BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Penelitian
Adapun hasil penelitian tentang nilai romantis dalam
novel ”Pada Sebuah Kapal” karya Nh. Dini, terdapat beberapa jenis nilai
romantis di dalamnya. Maka penulis menjabarkan data yang menggambarkan nilai-nilai romantis
tersebut, yaitu sebagai berikut:
Data
1
”Aku katakan
kepadanya, bahwa tidak usah sebagai pramugari kalau memang aku mau seorang
laki-laki masuk ke dalam kamarku, aku tentu akan memasukkannya.” (halaman 24)
Data
2
”Memang aku
senang kepadanya. Orangnya baik dan cakap. Lagi pula dia tidak keluar malam
dengan aku saja. Dia juga keluar dengan gadis-gadis lain. Bahkan dengan
wanita-wanita yang jauh lebih manis daripadaku.” (halaman 48)
Data
3
”Kau
mencemoohku,” aku menuduhnya.
”Kau begitu
manis. Tadi di becak aku hampir memelukmu.” (halaman 54)
Data 4
”Begitu besar
daya tariknya,” kataku perlahan. ”Kau yang kukira kebal akan godaan cinta dan
perasaan sejenis.” (halaman 83)
Data 5
”Dia mengatakan
bahwa dia suka kepadaku. Kuhitung sudah lebih dari empat orang yang menciumku,
Sri. Tapi, selama itu aku tidak pernah merasakan tekanan kehendak yang
merangsang sampai ke kepala. Dengan dia lain sekali. Hanya dengan mengingat
namanya, hanya dengan melihat dia di sana, aku merasa tubuhku memanas, dan
ketika dia memelukku, dengan tidak kusadari aku telah membalas dengan sikap
yang kini kupikir terlalu langsung.” (halaman 83)
Data 6
|
”Mengapa
kau tidak mau kalau ada orang lain di rumah penginapan? Apakah itu disebabkan
karena kau ingin bersendiri denganku?” suaraku kupaksa keluar dan menyambung.
”Kau ingin memilikiku? Kau ingin tidur dengan aku? (halaman 111)
Data 7
”Aku ingin kau
mencintaiku. Semula aku berpikir kalau aku telah berhasil memilikimu sekali,
kukira kau akan terikat kepadaku. Aku mencintaimu, Sri.” Diambilnya tanganku
dan digenggamnya.” Kau mau menjadi istriku?” (halaman 113)
Data 8
”Tidak, Carl,”
bisikku untuk menguatkan diri. ”Tidak. Aku tidak bisa berbuat itu.” (halaman
145)
Data 9
”Kita akan
menempatkan diri di antara mereka, sesudah itu Anda memilih pasangan lain
sesuka hati,” sambungnya membujuk. (halaman 161)
Data 10
”Tidak.”
Matanya, ah,
matanya yang menancapkan rasa berahi.
”Pergilah,”
seperti tak berdaya suaraku semakin lirih. (halaman 171)
Data 11
”Aku tidak bisa
menciummu di sini,” katanya. (halaman 178)
Data 12
”Kau mau supaya
aku terus menari?”
”Tentu saja.
Tanganmu, tubuhmu, matamu, semuanya hanya bisa dimiliki oleh seorang penari.
Jari-jarimu panjang dan pipih.” (halaman 180)
Data 13
”Aku kepanasan,”
kataku menjelaskan sikapku.
Dia tersenyum.
Ditolongnya aku membuka baju tebalku.
”Kau manis
sekali,” katanya, lalu dipegangnya aku, dipandanginya dari jarak yang cukup
jelas. (halaman 197)
Data 14
”Kalau perlu aku
akan membuat kesalahan di sini juga,” dan ditariknya tubuhku, dia mencari
bibirku. (halaman 203)
Data 15
”Tidak. Jangan
di sini,” katanya terengah di bawah tekanan napasku yang semakin memanas.
”Di mana?”
”Di tempatku.
Kutunggu kau di lumbung.”
”Sekarang?”
”Nanti malam jam
sebelas.” (halaman 242)
Data 16
”Kau tidak
kedinginan?” tanyaku untuk mengulur waktu.
”Tidak. Kau?
”Tidak.”
”Berbaringlah di
sampingku.” (halaman 244)
Data 17
”Kau bisa
membuka baju panasmu kalau kau mau. Mari kutolong.” Sebelum aku sadar,
Francoise telah berdiri di sampingku serta menolongku mengeluarkan kepala, lalu
kedua lenganku dari kemeja wol.
”Kau lebih
tampan dengan baju tipis begini.” (halaman 268)
Data 18
”Ya. Sekarang
Anda tidak akan saya lepaskan.”
”Bagaimana?”
”Saya tidak akan
membiarkan Anda berdansa dengan orang lain.”
”Tapi Anda tidak
akan berbuat demikian,” sesalnya. (halaman 322)
Data
19
”Kalau kau tidak
ingin kawin sekarang, kita bertunangan dulu. Sekembaliku dari luar negeri kita
bisa kawin,” katanya. (halaman 53)
Data 20
”Kukira dia yang
mencintaiku. Dalam beberapa tahun ini kalau tidak ada perubahan dengan diriku,
dia akan kuminta mengawiniku.” (halaman 61)
Data 21
”Aku tidak
mencintainya. Aku sudah mempunyai seorang pilot. Orang lain tidak berarti
bagiku, kaya atau miskin.” (halaman 92)
Data 22
Beberapa saat
kemudian dia membelai rambutku dan berbisik: ”Kalau kita kawin, aku ingin
segera memberimu seorang bayi yang mungil.” (halaman 96)
Data 23
”Istriku dinas
pagi besok,” katanya kalau kawan-kawannya mengajak kami berlarut-larut ke malam
dansa, atau: ”Aku ada janji dengan istriku sore ini,” dan lain-lain ucapan
lagi. (halaman 98)
Data 24
”Itu istriku,”
jawabnya ketika ku tanyakan. ”Dia meninggal sepuluh tahun yang lalu.” (halaman
117)
Data 25
”Kau tidak
melupakanku, bukan? Kau tidak lupa bahwa aku suka memancing. Kau tentunya juga
tidak melupakan hari-hari kita berdua di tepi Kali Progo, kau memancing dan aku
membuat gambar-gambar rumah-rumah bambu dan bukit-bukit pasir. Kau ingat semua
itu, bukan?” (halaman 143)
Data 26
”Apakah kau
tetap tidak mencintaiku?” akhirnya dia menoleh kepadaku. (halaman 145)
Data 27
”Kau akan
merinduiku?” tanyanya. (halaman 179)
Data 28
”Tidak!” katanya
sambil menggelengkan kepalanya.
”Tidak ada
boneka-boneka di kapal?”
”Tidak ada yang
seperti kau.” (halaman 198)
Data 29
”Kau bahagia?”
tiba-tiba dia berbisik perlahan.
Aku tersenyum.
”Aku selalu bahagia bersama kau. (halaman 199)
Data 30
”Aku mencintaimu
banyak sekali, tidak hanya sedikit,” dan wajahnya bersungguh-sungguh menatapku.
”Aku tidak mau kau berpikir yang bukan-bukan.
Aku cukup alim.” (halaman 199)
Data 31
”Mungkin karena
aku terlalu mencintaimu. Kau tanpan. Kau bekarja jauh dari istrimu dalam waktu
yang cukup lama. Dengan dia aku tidak cemburu. Istri dan anak-anakmu berhak
atas dirimu dan atas kebahagiaan di sampingmu. Tetapi perempuan-perempuan
lainnya? Mereka seperti aku, hanya kau temui di kapal dan di pelabuhan seolah
untuk pengisi waktu persinggahanmu di pelabuhan. Kau akan melupakanku dengan
cepat.” (halaman 200)
Data 32
”Aku menunggumu
sejak kemarin malam sejak kita berpisah. Kini setelah kau datang kau hendak
meninggalkanku tanpa aku bisa menciummu.” (halaman 202)
Data 33
”Kasih,” aku
mencoba menjelaskan perasaanku. ”Aku mencintaimu. Aku bahkan terlalu
mencintaimu hingga aku tidak berani memikirkan bagaimana jadinya seandainya
kita kawin, lalu aku akan terpaksa tinggal seorang diri selama sebulan dua
bulan karena kau berlayar hanya untuk tinggal bersamaku sepuluh hari atau
beberapa minggu.” (halaman 205)
Data 34
”Kau tidak
cemburu lagi? Dan dibuainya tubuhku perlahan.
”Kukira
kecemburuan dapat hilang oleh rasa mengerti.”
”Dan kau cukup
mengertiku? (halaman 206)
Data 35
”Aku tidak mau
melihatmu menangis.”
Aku tidak
menjawab, hanya menggelengkan kepala.
”Satu setengah
bulan lagi aku kembali. Kau tidak akan melupakanku?”
Aku memaksa
diriku tersenyum menjawabnya. ”Mungkin kau yang akan melupakanku.” (halaman
206)
Data 36
”Kita akan
bertemu lagi,” katanya menghiburku. ”Semua tergantung kepada kekuatan kehendak
kita.” (halaman 208)
Data 37
”Nicole,”
panggilku.
Dia bergerak dan
membuka matanya.
”Ah, kau,”
disambutnya tanganku.
”Aku terlambat,”
aku tidak tahu apa lagi yang mesti kukatakan. (halaman 244)
Data 38
”Aku
mencintaimu, Michel. Kau tidak akan melupakanku, bukan?” (kesetiaan, halaman
276)
Data 39
”Maaf, ”Tuan.
Saya telah menjanjikan dansa ini kepada komandan.” Tuan Haller yang semula
tidak melihatku, menoleh ke belakang. Nyonya Vincent berdiri dan menyambut
tanganku. (halaman 322)
Data 40
”Aku tidak tahu
apakah kau pernah kehilangan seseorang. Waktu itu kami hampir kawin. Kehilangan
dia bagiku waktu itu merupakan kehilangan masa depan.” (halaman 329)
Data 41
”Tidak ada
kabar. Kukira kau tidak datang,” kataku seolah menyesalinya.
”Tetapi aku
datang,” jawabnya dengan sederhana. (halaman 334)
Data 42
”Kalau begitu kau
tidak melupakanku,” suaranya tidak bertanya, juga tidak memastikannya.
”Siapa yang
dapat melupakan kau,” aku menjawabnya dengan nada yang sama. (halaman 335)
Data 43
”Tidak. Kau
adalah bonekaku, penariku. Hanya untukku sendiri.” (halaman 336)
Data 44
”Kau lembut.
Suatu hari nanti akan ada laki-laki yang mengatakannya dan yang memerlukan
kelembutan itu. Dia akan mencintaimu.” (halaman 57)
Data 45
”Tangan penari,”
katanya setengah berbisik. ”Aku benar-benar senang bisa mengenalmu. Kalau kita
mempunyai anak, aku ingin dia menjadi seorang beradab, halus seperti ibunya.
Dariku aku hanya memiliki kekasaran dan kekerasan tentera.” (halaman 79)
Data 46
”Maaf,” kudengar
suaranya perlahan sekali. ”Aku terlalu memikirkan diri sendiri, terlalu egois.
Mauku kau cepat kembali ke Jakarta. Bertemu dengan kau, berbicara dengan kau
merupakan sesuatu yang mengasikkan bagiku.” Lalu tiba-tiba nada suaranya
berganti, dia meneruskan. ”Kau seorang kawan yang tidak membosankan.” Tangannya
diletakkannya sebentar di bahuku, lalu dia terjun ke kolam. (halaman 109)
Data 47
”Aku
mencintaimu.” (halaman 112)
Data 48
”Aku tahu. Itu
adalah kecelakaan yang patut disesalkan. Tapi itu telah berlalu. Aku hanya
memintamu untuk berusaha mencintaiku sedikit.” (halaman 113)
Data 49
”Carl!” aku
tersesak oleh nafasku sendiri, hanya dapat menyebut namanya.
”Aku bahkan bisa
menyewa seluruh hotel ini hanya untuk bertemu dengan kau, meskipun buat waktu
yang singkat,” suaranya sedih perlahan. (halaman 143)
Data
50
”Kau mau bukan?
Kau mencintaiku?” (halaman 79)
Data 51
”Kalau aku tahu
kau akan datang, aku tidak pergi dengan mereka,” perlahan aku memberanikan
diri, aku merasa perlu untuk menjelaskan kelakuanku. ”Di tilgram kau mengatakan
tidak bisa datang.” (halaman 90)
Data 52
”Aku tidak
memintamu untuk mencintaiku,” kataku dan sambungku: ”Aku hanya minta supaya kau
berpikir kepadaku kadang-kadang.”
”Tapi aku telah
mencintaimu,” sahutnya. (halaman 180)
Data 53
”Aku tidak
berhak bercampur tangan dalam hal ini,” kataku kemudian, ”Kau cukup dewasa untuk
menerima dan mencernakan perlakuan orang terhadapmu. Tetapi aku harap kau tidak
terlalu menutup mata untuk membedakan antara nafsu dan cinta yang sebenarnya.
Aku tidak pernah bergaul dengan orang-orang asing secara intim kecuali dalam
surat dan buku-buku. Kau juga mengenal buku-buku itu.” (halaman 84)
Data 54
”Ini emas
kawinnya,” kudengar suara Saputro. (halaman 97)
Data 55
”Kita kemari
untuk beristirahat, dan aku mau supaya kau tidur dengan baik dan dengan tenang.
Tidak perlu ada orang lain,” dia berbicara tanpa memandang kepadaku. (halaman
108)
Data 56
”Tidakkah kau
merasainya, Sri? Kau gadis yang berperasaan paling halus yang pernah kukenal.
Kau pasti mengetahui perhatian yang kucurahkan kepadamu. Kau mengerti, bukan?”
(halaman 112)
Data 57
”Kekasih
tersayang,” bujuknya. Aku tidak mau kau tenggelam dalam kesedihan sedemikian
rupa. Kau muda. Kau harus ingat masih ada kehidupan lain yang menunggumu.” (halaman
113)
Data 58
”Kau sudah
makan?” aku bertanya lagi.
”Sudah, di
anjungan sambil mengawasi pilot.”
”Kau mandi air
dingin, lalu tidur. Besok pagi kau harus bekerja kembali, bukan?” (halaman 178)
Data 59
”Kau haus?”
”Haus sekali,”
jawabku. ”Aku sejak jam sepuluh menunggu kapal.”
Diambilnya gelas
yang ada di tanganku.
”Kau makan
sedikit dengan aku.”
”Aku tidak
lapar.” (halaman 198)
Data 60
”Aku ingin
menanyakan sesuatu kepadamu,” katanya ketika kami habis makan siang itu.
”Seandainya aku bebas, aku tidak berkeluarga, apakah kau mau menjadi istriku?”
(halaman 205)
Data 61
”Kau seharusnya
tidak menangis, kasih,” bujukku.
”Maafkan aku,”
sahutnya perlahan. ”Aku belum juga mengerti mangapa aku telah mengerjakan ini.”
(halaman 328)
Data 62
”Kau haus?”
seperti hendak menentramkan diri aku berkata.
”Haus sekali,”
akhirnya dia menjawab; meletakkan gelas di meja, lalu mendekatiku dan langsung
merangkulkan kedua tangannya ke leherku; matanya lembut menengadah mencari
pandangku.
”Kau makan siang
bersamaku?” aku mengulang.
”Aku tidak
lapar.”
Kucium sudut
bibirnya perlahan.
”Harus makan
sedikit.” (halaman 335)
Data 63
”Kau bahagia?”
bisikku dan kuciumi dahinya, hidungnya, rambutnya yang terlepas menggumpal
jatuh menutupi bahunya.
Dia tidak segera
menjawab, membuka matanya.
”Aku selalu
bahagia dengan kau,” akhirnya dia berkata perlahan.
”Lelah?”
Dia tersenyum. Kepalanya
bergerak ke samping.
”Bonekaku yang
mungil,” katanya sambil mengusap pipinya.
Diambilnya
tanganku dan diciumnya. (halaman 336)
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tentang nilai
romantis dalam novel ”Pada Sebuah Kapal” Karya Nh. Dini, maka penulis menjelaskan pembahasan sebagai berikut :
Data
1
”Aku katakan
kepadanya, bahwa tidak usah sebagai pramugari kalau memang aku mau seorang
laki-laki masuk ke dalam kamarku, aku tentu akan memasukkannya.” (halaman 24)
Data
1 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai ketaatan
dan kepatuhan.
Ujaran
tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Sri (si penari) kepada Narti
bahwa ia masih memiliki rasa patuh dan taat terhadap ajaran agamanya, seperti
terlontar lewat ujarannya yang menyatakan kepada Narti bahwa dia masih memiliki
ketaatan dan kepatuhan terhadap larangan Allah dengan tidak memasukkan pria
yang bukan muhrimnya ke dalam kamar. Hal ini jelas menunjukkan bahwa
pekerjaannya sebagai pramugari bukanlah satu-satunya alasan bahwa ia akan
memasukkan lelaki ke kamarnya. Jika memang ia memiliki niat seperti itu, maka
tanpa menjadi seorang pramugaripun ia dapat melakukan hal tersebut.
Data
2
”Memang aku
senang kepadanya. Orangnya baik dan cakap. Lagi pula dia tidak keluar malam
dengan aku saja. Dia juga keluar dengan gadis-gadis lain. Bahkan dengan
wanita-wanita yang jauh lebih manis daripadaku.” (halaman 48)
Data
2 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai tingkahlaku. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Sri (si penari) bahwa ia menerangkan
tingkahlaku yang dilakukan oleh para perwira. Hal ini jelas menunjukkan bahwa
para perwira kapal ketika berjauhan dengan orang yang dicintainya, maka ia akan
dengan mudah dapat pergi dengan wanita lain, yang jauh lebih manis dan cantik
dari dirinya.
Data
3
”Kau
mencemoohku,” aku menuduhnya.
”Kau begitu
manis. Tadi di becak aku hampir memelukmu.” (halaman 54)
Data
3 di atas merupakan penggalan dialog dalam novel yang berlangsung antara Yus
dengan Sri, yang mendeskripsikan nilai tingkahlaku. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Yus bahwa ia menyatakan tingkahlaku
yang akan dilakukannya karena melihat Sri begitu manis. Hal ini jelas
menunjukkan bahwa Yus memiliki tingkahlaku yang romantis ketika berada di becak
dan hendak memeluknya Sri karena melihat ia begitu manis.
Data 4
”Begitu besar
daya tariknya,” kataku perlahan. ”Kau yang kukira kebal akan godaan cinta dan
perasaan sejenis.” (halaman 83)
Data
4 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Sri terhadap Saputro, ia menyatakan
bahwa Saputro bukanlah seperti orang yang ia pikirkan. Hal ini jelas
menunjukkan bahwa Saputro memiliki tingkahlaku yang jauh berbeda dengan yang
dipikirkan oleh Sri, ternyata ia juga memiliki nafsu yang sama dengan lelaki
lain ketika sedang bermesraan dengan wanita, dan ia pun tidak kebal dengan
godaan cinta sang penari (Sri).
Data 5
”Dia mengatakan
bahwa dia suka kepadaku. Kuhitung sudah lebih dari empat orang yang menciumku,
Sri. Tapi, selama itu aku tidak pernah merasakan tekanan kehendak yang
merangsang sampai ke kepala. Dengan dia lain sekali. Hanya dengan mengingat
namanya, hanya dengan melihat dia di sana, aku merasa tubuhku memanas, dan
ketika dia memelukku, dengan tidak kusadari aku telah membalas dengan sikap
yang kini kupikir terlalu langsung.” (halaman 83)
Data
5 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Sri, ia menyatakan tingkahlaku Saputro
ketika memeluknya, sangat jauh berbeda dengan kebanyakan lelaki lain. Hal ini
jelas menunjukkan bahwa Saputro memiliki tingkahlaku yang jauh berbeda dengan
yang dipikirkan oleh Sri, ternyata ia dapat memberikan kepuasaan kepada Sri
ketika kedua sedang bersama.
Data 6
”Mengapa kau
tidak mau kalau ada orang lain di rumah penginapan? Apakah itu disebabkan
karena kau ingin bersendiri denganku?” suaraku kupaksa keluar dan menyambung.
”Kau ingin memilikiku? Kau ingin tidur dengan aku? (halaman 111)
Data
6 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Sri, ia menyatakan tingkahlaku Carl
ketika berada di tempat penginapan yang telah disewa hanya untuk berdua dengan
Sri. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Carl memiliki tingkahlaku yang ingin
ketika berdua dengan Sri tidak ada yang mengganggu, hanya mereka berdua saja,
dan dia bisa bebas melakukan apa yang diinginkannya berdua.
Data 7
”Aku ingin kau
mencintaiku. Semula aku berpikir kalau aku telah berhasil memilikimu sekali,
kukira kau akan terikat kepadaku. Aku mencintaimu, Sri.” Diambilnya tanganku
dan digenggamnya.” Kau mau menjadi istriku?” (halaman 113)
Data
7 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Carl, ia menyatakan tingkahlakunya
tersebut terhadap Sri dengan dengan berbagai pernyataan cintanya. Hal ini jelas
menunjukkan bahwa Carl memiliki tingkahlaku yang secara langsung menyatakan
rasa cintanya kepada Sri dengan menggenggam kedua tangannya.
Data 8
”Tidak, Carl,”
bisikku untuk menguatkan diri. ”Tidak. Aku tidak bisa berbuat itu.” (halaman
145)
Data 8 di atas
merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Sri, ia menyatakan tingkahlaku Carl
ketika sedang berdua dengannya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Carl memiliki
tingkahlaku yang ketika bersama dengan Sri, ia hanya ingin memiliki tubuhnya,
nafsunyalah yang selalu dikedepankan. Bahkan, ketika Sri pun menolak
keinginannya, ia tanpa memaksa kehendaknya.
Data 9
”Kita akan
menempatkan diri di antara mereka, sesudah itu Anda memilih pasangan lain
sesuka hati,” sambungnya membujuk. (halaman 161)
Data
9 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Jack Smale (suami Marianne), ia
menyatakan tingkahlakunya dengan mengajak Sri berdansa. Hal ini jelas
menunjukkan bahwa Jack Smale (suami Marianne) memiliki tingkahlaku yang suka
bergonta-ganti pasangan. Pertama ia mengajak Sri berdansa, lalu ketika sudah
dalam kumpulan dansa, ia membolehkan Sri untuk berganti pasangan dansa dengan
yang lain.
Data 10
”Tidak.”
Matanya, ah,
matanya yang menancapkan rasa berahi.
”Pergilah,”
seperti tak berdaya suaraku semakin lirih. (halaman 171)
Data 10 di atas
merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Sri, ia menyatakan tingkahlaku seorang
Dokter kapal yang menemaninya kembali sampai di depan pintu kamar. Hal ini
jelas menunjukkan bahwa Dokter kapal tersebut memiliki rasa yang mendalam
terhadap Sri, namun kerena mereka belum terlalu kenal, maka ia tidak berani
melakukan hal yang lain terhadap Sri, dan ia pun tidak membuka peluang untuk
hal itu.
Data 11
”Aku tidak bisa
menciummu di sini,” katanya. (halaman 178)
Data
11 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Michel, ia menyatakan tingkahlakunya
dengan pernyataan bahwa ia tidak dapat mencium Sri di tempat itu (di salon). Hal
ini jelas menunjukkan bahwa Michel memiliki tingkahlaku yang sopan, terbukti
dengan ucapannya yang tidak mau mencium Sri di salon.
Data 12
”Kau mau supaya
aku terus menari?”
”Tentu saja.
Tanganmu, tubuhmu, matamu, semuanya hanya bisa dimiliki oleh seorang penari.
Jari-jarimu panjang dan pipih.” (halaman 180)
Data
12 di atas merupakan penggalan dialog percakapan dalam novel yang
mendeskripsikan tingkahlaku.
Dialog
tersebut merupakan percakapan yang berlangsung antara Sri dengan Michel, ia
menyatakan tingkahlakunya dengan memberikan pernyataan tentang bagaimana ketika
Sri menari seraya membelai jari-jari Sri. Hal ini jelas menunjukkan bahwa
Michel memiliki tingkahlaku yang romantis ketika memuji dan bersama dengan Sri.
Data 13
”Aku kepanasan,”
kataku menjelaskan sikapku.
Dia tersenyum.
Ditolongnya aku membuka baju tebalku.
”Kau manis
sekali,” katanya, lalu dipegangnya aku, dipandanginya dari jarak yang cukup
jelas. (halaman 197)
Data 13 di atas
merupakan penggalan dialog percakapan dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Dialog tersebut
merupakan percakapan yang berlangsung antara Sri dengan Michel, dalam dialog
tersebut menjelaskan tentang bagaimana tingkahlaku keduanya ketika berada dalam
kamar kerja Michel. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Sri dan Michel memiliki
tingkahlaku yang romantis ketika sedang bersama dalam ruang kamar yang sempit.
Keduanya menunjukkan rasa saling suka dan ingin melampiskan nafsu yang dimiliki
satu sama lain.
Data 14
”Kalau perlu aku
akan membuat kesalahan di sini juga,” dan ditariknya tubuhku, dia mencari
bibirku. (halaman 203)
Data 14 di atas
merupakan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. ujaran tersebut
merupakan ujaran yang dilontarkan oleh Michel menjelaskan tentang bagaimana
tingkahlakunya ketika sedang bersama dengan sri untuk memuaskan nafsunya dan
tidak peduli jika ketahuan dengan yang lain. Hal ini jelas menunjukkan bahwa
Michel memiliki tingkahlaku yang ingin agar nafsunya terpuaskan ketika bersama
dengan Sri dan tidak mau tahu bagaimana kondisi dan sedang berada dimana
mereka.
Data 15
”Tidak. Jangan
di sini,” katanya terengah di bawah tekanan napasku yang semakin memanas.
”Di mana?”
”Di tempatku.
Kutunggu kau di lumbung.”
”Sekarang?”
”Nanti malam jam
sebelas.” (halaman 242)
Data 15 di atas
merupakan penggalan dialog dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Dialog tersebut
merupakan percakapan yang berlangsung antara Nicole dengan Michel. Percakapan
keduanya menunjukkan tingkahlaku romantis mereka ketika sedang berbaring berdua
pada padang rumput di hutan, dan keduanya sama-sama menunjukkan rasa ingin
melampiaskan nafsu keduannya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Nicole dan Michel
memiliki tingkahlaku yang ingin ketika mereka sedang berdua untuk saling
memuaskan satu sama lainnya.
Data 16
”Kau tidak
kedinginan?” tanyaku untuk mengulur waktu.
”Tidak. Kau?
”Tidak.”
”Berbaringlah di
sampingku.” (halaman 244)
Data 16 di atas
merupakan penggalan dialog dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Dialog tersebut
merupakan percakapan yang berlangsung antara Michel dengan Nicole. Percakapan
keduanya menunjukkan tingkahlaku romantis mereka ketika sedang berdua di
lumbung padi. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Nicole dan Michel memiliki
tingkahlaku yang romantis ketika sedang bersama, dan tidak ingin membuang-buang
waktu untuk melakukan keromantisan tersebut antara keduanya.
Data 17
”Kau bisa
membuka baju panasmu kalau kau mau. Mari kutolong.” Sebelum aku sadar,
Francoise telah berdiri di sampingku serta menolongku mengeluarkan kepala, lalu
kedua lenganku dari kemeja wol.
”Kau lebih
tampan dengan baju tipis begini.” (halaman 268)
Data 17 di atas
merupakan penggalan dialog dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Dialog tersebut
merupakan percakapan yang berlangsung antara Francoise dengan Michel.
Percakapan keduanya menunjukkan tingkahlaku romantis mereka ketika sedang
berdua di sebuah kamar ketika sedang bermain kartu. Hal ini jelas menunjukkan
bahwa Francoise dan Michel memiliki tingkahlaku yang romantis ketika sedang
bersama, dan Francoise ingin untuk bisa memuaskan nafsunya dengan Michel,
makanya dia membukakan baju Michel.
Data 18
”Ya. Sekarang
Anda tidak akan saya lepaskan.”
”Bagaimana?”
”Saya tidak akan
membiarkan Anda berdansa dengan orang lain.”
”Tapi Anda tidak
akan berbuat demikian,” sesalnya. (halaman 322)
Data 18 di atas
merupakan penggalan dialog dalam novel yang mendeskripsikan tingkahlaku. Dialog tersebut
merupakan percakapan yang berlangsung antara Michel dengan Nyonya Vincent
ketika sedang berdansa berdua. Percakapan keduanya menunjukkan tingkahlaku
romantis mereka. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Michel dan Nyonya Vincent
memiliki tingkahlaku yang romantis ketika sedang bersama, dan Michel menunggu
kesempatan berdua dengan Nyonya Vincent dan tidak akan melepaskannya lagi.
Data
19
”Kalau kau tidak
ingin kawin sekarang, kita bertunangan dulu. Sekembaliku dari luar negeri kita
bisa kawin,” katanya. (halaman 53)
Data 19 di atas
merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut merupakan
tuturan yang dilontarkan oleh Saputro kepada Sri bahwa ia meminta kesediaan Sri
untuk menunggunya kembali dari luar negeri, lalu mereka akan kawin. Hal ini
jelas menunjukkan rasa kesetiaan yang ingin didapatkan oleh Saputro dari Sri
untuk mau menunggu dia kembali dan melangsungkan acara perkawinan.
Data 20
”Kukira dia yang
mencintaiku. Dalam beberapa tahun ini kalau tidak ada perubahan dengan diriku,
dia akan kuminta mengawiniku.” (halaman 61)
Data 20 di atas
merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Sri kepada salah seorang sahabatnya, ia
menyatakan bahwa akan meminta kepada Carl untuk mengawininya setelah beberapa
tahun hubungan mereka, karena ia tahu kalau Carl lah yang mencintainya. Hal ini jelas menunjukkan rasa
kesetiaan yang ingin ditunjukkan oleh Sri terhadap Carl dengan mempertahankan
hubungan mereka dan melanjutkan dengan menikah.
Data 21
”Aku tidak
mencintainya. Aku sudah mempunyai seorang pilot. Orang lain tidak berarti
bagiku, kaya atau miskin.” (halaman 92)
Data 21 di atas
merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Sri kepada salah seorang sahabatnya, ia
menyatakan bahwa ia telah memiliki seorang pilot dan yang lain tidak memiliki
arti baginya. Hal ini jelas menunjukkan rasa kesetiaan yang dimiliki oleh Sri
terhadap Saputro dengan tidak berhubungan dengan yang lain karena ia telah
memiliki Saputro, tanpa memperdulikan apakah ia kaya ataupun miskin.
Data 22
Beberapa saat
kemudian dia membelai rambutku dan berbisik: ”Kalau kita kawin, aku ingin
segera memberimu seorang bayi yang mungil.” (halaman 96)
Data 22 di atas
merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Saputro kepada Sri, ia menyatakan bahwa
ia berharap akan menikah dengan Sri dan ingin memberikan kepadanya seorang bayi
yang mungil. Hal ini jelas menunjukkan rasa kesetiaan yang dimiliki oleh
Saputro terhadap Sri dengan memberikan pernyataan bahwa setelah menikah ia akan
memberikan seorang bayi yang mungil untuk Sri.
Data 23
”Istriku dinas
pagi besok,” katanya kalau kawan-kawannya mengajak kami berlarut-larut ke malam
dansa, atau: ”Aku ada janji dengan istriku sore ini,” dan lain-lain ucapan
lagi. (halaman 98)
Data 23 di atas
merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Saputro kepada para perwira, ia
menyatakan bahwa ia tidak bisa ikut berdansa malam-malam sekali karena istrinya
pergi dinas pagi atau dengan alasan yang lain. Hal ini jelas menunjukkan rasa
kesetiaan yang dimiliki oleh Saputro terhadap Sri dengan memberitahukan kepada
rekan-rekannya bahwa ia harus menemani sang istri.
Data 24
”Itu istriku,”
jawabnya ketika ku tanyakan. ”Dia meninggal sepuluh tahun yang lalu.” (halaman
117)
Data 24 di atas
merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh salah seorang kerabat Sri, ia
menunjukkan rasa kesetiaannya kepada sang istri. Hal ini jelas menunjukkan rasa
kesetiaan yang dimiliki oleh salah seorang sahabat Sri terhadap istrinya dengan
memperlihatkan foto istrinya yang telah meninggal selama sepuluh tahun yang
lalu kepada Sri.
Data 25
”Kau tidak
melupakanku, bukan? Kau tidak lupa bahwa aku suka memancing. Kau tentunya juga
tidak melupakan hari-hari kita berdua di tepi Kali Progo, kau memancing dan aku
membuat gambar-gambar rumah-rumah bambu dan bukit-bukit pasir. Kau ingat semua
itu, bukan?” (halaman 143)
Data 25 di atas
merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Carl kepada Sri, ia mengajukan
pertanyaan yang jawabannya merupakan bukti kalau Sri masih setia kepadanya dan
ia berharap kalau Sri setia terhadapnya. Hal ini jelas menunjukkan rasa
kesetiaan yang ingin didapatkan oleh Carl dari Sri. Ia berharap bahwa Sri masih
setia terhadapnya.
Data 26
”Apakah kau
tetap tidak mencintaiku?” akhirnya dia menoleh kepadaku. (halaman 145)
Data
26 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai
kesetiaan.
Ujaran
tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Carl, ia mengajukan pertanyaan
kepada Sri dan berhapat Sri masih setia dan mencintainya seperti halnya dia. Hal
ini jelas menunjukkan bahwa Carl berharap kalau Sri mencintainya dan berharapa
agar Sri tetap setia dengannya seperti halnya dia terhadap Sri.
Data 27
”Kau akan
merinduiku?” tanyanya. (halaman 179)
Data
27 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai
kesetiaan.
Ujaran
tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Michel, ia mengajukan
pertanyaan kepada Sri dan berharap Sri selalu setia dan merinduinya. Hal ini
jelas menunjukkan bahwa Michel berharap agar Sri selalu memikirkannya dan
selalu merindukannya.
Data 28
”Tidak!” katanya
sambil menggelengkan kepalanya.
”Tidak ada
boneka-boneka di kapal?”
”Tidak ada yang
seperti kau.” (halaman 198)
Data 28 di atas
merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Michel kepada Sri, ia menyatakan kepada
Sri bahwa tidak ada yang seperti dia. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Michel
memiliki rasa kesetiaan terhadap Sri yang dibuktikannya lewat ucapan tersebut,
bahwa tidak ada boneka di kapan yang seperti dia.
Data 29
”Kau bahagia?”
tiba-tiba dia berbisik perlahan.
Aku tersenyum.
”Aku selalu bahagia bersama kau. (halaman 199)
Data 29 di atas
merupakan penggalan dialog dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Percakapan tersebut
merupakan dialog yang berlangsung antara Michel dengan Sri, ia menanyakan
kepada Sri apakah ia bahagia dengannya dan Sri pun mengiyakannya. Hal ini jelas
menunjukkan bahwa Michel dan Sri sama-sama memiliki rasa setia yang dibangun
diantara keduanya.
Data 30
”Aku mencintaimu
banyak sekali, tidak hanya sedikit,” dan wajahnya bersungguh-sungguh menatapku.
”Aku tidak mau kau berpikir yang bukan-bukan.
Aku cukup alim.” (halaman 199)
Data 30 di atas
merupakan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Michel kepada Sri, ia menyatakan kepada
Sri bahwa ia sangat mencintainya dan berharap agar Sri tidak memikirkan yang
bukan-bukan tentangnya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Michel memiliki rasa
kesetiaan yang begitu besar terhadap Sri, dan berharap agar Sri
mempercayainya.
Data 31
”Mungkin karena
aku terlalu mencintaimu. Kau tanpan. Kau bekarja jauh dari istrimu dalam waktu
yang cukup lama. Dengan dia aku tidak cemburu. Istri dan anak-anakmu berhak
atas dirimu dan atas kebahagiaan di sampingmu. Tetapi perempuan-perempuan
lainnya? Mereka seperti aku, hanya kau temui di kapal dan di pelabuhan seolah
untuk pengisi waktu persinggahanmu di pelabuhan. Kau akan melupakanku dengan
cepat.” (halaman 200)
Data 31 di atas
merupakan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Sri kepada Michel, ia menyatakan
menyatakan isi hatinya kalau ia takut akan ditinggal olehnya, dan berharap agar
hal itu tidak terjadi, juga agar Michel selalu mencintainya. Hal ini jelas
menunjukkan bahwa Sri ingin agar Michel tetap setia kepadanya meskipun mereka
tidak bersama, ia sedih karena Michel akan kembali kepada istrinya dan para
wanita lain yang sama nasibnya dengan dia yang didapatkan ketika sedang di
kapal.
Data 32
”Aku menunggumu
sejak kemarin malam sejak kita berpisah. Kini setelah kau datang kau hendak
meninggalkanku tanpa aku bisa menciummu.” (halaman 202)
Data 32 di atas
merupakan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Michel kepada Sri, ia menyatakan kepada
Sri bahwa ia telah menunggunya sejak kemarin malam. Hal ini jelas menunjukkan
bahwa Michel memiliki rasa kesetiaan terhadap Sri, ia mau menunggunya untuk
berjumpa kembali, dan ketika berjumpa Sri tidak akan dibiarkan pergi sebelum ia
bisa menciumnya terlebih dahulu.
Data 33
”Kasih,” aku
mencoba menjelaskan perasaanku. ”Aku mencintaimu. Aku bahkan terlalu
mencintaimu hingga aku tidak berani memikirkan bagaimana jadinya seandainya
kita kawin, lalu aku akan terpaksa tinggal seorang diri selama sebulan dua
bulan karena kau berlayar hanya untuk tinggal bersamaku sepuluh hari atau
beberapa minggu.” (halaman 205)
Data 33 di atas
merupakan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Sri kepada Michel, ia mengungkapkan isi
hatinya yang setia dan terlalu mencintainya dan takut jika mereka nantinya
kawin, dia akan meninggalkannya selama berbulan-bulan, dan hanya bisa bersama
dalam beberapa nhari saja, yatakan kepada Sri bahwa ia telah menunggunya sejak
kemarin malam. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Sri memiliki rasa kesetiaan yang
besar terhadap Michel, dan ia takut jika seandainya mereka kawin, ia akan
ditinggalkan selama berbulan-bulan karena Michel harus berlayar.
Data 34
”Kau tidak
cemburu lagi? Dan dibuainya tubuhku perlahan.
”Kukira
kecemburuan dapat hilang oleh rasa mengerti.”
”Dan kau cukup
mengertiku? (halaman 206)
Data 34 di atas
merupakan dialog dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Dialog tersebut
merupakan percakapan yang berlangsung antara Michel dengan Sri, tuturan yang
dilontarkan Sri atas pertanyaan dari Michel tersebut menunjukkan rasa setia
yang dimiliki olehnya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Sri memiliki rasa
kesetiaan yang besar terhadap Michel, sehingga ia dapat menghilangkan rasa
cemburunya dengan rasa mengerti tentang bagaimana pekerjaannya sebagai pelayar.
Data 35
”Aku tidak mau
melihatmu menangis.”
Aku tidak
menjawab, hanya menggelengkan kepala.
”Satu setengah
bulan lagi aku kembali. Kau tidak akan melupakanku?”
Aku memaksa
diriku tersenyum menjawabnya. ”Mungkin kau yang akan melupakanku.” (halaman
206)
Data 35 di atas
merupakan dialog dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Dialog tersebut
merupakan percakapan yang berlangsung antara Michel dengan Sri, percakapan yang
berlangsung antara keduanya tersebut menunjukkan rasa setia yang dimiliki oleh
kedua. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Michel ingin agar Sri setia menunggunya,
karena satu setengah bulan lagi ia akan kembali dan meminta kepada Sri untuk
tidak melupakannya.
Data 36
”Kita akan
bertemu lagi,” katanya menghiburku. ”Semua tergantung kepada kekuatan kehendak
kita.” (halaman 208)
Data 36 di atas
merupakan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Michel kepada Sri, ia menyakinkan bahwa
mereka akan bertemu kembali. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Michel memiliki
rasa kesetiaan kepada Sri dengan mengatakan bahwa mereka akan bertemu kembali,
dan semua itu bisa terwujud jika kehendak mereka berdua, maka ia pun
mengharapkan agar Sri juga setia kepadanya.
Data 37
”Nicole,”
panggilku.
Dia bergerak dan
membuka matanya.
”Ah, kau,”
disambutnya tanganku.
”Aku terlambat,”
aku tidak tahu apa lagi yang mesti kukatakan. (halaman 244)
Data 37 di atas
merupakan dialog dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Dialog tersebut
merupakan percakapan yang berlangsung antara Michel dengan Nicole, dalam dialog
tersebut menyatakan kesetiaan yang dimiliki oleh Nicole ketika menunggu Michel
datang ke lumbung padi miliki Nicole. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Nicole
memiliki kesetiaan kepada Michel, yang tidak marah meskipun ia telah menunggu
lama Michel datang.
Data 38
”Aku
mencintaimu, Michel. Kau tidak akan melupakanku, bukan?” (kesetiaan, halaman
276)
Data 38 di atas
merupakan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Marjorie kepada Michel, yang menyatakan
rasa cintanya kepada Michel dan berharap agar ia tidak melupakannya. Hal ini
jelas menunjukkan bahwa Marjorie memiliki kesetiaan kepada Michel dengan rasa
cintanya yang besar dan berharap agar Michel pun setia serta tidak
melupakannya.
Data 39
”Maaf, ”Tuan.
Saya telah menjanjikan dansa ini kepada komandan.” Tuan Haller yang semula
tidak melihatku, menoleh ke belakang. Nyonya Vincent berdiri dan menyambut
tanganku. (halaman 322)
Data 39 di atas
merupakan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Nyonya Vincent kepada Tuan Haller, yang
menyatakan rasa kesetiaannya dan tidak mau berdansa dengan orang lain selain
Michel serta setia menunggunya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Nyonya Vincent
memiliki kesetiaan kepada Michel dengan mau menunggu kedatangannya untuk
berdansa berdua, dan ia tidak mau berdansa dengan orang lain, karena dansanya
hanya dijanjikan kepada Michel.
Data 40
”Aku tidak tahu
apakah kau pernah kehilangan seseorang. Waktu itu kami hampir kawin. Kehilangan
dia bagiku waktu itu merupakan kehilangan masa depan.” (halaman 329)
Data 40 di atas
merupakan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Marjorie kepada Michel, yang menyatakan
rasa kesetiaannya terhadap seseorang yang pernah berarti dalam hidupnya dan
mereka hampir kawin pada waktu itu. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Marjorie
memiliki kesetiaan kepada pasangannya yang ditunjukkannya dengan rasa
kehilangan yang mendalam.
Data 41
”Tidak ada
kabar. Kukira kau tidak datang,” kataku seolah menyesalinya.
”Tetapi aku
datang,” jawabnya dengan sederhana. (halaman 334)
Data 41 di atas
merupakan dialog dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Dialog tersebut
merupakan percakapan yang berangsung antara Sri dengan Michel. Dalam dialog
tersebut jelas terlihat rasa setia yang dimiliki oleh keduanya. Hal ini jelas
menunjukkan bahwa Sri dan Michel memiliki kesetiaan antara keduanya, mereka
saling menunggu satu sama lain.
Data 42
”Kalau begitu
kau tidak melupakanku,” suaranya tidak bertanya, juga tidak memastikannya.
”Siapa yang
dapat melupakan kau,” aku menjawabnya dengan nada yang sama. (halaman 335)
Data 42 di atas
merupakan dialog dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Dialog tersebut
merupakan percakapan yang berangsung antara Sri dengan Michel. Dalam dialog
tersebut jelas terlihat rasa setia yang dimiliki oleh Michel yang menepati
janjinya untuk kembali dan tidak melupakan Sri. Hal ini jelas menunjukkan bahwa
Michel memiliki kesetiaan terhadap Sri, yang dibuktikannya dengan kembali
menemui Sri dan tidak melupakannya begitu juga dengan Sri yang menunggu Michel
pulang.
Data 43
”Tidak. Kau
adalah bonekaku, penariku. Hanya untukku sendiri.” (halaman 336)
Data 43 di atas
merupakan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kesetiaan. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Michel kepada Sri. Dalam tuturan
tersebut jelas terlihat rasa setia yang dimiliki oleh Michel yang menyatakan
bahwa Sri adalah bonekanya, penarinya, dan hanya untuk dia. Hal ini jelas
menunjukkan bahwa Michel memiliki kesetiaan terhadap Sri, yang diungkapkannya
bahwa Sri lah bonekanya, penarinya, dan hanyalah dia seorang yang akan terus
menjadi miliknya.
Data 44
”Kau lembut.
Suatu hari nanti akan ada laki-laki yang mengatakannya dan yang memerlukan
kelembutan itu. Dia akan mencintaimu.” (halaman 57)
Data
44 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai keikhlasan. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Carl bahwa ia menyatakan rasa
keikhlasanya dengan memberikan pujian kepada Sri. Hal ini jelas menunjukkan
bahwa Carl memiliki keikhlasan dengan memberikan pujian kepada Sri tentang
bagaimana kepribadian dia yang akan dikagumi oleh banyak lelaki.
Data 45
”Tangan penari,”
katanya setengah berbisik. ”Aku benar-benar senang bisa mengenalmu. Kalau kita
mempunyai anak, aku ingin dia menjadi seorang beradab, halus seperti ibunya.
Dariku aku hanya memiliki kekasaran dan kekerasan tentera.” (halaman 79)
Data 45 di atas
merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai keikhlasan. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Saputro bahwa ia menyatakan rasa
keikhlasanya dengan memberikan pujian kepada Sri. Hal ini jelas menunjukkan
bahwa Saputro memiliki keikhlasan dengan memberikan pujian kepada Sri tentang
bagaimana kepribadian dia yang akan dapat mengayomi anak-anaknya dikemudian
hari jika ia memiliki anak dengan dirinya
Data 46
”Maaf,” kudengar
suaranya perlahan sekali. ”Aku terlalu memikirkan diri sendiri, terlalu egois.
Mauku kau cepat kembali ke Jakarta. Bertemu dengan kau, berbicara dengan kau
merupakan sesuatu yang mengasikkan bagiku.” Lalu tiba-tiba nada suaranya
berganti, dia meneruskan. ”Kau seorang kawan yang tidak membosankan.” Tangannya
diletakkannya sebentar di bahuku, lalu dia terjun ke kolam. (halaman 109)
Data
46 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai keikhlasan. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Carl bahwa ia menyatakan rasa
keikhlasanya dengan menyatakan rasa senangnya karena memiliki seorang kawan
seperti Sri. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Carl menunjukkan keihlasannya yang
terungkap karena rasa senangnya karena memiliki kawan seperti Sri.
Data 47
”Aku mencintaimu.”
(halaman 112)
Data 47 di atas
merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai keikhlasan. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Carl bahwa ia menyatakan rasa
keikhlasanya dengan menyatakan kepada Sri bahwa ia mencintainya. Hal ini jelas
menunjukkan bahwa Carl memiliki rasa ikhlas dan tulus terhadap Sri kalau ia
memang sangat mencintainya.
Data 48
”Aku tahu. Itu
adalah kecelakaan yang patut disesalkan. Tapi itu telah berlalu. Aku hanya
memintamu untuk berusaha mencintaiku sedikit.” (halaman 113)
Data 48 di atas
merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai keikhlasan. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Carl bahwa ia meminta keikhlasan Sri
untuk dapat mencintainya walaupun sedikit dan dia dapat menerima apapun keadaan
Sri. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Carl berharap akan keikhlasan dari Sri
untuk dapat mencintainya, walaupun hanya sedikit dan dia pun ikhlasan menerima
bagaimanapun keadaan Sri.
Data 49
”Carl!” aku
tersesak oleh nafasku sendiri, hanya dapat menyebut namanya.
”Aku bahkan bisa
menyewa seluruh hotel ini hanya untuk bertemu dengan kau, meskipun buat waktu
yang singkat,” suaranya sedih perlahan. (halaman 143)
Data 49 di atas
merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai keikhlasan. Ujaran tersebut
merupakan dialog yang berlangsung antara Sri dengan Carl. Carl menunjukkan
keikhlasannya terhadap Sri. Hal ini jelas menunjukkan keikhlasannya kepada Sri
bahwa ia sanggup menyewa seluruh hotel tersebut hanya untuk dapat bertemu
dengan Sri, meskipun dalam waktu yang tidak lama.
Data
50
”Kau mau bukan?
Kau mencintaiku?” (halaman 79)
Data 50 di atas
merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai saling
menghormati dan menghargai.
Ujaran
tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Saputro kepada Sri, ia meminta
persetujuan dan pernyataan dari Sri, apa ia mau menikah dengannya dan
mencintainya. Hal ini jelas menunjukkan rasa saling menghormati dan menghargai
yang ditunjukkan oleh Saputro terhadap Sri dengan meminta persetujuan dari Sri,
bukan atas kemauannya satu pihak saja.
Data 51
”Kalau aku tahu
kau akan datang, aku tidak pergi dengan mereka,” perlahan aku memberanikan
diri, aku merasa perlu untuk menjelaskan kelakuanku. ”Di tilgram kau mengatakan
tidak bisa datang.” (halaman 90)
Data 51 di atas
merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai saling
menghormati dan menghargai.
Ujaran
tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Sri kepada Saputro, ia
menyatakan rasa kecewanya karena tidak menunggu kedatangan Saputro. Hal ini
jelas menunjukkan rasa saling menghormati dan menghargai yang ditunjukkan oleh
Sri terhadap Saputro dengan memberi pernyataan bahwa jika ia tau kalau Saputro
akan datang maka ia tidak akan pergi dengan sahabatnya, namun ia akan memilih
di rumah dan menunggu kedatangannya.
Data 52
”Aku tidak
memintamu untuk mencintaiku,” kataku dan sambungku: ”Aku hanya minta supaya kau
berpikir kepadaku kadang-kadang.”
”Tapi aku telah
mencintaimu,” sahutnya. (halaman 180)
Data 52 di atas
merupakan penggalan dialog dalam novel yang mendeskripsikan nilai saling
menghormati dan menghargai.
Percakapan
tersebut merupakan dialog yang berlangsung antara Sri dan Michel, ia tidak
meminta agar Michel mencintainya, namun ia hanya berharap agar Michel
memikirkannya saja, namun ternyata Michel telah mencintainya juga. Hal ini
jelas menunjukkan rasa saling menghormati dan menghargai yang ditunjukkan oleh
Sri dan Michel, karena Sri tidak mau memaksa Michel untuk mencintainya, namun
Michel pun dengan sendirinya telah mencintai Sri.
Data 53
”Aku tidak
berhak bercampur tangan dalam hal ini,” kataku kemudian, ”Kau cukup dewasa
untuk menerima dan mencernakan perlakuan orang terhadapmu. Tetapi aku harap kau
tidak terlalu menutup mata untuk membedakan antara nafsu dan cinta yang
sebenarnya. Aku tidak pernah bergaul dengan orang-orang asing secara intim
kecuali dalam surat dan buku-buku. Kau juga mengenal buku-buku itu.” (halaman
84)
Data
53 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kasih
sayang.
Ujaran
tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan Narti (sahabat Sri), ia menyatakan
kasih sayangnya dengan memberikan nasihat kepada Sri. Hal ini jelas menunjukkan
bahwa Narti menunjukkan rasa sayangnya kepada Sri dengan memberikan nasihat
kepadanya, kalau ia haruslah bisa membedakan antara nafsu dan cinta yang
sebenarnya.
Data 54
”Ini emas
kawinnya,” kudengar suara Saputro. (halaman 97)
Data
54 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kasih
sayang.
Ujaran
tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan Saputro, ia menyatakan kasih
sayangnya dengan memberikan emas kawin kepada Sri. Hal ini jelas menunjukkan
bahwa Saputro menunjukkan rasa sayangnya kepada Sri dengan memberikan emas
kawin kepadanya, hal ini merupakan ungkapan sayangnya, yang berniat menikahi
Sri, dengan memberikan emas kawin tersebut.
Data 55
”Kita kemari
untuk beristirahat, dan aku mau supaya kau tidur dengan baik dan dengan tenang.
Tidak perlu ada orang lain,” dia berbicara tanpa memandang kepadaku. (halaman
108)
Data
55 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kasih
sayang.
Ujaran
tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan Carl, ia menyatakan kasih sayangnya
dengan memberikan perhatian kepada Sri. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Carl
menunjukkan rasa sayangnya kepada Sri dengan memberikan perhatian kepadanya,
hal ini merupakan ungkapan sayangnya, yang ingin agar Sri bisa istirahat dengan
tenang, maka dari itu ia menyewa kamar hotel tersebut sendiri, tanpa ada orang
lain.
Data 56
”Tidakkah kau
merasainya, Sri? Kau gadis yang berperasaan paling halus yang pernah kukenal.
Kau pasti mengetahui perhatian yang kucurahkan kepadamu. Kau mengerti, bukan?”
(halaman 112)
Data
56 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kasih
sayang.
Ujaran
tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan Carl, ia menyatakan kasih sayangnya
dengan memberikan pernyataan kepada Sri lewat perhatian yang telah
dicurahkannya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Carl menunjukkan rasa sayangnya
kepada Sri dengan memberikan perhatian kepadanya, hal ini merupakan ungkapan
sayangnya, yang ingin agar Sri memahami perasaan yang dimilikinya terhadap
dirinya, yang dicurahkannya lewat perhatiannya.
Data 57
”Kekasih
tersayang,” bujuknya. Aku tidak mau kau tenggelam dalam kesedihan sedemikian
rupa. Kau muda. Kau harus ingat masih ada kehidupan lain yang menunggumu.” (halaman
113)
Data
57 di atas merupakan penggalan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kasih
sayang.
Ujaran
tersebut merupakan tuturan yang dilontarkan Carl, ia menyatakan kasih sayangnya
dengan memberikan semangat dan perhatian kepada Sri. Hal ini jelas menunjukkan
bahwa Carl menyatakan rasa sayangnya kepada Sri dengan memberikan semangat dan
perhatian kepadanya, ia tidak ingin Sri terus-terusan dalam kesedihan, dan ia
menyatakan bahwa Sri masih muda dan bisa mendapatkan yang jauh lebih baik ke
depannya.
Data 58
”Kau sudah
makan?” aku bertanya lagi.
”Sudah, di
anjungan sambil mengawasi pilot.”
”Kau mandi air
dingin, lalu tidur. Besok pagi kau harus bekerja kembali, bukan?” (halaman 178)
Data 58 di atas
merupakan penggalan dialog dalam novel yang mendeskripsikan nilai kasih sayang. Dialog tersebut
merupakan dialog yang berlangsung antara Sri dengan Michel, ia menyatakan kasih
sayangnya dengan memberikan perhatian kepada Michel. Hal ini jelas menunjukkan
bahwa Sri menunjukkan rasa sayangnya kepada Michel dengan memberikan perhatian
kepadanya, ia ingin agar Michel tidur, kerena besok ia harus bekerja kembali.
Data 59
”Kau haus?”
”Haus sekali,”
jawabku. ”Aku sejak jam sepuluh menunggu kapal.”
Diambilnya gelas
yang ada di tanganku.
”Kau makan
sedikit dengan aku.”
”Aku tidak
lapar.” (halaman 198)
Data 59 di atas
merupakan penggalan dialog dalam novel yang mendeskripsikan nilai kasih sayang. Dialog tersebut
merupakan dialog yang berlangsung antara Michel dengan Sri, ia menyatakan kasih
sayangnya dengan memberikan perhatian kepada Sri. Hal ini jelas menunjukkan
bahwa Michel memperlihatkan rasa sayangnya kepada Sri dengan memberikan
perhatian kepadanya, melalui pertanyaan apakah Sri haus? dan mengajak ia makan
bersama dengannya.
Data 60
”Aku ingin
menanyakan sesuatu kepadamu,” katanya ketika kami habis makan siang itu.
”Seandainya aku bebas, aku tidak berkeluarga, apakah kau mau menjadi istriku?”
(halaman 205)
Data 60 di atas
merupakan ujaran dalam novel yang mendeskripsikan nilai kasih sayang. Ujaran tersebut
merupakan tuturan yang dilontarkan oleh Michel kepada Sri, ia menanyakan kepada
Sri bahwa jika ia tidak berkeluarga apakah Sri mau menjadi istrinya. Hal ini
jelas menunjukkan bahwa Michel memperlihatkan rasa sayangnya kepada Sri dengan
berharap agar Sri mau menjadi istrinya, namun sayang ia telah berkeluarga.
Data 61
”Kau seharusnya tidak
menangis, kasih,” bujukku.
”Maafkan aku,”
sahutnya perlahan. ”Aku belum juga mengerti mangapa aku telah mengerjakan ini.”
(halaman 328)
Data 61 di atas
merupakan dialog dalam novel yang mendeskripsikan nilai kasih sayang. Dialog tersebut
merupakan percakapan antara Nyonya Vincent dengan Michel, ia menunjukkan rasa
sayangnya dengan meminta kepada Nyonya
Vincent untuk tidak menangis. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Michel
memperlihatkan rasa sayangnya kepada Nyonya Vincent dengan berharap agar Nyonya
Vincent tidak menangis lagi.
Data 62
”Kau haus?”
seperti hendak menentramkan diri aku berkata.
”Haus sekali,”
akhirnya dia menjawab; meletakkan gelas di meja, lalu mendekatiku dan langsung
merangkulkan kedua tangannya ke leherku; matanya lembut menengadah mencari
pandangku.
”Kau makan siang
bersamaku?” aku mengulang.
”Aku tidak
lapar.”
Kucium sudut
bibirnya perlahan.
”Harus makan
sedikit.” (halaman 335)
Data 62 di atas
merupakan dialog dalam novel yang mendeskripsikan nilai kasih sayang. Dialog tersebut
merupakan percakapan yang berlangsung antara Sri dengan Michel, ia mengungkapkan rasa
sayangnya dengan cara memperhatikan Michel, baik makan dan minumnya. Hal ini
jelas menunjukkan bahwa Sri sayang da memperhatikan Michel dengan cara
memperhatikan makan dan minumnya.
Data 63
”Kau bahagia?”
bisikku dan kuciumi dahinya, hidungnya, rambutnya yang terlepas menggumpal
jatuh menutupi bahunya.
Dia tidak segera
menjawab, membuka matanya.
”Aku selalu
bahagia dengan kau,” akhirnya dia berkata perlahan.
”Lelah?”
Dia tersenyum.
Kepalanya bergerak ke samping.
”Bonekaku yang
mungil,” katanya sambil mengusap pipinya.
Diambilnya
tanganku dan diciumnya. (halaman 336)
Data 63 di atas
merupakan dialog dalam novel yang mendeskripsikan nilai kasih sayang. Dialog tersebut
merupakan percakapan yang berlangsung antara Michel dengan Sri, ia menanyakan
kepada Sri apakah ia bahagia bisa bersama dengannya lagi. Hal ini jelas
menunjukkan bahwa Michel memperlihatkan rasa sayangnya kepada Sri dengan cara
memperhatikannya dan menanyakan apakah ia bahagia bisa bersama.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah
peneliti lakukan tentang nilai romantis dalam novel ”Pada Sebuah Kapal” karya Nh. Dini, dapat
disimpulkan bahwa terdapat 6 nilai romantis novel ”Pada Sebuah Kapal” karya Nh. Dini, yaitu (1) nilai ketaatan dan kepatuhan yang
terdapat dalam 1 kutipan data, (2) nilai tingkahlaku yang terdapat dalam 17
kutipan data, (3) nilai kesetiaan yang terdapat dalam 25 kutipan data, (4) nilai
keikhlasan yang terdapat dalam 6 kutipan data, (5) nilai saling menghormati dan
menghargai yang terdapat dalam 3 kutipan data, dan (6) nilai kasih sayang yang
terdapat dalam 11 kutipan data. Berdasarkan data
tersebut, nilai romantis yang paling banyak dimunculkan penulis dalam novel ”Pada Sebuah Kapal” karya
Nh. Dini adalah nilai romantis berupa kesetiaan.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis menyarankan
kepada berbagai pihak yaitu sebagai berikut :
1)
|
Nilai-nilai
romantis yang terdapat dalam novel ”Pada Sebuah Kapal” karya NH. Dini, ada sebagian
yang dapat dijadikan sebagai panutan bagi kita, khususnya tentang nilai kasih
sayang, kesetiaan, keikhlasan, ketaatan dan kepatuhan, saling menghormati dan
menghargai, yang patut dicontoh dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga dapat menunjukkan rasa sayang tersebut terhadap orang
yang dikasihi.
Namun, ada sebagian yang tidak dapat dijadikan sebagai panutan dan harus berdasarkan
tatakrama yang baik, misalnya nilai tingkahlaku, yang harus diterapkan sesuai
dengan norma agama.
2)
Melalui
penelitian ini diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa prodi Bahasa,
Sastra Indonesia dan Daerah agar lebih mendalami tentang berbagai jenis nilai
yang terdapat dalam sebuah karya sastra berbentuk fiksi, sehingga dapat memperkaya
wawasan di bidang telaah sastra dalam hal makna tersirat dari karya sastra
tersebut. Dengan demikian, akan dapat menunjukkan jati diri seseorang sebagai
mahasiswa studi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah.
3)
Melalui
penelitian ini, peneliti mengharapkan juga kepada prodi Bahasa, Sastra
Indonesia dan Daerah agar memperhatikan lagi materi perkuliahan tentang nilai-nilai
dalam karya sastra berbentuk fiksi melalui berbagai cara, misalnya dengan
menyajikan bahan bacaan yang bermutu dan tenaga pendidik yang berkualitas serta ahli dibidangnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Djupriyanto,
dkk. 2001. Pelajaran Apresiasi Bahasa dan
Sastra Indonesia. Kendang Sari : Surabaya.
Eat,
Razali. 2006. Analisis Kesalahan
Berbahasa Teori dan Pemaparan Data. Bireun : Tidak dipubliksikan.
Endaswara,
Suwardi. 2008. Metodelogi Penelitian
Sastra. Yogyakarta : Media Presindo.
Kokasih,
E. 2003. Kompetensi Ketatabahasaan dan
Kesusastraan, Bandung : Yrama Widya.
Moleong,
Lexy J. 2007. Metodelogi Penelitian
Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Soedjarwoe.
2004. Sastra Indonesia Kesatuan dalam
Keberagaman. Semarang : Aneka Ilmu.
Sugiono.
2010. Metode penelitian kuantitatif
kualitatif dan R&K. Bandung: Alfabeta.
Tarigan,
Henry Guntur. 2001. Prinsip-prinsip Dasar
Sastra. Bandung : Angkasa.
Tim
Penyusun. 2008. Pedoman Penulisan
Skripsi. Bireun : FKIP Universitas Almuslim.
Wiyatmi.
2009. Pengantar Kajian Sastra.
Yogyakarta : Pustaka.
Zaidan,
Abdul Rozak. 1994. Kamus Istilah Sastra.
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar