku sepuluh hari atau beberapa minggu.” (halaman 205)

Data 33 di atas merupakan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Sri kepada Michel, ia mengungkapkan isi hatinya yang setia dan terlalu mencintainya dan takut jika mereka nantinya kawin, dia akan meninggalkannya selama berbulan-bulan, dan hanya bisa bersama dalam beberapa nhari saja, yatakan kepada Sri bahwa ia telah menunggunya sejak kemarin malam. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Sri memiliki rasa kesetiaan yang besar terhadap Michel, dan ia takut jika seandainya mereka kawin, ia akan ditinggalkan selama berbulan-bulan karena Michel harus berlayar.
Data 34
”Kau tidak cemburu lagi? Dan dibuainya tubuhku perlahan.
”Kukira kecemburuan dapat hilang oleh rasa mengerti.”
”Dan kau cukup mengertiku? (halaman 206)

Data 34 di atas merupakan dialog dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Dialog tersebut merupakan percakapan yang berlangsung antara Michel dengan Sri, tuturan yang dilontarkan Sri atas pertanyaan dari Michel tersebut menunjukkan rasa setia yang dimiliki olehnya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Sri memiliki rasa kesetiaan yang besar terhadap Michel, sehingga ia dapat menghilangkan rasa cemburunya dengan rasa mengerti tentang bagaimana pekerjaannya sebagai pelayar.
Data 35
”Aku tidak mau melihatmu menangis.”
Aku tidak menjawab, hanya menggelengkan kepala.
”Satu setengah bulan lagi aku kembali. Kau tidak akan melupakanku?”
Aku memaksa diriku tersenyum menjawabnya. ”Mungkin kau yang akan melupakanku.” (halaman 206)

Data 35 di atas merupakan dialog dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Dialog tersebut merupakan percakapan yang berlangsung antara Michel dengan Sri, percakapan yang berlangsung antara keduanya tersebut menunjukkan rasa setia yang dimiliki oleh kedua. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Michel ingin agar Sri setia menunggunya, karena satu setengah bulan lagi ia akan kembali dan meminta kepada Sri untuk tidak melupakannya.
Data 36
”Kita akan bertemu lagi,” katanya menghiburku. ”Semua tergantung kepada kekuatan kehendak kita.” (halaman 208)

Data 36 di atas merupakan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Michel kepada Sri, ia menyakinkan bahwa mereka akan bertemu kembali. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Michel memiliki rasa kesetiaan kepada Sri dengan mengatakan bahwa mereka akan bertemu kembali, dan semua itu bisa terwujud jika kehendak mereka berdua, maka ia pun mengharapkan agar Sri juga setia kepadanya.
Data 37
”Nicole,” panggilku.
Dia bergerak dan membuka matanya.
”Ah, kau,” disambutnya tanganku.
”Aku terlambat,” aku tidak tahu apa lagi yang mesti kukatakan. (halaman 244)

Data 37 di atas merupakan dialog dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Dialog tersebut merupakan percakapan yang berlangsung antara Michel dengan Nicole, dalam dialog tersebut menyatakan kesetiaan yang dimiliki oleh Nicole ketika menunggu Michel datang ke lumbung padi miliki Nicole. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Nicole memiliki kesetiaan kepada Michel, yang tidak marah meskipun ia telah menunggu lama Michel datang. 
Data 38
”Aku mencintaimu, Michel. Kau tidak akan melupakanku, bukan?” (kesetiaan, halaman 276)
Data 38 di atas merupakan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Marjorie kepada Michel, yang menyatakan rasa cintanya kepada Michel dan berharap agar ia tidak melupakannya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Marjorie memiliki kesetiaan kepada Michel dengan rasa cintanya yang besar dan berharap agar Michel pun setia serta tidak melupakannya.
Data 39
”Maaf, ”Tuan. Saya telah menjanjikan dansa ini kepada komandan.” Tuan Haller yang semula tidak melihatku, menoleh ke belakang. Nyonya Vincent berdiri dan menyambut tanganku. (halaman 322)

Data 39 di atas merupakan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Nyonya Vincent kepada Tuan Haller, yang menyatakan rasa kesetiaannya dan tidak mau berdansa dengan orang lain selain Michel serta setia menunggunya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Nyonya Vincent memiliki kesetiaan kepada Michel dengan mau menunggu kedatangannya untuk berdansa berdua, dan ia tidak mau berdansa dengan orang lain, karena dansanya hanya dijanjikan kepada Michel.
Data 40
”Aku tidak tahu apakah kau pernah kehilangan seseorang. Waktu itu kami hampir kawin. Kehilangan dia bagiku waktu itu merupakan kehilangan masa depan.” (halaman 329)

Data 40 di atas merupakan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Marjorie kepada Michel, yang menyatakan rasa kesetiaannya terhadap seseorang yang pernah berarti dalam hidupnya dan mereka hampir kawin pada waktu itu. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Marjorie memiliki kesetiaan kepada pasangannya yang ditunjukkannya dengan rasa kehilangan yang mendalam.
Data 41
”Tidak ada kabar. Kukira kau tidak datang,” kataku seolah menyesalinya.
”Tetapi aku datang,” jawabnya dengan sederhana. (halaman 334)

Data 41 di atas merupakan dialog dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Dialog tersebut merupakan percakapan yang berangsung antara Sri dengan Michel. Dalam dialog tersebut jelas terlihat rasa setia yang dimiliki oleh keduanya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Sri dan Michel memiliki kesetiaan antara keduanya, mereka saling menunggu satu sama lain.
Data 42
”Kalau begitu kau tidak melupakanku,” suaranya tidak bertanya, juga tidak memastikannya.
”Siapa yang dapat melupakan kau,” aku menjawabnya dengan nada yang sama. (halaman 335)

Data 42 di atas merupakan dialog dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Dialog tersebut merupakan percakapan yang berangsung antara Sri dengan Michel. Dalam dialog tersebut jelas terlihat rasa setia yang dimiliki oleh Michel yang menepati janjinya untuk kembali dan tidak melupakan Sri. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Michel memiliki kesetiaan terhadap Sri, yang dibuktikannya dengan kembali menemui Sri dan tidak melupakannya begitu juga dengan Sri yang menunggu Michel pulang.
Data 43
”Tidak. Kau adalah bonekaku, penariku. Hanya untukku sendiri.” (halaman 336)

Data 43 di atas merupakan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Michel kepada Sri. Dalam tuturan tersebut jelas terlihat rasa setia yang dimiliki oleh Michel yang menyatakan bahwa Sri adalah bonekanya, penarinya, dan hanya untuk dia. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Michel memiliki kesetiaan terhadap Sri, yang diungkapkannya bahwa Sri lah bonekanya, penarinya, dan hanyalah dia seorang yang akan terus menjadi miliknya.
Data 44
”Kau lembut. Suatu hari nanti akan ada laki-laki yang mengatakannya dan yang memerlukan kelembutan itu. Dia akan mencintaimu.” (halaman 57)

Data 44 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai keikhlasan. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Carl bahwa ia menyatakan rasa keikhlasanya dengan memberikan pujian kepada Sri. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Carl memiliki keikhlasan dengan memberikan pujian kepada Sri tentang bagaimana kepribadian dia yang akan dikagumi oleh banyak lelaki.
Data 45
”Tangan penari,” katanya setengah berbisik. ”Aku benar-benar senang bisa mengenalmu. Kalau kita mempunyai anak, aku ingin dia menjadi seorang beradab, halus seperti ibunya. Dariku aku hanya memiliki kekasaran dan kekerasan tentera.” (halaman 79)

Data 45 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai keikhlasan. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Saputro bahwa ia menyatakan rasa keikhlasanya dengan memberikan pujian kepada Sri. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Saputro memiliki keikhlasan dengan memberikan pujian kepada Sri tentang bagaimana kepribadian dia yang akan dapat mengayomi anak-anaknya dikemudian hari jika ia memiliki anak dengan dirinya
Data 46
”Maaf,” kudengar suaranya perlahan sekali. ”Aku terlalu memikirkan diri sendiri, terlalu egois. Mauku kau cepat kembali ke Jakarta. Bertemu dengan kau, berbicara dengan kau merupakan sesuatu yang mengasikkan bagiku.” Lalu tiba-tiba nada suaranya berganti, dia meneruskan. ”Kau seorang kawan yang tidak membosankan.” Tangannya diletakkannya sebentar di bahuku, lalu dia terjun ke kolam. (halaman 109)

Data 46 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai keikhlasan. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Carl bahwa ia menyatakan rasa keikhlasanya dengan menyatakan rasa senangnya karena memiliki seorang kawan seperti Sri. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Carl menunjukkan keihlasannya yang terungkap karena rasa senangnya karena memiliki kawan seperti Sri.
Data 47
”Aku mencintaimu.” (halaman 112)

Data 47 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai keikhlasan. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Carl bahwa ia menyatakan rasa keikhlasanya dengan menyatakan kepada Sri bahwa ia mencintainya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Carl memiliki rasa ikhlas dan tulus terhadap Sri kalau ia memang sangat mencintainya.
Data 48
”Aku tahu. Itu adalah kecelakaan yang patut disesalkan. Tapi itu telah berlalu. Aku hanya memintamu untuk berusaha mencintaiku sedikit.” (halaman 113)

Data 48 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai keikhlasan. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Carl bahwa ia meminta keikhlasan Sri untuk dapat mencintainya walaupun sedikit dan dia dapat menerima apapun keadaan Sri. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Carl berharap akan keikhlasan dari Sri untuk dapat mencintainya, walaupun hanya sedikit dan dia pun ikhlasan menerima bagaimanapun keadaan Sri.
Data 49
”Carl!” aku tersesak oleh nafasku sendiri, hanya dapat menyebut namanya.
”Aku bahkan bisa menyewa seluruh hotel ini hanya untuk bertemu dengan kau, meskipun buat waktu yang singkat,” suaranya sedih perlahan. (halaman 143)

Data 49 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai keikhlasan. Ujaran tersebut merupakan dialog yang berlangsung antara Sri dengan Carl. Carl menunjukkan keikhlasannya terhadap Sri. Hal ini jelas menunjukkan keikhlasannya kepada Sri bahwa ia sanggup menyewa seluruh hotel tersebut hanya untuk dapat bertemu dengan Sri, meskipun dalam waktu yang tidak lama.
Data 50
”Kau mau bukan? Kau mencintaiku?” (halaman 79)

Data 50 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai saling menghormati dan menghargai. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Saputro kepada Sri, ia meminta persetujuan dan pernyataan dari Sri, apa ia mau menikah dengannya dan mencintainya. Hal ini jelas menunjukkan rasa saling menghormati dan menghargai yang ditunjukkan oleh Saputro terhadap Sri dengan meminta persetujuan dari Sri, bukan atas kemauannya satu pihak saja.
Data 51
”Kalau aku tahu kau akan datang, aku tidak pergi dengan mereka,” perlahan aku memberanikan diri, aku merasa perlu untuk menjelaskan kelakuanku. ”Di tilgram kau mengatakan tidak bisa datang.” (halaman 90)

Data 51 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai saling menghormati dan menghargai. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Sri kepada Saputro, ia menyatakan rasa kecewanya karena tidak menunggu kedatangan Saputro. Hal ini jelas menunjukkan rasa saling menghormati dan menghargai yang ditunjukkan oleh Sri terhadap Saputro dengan memberi pernyataan bahwa jika ia tau kalau Saputro akan datang maka ia tidak akan pergi dengan sahabatnya, namun ia akan memilih di rumah dan menunggu kedatangannya.
Data 52
”Aku tidak memintamu untuk mencintaiku,” kataku dan sambungku: ”Aku hanya minta supaya kau berpikir kepadaku kadang-kadang.”
”Tapi aku telah mencintaimu,” sahutnya. (halaman 180)

Data 52 di atas merupakan penggalan dialog dalam novel yang mendeskripsikan nilai saling menghormati dan menghargai. Percakapan tersebut merupakan dialog yang berlangsung antara Sri dan Michel, ia tidak meminta agar Michel mencintainya, namun ia hanya berharap agar Michel memikirkannya saja, namun ternyata Michel telah mencintainya juga. Hal ini jelas menunjukkan rasa saling menghormati dan menghargai yang ditunjukkan oleh Sri dan Michel, karena Sri tidak mau memaksa Michel untuk mencintainya, namun Michel pun dengan sendirinya telah mencintai Sri.
Data 53
”Aku tidak berhak bercampur tangan dalam hal ini,” kataku kemudian, ”Kau cukup dewasa untuk menerima dan mencernakan perlakuan orang terhadapmu. Tetapi aku harap kau tidak terlalu menutup mata untuk membedakan antara nafsu dan cinta yang sebenarnya. Aku tidak pernah bergaul dengan orang-orang asing secara intim kecuali dalam surat dan buku-buku. Kau juga mengenal buku-buku itu.” (halaman 84)

Data 53 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kasih sayang. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan Narti (sahabat Sri), ia menyatakan kasih sayangnya dengan memberikan nasihat kepada Sri. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Narti menunjukkan rasa sayangnya kepada Sri dengan memberikan nasihat kepadanya, kalau ia haruslah bisa membedakan antara nafsu dan cinta yang sebenarnya.
Data 54
”Ini emas kawinnya,” kudengar suara Saputro. (halaman 97)

Data 54 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kasih sayang. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan Saputro, ia menyatakan kasih sayangnya dengan memberikan emas kawin kepada Sri. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Saputro menunjukkan rasa sayangnya kepada Sri dengan memberikan emas kawin kepadanya, hal ini merupakan ungkapan sayangnya, yang berniat menikahi Sri, dengan memberikan emas kawin tersebut.
Data 55
”Kita kemari untuk beristirahat, dan aku mau supaya kau tidur dengan baik dan dengan tenang. Tidak perlu ada orang lain,” dia berbicara tanpa memandang kepadaku. (halaman 108)

Data 55 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kasih sayang. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan Carl, ia menyatakan kasih sayangnya dengan memberikan perhatian kepada Sri. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Carl menunjukkan rasa sayangnya kepada Sri dengan memberikan perhatian kepadanya, hal ini merupakan ungkapan sayangnya, yang ingin agar Sri bisa istirahat dengan tenang, maka dari itu ia menyewa kamar hotel tersebut sendiri, tanpa ada orang lain.
Data 56
”Tidakkah kau merasainya, Sri? Kau gadis yang berperasaan paling halus yang pernah kukenal. Kau pasti mengetahui perhatian yang kucurahkan kepadamu. Kau mengerti, bukan?” (halaman 112)

Data 56 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kasih sayang. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan Carl, ia menyatakan kasih sayangnya dengan memberikan pernyataan kepada Sri lewat perhatian yang telah dicurahkannya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Carl menunjukkan rasa sayangnya kepada Sri dengan memberikan perhatian kepadanya, hal ini merupakan ungkapan sayangnya, yang ingin agar Sri memahami perasaan yang dimilikinya terhadap dirinya, yang dicurahkannya lewat perhatiannya.
Data 57
”Kekasih tersayang,” bujuknya. Aku tidak mau kau tenggelam dalam kesedihan sedemikian rupa. Kau muda. Kau harus ingat masih ada kehidupan lain yang menunggumu.” (halaman 113)

Data 57 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kasih sayang. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan Carl, ia menyatakan kasih sayangnya dengan memberikan semangat dan perhatian kepada Sri. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Carl menyatakan rasa sayangnya kepada Sri dengan memberikan semangat dan perhatian kepadanya, ia tidak ingin Sri terus-terusan dalam kesedihan, dan ia menyatakan bahwa Sri masih muda dan bisa mendapatkan yang jauh lebih baik ke depannya.


Data 58
”Kau sudah makan?” aku bertanya lagi.
”Sudah, di anjungan sambil mengawasi pilot.”
”Kau mandi air dingin, lalu tidur. Besok pagi kau harus bekerja kembali, bukan?” (halaman 178)

Data 58 di atas merupakan penggalan dialog dalam novel yang mendeskripsikan nilai kasih sayang. Dialog tersebut merupakan dialog yang berlangsung antara Sri dengan Michel, ia menyatakan kasih sayangnya dengan memberikan perhatian kepada Michel. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Sri menunjukkan rasa sayangnya kepada Michel dengan memberikan perhatian kepadanya, ia ingin agar Michel tidur, kerena besok ia harus bekerja kembali.
Data 59
”Kau haus?”
”Haus sekali,” jawabku. ”Aku sejak jam sepuluh menunggu kapal.”
Diambilnya gelas yang ada di tanganku.
”Kau makan sedikit dengan aku.”
”Aku tidak lapar.” (halaman 198)

Data 59 di atas merupakan penggalan dialog dalam novel yang mendeskripsikan nilai kasih sayang. Dialog tersebut merupakan dialog yang berlangsung antara Michel dengan Sri, ia menyatakan kasih sayangnya dengan memberikan perhatian kepada Sri. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Michel memperlihatkan rasa sayangnya kepada Sri dengan memberikan perhatian kepadanya, melalui pertanyaan apakah Sri haus? dan mengajak ia makan bersama dengannya.
Data 60
”Aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu,” katanya ketika kami habis makan siang itu. ”Seandainya aku bebas, aku tidak berkeluarga, apakah kau mau menjadi istriku?” (halaman 205)

Data 60 di atas merupakan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kasih sayang. Ujaran tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Michel kepada Sri, ia menanyakan kepada Sri bahwa jika ia tidak berkeluarga apakah Sri mau menjadi istrinya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Michel memperlihatkan rasa sayangnya kepada Sri dengan berharap agar Sri mau menjadi istrinya, namun sayang ia telah berkeluarga.
Data 61
”Kau seharusnya tidak menangis, kasih,” bujukku.
”Maafkan aku,” sahutnya perlahan. ”Aku belum juga mengerti mangapa aku telah mengerjakan ini.” (halaman 328)

Data 61 di atas merupakan dialog dalam novel yang mendeskripsikan nilai kasih sayang. Dialog tersebut merupakan percakapan antara Nyonya Vincent dengan Michel, ia menunjukkan rasa sayangnya  dengan meminta kepada Nyonya Vincent untuk tidak menangis. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Michel memperlihatkan rasa sayangnya kepada Nyonya Vincent dengan berharap agar Nyonya Vincent tidak menangis lagi.
Data 62
”Kau haus?” seperti hendak menentramkan diri aku berkata.
”Haus sekali,” akhirnya dia menjawab; meletakkan gelas di meja, lalu mendekatiku dan langsung merangkulkan kedua tangannya ke leherku; matanya lembut menengadah mencari pandangku.
”Kau makan siang bersamaku?” aku mengulang.
”Aku tidak lapar.”
Kucium sudut bibirnya perlahan.
”Harus makan sedikit.” (halaman 335)

Data 62 di atas merupakan dialog dalam novel yang mendeskripsikan nilai kasih sayang. Dialog tersebut merupakan percakapan yang berlangsung antara Sri  dengan Michel, ia mengungkapkan rasa sayangnya dengan cara memperhatikan Michel, baik makan dan minumnya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Sri sayang da memperhatikan Michel dengan cara memperhatikan makan dan minumnya.
Data 63
”Kau bahagia?” bisikku dan kuciumi dahinya, hidungnya, rambutnya yang terlepas menggumpal jatuh menutupi bahunya.
Dia tidak segera menjawab, membuka matanya.
”Aku selalu bahagia dengan kau,” akhirnya dia berkata perlahan.
”Lelah?”
Dia tersenyum. Kepalanya bergerak ke samping.
”Bonekaku yang mungil,” katanya sambil mengusap pipinya.
Diambilnya tanganku dan diciumnya. (halaman 336)

Data 63 di atas merupakan dialog dalam novel yang mendeskripsikan nilai kasih sayang. Dialog tersebut merupakan percakapan yang berlangsung antara Michel dengan Sri, ia menanyakan kepada Sri apakah ia bahagia bisa bersama dengannya lagi. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Michel memperlihatkan rasa sayangnya kepada Sri dengan cara memperhatikannya dan menanyakan apakah ia bahagia bisa bersama.




















BAB V
PENUTUP
5.1         Simpulan
          Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan tentang nilai romantis dalam novel ”Pada Sebuah Kapal” karya Nh. Dini, dapat disimpulkan bahwa terdapat 6  nilai romantis novel ”Pada Sebuah Kapal” karya Nh. Dini, yaitu (1) nilai ketaatan dan kepatuhan yang terdapat dalam 1 kutipan data, (2) nilai tingkahlaku yang terdapat dalam 17 kutipan data, (3) nilai kesetiaan yang terdapat dalam 25 kutipan data, (4) nilai keikhlasan yang terdapat dalam 6 kutipan data, (5) nilai saling menghormati dan menghargai yang terdapat dalam 3 kutipan data, dan (6) nilai kasih sayang yang terdapat dalam 11 kutipan data. Berdasarkan data tersebut, nilai romantis yang paling banyak dimunculkan penulis dalam novel ”Pada Sebuah Kapal” karya Nh. Dini adalah nilai romantis berupa kesetiaan.

5.2     Saran
          Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis menyarankan kepada berbagai pihak yaitu sebagai berikut :
1)            
62
 
Nilai-nilai romantis yang terdapat dalam novel ”Pada Sebuah Kapal” karya NH. Dini, ada sebagian yang dapat dijadikan sebagai panutan bagi kita, khususnya tentang nilai kasih sayang, kesetiaan, keikhlasan, ketaatan dan kepatuhan, saling menghormati dan menghargai, yang patut dicontoh dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat menunjukkan rasa sayang tersebut terhadap orang yang dikasihi. Namun, ada sebagian yang tidak dapat dijadikan sebagai panutan dan harus berdasarkan tatakrama yang baik, misalnya nilai tingkahlaku, yang harus diterapkan sesuai dengan norma agama.
2)             Melalui penelitian ini diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah agar lebih mendalami tentang berbagai jenis nilai yang terdapat dalam sebuah karya sastra berbentuk fiksi, sehingga dapat memperkaya wawasan di bidang telaah sastra dalam hal makna tersirat dari karya sastra tersebut. Dengan demikian, akan dapat menunjukkan jati diri seseorang sebagai mahasiswa studi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah.
3)             Melalui penelitian ini, peneliti mengharapkan juga kepada prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah agar memperhatikan lagi materi perkuliahan tentang nilai-nilai dalam karya sastra berbentuk fiksi melalui berbagai cara, misalnya dengan menyajikan bahan bacaan yang bermutu dan tenaga pendidik yang berkualitas serta ahli dibidangnya.













Rounded Rectangle: 1
DAFTAR PUSTAKA
Djupriyanto, dkk. 2001. Pelajaran Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia. Kendang Sari : Surabaya.

Eat, Razali. 2006. Analisis Kesalahan Berbahasa Teori dan Pemaparan Data. Bireun : Tidak dipubliksikan.

Endaswara, Suwardi. 2008. Metodelogi Penelitian Sastra. Yogyakarta : Media        Presindo.

Kokasih, E. 2003. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan, Bandung : Yrama Widya.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja           Rosdakarya.

Soedjarwoe. 2004. Sastra Indonesia Kesatuan dalam Keberagaman.           Semarang :      Aneka Ilmu.

Sugiono. 2010. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&K. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Henry Guntur. 2001. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa.

Tim Penyusun. 2008. Pedoman Penulisan Skripsi. Bireun : FKIP Universitas Almuslim.

Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta : Pustaka.

Zaidan, Abdul Rozak. 1994. Kamus Istilah Sastra. Jakarta.




Oval: 64
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar