Minggu, 05 April 2015

ANALISIS KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM SINETRON ”TUKANG BUBUR NAIK HAJI” TAYANGAN RCTI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang Masalah
Sastra merupakan sebuah ciptaan atau kreasi yang bersifat otonom dan bercirikan suatu koherensi yang dapat ditafsirkan sebagai suatu keselarasan yang mendalam antara bentuk dan isi. Setiap isi berkaitan dengan suatu bentuk atau ungkapan tertentu, dan sebagaimana bentuk dan isinya yang saling berhubungan, sastra juga memiliki bagian dan keseluruhannya yang memiliki kaitan secara erat sehingga yang berkaitan tersebut saling menerangkan. Di samping itu, sastra selalu menghidangkan sebuah sintesa antara hal-hal yang saling bertentangan dan beraneka rupa bentuknya. Oleh karena itu, sastra tidak pernah mengacu kepada sesuatu yang lain dan juga tidak bersifat komunikatif, sehingga unsur kreativitas dan spontanitasnya biarpun tidak secara terang-terangan tetapi masih sering dijadikan sebagai pedoman dan acuan dalam kehidupan.
Sinetron merupakan bagian dari suatu karya sastra yang dibuat khusus untuk penayangannya melalui media elektronik (Fathurrahman, 2009:2). Secara umum, sinetron yang akan ditayangkan harus memiliki kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dalam undang-undang persinetronan dan penyiaran. Dalam hal ini, layak atau tidak layaknya sebuah sinetron untuk ditayangkan itu sangat tergantung pada pihak atau lembaga yang bertindak sebagai penyensor ataupun pihak yang melakukan preview terhadap sebuah sinetron sebelum diperkenalkan kepada masyarakat luas pada umumnya.
1
Sinetron pada dasarnya adalah sebuah kreasi yang terlahir dari suatu proses hasil cipta, rasa dan karsa oleh anak manusia yang dituangkan dalam bentuk adegan, dialog dan cerita tentang kehidupan. Sinetron juga sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan isi dan jalan ceritanya untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah sinetron pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia.
Selain itu, sinetron biasanya menampilkan suatu gambaran kehidupan sedangkan kehidupan itu sendiri merupakan fakta kultural, karena kehidupan itu meliputi hubungan masyarakat yang terjadi dalam batin seseorang manusia dan perhatiannya terhadap dunia yang secara realita berlangsung sepanjang hari hingga sepanjang zaman. Di samping itu, sebuah cipta atau kreasi bersumber dari kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Akan tetapi sinetron bukan hanya mengungkapkan realitas objektif semata, namun juga berisi tentang penafsiran-penafsiran mengenai alam dan kehidupannya.
Dalam dunia sinetron, peristiwa yang terjalin dalam sebuah cerita sangat mendominasi penjiwaan penonton untuk memasuki ruang dan waktu dalam ceritanya. Meskipun sifatnya lebih ke fiksi, tapi secara spontan dapat membawa pengaruh yang sangat besar dalam hal perubahan karakter dan tingkat emosional pada penontonnya, karena secara umum unsur-unsur fiksi sering dijadikan sebagai tolak ukur yang bersifat estetik atau perhatian yang diarahkan pada hubungan antara gambar dan apa yang digambarkan, serta sejauh mana gambaran tersebut sesuai dengan kenyataan, dan apakah kenyataan tersebut merupakan dunia sendiri, sebuah dunia yang serba baru, dan tidak terlepas dari kenyataan. Dengan demikian sinetron atau sebuah kreasi seni yang dihasilkan melalui proses cipta, rasa, karsa perlu memperhatikan unsur estetik dan penghayatannya yang sesuai dengan penggambaran problematika-problematika kehidupan dalam dunia nyata. Oleh karena itu, daya cipta artistiknya akan mampu mengangkat dan menampilkan perbuatan manusia yang universal dan dapat membawanya ke dalam suatu pencerminan atau penggambaran mengenai suatu kenyataan dalam dunia yang absurd.
Suatu cerita tertentu dihidupkan oleh para tokoh, tokoh juga dibagi dua, tokoh sentral dan tokoh tidak sentral. Tokoh sentral biasanya disebut tokoh utama. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalan cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh tambahan kejadiannya lebih sedikit dibandingkan tokoh utama. Kejadiannya hanya ada jika berkaitan dengan tokoh utama secara langsung.
Sinetron Tukang Bubur Naik Haji merupakan sebuah sinetron yang diangkat dari novel “Tukang Bubur Naik Haji” yang ceritanya diilhami dari kisah nyata yang mengenai sejarah awal mula seseorang menjadi orang yang berada. Sinetron yang dibintangi oleh aktor dan aktris handal yang ternama seperti Mat Solar dan Uci Bing Slamet ini mengangkat kisah keseluruhan “Tukang Bubur Naik Haji” seperti menonton kehidupan masyarakat sehari-hari, yang didalamnya termasuk perilaku kita sendiri. Tokoh yang digambarkan sebagai manusia yang seolah-olah seorang dermawan sejati, padahal sebenarnya manusia sangat mengharapkan pujian orang. Sebenarnya ada kecenderungan kita ingin pamer. Maka tidaklah heran sinetron yang bernuansa Islam dan sangat bersejarah ini telah banyak meraih simpati dari masyarakt luas.
Dari uraian pada latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan menganalisis karakter tokoh utama dalam sinetron tersebut. Adapun judul penelitian ini adalah ”Analisis Karakter Tokoh Utama dalam Sinetron ’Tukang Bubur Naik Haji’ Tayangan RCTI”.

1.2     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI?

1.3     Tujuan Pernelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan data tentang karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI.

1.4         Manfaat Penelitian
Berdasarkan uraian permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini mempunyai dua manfaat yaitu secara teoretis dan praktis.
Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran sehingga dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI.
Selanjutnya, secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI dan untuk lebih memotivasi potensi yang ada dalam diri peneliti.
Sedangkan, bagi mahasiswa lain dan pembaca pada umumnya dapat memberi informasi empiris dan pendalaman ilmu serta pengetahuan mengenai bidang kesusastraan, sehingga akan memotivasi untuk lebih mencintai karya sastra Indonesia berbentuk drama atau sinetron.

1.5         Definisi Operasional
Untuk menyamakan pemahaman antara peneliti dengan pembaca, maka perlu dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut :
1)             Analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, untuk mengidentifikasi karakter tokoh utama yang terkandung didalamnya secara luas dan mendalam.
2)             Karakter adalah adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,  bangsa  dan  negara.
3)             Tokoh Utama adalah tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji”.
4)             Sinetron adalah bentuk seni audio-visual hasil dari perkembangan ilmu dan teknologi informasi yang bersifat kompleks, menghibur, dan universal.
5)             Tukang Bubur Naik Haji adalah salah satu sinetron yang ditayangkan oleh stasiun TV RCTI, yang mengisahkan tentang sisi kehidupan masyarakat dengan berbagai rutinitas sehari-hari yaitu mengenai sejarah awal mula seseorang menjadi orang yang berada.
6)             RCTI adalah salah satu stasiun televisi yang menayangkan berbagai tayangan yang sarat makna, salah satunya adalah sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji”.
















BAB II
LANDASAN TEORETIS
2.1         Pengertian Karakter Tokoh
Karakter merupakan salah satu unsur yang tidak bisa dipisahkan dan memiliki andil penting dalam sebuah drama. Setiap tokoh yang terdapat dalam drama telah dilengkapi dengan karakter yang unik dan berbeda dengan tokoh yang lainnya. Melalui karakter tersebutlah setiap tokoh dapat dikenali dengan mudah oleh para penonton. Selain itu, karakter jugalah yang menentukan bagaimana setiap tokoh memerankan setiap tuntutan perannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter memiliki arti ”Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain”. Maksudnya, karakter tersebut merupakan sifat kejiwaan yang dimiliki oleh seseorang, berupa tingkah laku atau budi pekerti yang disandang oleh seseorang, yang mana dengan hal tersebutlah dapat membedakannya dengan sosok pribadi yang lain.
Selanjutnya, Hardanaiwati, dkk (2003:303) ia mengemukakan bahwa ”Karakter adalah sifat-sifat khas yang membedakan seseorang dengan orang lain”. Maksudnya jelas bahwa, karakter tersebutlah yang menjadi salah satu unsur yang terdapat dalam diri seseorang yang dapat membedakannya dengan orang lain, yaitu berupa sifat yang dimiliki oleh setiap individu dan bisa saja sifat tersebut tidak dimiliki oleh individu yang lain.  
7
Lalu, (Ditjen Mandikdasmen - Kementerian Pendidikan Nasional), menyatakan bahwa ”Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,  bangsa  dan  negara.  Individu  yang  berkarakter  baik  adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat”. Maksudnya juga jelas bahwa karakter tersebut merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu, yang diterapkan dalam hidup bermasyarakat dan melalui karakter tersebutlah seseorang dapat mengenali sosok pribadi yang lain.
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2012:165), ia menyatakan bahwa ”Karakter adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan”. Maksudnya, karakter tersebut melekat pada diri setiap tokoh yang diungkapkan melalui setiap ucapan ataupun perbuatan setiap tokoh dalam suatu cerita yang dilakonkan. Pembaca dan penontonlah yang bertugas memberikan penilaian berupa baik buruknya karakter yang melekat pada diri setiap tokoh tersebut.
Menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2012:165), ia mengungkapkan bahwa ”Dalam berbagai literatur Bahasa Inggris menyarankan pada dua pengertian yang berbeda tentang karakter, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut”. Dapat dipahami bahwa, karakter tersebut merupakan hal yang melekat pada tokoh-tokoh dalam cerita yang berupa sikap, atau tingkah laku setiap tokoh, yang harus didalami oleh setiap tokoh lalu diperankan sesuai dengan tuntutannya.
Berdasarkan beberapa pendapat pakar di atas yang menjelaskan tentang karakter tokoh, maka dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh merupakan wujud dari kepribadian tokoh atau individu yang tampak melalui tingkah laku atau tindakan yang menjadi ciri khas pada diri seseorang, baik itu berupa sifat baik maupun buruk, dan dengan sifat tersebutlah dapat membedakannya dengan tokoh lain dan biasanya akan terlihat lewat sikap, tingkah laku, maupun kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh sang tokoh.
       
2.2         Jenis-jenis Karakter Tokoh
Salah satu unsur cerita adalah tokoh dengan karakternya. Karakter merupakan salah satu unsur dalam membangun sebuah karya fiksi, salah satunya adalah drama. Pembuatan karakter tokoh yang baik akan menjadi salah satu penentu kualitas dari karya fiksi tersebut. Karakter tokoh adakalanya dibangun melalui ucapan tokoh, yaitu ucapan si tokoh merupakan salah satu hal yang dapat menggambarkan karakternya. Orang yang sopan tentu berbeda cara berbicaranya dengan orang yang bengal. Orang pemarah tentu juga berbeda cara bicaranya dengan orang penyabar.
Karakter tokoh dalam sebuah drama atau sinetron dapat digambarkan oleh pengarang melalui bermacam cara. Menurut Pujianto (2010:23), ia menjelaskan bahwa ”Cara penggambaran karakter tokoh yaitu dengan cara segi fisis, segi psikis, dan segi sosiologis.” Berikut penulis jelaskan secara rinci:


1)             Segi Fisis
Pengarang menjelaskan keadaan fisik tokohnya yang meliputi usia, jenis kelamin, keadaan tubuh (tinggi, pendek), pincang, gagah, tampan, menarik, dan sebagainya. Ciri-ciri wajah (cantik, jelek, keriput, dan sebagainya), dan ciri khas yang lebih spesifik. Dapat dipahami bahwa segi fisis merupakan keadaan fisik si tokoh yang terlihat dan dapat diamati dengan jelas.
2)             Segi Psikis
Pengarang melukiskan tokoh berdasarkan latar belakang kejiwaan, kebiasaaan, sifat, dan karakternya. Segi psikis meliput moral, kecerdasan, temperamen, keinginan, perasaan pribadi, dan keahlian khusus yang dimilikinya. Dapat dipahami bahwa segi psikis merupakan sisi psikologis yang dimiliki si tokoh. Hal ini terlihat lewat kejiwaan si tokoh, berupa kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan si tokoh dan berbagai sifat yang tampak dari si tokoh tersebut dalam keseharian.
3)             Segi sosiologis
Pengarang menggambarkan latar belakang kedudukan tokoh tersebut dalam masyarakat dan hubungannya dengan tokoh-tokoh lainnya. Segi sosiologis meliputi status sosial (kaya, miskin, menengah), peranan dalam masyarakat, pendidikan, pandangan hidup, kepercayaan, dan aktivitas sosial, dan suku bangsa. Dapat dipahami bahwa segi sosiologis tokoh dalam sebuah drama merupakan segi kedudukan atau peran si tokoh dalam lingkungannya, seperti status sosial si tokoh.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga segi yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menggambarkan karakter tokoh, yaitu melalui 1) segi fisis yang berupa keadaan fisik si tokoh, 2) segi psikis yaitu kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan si tokoh, dan 3) segi sosiologis yaitu status si tokoh dalam bermasyarakat.
Selain itu, menurut Saleh (dalam blog Pipit Dwi Komariah), ia membagi kepribadian dalam dua kelompok, yaitu kepribadian superior dan kepribadian inferior. Kepribadian superior adalah bentuk-bentuk kepribadian yang berorientasi pada perbaikan-perbaikan kualitas kehidupan.
Karakter kepribadian superior diuraikan menjadi tujuh, yaitu:
1)             Pertahanan ego
Pertahanan ego adalah sikap-sikap dasar seperti mudah menerima keadaan, terus-menerus bekerja, dan mempunyai kemandirian yang tinggi dengan mengandalkan kemampuan dan penilaian. Maksudnya, orang yang memiliki sikap ini selalu berusaha menjadi yang terbaik dengan segala kemampuan yang dimilikinya.
2)             Percaya diri
Percaya diri adalah sikap tidak tergantung pada orang lain, tegas dan konstan (tidak berubah-ubah), cepat menentukan sikap, mengambil keputusan disertai dengan perhitungan yang matang, dan memiliki sifat persuatif sehingga memperoleh banyak dukungan. Maksudnya, orang yang bersikap seperti ini tidak mudah terpengaruh dengan orang lain, namun selalu melakukan sesuatu dengan mempertimbangkan segala sesuatunya.


3)             Rela berkorban
Rela berkorban adalah sikap bersedia mengorbankan dirinya demi memenuhi kebutuhan orang lain atau mendahulukan kepentingan yang lebih umum dari pada kepentingan pribadi demi mewujudkan tujuan yang luhur dan mulia. Maksudnya, sikap seperti ini dimiliki oleh orang yang selalu mementingkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
4)             Sabar
Sabar adalah sikap tidak tergesa-gesa dalam mengambil jalan langkah dalam memecahkan masalah, juga tidak terpengaruh oleh penundaan dan bersedia menaati saat yang tepat untuk menerapkan strateginya. Maksudnya, sikap seperti ini lebih kepada sikap seseorang yang dapat menghadapi suatu keadaan apapun dengan ikhlas serta tanpa berkeluh kesah dalam keadaan apapun dan bagaimanapun.
5)             Sikap idealistik
Sikap idealistik adalah sikap selektif dan berorientasi pada kesempurnaan dan standar tertentu. Maksudnya, sikap ini adalah sikap seseorang yang percaya pada tujuan apa yang bisa memberi manfaat untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik.
6)             Tepat janji
Tepat janji artinya konsisten dengan sikap yang dipilih baik pemikiran maupun kesepakatan yang dibuat bersama orang lain. Bila suatu saat ia melakukan ingkar janji, akan sangat merasa bersalah dan mengeluh. Maksudnya, sikap ini adalah sikap seseorang yang selalu memegang teguh suatu prinsip atau pendirian dari segala hal yang telah di tentukan.  
7)             Inovatif
Inovatif adalah sikap yang memiliki kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang benar dan selalu mencoba sesuatu yang baru atau perubahan. Maksudnya, orang yang memiliki sikap ini mendayagunakan kemampuan dan keahlian untuk menghasilkan karya baru.
Sedangkan kepribadian inferior adalah kepribadian individu yang cenderung tidak diharapkan kehadirannya kerena sifat jeleknya yang berpeluang besar merugikan diri sendiri dan orang lain.
Ciri kepribadian inferior dapat diuraikan sebagai berikut:
1)             Depresi
Depresi merupakan salah satu bentuk yang menyebabkan emosi tergantung keseimbangannya sehingga yang bersangkutan cepat marah. Individu yang depresi sulit menggunakan akal sehatnya. Orang depresi cenderung tidak bergairah sehingga penampilannya menunjukkan ekspresi kesedihan (murung, cepat marah, dan mudah tersinggung) yang berakibat enggan berinteraksi dengan orang lain.
2)             Suka pamer atau sombong
Suka pamer merupakan sikap suka memperlihatkan atau menunjukkan sesuatu pada orang lain, baik keahlian, kepandaian, ataupun kepemilikan yang sebenarnya hal tersebut tidak dibutuhkan atau diminta oleh orang lain.

3)             Tidak disiplin
Tidak disiplin merupakan perilaku yang cenderung tidak mengetahui aturan main yang ditetapkan bersama serta mempunyai tujuan untuk memperoleh sesuatu yang mengunutungkannya.
4)             Pelupa
Ciri kepribadian pelupa berkaitan erat dengan lupanya individu terhadap hal yang dapat disebabkan oleh terlalu banyaknya jadual acara maupun kurang disiplin dalam mencatat agenda tersebut.
5)             Sulit membuat keputusan
Sulit membuat keputusan merupakan sikap individu yang sulit membuat keputusan apa saja atau yang membutuhkan waktu untuk membuat keputusan yang sempurna.
6)             Tak acuh
Tak acuh adalah sikap kurang peduli terhadap hal-hal disekitarnya dan cenderung sibuk dengan dirinya sendiri.
7)             Bersikap negatif
Bersikap negatif yaitu sikap yang cenderung hanya melihat sisi buruk atau kelemahan dari situasi dan kondisi tertentu. Biasanya timbul hanya untuk menutupi kekurangan yang justru dimilikinya. Sikap ini dapat terbentuk karena terus-menerus kecewa.



8)             Tidak konsisten
Tidak konsisten merupakan refleksi dari tidak adanya kepercayaan diri, tidak adanya moral kejujuran, maupun kerena mudah dipengaruhi oleh orang lain.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian seseorang terbagi atas dua kelompok, yaitu 1) kepribadian superior yaitu kepribadian seseorang yang bisa dikatakan bentuk-bentuk kepribadian yang berorientasi pada perbaikan-perbaikan kualitas kehidupan dan 2) kepribadian inferior yaitu kepribadian seseorang yang bisa dikatakan jelek dan berpeluang besar merugikan diri sendiri dan orang lain.
Adakalanya juga karakter tokoh dalam drama digambarkan pengarang melalui pemberian nama. Dalam kehidupan nyata, nama seseorang memang tidak identik dengan sifat dan perilaku orang tersebut. Tapi dalam dunia fiksi, kita bisa memberikan nama-nama tertentu untuk memberikan kesan karakter yang berbeda-beda. Pemberian nama tokoh juga hendaknya disesuaikan dengan setting cerita atau karakter etnis dari tokoh tersebut.
Karakter tokoh ialah watak, tabiat, perilaku yang dimiliki oleh tokoh atau pelaku dalam cerita. Sifat atau kebiasaan serta watak cerita yang ditampilkan oleh pengarang bermacam-macam coraknya. Karakter merupakan realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).
Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap tuhan yang Maha Esa, terhadap dirinya sendiri, sesama, lingkungan, bangsa, dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi, dan motivasinya (perasaannya).     Berarti karakter tokoh merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain dan biasanya akan terlihat lewat sikap, tingkah laku, maupun kebiasaan tokoh.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku). Karakter tokoh juga merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain dan biasanya akan terlihat lewat sikap, tingkah laku, maupun kebiasaan tokoh.

2.3     Pengertian Tokoh
Tokoh merupakan sosok atau pribadi yang memerankan berbagai karakter yang dilakonkan dalam cerita. Melalui kehadiran tokohlah, karakter tersebut akan dapat disampaikan dengan baik kepada penonton. Selain itu, tokoh juga yang memiliki peran sebagai penyampai pesan dalam drama kepada penonton lewat adegan-adegan yang diperankannya melalui karakter yang telah dibebankan kepadanya. Dengan kata lain, tokohlah yang menjadi pelaku cerita. Sedangkan, karakteristik merujuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita.
Tokoh-tokoh yang ada dalam karya sastra kebanyakan berupa manusia, atau makhluk lain yang mempunyai sifat seperti manusia. Artinya, tokoh cerita itu haruslah hidup secara wajar dan mempunyai unsur pikiran atau perasaan yang dapat membentuk tokoh-tokoh fiktif secara meyakinkan sehingga penonton merasa seolah-olah berhadapan dengan manusia sebenarnya.
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Aminuddin (2002:79), bahwa ”Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita”. Dapat dipahami bahwa tokoh merupakan orang yang memiliki peran penting untuk melakonkan berbagai rentetan peristiwa dalam cerita sehingga cerita tersebut memiliki satu kesatuan cerita yang utuh dan dapat dinikmati oleh penonton.
Sama halnya dengan Nurgiyantoro (2012:165), ia juga menyatakan bahwa ”Istilah tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita”. Maksudnya jelas bahwa tokoh tersebut merupakan orang yang menjadi pelaku dalam cerita, yang memerankan setiap lakon dalam cerita.
Lalu, Sayuti (dalam Wiyatmi, 2009:30) yang mengatakan bahwa ”Tokoh merupakan pelaku rekaan dalam sebuah cerita fiktif yang memiliki sifat manusia alamiah, dalam arti bahwa tokoh-tokoh itu memiliki kehidupan” atau berciri hidup” tokoh yang memiliki derajat lifelikeness kesepertihidupan”. Maksudnya, tokoh tersebut merupakan pelakon dalam sebuah cerita fiktif, ia juga harus melakonkan karakter yang sama dengan tokoh dalam cerita. Hal ini dikarenakan karya fiksi merupakan hasil karya imajinatif atau rekaan, maka penggambaran watak tokoh cerita pun merupakan sesuatu yang artifisial, yakni merupakan hasil rekaan dari pengarangnya yang dihidupkan dan dikendalikan sendiri oleh pengarangnya. Pengarang tidak serta merta menciptakan dunia di luar logika para penonton. Artinya pengarang memakai nama latar, peristiwa dan tokoh seperti keberadaannya di dunia nyata. Penciptaan tokoh oleh pengarang haruslah yang benar-benar seperti manusia.
Menurut Wiyatmi (2009:30), ia menyatakan bahwa ”Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi”. Maksudnya jelas bahwa tokoh merupakan pelaku atau pelakon sebuah cerita.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa cerita yang menjadi pelaku dalam sebuah karya fiksi yang mempunyai watak dan perilaku tertentu.

2.4     Jenis-jenis Tokoh
          Ketika menonton sebuah drama, kita akan dihadapkan pada sejumlah tokoh yang dihadirkan didalamnya. Tokoh-tokoh tersebut memiliki peranan yang tidak sama. Setiap tokoh dalam cerita memiliki fungsi dan peranan masing-masing yang menjadikannya sebagai tokoh yang melakonkan setiap adegan dalam cerita. Peranan masing-masing tokoh tersebut tidak sama dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita.
   Menurut Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa ”Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan, yaitu berdasarkan peranan/tingkat pentingnya tokoh dalam cerita, berdasarkan fungsi penampilan tokoh dalam cerita, berdasarkan perwatakannya dalam cerita, berdasarkan berkembang tidaknya perwatakan tokoh cerita, dan berdasarkan pencerminan tokoh cerita terhadap kehidupan nyata”.
          2.4.1 Berdasarkan peranan/tingkat pentingnya tokoh dalam cerita
1)    Tokoh Utama
Menurut Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa ”Tokoh utama merupakan tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus, sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita”. Maksudnya, tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam sebuah cerita. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh ini juga selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lainnya.
2)    Tokoh Tambahan
Menurut Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa ”Tokoh tambahan merupakan tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita dan itupun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek”. Maksudnya, tokoh tambahan hanyalah sebagai tokoh yang melengkapi cerita, ia tidak terlalu dipentingkan dan kehadirannya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.4.2 Berdasarkan fungsi penampilan tokoh dalam cerita
1)    Tokoh Protagonis
Menurut Nurgiyantoro (2012:178), ia menyatakan bahwa ”Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya disebut hero. Ia merupakan tokoh penjawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita”. Maksudnya, tokoh protaganis selalu menjadi tokoh yang sentral dalam cerita. Ia bahkan menjadi pusat sorotan dalam kisahan. Tokoh protagonis dapat ditentukan dengan memperhatikan hubungan antartokoh, protagonis berhubungan dengan tokoh-tokoh yang lain, sedangkan tokoh-tokoh itu sendiri tidak semua berhubungan satu dengan yang lain.
2)    Tokoh Antagonis
          Menurut Nurgiyantoro (2012:179), ia menyatakan bahwa ”Tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan konflik atau sering disebut sebagai tokoh jahat”. Maksudnya, tokoh ini juga mungkin diberi simpati oleh pembaca jika dipandang dari kaca mata si penjahat itu sehingga memperoleh banyak kesempatan untuk menyampaikan visinya, walaupun secara vaktual dibenci oleh masyarakat. Tokoh antagonis merupakan tokoh penentang utama dari protagonis.
2.4.3 Berdasarkan perwatakannya dalam cerita
1)    Tokoh Sederhana
Menurut Nurgiyantoro (2012:181), ia menyatakan bahwa ”Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu atau sifat watak yang tertentu saja”. Maksudnya, tokoh ini adalah tokoh yang tidak memiliki sifat atau tingkah laku yang dapat memberikan efek kejutan bagi penonton. Sifat dan tingkah lakunya bersifat monoton, datar dan hanya mencerminkan suatu watak tertentu. Meskipun tokoh sederhana bisa melalukan berbagai tindakan, namun semua tindakannya itu akan dapat dikembalikan pada perwatakan yang dimiliki dan yang telah diformulakan itu. Sehingga penonton dengan mudah dapat memahami watak dan tingkah laku tokoh ini, hal ini dikarenakan ia mudah dikenal dan familiar.
2)    Tokoh Bulat
Menurut Nurgiyantoro (2012:183), ia menyatakan bahwa ”Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya”. Maksudnya, tokoh bulat merupakan tokoh yang memiliki watak tertentu dan ia pun dapat menampilkan watak dan tingkah laku yang bermacam-macam, bahkan mungkin bertentangan dan sulit ditebak. Tokoh ini juga sering memberikan kejutan, karena ia memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan.
2.4.4 Berdasarkan berkembang tidaknya perwatakan tokoh cerita
1)    Tokoh Statis
Menurut Nurgiyantoro (2012:188), ia menyatakan bahwa ”Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi”. Maksudnya, tokoh ini tampak seperti kurang terlibat dan tidak terpengaruh oleh adanya perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi karena adanya hubungan antarmanusia. Tokoh ini memiliki sikap dan watak yang relatif tetap, tidak berkembang sejak awal sampai akhir cerita.
2)    Tokoh Berkembang
Menurut Nurgiyantoro (2012:188), ia menyatakan bahwa ”Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan peristiwa dan plot yang dikisahkan”. Maksudnya, tokoh ini secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya yang dapat mempengaruhi sikap, watak dan tingkah lakunya. Sikap dan watak tokoh ini mengalami perkembangan dari awal, tengah dan akhir cerita sesuai dengan tuntutan koherensi cerita secara keseluruhan.
2.4.5 Berdasarkan pencerminan tokoh cerita terhadap kehidupan nyata
1)    Tokoh Tipikal
Menurut Nurgiyantoro (2012:190), ia menyatakan bahwa ”Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya”. Maksudnya, tokoh tipikal merupakan penggambaran, pencerminan atau penunjukan terhadap orang atau sekelompok orang yang terikat dalam suatu lembaga yang ada di dunia nyata.
2)    Tokoh Netral
Menurut Nurgiyantoro (2012:191), ia menyatakan bahwa ”Tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri”. Maksudnya, tokoh ini merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi, ia hadir dan dihadirkan semata-mata demi cerita atau bahkan dialah yang mempunyai cerita, pelaku cerita dan yang diceritakan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tokoh-tokoh karya fiksi, misalnya drama memiliki posisi masing-masing dan dengan berbagai karakter yang berbeda-beda, yang keseluruhannya itu dapat mendukung terwujudnya jalan cerita yang baik dan enak dinikmati oleh penonton.

2.5     Peran Tokoh Utama dalam Sinetron
Tokoh utama merupakan tokoh yang mendominasi jalannya cerita. Ia merupakan tokoh yang selalu dikaitkan keberadaannya dengan tokoh lain. Bahkan, pembicaraan tentangnya selalu dikait-kaitkan dalam setiap peristiwa yang terdapat disepanjang jalannya cerita.
Menurut Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa ”Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalan cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian”. Maksudnya jelas bahwa tokoh utama merupakan tokoh yang selalu diceritakan dalam setiap urutan kejadian dalam cerita tersebut, baik itu dia sebagai pelaku kejadian maupun sebagai orang yang dikenai kejadian.
Begitu juga pendapat yang sama tentang tokoh utama dari Aminuddin (2002:80), yang menyatakan bahwa ”Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya. Selain itu lewat judul cerita juga dapat diketahui tokoh utamanya”. Maksudnya, tokoh utama tersebut merupakan tokoh yang sering diperbincangkan oleh pengarang cerita tersebut, bahkan melalui judul cerita saja dapat diketahui bagaimana karakter tokoh utamanya. Sehingga penonton dapat menentukan tokoh utama dengan jalan melihat keseringan pemunculannya dalam suatu cerita. Selain lewat memahami peranan dan keseringan pemunculannya, dalam menentukan tokoh utama dapat juga melalui petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya.
Berdasarkan kedua pendapat pakar di atas tentang tokoh utama, maka dapat dipahami bahwa tokoh utama memiliki peran sebagai tokoh yang sangat menentukan perkembangan alur atau plot cerita tersebut, karena dengan tokoh utamalah keberlangsungan cerita dapat dijalin dengan baik.

2.6     Pengertian Sinetron
Sinetron merupakan sebuah ungkapan yang tidak asing di telinga. Bahkan, anak kecil pun sudah dapat mengetahui mana yang dikatakan dengan sinetron. Sinetron yang sering ditayangkan di stasiun televisi memuat berbagai kisah kehidupan manusia yang dilakonkan oleh tokoh-tokoh tertentu dengan karakter yang dituntut dalam adegan-adegan cerita tersebut.
Dalam Depdiknas (2006:62), dijelaskan bahwa ”Secara etimologi bahasa sinetron merupakan kepanjangan dari sinema elektronik yang berarti sebuah karya cipta seni budaya, dan media komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarkan sinematografi dengan direkam pada pita video melalui proses elektronik, lalu ditayangkan melalui stasiun televisi. Maksudnya, sinetron merupakan bentuk kesenian sekaligus media hiburan massa dalam bentuk visual. Medium visual menyampaikan ide secara denotatif, yaitu langsung memperlihatkan benda kongkritnya. Berbeda dengan radio atau surat kabar yang menggunakan kata, yang untuk memahaminya harus melalui proses interpretasi, pesan di sini hanya dapat diinterpretasikan sesuai dengan maksud komunikator.
Lalu, menurut Wiyatmi (2009:1), ia menyatakan bahwa ”Sebagai media komunikasi massa, sinetron merupakan sebuah pesan yang dikomunikasikan kepada khalayak luas atau kepada sejumlah besar orang. Secara garis besar para ahli memetakan dua sisi relasi antara media dengan masyarakat, sisi pertama fokus perhatiannya pada teori yang berkaitan dengan relasi media-masyarakat, perhatian terhadap cara media digunakan di masyarakat dan pengaruh timbal balik yang lebih besar antara struktur sosial dan media. Pada sisi yang kedua fokus perhatiannya pada relasi media-audience dengan memberi penekanan pada pengaruh kelompok dan individu serta hasil dari transaksi media”. Maksudnya juga jelas bahwa sinetron merupakan media menyampai pesan kepada khalayak ramai.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sinetron merupakan rangkaian cerita yang terjalin sesuai dengan problematika-problematika kehidupan yang menggambarkan perbuatan manusia yang universal ke dalam satu pencerminan atau pengggambaran mengenai suatu kenyataan dalam dunia nyata.

2.7     Jenis-jenis Sinetron
Sinetron yang sering ditayangkan di stasiun televisi sekarang memiliki berbagai jenis tersendiri. Dari kesekian jenis tersebut membuat sinetron menjadi pilihan tontonan yang digandrungi oleh berbagai kalangan penikmat drama dan penonton. Selain itu, seiring dengan perkembangan zaman, pengaruh sinetron dapat dirasakan cukup mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh jika kita tertinggal satu episode akan merasa ada sesuatu yang hilang dan tidak jarang pula pertengkaran dalam melihat sinetron antaranggota keluarga sering terjadi. Hal ini menunjukkan sinetron memiliki banyak penggemar, khususnya di Indonesia. Atas dasar tersebutlah, bebagai jenis sinetron terus bermunculan di stasiun televise.
Lebih lanjutnya, menurut Labib (dalam wikipedia), ia menyatakan bahwa ada beberapa jenis sinetron yang dikenal, antara lain :
1)             Sinetron Seri, yaitu sinetron yang memiliki banyak episode tetapi masing-masing episode tidak memiliki hubungan sebab akibat. Maksudnya, sinetron jenis ini merupakan sinetron yang mempunyai banyak episode, namun setiap episode dalam sinetron tidak memiliki keterkaitan antara episode yang satu dengan episode yang lain.
2)             Sinetron Serial, kebalikan dengan sinetron seri, sinetron serial memiliki sebab akibat dalam tiap episodenya. Maksudnya, sinetron yang dibagun atas banyak episode dan tiap episode memiliki tererikatan antara satu episode dengan episode yang lain.
3)             Sinetron Mini Seri, yaitu sinetron yang memiliki durasi lebih pendek dan langsung selesai. Maksudnya, sinetron jenis ini memiliki jalan cerita yang lebih singkat dan dapat selesai hanya dengan dengan durasi waktu yang lebih singkat.
4)             Sinetron Lepas, yaitu sinetron yang terdiri dari satu episode yang jalan ceritanya sudah langsung selesai. Maksudnya, sinetron ini hanya memiliki satu episode saja dan dalam satu episode tersebut, sinetron jenis ini dapat menceritakan keseluruhan cerita hingga usai.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa sinetron yang ditayangkan di stasiun televisi bukan hanya memiliki satu jenis saja. Namun, dengan beberapa jenis tersebut membuat sinetron yang dijadikan media hiburan dan media menyampai pesan yang sarat makna kepada penonton, memiliki keunikan tersendiri.

2.8     Sinetron Bagian dari Drama
Ketika menonton sebuah film atau sinetron, maka kita akan dihadapkan pada kejadian atau peristiwa yang bermunculan dalam sinetron tersebut. Jika diperhatikan dengan seksama maka sinetron yang ditonton tersebut sama dengan kejadian atau peristiwa yang ada dalam dunia nyata, yaitu peristiwa dalam keseharian dalam hidup bermasyarakat.
Pada dasarnya, sinetron adalah bagian dari drama atau disebut juga drama modern. Maksudnya, sinetron menyajikan kehidupan yang dibuat seolah-olah benar-benar nyata. Perbedaan antara sinetron dan drama hanya terletak pada latar cerita. Latar cerita sebuah drama adalah pentas atau panggung, sedangkan latar cerita sinetron adalah tempat yang senyatanya.
Jadi, sebuah tiruan kejadian atau peristiwa hidup manusia yang disajikan atau dilakonkan di atas pentas dapat dikatakan sebagai sebuah drama. Sedangkan sinetron merupakan urutan kejadian tentang gambaran peristiwa hidup manusia yang diadegankan dalam lingkungan tempat yang senyatanya dan dapat dilihat dengan gamblang oleh penonton.
         
2.9     Sinopsis Sinetron Tukang Bubur Naik Haji
Cerita keseluruhan Tukang Bubur Naik Haji seperti menonton kehidupan masyarakat sehari-hari, yang didalamnya termasuk perilaku kita sendiri. Kita yang seolah-olah seorang dermawan sejati, padahal sebenarnya kita sangat mengharapkan pujian orang. Sebenarnya ada kecenderungan kita ingin pamer. Bagaimana kita selalu berpenampilan suci, padahal apa yang kita lakukan seringkali keji. Bahkan kepada orang yang pernah menolong kita sekalipun. Kepalsuan-kepalsuan yang hanya kita sendiri yang tahu, selalu membuat kita tersenyum jengah. Kesemuanya disajikan secara manis dan lucu dalam serial ini.
Ada tokoh Bang Sulam (Mat Solar), yang penyabar, selalu tersenyum, ia memiliki usaha bubur ayam. Berkat ketekunan dan keikhlasannya, akhirnya ia bisa naik haji dan memperbesar usaha bubur ayamnya. Bang Sulam tinggal bersama Rodiah (Uci Bing Slamet) istrinya, dan Emak (Nani Wijaya). Tetangga Bang Sulam, H. Muhidin (Latief Sitepu) dan Hj. Maemunah (Shinta Muin), entah mengapa selalu memusuhi keluarganya. Bahkan anak mereka, Rumanah (Citra Kirana) dilarang berhubungan dengan Robby (Andi Arsyil), adik ipar Bang Sulam. Fitnah-fitnah tentang keluarga Bang Sulam pun berdatangan. Bagaimanakah keluarga Bang Sulam menyikapi segala nikmat dan cobaan yang ia dan keluarga hadapi sehari-hari? Semoga acara ini bisa menjadi cermin bagi kita pemirsa untuk berkaca dan berbenah diri.












BAB III
METODE PENELITIAN
3.1     Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Hasil penelitian yang diharapkan setelah pengumpulan data dijabarkan dalam bentuk penjelasan dan paparan agar pembaca mengerti tentang permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Penelitian dengan pendekatan kualitatif dimaksudkan agar menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari sinetron yang diamati, artinya data yang dianalisis di dalamnya berbentuk deskriptif dan tidak berupa angka-angka seperti halnya pada penelitian kuantitatif.
Seperti yang dikemukakan oleh Kutha Ratna (2009:47), bahwa Pendekatan kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah yaitu data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya. Objek penelitian bukan gejala sosial sebagai bentuk substantif melainkan makna-makna yang terkandung dibalik tindakan yang justru mendorong timbulnya gejala sosial tersebut. Dalam hubungan inilah pendekatan kualitatif dianggap sama dengan pemahaman. Sesuai dengan namanya, pendekatan ini mempertahankan nilai-nilai sehingga pendekatan ini dipertentangkan dengan pendekatan kualitatif yang berarti bebas nilai”.
29
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah hermeneutik. Penggunaan jenis ini dianggap tepat karena peneliti mengungkapkan karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI. Hal ini sesuai dengan pernyataan Endraswara (2003:157), bahwa ”Studi sastra mengenal hermeneutik sebagai tafsir sastra.  Hermeneutik merupakan sebuah paradigma yang berusaha menafsirkan teks atas dasar logika linguistik, yang akan dapat membuat penjelasan teks sastra dan pemahaman makna dengan menggunakan makna kata dan selanjutnya makna bahasa. Makna kata lebih berhubungan dengan konsep semantik teks sastra dan makna bahasa lebih bersifat kultural. Makna kata akan membantu pemahaman makna bahasa. Oleh karena itu, dari kata-kata akan tercermin makna kultural teks sastra.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa hermeneutik merupakan jenis penelitian yang dapat mengungkapkan makna dibalik karya sastra tersebut dan memberikan penafsiran terhadap teks sastra melalui cerminan bahasa yang digunakan sebagai sarana dalam mewujudkan pemahaman makna dalam teks sastra tersebut. Melalui penelitian hermeneutik ini, berusaha mengungkapkan karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI.

3.2     Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah kata, kalimat dan dialog-dialog yang menunjukkan karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI. Sedangkan sumber data penelitian adalah video berupa sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2.

3.3     Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)             Peneliti mencari video yang berisi sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2.
2)             Peneliti memutar video tersebut, lalu menontonnya berulang-ulang.
3)             Peneliti menulis dialog-dialog antartokoh dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2 yang telah ditonton menjadi teks dialog seperti naskah drama.
4)             Peneliti mengelompokkan data-data berupa dialog yang mencerminkan karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2.
5)             Peneliti mencatat dialog-dialog yang mencerminkan karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI,  yaitu episode 1 dan 2.
6)             Selanjutnya, peneliti menguraikan data-data tersebut, lalu menganalisis karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI,  yaitu episode 1 dan 2 tersebut.

3.4     Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis secara kualitatif yaitu menganalisis karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” Tayangan RCTI. Hal ini sejalan dengan penjelasan Sugiono (2009 : 337), ia menyatakan bahwaAnalisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Data tersebut dianalisis dengan menggunakan teori Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (Sugiono 2009 : 337), mengemukakan bahwa ”Aktifitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu mereduksi data, menyajikan data dan menyimpulkan data.
          Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data adalah mengolah data menurut jenisnya, menganalisis karakter tokoh utama dan menyimpulkan.
1)             Mereduksi data
Tahap mereduksi data mulai dilakukan melalui proses penyeleksian, identifikasi dan pengklasifikasian. Penyeleksian dan pengidentifikasian merupakan kegiatan untuk menyeleksi dan mengidentifikasi data-data pada kategori karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI. Tahap pengklasifikasian merupakan proses yang dilakukan untuk mengklasifikasikan data, memilih data dan mengelompokkan data.
2)             Menyajikan Data
Menyajikan Data merupakan kegiatan pengelompokkan data melalui tahap reduksi data pada kategori karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI.
3)             Menarik Simpulan
Menarik simpulan dilakukan setelah mengikuti dua tahap. Simpulan ditarik setelah data disusun dan diperiksa kembali. Selanjutnya, didiskusikan dengan pembimbing. Setelah proses ini dilalui, hasil akhir penelitian analisis karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, disajikan dalam bentuk laporan penelitian.

3.5     Pengecekan Keabsahan Data
          Pemeriksaan terhadap keabsahan data merupakan salah satu bagian yang penting di dalam penelitian kualitatif, yaitu untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Apabila peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat dan menggunakan teknik yang tepat, maka akan diperoleh hasil penelitian yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai segi.
          Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan teknik triangulasi dan uraian rinci. Moleong (2010: 330), menjelaskan bahwa ”Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Di mana dengan triangulasi peneliti dapat me-recheck hasil temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode atau teori”.
          Sedangkan ”Teknik uraian rinci merupakan teknik yang menuntut peneliti untuk menguraikan secara khusus sekali segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar ia dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh. Temuan itu tentunya bukan bagian dari uraian rinci melainkan penafsiran yang dilakukan dalam bentuk uraian rinci berdasarkan data yang diperoleh(Moleong, 2010: 337).
          Maka, jelas bahwa melalui triangulasi dan uraian rincilah keabsahan data tentang karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI dapat dibuktikan keabsahan datanya.




















BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1     Hasil Penelitian
          Adapun hasil penelitian tentang karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, pada episode 1 dan episode 2, yaitu berupa karakter H. Sulam dan H. Muhidin. Berdasarkan hasil penelitian dalam sinetron tersebut, terdapat beberapa karakter tokoh utama. Maka penulis menjabarkan data tentang karakter tokoh utama tersebut, sebagai berikut:
1)             Karakter Tokoh H. Sulam
Berikut kutipan data yang menggambarkan karakter tokoh H. Sulam:
(1)          Sopan Santun
Data 1
H. Sulam                  :Terima kasih sudah datang. Eh, H. Muhidin datang,  gak?
Kawan H. Muhidin :Maaf Pak H.
                                  Kebetulan Pak H. Muhidin lagi ada halangan.
                                 (konteks data : episode 1)

Data 2
Hansip Malih           :Ngomong-ngomong ditahannya di mana bang H.
H. Sulam                  :Ditahan? Siapa yang ditahan?
Hansip Malih           :Lo, bukannya Si Robby tersangkut kasus narkoba?
H. Sulam                  :Lo serius ni? Siapa yang ngomong?
Hansip Malih          :Waduh, ane juga kagak tau dah. Beritanya udah seantar di mana-mana.
H. Sulam                 :Siapa yang ngomong? Lo dengar dari siapa?
                                 (konteks data : episode 1)

Data 3
Pak Ustad Zakaria   :Silahkan Bang H. Sulam.
H. Sulam                  :Assalamualaikum wr.wb.
35
Mohon maaf sebelumnya, saya hanya ingin mengajukan pertanyaan langsung kepada Bapak H. Muhidin. Mengapa setiap kali beliau bertanya, selalu melirik kearah saya. Apakah ada yang salah dengan saya atau memang pertanyaan itu ditujukan langsung kepada saya atau memang Bapak H. menyindir kepada saya?
                                    (konteks data : episode 2)

Data 4
H. Sulam                  :Siang, Pak. Ada apa ya?
                                   Silahkan duduk dulu, ya. Silahkan!
                                   (konteks data : episode 2)

(2)          Inovatif
Data 5
Hj. Rodhiyah         :Emang Si Robby mau disuruh ngapain sih, bang?
H. Sulam                :Enggak, gue pikir-pikir ni benar juga ide mak. Gue harus mikir buka cabang lagi.
                                 (konteks data : episode 1)

(3)          Peduli Sesama
Data 6
Hj. Rodhiyah         :Mang Ojo, udah malam. Istirahat aja dulu.
H. Sulam                :Ya udah Mang Ojo, istirahat napa! Ya!
Mang Ojo               :Iya H.
                                 (konteks data : episode 1)

Data 7
H. Sulam                :Adik lo Si Robby belum nelpon lagi tu, hah? Udah hampir sepuluh hari ni dia belum nelpon.
Hj. Rodhiyah         :Terakhir sih dia bilang mau ke Pedalaman, bang. Mungkin gak ada sinyal kali di sana.
                                 (konteks data : episode 1)

Data 8
H. Sulam                :Kepedalaman?
                                           Pamit ke gue katanya mau ke Papua, kenapa pakek ke dalam-dalam sih. Eh, kata orang ni daerah situ masih rawan. Kalau kita mau ke Pedalaman, naik perahu kecil dan itu kalinya banyak buaya. Kalau adik lo dicatut buaya, ridho lo, ridho?
Hj. Rodhiyah         :Emang Si Robby mau disuruh ngapain sih, bang?
                                 (konteks data : episode 1)

Data 9
Hj. Rodhiyah         :Kalo gak ketanganan gimana? Kan entar bisa ancur.
H. Sulam                :Nah ntu dia, justru gue mau kasih kerja ke Robby.
                                 (konteks data : episode 1)
(4)          Bijaksana
Data 10
Hj. Rodhiyah         :Robby mau disuruh jadi tukang bubur, ya benar aja dong   bang? Bang, dia itu kan calon Sarjana Teknik.
H. Sulam                :Iya gue tau, masak sarjana gue suruh dorong gerobak sih. Ni, kalau ada dia, kan gue bisa tukar pikiran. Robby itu pengetahuannya luas. Nah, gak kek gue. kagak bakal naik tender.
                                 (konteks data : episode 1)

Data 11
Emak Haji              :Ni mobil tiap hari dielus-elus aja. Piknik kek sekali-kali, ke Siyantar kek. Biar kaki gue ni bisa berendam, ya.
H. Sulam                 :Beres mak, tapi benar juga tu kata emak. Kenapa kita sekarang jadi dibudakin sama harta ya? Tiap hari ngurusin orang makan.
                                 (konteks data : episode 1)

(5)     Percaya Diri
Data 12
Hansip Malih         :Justru ane kesini ni bang H. mau cek and ricek ke bang H.
H. Sulam                :Eh Lih, lo dengar ni ye. Adik gue Si Robby sekarang lagi ada di Papua. Lagi bikin menara buat hendpon. Enak aja lo kalo ngomong, ditahan-ditahan-ditahan. Jidat lo yang ditahan? Ya udah deh, sono!
                                 (konteks data : episode 1)

Data 13
Hj. Rodhiyah           :Ada apa lagi sih, Bang?
H. Sulam                  :H. Muhidin, emang mau ngejatuhin gue di depan jamaah keknya. Emang dia tu, sumber gosipnya.
                                   (konteks data : episode 2)

Data 14
Hj. Rodhiyah           :Ya Bang lawan dong.
H. Sulam                  :Emang gue lawan. Kalo gue gak lawan, makin kurang ajar dia.
                                   (konteks data : episode 2)




(6)     Sabar
Data 15
Hj. Rodhiyah           :Apa yang salah dari kita, Bang? Ada aja fitnah yang menimpa kita.
H. Sulam                  :Ya mana gue tau, Roh. Mungkin tu ujian dari Allah atau apa kali.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 16
Emak Haji                :Eh, eh, Kenapa muka lo, kayak ayam ketelan kapur. Kenapa? Soal sumbangan lagi?
H. Sulam                  :Soal Si Robby, makin panjang aja, dah. Lagian juga tu anak. Ah, udah ah, gak usah diomongin dah.
                                    (konteks data : episode 2)

(7)          Disiplin
Data 17
Mang Ojo                 :Atuh jangan menyerah begitu Buk Hj. Kalo Si Robby emang lagi kerja, ya kita harus lawan.
H. Sulam                  :Nah, tu dia masalahnya Mang Ojo, Si Robby tu udah sebulan kagak nelpon gue, gue kan kagak tau, apa dia bekerja atau kagak atau gimana.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 18
Hj. Rodhiyah           :Jadi, Abang juga nuduh Si Robby ditahan polisi, gitu Bang? Abang tega.
H. Sulam                  :Gak Roh, gak. Cuma gue kesal aja sama Si Robby. Katanya anak sekolahan, harusnya dia kan mikir, ni keluarganya disini mikirin dia, nunggu berita dari dia. Dia selamat atau gimana kan kita kagak tau. Ni kagak, kek kebo dungkul. Nelpon kagak, apa kagak. Orang jual pulsa disana kan banyak, tinggal sepuluh ribu apa dia kagak ikhlas.
                                    (konteks data : episode 2)

(8)          Humoris
Data 19
Emak Haji                :Kenapa Roh, sakit? Lam, Lam. Bawa aja ni dia ni ke puskesmas. Ni, Mak kalo kepala ni senut-senut ni, Mak di sono. Dokternya baik, ganteng lagi. Bawa aja deh sono!
H. Sulam                  :Bukan kepalanya yang sakit, ni hatinya. Hatinya lagi sakit.
Emak Haji                :Astagfirullahalazim, lo. Lefer tu lefer, bahaya.
H. Sulam                  :Ya udah tenang, entar Sulam bawa ke UGD.
                                   (konteks data : episode 2)


(9)          Konsisten
Data 20
H. Muhidin              :Ah, itu kan perasaan adik Sulam saja. Pertanyaan saya, pertanyaan umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir, itu terserah Anda sendiri. Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau tidak ada luka?
H. Sulam                  :Masalahnya Pak H. isu ini sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si Robby ditangkap polisi dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke Bapak, bahwa satu bulan ini dia gak kelihatan di kampung kita.
                                    (konteks data : episode 2)

(10)      Berjiwa Besar
Data 21
H. Sulam                  :Roh, Roh!
Hj. Rodhiyah           :Apa lagi sih, Bang?
H. Sulam                  :Maafin gue ya, gue keceplosan.
                                              (konteks data : episode 2)

2)             Karakter Tokoh H. Muhidin
Berikut kutipan data yang menggambarkan karakter tokoh H. Muhidin:
(1)          Iri Hati
Data 1
          Rumana                    :Umi kok ngomongnya kek gitu sih? Harusnya kita senang lo liat tetangga maju.
          H. Muhidin              :Iya, kalo majunya usaha kerasnya kita patut senang dan bangga. Tetapi, kalo majunya dengan kebetulan siapa juga bisa maju. Ini yang dapat dari lotrelah, yang dapat dari pengusaha, hadiahlah. Apaan?
          Rumana                    :Gak Abah, di dalam Islam itu gak ada yang namanya kebetulan, semuanya itu pasti udah direncanain sama Allah.
                                    (konteks data : episode 1)
(2)          Sombong/Suka Pamer
Data 2
Warga                       :Kok gak ikut syukuran di rumahnya pak H. Sulam?
H. Muhidin              :Iya ni, baru dari bandara jemput anak gue.
Warga                       :Oya, yang katanya sekolah di Mesir.
H. Muhidin              :Iya… iya… semata wayang.
                                   (konteks data : episode 1)

Data 3
Hansip Tarmidzi       :Kan Mesir – Jakarta jauh Pak H. tiketnya mahal.emang Pak H. sanggup?
H. Muhidin              :Namanya juga anak semata wayang, ya disanggup-sanggupin dong. Eh, gimana? Katanya mau maju.
                                    (konteks data : episode 1)

Data 4
H. Rasyidi                :Emang hebat Si Rumana tu, dia bisa kuliah di luar negeri”Alazar”, gak gampang tu H. saingannya berat. Paling enggak, dia mesti hafal satu dua juz Alquran berikut tafsirnya.
H. Muhidin              :Urusan itunya H. itu Rumana sendiri. Sama mah, terima bersih aja. Nah, urusan biaya gue deh. Termasuk sama istri gue ni sampai jungkir balik.
                                    (konteks data : episode 1)

(3)          Suka Menyindir
Data 5
H. Rasyidi                :Alhamdulillah, bagus itu. Anak Bapak juga, dia ambil S2. Jurusannya Hukum Syariah di UIN.
H. Muhidin               :Kok bisa cocok sih H. Lantas gimana tugas di DPRnya kagak keganggu?
                                    (konteks data : episode 1)

Data 6
H. Muhidin              :Ye, namanya juga anak Periuk. Tau kan pergaulannya, mesti hati-hati nyari teman, Roh.
Hj. Rodhiyah           :Pak H. Jangan teka-teki begitu deh. Si Robby tu baik-baik aja Pak H. Dia tu lagi kerja, emangnya kenapa sih?
                                    (konteks data : episode 2)

Data 7
H. Muhidin              :Emangnya Si Sulam sudah lancer nyetir mobilnya, kagak perlu Si Robby lagi.
Hj. Rodhiyah           :Demi Allah Pak H. Robby itu lagi kerja di Papua. Kok tega-teganya menyebar fitnah begitu. Robby itu anaknya baik.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 8
Hj. Maemunah         :Ya, alasan apa juga masuk di akal, mau kerja di luar Jawa juga, kenapa gak sekalian bilang aja keja ngikut TKI ke Malaysia. Ya gak.
H. Muhidin              :Tapi malu juga dong, Mi. Namanya kalo ada keluarga yang masuk bui.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 9
Hj. Maemunah         :Orang Cuma nanya doing, dianya aja yang tersinggung.
Rumana                    :Iya Umi, tapi kan kasian istrinya Bang Sulam. Kesini kan dia mau belanja, tapi malah dibikin malu.
H. Muhidin              :Kalo kagak ada asap, kagak ada apinya. Berita itu ada tentu ada sebabnya. Lo jangan terlalu bela dia deh Rum, ah.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 10
Pak Ustad Zakaria   :Silahkan Pak H. Muhidin, tapi jangan panjang-panjang.
H. Muhidin              :Bagaimana hukumnya kalo ada di antara keluarga dekat kita, yang berbuat keji. Misalnya menjadi pengedar narkoba? Bukankah kita telah diperintahkan Allah untuk menjaga keluarga kita. Kuu Anfussakum Waahlikum naaraa. Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Mohon penjelasannya, Pak Ustad.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 11
H. Muhidin              :Ah, itu kan perasaan adik Sulam saja.
                                           Pertanyaan saya, pertanyaan umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir, itu terserah Anda sendiri. Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau tidak ada luka?
H. Sulam                :Masalahnya Pak H. isu ini sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si Robby ditangkap polisi dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke Bapak, bahwa satu bulan ini dia gak kelihatan di kampung kita.
H. Muhidin            :Sebaiknya, kalo emang ada masalah gak usah ditutup-tutupilah. Saya mengutarakan ini, karena kecintaan saya kepada H. Sulam karena kita sama-sama jamaah mesjid ini.
                                 (konteks data : episode 2)

(4)          Mengadu Domba
Data 12
Hansip Tarmidzi            :Hah, ditangkap?
Hj. Maemunah              :Kek kagak tau aja, dia kan anak Periuk, kan tau sendiri bagaimana kelakuan anak Periuk. Bisa-bisa ni dia kelibat sama narkoba. Ini yang bikin gue jadi ngeri banget-banget deh.
H. Muhidin                   :Eh, kalo benar dia sudah satu bulan kagak kelihatan, berarti dia benar ditahan polisi. Ya bagaimana ya, di sini dia dibutuhkan sama Si Sulam tuk nyetir mobilnya. Ya maklum, punya mobil kagak punya nyali untuk nyetir sendiri.
                                      (konteks data : episode 1)

(5)          Angkuh
Data 13
Rumana                         :Bah, kalo apa yang Abah tuduhin itu semua, gak benar. Abah bisa dilaporin ke polisi. Itu sama aja, Abah udah mencemarkan nama baiknya Bang Robby, Bah.
H. Muhidin                   :Silahkan aja, kalo memang Robby kagak ditahan polisi, buktiin dong, bahwa dia itu orang baik. Ini kagak.
                                        (konteks data : episode 2)

Data 14
Hj. Maemunah              :Udah deh Rum, lo gak usah ngebelain dia. Masa depannya aja kagak jelas. Tau gak, kagak jelas. Lagi, lo jangan berharap, Umi bakal ngeredoin lo. Kalo jadi bininya dia. Ingat lo, ya. Maaf, ya.
H. Muhidin                   :Amit-amit, kalo gue sampai jadi mertuanya si anak yang kagak tau sopan santun, tu.
Rumana                         :Ya, Rum kan cuma kasih tau Umi sama Abah aja. Kalo fitnah itu dosa besar.Udah itu aja.
                                        (konteks data : episode 2)


4.2     Pembahasan
          Berdasarkan hasil penelitian tentang karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, pada episode 1 dan episode 2, yaitu berupa karakter H. Sulam, H. Muhidin, Robby dan tokoh Rumana, maka berikut ini penulis akan membahas data-data tentang karakter tokoh utama tersebut, yaitu sebagai berikut:
1)             Karakter Tokoh H. Sulam
Berikut penjelasan kutipan data yang menggambarkan karakter tokoh H. Sulam:
(1)          Sopan Santun
Data 1
H. Sulam                  :Terima kasih sudah datang. Eh, H. Muhidin datang,   gak?
Kawan H. Muhidin :Maaf Pak H.
                                  Kebetulan Pak H. Muhidin lagi ada halangan.
                                 (konteks data : episode 1)
Data 1 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang sopan dan santun, yang terlihat melalui percakapan antara H. Sulam dengan salah seorang kawan H. Muhidin yang menghadiri acara peluncuran armada bubur ayam H. Sulam. Dengan santun ia mengucapkan terima kasih karena sudah berkenan hadir ke acara tersebut kepada salah seorang tamu undangan, yang kebetulan beliau adalah salah satu kawan dekat H. Muhidin. Selain itu ia juga menanyakan, adakah H. Muhidin pun berkenan datang ke acara peluncuran armada bubur ayamnya tersebut. Padahal jelas-jelas H. Muhidin sangat tidak suka melihat kesuksesannya, namun ia dapat memposisikan dirinya sebagai tuan rumah yang haruslah bersikap santun kepada tamu. Dari dialog percakapan tersebut, terlihat jelas bahwa H. Sulam memiliki karakter yang sopan dan santun terhadap tamu undangannya. Bahkan, ia juga tidak lupa menanyakan tentang H. Muhidin, yang merupakan kawan dekat orang tersebut.
Data 2
Hansip Malih           :Ngomong-ngomong ditahannya di mana bang H.
H. Sulam                  :Ditahan? Siapa yang ditahan?
Hansip Malih           :Lo, bukannya Si Robby tersangkut kasus narkoba?
H. Sulam                  :Lo serius ni? Siapa yang ngomong?
Hansip Malih          :Waduh, ane juga kagak tau dah. Beritanya udah seantar di mana-mana.
H. Sulam                 :Siapa yang ngomong? Lo dengar dari siapa?
                                 (konteks data : episode 1)

Data 2 di atas juga menunjukkan karakter kesopansantunan sosok H. Sulam. Dialog percakapan ini terjadi antara H. Sulam dengan seorang hansip kampungnya, yang bernama Malih. Dalam percakapan tersebut, dengan lantang si hansip menyatakan tentang penahanan adik iparnya yang bernama Robby, karena tersandung kasus narkoba. Namun, beberapa kali secara berulang-ulang, ia dengan sopan masih tetap menanyakan kebenarannya dan dari mana si hansip mengetahui akan hal tersebut, yang jelas-jelas dia sebagai abang iparnya saja tidak mengetahuinya. Dari percakapan tersebut jelas terlihat sikap sopan yang dimiliki sosok H. Sulam, meskipun adik iparnya dituduh demikian, namun ia masih bersikap santun tanpa marah-marah kepada si hansip tadi, tapi ia hanya mempertanyakan dari mana si hansip mendapatkan informasi yang tidak baik tentang adik iparnya. Dalam hal ini, ia dapat memposisikan dirinya sebagai tuan rumah yang bersikap santun, meskipun didatangi oleh seseorang dengan membawa kabar yang yang tidak mengenakkan tentang salah satu anggota keluarganya.
Data 3
Pak Ustad Zakaria   :Silahkan Bang H. Sulam.
H. Sulam                  :Assalamualaikum wr.wb.
Mohon maaf sebelumnya, saya hanya ingin mengajukan pertanyaan langsung kepada Bapak H. Muhidin. Mengapa setiap kali beliau bertanya, selalu melirik kearah saya. Apakah ada yang salah dengan saya atau memang pertanyaan itu ditujukan langsung kepada saya atau memang Bapak H. menyindir kepada saya?
                                    (konteks data : episode 2)
Data 3 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang sopan dan santun, yaitu merupakan dialog yang terjadi antara H. Sulam dengan Ustad Zakaria pada saat berlangsungnya tanya jawab setelah usai kajian rutin ketika selesai salat magrib di mesjid. Dalam tuturan yang diucapkan oleh H. Sulam saat akan mengajukan pertanyaan yang tertuju langsung kepada H. Muhidin tersebut, telihat jelas penggambaran karakter sopan santun yang dimiliki oleh H. Sulam. Bahwa, ketika ingin mengutarakan pertanyaan, ia terlebih dahulu mengacungkan tangannya, lalu memulai pertanyaan setelah dipersilahkan oleh Ustad yang memimpin kajian tersebut, serta ia pun tidak lupa mengucapkan salam terlebih dahulu sebelum membuka pembicaraan. Bahkan bukan hanya itu, kata-kata yang dilontarkannya pun memiliki nilai santun yang cukup baik. Seperti salah satunya, ia juga meminta maaf sebelumnya kepada H. Muhidin yang ditujukan pertanyaan tersebut. Hal ini jelas bahwa karakter santun yang dimiliki oleh sosok tukang bubur ini sangatlah baik, dan ia pun dapat memposisikan dirinya dimana ia berada dan sedang berbicara dalam majelis yang bagaimana.
Data 4
H. Sulam                  :Siang, Pak. Ada apa ya?
                                   Silahkan duduk dulu, ya. Silahkan!
                                   (konteks data : episode 2)

Data 4 di atas juga menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang sopan dan santun, yang terlihat lewat tuturan yang dilontarkan oleh H. Sulam. Tuturan tersebut terjadi pada saat warung bubur ayam miliknya didatangi oleh pihak kepolisian. Poda saat itu, tukang bubur yang satu ini sama sekali tidak mengetahui akan maksud kedatangan dari kedua polisi tersebut. Rasa penasaran dan ingin tahulah yang ada dalam batinnya. Namun, meskipun demikian tidak mengurangi sikap santun yang dimilikinya. Ia tetap bersikap selayaknya pemilik warung yang siap melayani kebutuhan pelanggannya. Dengan santai, ia pun melangkah menghampiri kedua polisi tersebut, lalu menyapa mereka, seraya mempersilahkan keduanya duduk. Hal ini jelas memperlihatkan bahwa H. Sulam adalah sosok yang memang memiliki sikap santun yang tinggi terhadap siapapun, meskipun dia dalam keadaan khawatir atau penasaran terhadap apa yang ada dihadapannya. Tapi, tidak akan mengurangi sikap santun yang dimilikinya.
(2)          Inovatif
          Data 5
Hj. Rodhiyah         :Emang Si Robby mau disuruh ngapain sih, bang?
H. Sulam                :Enggak, gue pikir-pikir ni benar juga ide mak. Gue harus mikir buka cabang lagi.
                                          (konteks data : episode 1)
Data 5 di atas mendeskripsikan karakter tokoh H. Sulam yang inovatif. Dialog percakapan tersebut terjadi antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) pada suatu malam di teras rumahnya. Dalam percakapan tersebut, H. Sulam menunjukkan sikap inovatifnya dengan memberikan pernyataan kepada istrinya bahwa ia akan membuka cabang penjualan bubur ayam lagi. Hal ini terlihat jelas, bahwa ia memiliki karakter yang ingin agar terus berkembang dalam usahanya, yaitu usaha penjualan bubur ayam. Padahal usahanya saat itu pun, sudah berkembang. Namun dengan karakter inovatifnya tersebut, ia masih juga ingin mengembangkan usahanya lagi.
(3)          Peduli Sesama
Data 6
Hj. Rodhiyah         :Mang Ojo, udah malam. Istirahat aja dulu.
H. Sulam                :Ya udah Mang Ojo, istirahat napa! Ya!

Mang Ojo               :Iya H.
                                 (konteks data : episode 1)

Data 6 di atas menunjukkan karakter H. Sulam yang peduli kepada sesama. Dialog percakapan ini terjadi antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) dan Mang Ojo yang merupakan salah satu karyawan di warung bubur ayamnya. Dalam percakapan tersebut, Hj. Rodhiyah menyuruh Mang Ojo untuk beristirahat dulu, karena haripun sudah malam. Lalu, dengan lantang H. Sulam pun ikut menyatakan hal yang sama kepada Mang Ojo untuk beristirahat. Dari percakapan tersebut jelas terlihat sikap peduli sesama yang ditunjukkan oleh H. Sulam kepada salah satu karyawannya. Dalam hal ini, ia tidak membedakan antara keluarganya ataupun karyawannya. Semuanya sama saja, setiap orang memiliki batas letih, jadi memiliki kesempatan untuk beristirahat.
Data 7
H. Sulam                :Adik lo Si Robby belum nelpon lagi tu, hah? Udah hampir sepuluh hari ni dia belum nelpon.
Hj. Rodhiyah         :Terakhir sih dia bilang mau ke Pedalaman, bang. Mungkin gak ada sinyal kali di sana.
                                 (konteks data : episode 1)

Data 7 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang peduli sesama, yang ditunjukkan melalui dialog yang terjadi antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) pada suatu malam di teras rumahnya. Dialog tersebut menunjukkan karakter peduli sesama yang ditunjukkan oleh sosok H. Sulam terhadap adik iparnya (Robby). Dalam percakapan dengan istrinya, ia menanyakan apakah adik iparnya itu sudah menelpon lagi atau belum? Selain itu, H. Sulam juga menyatakan bahwa sudah hampir sepuluh hari adik iparnya belum menelpon untuk memberi kabar tentang keadaannya. Hal ini, jelas menunjukkan sikap peduli dan khawatir sosok H. Sulam terhadap adik iparnya (Robby), yang nun jauh disana, yang belum diketahui bagaimana keadaannya karena belum menelpon ke rumah.
Data 8
H. Sulam                :Kepedalaman?
                                           Pamit ke gue katanya mau ke Papua, kenapa pakek ke dalam-dalam sih. Eh, kata orang ni daerah situ masih rawan. Kalau kita mau ke Pedalaman, naik perahu kecil dan itu kalinya banyak buaya. Kalau adik lo dicatut buaya, ridho lo, ridho?
Hj. Rodhiyah         :Emang Si Robby mau disuruh ngapain sih, bang?
                                 (konteks data : episode 1)

Data 8 di atas juga menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang peduli sesama, yang merupakan kelanjutan pembicaraan antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) pada suatu malam di teras rumahnya. Dialog tersebut masih menunjukkan karakter peduli sesama yang dicerminkan oleh H. Sulam untuk adik iparnya (Robby). Dalam percakapan dengan istrinya, jelas terlihat sikap peduli dan cemas yang dimiliki oleh H. Sulam terhadap Robby, yang diutarakan kepada istrinya. Bahwa, ia cemas dengan keberadaan adiknya iparnya setelah mendengar pertuturan istrinya, kalau Robby bukan hanya pergi ke tempat yang pernah disampaikan kepadanya sebelum pergi, namun ke tempat yang lebih jauh lagi dari pada itu. Kecemasan yang dimiliki oleh H. Sulam tersebut menunjukkan sikap peduli seorang abang kepada adiknya, yang menginginkan keselamatan adiknya diperantauan sana.
Data 9
Hj. Rodhiyah         :Kalo gak ketanganan gimana? Kan entar bisa ancur.
H. Sulam                :Nah ntu dia, justru gue mau kasih kerja ke Robby.
                                 (konteks data : episode 1)

Data 9 di atas juga menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang peduli sesama, dialog percakapan antara H. Sulam dengan istrinya dalam data di atas merupakan sikap peduli H. Sulam terhadap Robby. Percakapan yang berlangsung dengan sang istri di teras rumah tersebut, merupakan salah satu perwujudan sikap peduli seorang abang kepada adik iparnya, yang terlontar dari ucapan H. Sulam, yang menegaskan kepada sang istri bahwa ia akan membukakan cabang penjualan bubur ayam yang baru, dan akan dikelola oleh Robby. Dengan begitu, sikap pedulinya terhadap sang adik akan terealisasi dengan cara membuka lapangan pekerjaan baru untuk Robby (adik iparnya). Sehingga selesai kuliah, Robby langsung memiliki pekerjaan, seraya mencari pekerjaan yang lebih layak, nantinya.
(4)          Bijaksana
Data 10
Hj. Rodhiyah         :Robby mau disuruh jadi tukang bubur, ya benar aja dong   bang? Bang, dia itu kan calon Sarjana Teknik.
H. Sulam                :Iya gue tau, masak sarjana gue suruh dorong gerobak sih. Ni, kalau ada dia, kan gue bisa tukar pikiran. Robby itu pengetahuannya luas. Nah, gak kek gue. kagak bakal naik tender.
                                 (konteks data : episode 1)
Data 10 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang bijaksana, hal ini terlihat jelas melalui percakapan H. Sulam dengan sang istri, di teras rumah. Tuturan yang dilontarkan oleh H. Sulam terhadap istrinya tersebut mencerminkan kepribadian bijaksana yang dimiliki oleh sosok tukang bubur yang satu ini. Ia menegaskan kepada istrinya, bahwa ia akan membuka cabang baru untuk usaha penjualan bubur ayam miliknya, yang dimaksudkan agar dapat dikelola oleh adik iparnya (Robby), bukan menjadikan Robby sebagai tukang bubur yang kesana kemari mendorong gerobak bubur ayam, melainkan tujuannya adalah agar bisa saling tukar pikiran dengan sang adik, jika usaha baru yang akan dibuka tersebut dikelola olehnya. Perwujudan sikap bijaksana ini, terlihat dari percakapan dengan sang istri, yang menyatakan bahwa ia tidak akan mungkin menyuruh adiknya itu mendorong gerobak, karena dia tau bahwa sang adik adalah Sarjana Teknik, bahkan ia juga menegaskan kalau Robby memiliki pengetahuan yang luas, berbeda dengan dirinya.
Data 11
Emak Haji              :Ni mobil tiap hari dielus-elus aja. Piknik kek sekali-kali, ke Siyantar kek. Biar kaki gue ni bisa berendam, ya.
H. Sulam                 :Beres mak, tapi benar juga tu kata emak. Kenapa kita sekarang jadi dibudakin sama harta ya? Tiap hari ngurusin orang makan.
                                 (konteks data : episode 1)

Data 11 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang bijaksana, yang dideskripsikan dalam percakapan yang berlangsung antara H. Sulam dengan sang ibu, yaitu yang akrab disapa dengan Emak Haji di halaman rumah saat ia sedang mengelap mobilnya. Perkataan Emak Haji, yang mengajak anaknya sang tukang bubur untuk piknik dan liburan bersama, membuat H. Sulam pun angkat bicara, yang dengan ucapannya tersebut mendeskripsikan kepribadiaannya tersebut bijaksana, yaitu ia mempertimbangkan segala hal tentang apa yang dituturkan oleh Emak Haji. Lalu, ia pun memutuskan dan membenarkan tuturan sang ibu. Bahwa selama ini, ia dan keluarga sibuk dengan usaha penjualan bubur ayam yang dimilikinya. Namun, sampai lupa waktu dan kebersamaan yang seharusnya ada ditengah-tengah keluarga mereka. Bukan hanya terus-menerus mengurusi pembeli. Dari percapakan tersebut jelaslah bahwa sikap bijaksana yang dimiliki oleh H. Sulam yang akan direalisasikan kepada sang adik ipar (Robby).
(5)     Percaya Diri
Data 12
Hansip Malih         :Justru ane kesini ni bang H. mau cek and ricek ke bang H.
H. Sulam                :Eh Lih, lo dengar ni ye. Adik gue Si Robby sekarang lagi ada di Papua. Lagi bikin menara buat hendpon. Enak aja lo kalo ngomong, ditahan-ditahan-ditahan. Jidat lo yang ditahan? Ya udah deh, sono!
                                 (konteks data : episode 1)
Data 12 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang percaya diri, hal ini terlihat terlihat dalam percakapan H. Sulam dengan seorang hansip di kampungnya yang bernama Malih, pada suatu pagi di halaman rumah saat ia sedang mengelap mobilnya. Tuturan yang dilontarkan oleh H. Sulam terhadap hansip Malih, merupakan realisasi sikap percaya diri yang ada dalam dirinya, yang terwujud dalam ucapannya. Bahwa ia menegaskan kepada sang hansip dengan rasa percaya diri yang besar, kalau adik iparnya (Robby) saat ini sedang berada di Papua dan sedang membangun menara untuk alat telekomunikasi udara, di tempat tersebut. Selain itu, ia pun menegaskan kembali kepada hansip tersebut, bahwa adiknya tidak ditahan dan tidak akan pernah ditahan oleh polisi dengan tuduhan apapun itu. Ucapan H. Sulam tersebutlah yang mendeskripsikan kepribadian percaya diri dalam dirinya dan kepercayaannya kepada sang adik.
Data 13
Hj. Rodhiyah           :Ada apa lagi sih, Bang?
H. Sulam                  :H. Muhidin, emang mau ngejatuhin gue di depan jamaah keknya. Emang dia tu, sumber gosipnya.
                                   (konteks data : episode 2)
          Data 13 di atas juga mendeskripsikan karakter tokoh H. Sulam yang percaya diri. Terlihat dalam dialog percakapan antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) dalam data 1 di atas, menunjukkan karakter percaya diri yang dimiliki oleh dirinya. Sikap percaya dirinya tersebut direalisasikan dalam tuturannya, yang menyatakan bahwa H. Muhidin memang ingin menjatuhkan dirinya di depan majelis. Selain itu, dengan percaya diri yang tinggi, ia pun menyatakan kepada sang istri ketika berada di meja makan usai pulang dari majelis tersebut, bahwa H. Muhidin lah sumber gosib tentang adik iparnya di kampung ini. Hal ini terlihat jelas bahwa rasa percaya diri yang dimilikinya membuat dia secara gamblang menyatakan kalau H. Muhidin adalah dalang dari masalah yang timbul akhir-akhir ini dalam keluarganya. 
Data 14
Hj. Rodhiyah           :Ya Bang lawan dong.
H. Sulam                  :Emang gue lawan. Kalo gue gak lawan, makin kurang ajar dia.
                                   (konteks data : episode 2)
Data 2 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang percaya diri. Hal ini terlihat dalam kelanjutan dialog yang berlangsung dengan sang istri di meja makan pada suatu malam, usai H. Sulam pulang dari majelis di mesjid. Pernyataan yang dilontarkan oleh H. Sulam setelah mendengar tuturan sang istri, menunjukkan karakter percaya diri yang terdapat pada dirinya. Hal ini terlihat dari ucapannya yang menyatakan bahwa, ia dengan tegas melawan apa yang dituduhkan oleh H. Muhidin tentang sang adik. Bahkan ia juga menyatakan kepada istrinya, kalau ia tidak membantah, maka H. Muhidin akan semakin kurang ajar terhadapnya dan tidak akan berhenti menggosipi si adik dengan berbagai tuduhan yang belum jelas kebenarannya. Dengan alasan inilah, ia menunjukkan kepercayaan dirinya dihadapan H. Muhidin, yang sama sekali tidak menyukai akan kesuksesan yang dimiliki oleh keluarganya dan adik iparnya yang akrab disapa Robby.
(6)     Sabar
Data 15
Hj. Rodhiyah           :Apa yang salah dari kita, Bang? Ada aja fitnah yang menimpa kita.
H. Sulam                  :Ya mana gue tau, Roh. Mungkin tu ujian dari Allah atau apa kali.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 15 di atas melukiskan karakter H. Sulam yang sabar, terlihat jelas melalui percakapan H. Sulam dengan sang istri (Hj. Rodhiyah) yang berlangsung di warung bubur ayam miliknya, sesampai sang istri pulang berbelanja dari Mini Market H. Muhidin. Ucapan yang diucapkan oleh H. Sulam selesai mendengar tuturan sang istri mendeskripsikan karakter sabar yang dimiliki oleh dirinya. Hal ini terlihat melalui tuturannya, dengan menyatakan bahwa ia tidak tahu menahu tentang apa sebenarnya yang terjadi dalam keluarganya akhir-akhir ini. Namun ia hanya menegaskan kepada sang istri kalau semua itu adalah ujian yang diberikan oleh Allah kepada keluarga mereka, agar mereka lebih memiliki meningkatkan lagi rasa sabar dalam menghadapi berbagai ujian tersebut.
Data 16
Emak Haji                :Eh, eh, Kenapa muka lo, kayak ayam ketelan kapur. Kenapa? Soal sumbangan lagi?
H. Sulam                  :Soal Si Robby, makin panjang aja, dah. Lagian juga tu anak. Ah, udah ah, gak usah diomongin dah.
                                    (konteks data : episode 2)
Data 16 di atas juga merupakan pendeskripsian karakter sabar yang dimiliki oleh sosok H. Sulam. Hal ini terlihat saat berlangsungnya percakapan antara H. Sulam dengan Emak Haji, di ruang makan saat ia pulang dari mesjid. Sikap sabar sosok tukang bubur yang satu ini, terlihat jelas saat ini menjawab pertanyaan yang diajukan oleh ibunya (Emak Haji). Lantas ia menunjukkan sikap sabar tersebut dengan hanya memberitahukan apa masalah yang terjadi sehingga membuat ia kesal. Namun, sabar lah yang menjadi pembalut tuturannya sehingga ia pun tidak mau membahas dan memperpanjang lagi masalah yang dialaminya saat berada di mesjid, tadi. Cukuplah hal yang dirasakannya tersebut hanya untuk dia seorang, dan tidak perlu dibesar-besarkan lagi.
(7)          Disiplin
Data 17
Mang Ojo                 :Atuh jangan menyerah begitu Buk Hj. Kalo Si Robby emang lagi kerja, ya kita harus lawan.
H. Sulam                  :Nah, tu dia masalahnya Mang Ojo, Si Robby tu udah sebulan kagak nelpon gue, gue kan kagak tau, apa dia bekerja atau kagak atau gimana.
                                    (konteks data : episode 2)
Data 17 di atas menunjukkan karakter disiplin yang terdapat pada sosok H. Sulam. Terlihat jelas dalam percakapan antara H. Sulam dengan Mang Ojo, yaitu salah satu karyawan yang bekerja di warung bubur ayam miliknya, percakapan ini berlangsung saat Hj. Rodhiyah sedang menangis di warung. Karakter disiplin yang dimiliki oleh H. Sulam tercemin dalam ucapannya yang menjawab pernyataan Mang Ojo, yaitu ia sedikit kecewa dengan sang adik ipar (Robby) karena sudah sebulan ia tidak mengabari ke keluarganya tentang keberadaannya dan bagaimana keadaannya. Sehingga H. Sulam pun tidak dapat memastikan apakah ia disana bekerja seperti yang diberitahukan olehnya saat pergi atau malah melakukan hal yang lain. Dengan ucapan H. Sulam inilah terlihat jelas karakter disiplin yang dimilikinya, yang disesalinya karena tidak diterapkan pada adik iparnya.
Data 18
Hj. Rodhiyah           :Jadi, Abang juga nuduh Si Robby ditahan polisi, gitu Bang? Abang tega.
H. Sulam                  :Gak Roh, gak. Cuma gue kesal aja sama Si Robby. Katanya anak sekolahan, harusnya dia kan mikir, ni keluarganya disini mikirin dia, nunggu berita dari dia. Dia selamat atau gimana kan kita kagak tau. Ni kagak, kek kebo dungkul. Nelpon kagak, apa kagak. Orang jual pulsa disana kan banyak, tinggal sepuluh ribu apa dia kagak ikhlas.
         (konteks data : episode 2)
Data 18 di atas juga merupakan pendeskripsian karakter disiplin yang dimiliki oleh H. Sulam. Hal ini terlihat melalui percakapan antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah), percakapan ini berlangsung di warung bubur saat Hj. Rodhiyah pulang berbelanja pada Mini Market H. Muhidin. Dalam percakapan ini, menggambarkan karakter disiplin H. Sulam yang terlihat lewat ucapannya yang membantah pernyataan istrinya. Bahwa, ia kesal dengan sikap adik iparnya, karena adiknya tersebut tidak memikirkan kalau keluarganya disini mengkhawatirkan bagaimana keadaannya disana. Sikap disiplin yang dimiliki H. Sulam tersebut terealisasi melalui pernyataannya yang kecewa kepada Robby. Seharusnya ia bisa mengabari keluarganya, misalnya telpon. Sehingga H. Sulam dan keluarga disini tidak mencemaskan keadaannya disana.


(8)          Humoris
Data 19
Emak Haji                :Kenapa Roh, sakit? Lam, Lam. Bawa aja ni dia ni ke puskesmas. Ni, Mak kalo kepala ni senut-senut ni, Mak di sono. Dokternya baik, ganteng lagi. Bawa aja deh sono!
H. Sulam                  :Bukan kepalanya yang sakit, ni hatinya. Hatinya lagi sakit.
Emak Haji                :Astagfirullahalazim, lo. Lefer tu lefer, bahaya.
H. Sulam                  :Ya udah tenang, entar Sulam bawa ke UGD.
                                   (konteks data : episode 2)
Data 19 di atas menunjukkan karakter humoris yang dimiliki oleh H. Sulam. Percakapan yang berlangsung antara Emak Haji dengan H. Sulam dalam data di atas merupakan perwujudan karakter humoris sosok tukang bubur yang tercermin dalam tuturannya menjelaskan kepada Emak Haji dengan santai, ia pun menyatakan bahwa istrinya bukan sakit kepala melainkan sakit hati. Lalu, dengan polos sang Emak pun terkejut dan mengatakan kalau penyakit itu berbahaya, seraya meminta kepada H. Sulam untuk membawa Hj. Rodhiyah untuk pergi ke puskesmas. Masih dengan decak humornya, H. Sulam pun mengiyakan kalau nanti akan dibawa istrinya tersebut ke UGD. Pertuturan yang diucapkan oleh H. Sulam tersebut merupakan pendeskripsian karakter humoris yang terdapat dalam dirinya, yang berusaha menanggapi setiap persoalan dalam hidup dengan tenang dan santai.

(9)          Konsisten
Data 20
H. Muhidin              :Ah, itu kan perasaan adik Sulam saja.
                                    Pertanyaan saya, pertanyaan umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir, itu terserah Anda sendiri. Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau tidak ada luka?
H. Sulam                  :Masalahnya Pak H. isu ini sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si Robby ditangkap polisi dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke Bapak, bahwa satu bulan ini dia gak kelihatan di kampung kita.
                                    (konteks data : episode 2)
Data 20 di atas melukiskan karakter konsisten yang dimiliki oleh sosok H. Sulam. Terlihat jelas melalui dialog percakapan yang berlangsung antara H. Sulam dengan H. Muhidin di mesjid ketika usai kajian rutin setelah salat magrib, yang terdapat dalam data di atas mendeskripsikan karakter konsisten yang dimiliki oleh sosok H. Sulam. Kekonsistensian yang dimiliki oleh H. Sulam tersebut terlihat jelas dari penuturannya yang membantah pernyataan H. Muhidin, yang menyindir bahwa adik iparnya tersandung kasus narkoba. Ia dengan lantang menyatakan bahwa, adik iparnya tidak kelihatan sudah sebulan ini di kampung, bukan karena ia tersandung kasus narkoba, tetapi adik iparnya tersebut sedang ada pekerjaan di luar pulau. Hal ini terlihat jelas, bahwa H. Sulam memiliki sikap konsisten yang tinggi dalam perkataannya yang terang-terangan berani membela sang adik dari tudingan yang dinyatakan oleh H. Muhidin di depan majelis yang ada di mesjid. Ia yakin akan apa yang dilakukan sang adik tidak seperti yang ditudukan oleh H. Muhidin.


(10)      Berjiwa Besar
Data 21
H. Sulam                  :Roh, Roh!
Hj. Rodhiyah           :Apa lagi sih, Bang?
H. Sulam                  :Maafin gue ya, gue keceplosan.
                                             (konteks data : episode 2)
Data 21 di atas melukiskan karakter jiwa besar yang dimiliki oleh H. Sulam, Percakapan yang berlangsung antara H. Sulam dengan Hj. Rodhiyah, yaitu sang istri, dalam data di atas pada saat ia menghampiri sang istri yang akan menuju kamar, menunjukkan karakter berjiwa besar yang terdapat dalam pribadi sosok H. Sulam. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang dengan langsung memanggil sang istri lalu segera meminta maaf kepada istrinya karena tidak sengaja mengatakan sesuatu hal yang tidak mengenakkan dan tidak menyenangkan hati sang istri, yaitu menyangkut masalah Robby. Sikap meminta maaf dengan segera yang ditunjukkan oleh H. Sulam dalam dialog percakapan di atas dengan istrinya menunjukkan sikap jiwa besar yang dimiliki oleh H. Sulam, yang tanpa rasa malu atau gengsi sedikit pun untuk melakukannya. Hal ini juga dikarenakan ia bukanlah tipikal orang yang tinggi hati, sehingga ia dapat melakukan hal tersebut.
2)             Karakter Tokoh H. Muhidin
Berikut penjelasan kutipan data yang menggambarkan karakter tokoh H. Muhidin:
(1)          Iri Hati
Data 1
          Rumana                    :Umi kok ngomongnya kek gitu sih? Harusnya kita senang lo liat tetangga maju.
          H. Muhidin              :Iya, kalo majunya usaha kerasnya kita patut senang dan bangga. Tetapi, kalo majunya dengan kebetulan siapa juga bisa maju. Ini yang dapat dari lotrelah, yang dapat dari pengusaha, hadiahlah. Apaan?
          Rumana                    :Gak Abah, di dalam Islam itu gak ada yang namanya kebetulan, semuanya itu pasti udah direncanain sama Allah.
                                    (konteks data : episode 1)
Data 1 di atas melukiskan karakter iri hati yang dimiliki oleh H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Rumana dalam data di atas, pada saat melihat gerobak-gerobak bubur H. Sulam yang lewat dihadapan mereka menunjukkan karakter iri hati yang terdapat dalam pribadi sosok H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang dengan langsung membantah ucapan sang anak/Rumana, bahwa majunya usaha kalau bukan karena usaha sendiri tetapi hanya karena menang undian atau lotre atau hadiah dari orang lain, bukanlah hal yang patut dibanggakan. Dari pernyataannya tersebut terlihat jelas adanya rasa kurang senang melihat orang lain berhasil dan sukses, yang dimiliki oleh H. Muhidin. Hal ini juga bisa disebabkan karena ia juga ingin mendapatkan hal yang sama dengan apa yang dicapai oleh H. Sulam.
(2)          Sombong/Suka Pamer
Data 2
Warga                       :Kok gak ikut syukuran di rumahnya pak H. Sulam?
H. Muhidin              :Iya ni, baru dari bandara jemput anak gue.
Warga                       :Oya, yang katanya sekolah di Mesir.
H. Muhidin              :Iya… iya… semata wayang.
                                   (konteks data : episode 1)

Data 2 di atas melukiskan karakter sombong/suka pamer yang dimiliki oleh H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan warga dalam data di atas, pada saat ia sampai di depan mini marketnya dan berjumpa dengan warga menunjukkan karakter suka pamer yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menjawab pertanyaan salah seorang warga yang menanyakan mengapa beliau tidak ikut menghadiri syukuran H. Sulam. Ia menyatakan bahwa ia baru sampai dari bandara menjemput anaknya yang semata wayang. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya rasa sombong yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang memamerkan kepada warga desanya kalau dia tidak menghadiri acara syukuran H. Sulam karena ia memiliki kegiatan lain yang lebih penting, yaitu menjemput anak semata wayangnya yang pulang dari Mesir.
Data 3
Hansip Tarmidzi       :Kan Mesir – Jakarta jauh Pak H. tiketnya mahal.emang Pak H. sanggup?
H. Muhidin              :Namanya juga anak semata wayang, ya disanggup-sanggupin dong. Eh, gimana? Katanya mau maju.
                                    (konteks data : episode 1)

Data 3 di atas mendeskripsikan karakter sombong/suka pamer yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan hansip Tarmidzi dalam data di atas, pada saat sang hansip yang satu ini sampai di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter suka pamer yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang memberi pernyataan atas pertanyaan hansip Tarmidzi, bahwa ia akan menyanggupi keperluan anak semata wayangnya, dikarenakan ia ingin anaknya maju berbeda dengan keluarga H. Sulam. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya rasa sombong yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang memamerkan bahwa ia sanggup melakukan apapun untuk anak semata wayangnya, seperti yang diungkapkannya kepada hansip Tarmidzi.

Data 4
H. Rasyidi                :Emang hebat Si Rumana tu, dia bisa kuliah di luar negeri”Alazar”, gak gampang tu H. saingannya berat. Paling enggak, dia mesti hafal satu dua juz Alquran berikut tafsirnya.
H. Muhidin              :Urusan itunya H. itu Rumana sendiri. Saya mah, terima bersih aja. Nah, urusan biaya gue deh. Termasuk sama istri gue ni sampai jungkir balik.
                                    (konteks data : episode 1)
Data 4 di atas mendeskripsikan karakter sombong/suka pamer yang dimiliki  oleh H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan H. Rasyidi dalam data di atas, pada saat H. Rasyidi bersilahturrahmi ke rumah H. Muhidin menunjukkan karakter suka pamer yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang memberi pernyataan yang seharusnya tidak diminta oleh H. Rusyidi. Ia menyatakan bahwa ia maunya terima bersih saja, Rumana sendiri yang harus berusaha mendapatkan prestasi terbaik di Mesir. Rasa sombongnya itu juga terlihat dalam ucapannya yang menyatakan bahwa urusan biaya Rumana disana ia sendiri bersama istri yang akan tanggung dan cukupi. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya rasa sombong yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang memamerkan bahwa dia lah yang mengeluarkan segala biaya yang dibutuhkan Rumana.  
(3)          Suka Menyindir
Data 5
H. Rasyidi                :Alhamdulillah, bagus itu. Anak Bapak juga, dia ambil S2. Jurusannya Hukum Syariah di UIN.
H. Muhidin               :Kok bisa cocok sih H. Lantas gimana tugas di DPRnya kagak keganggu?
                                    (konteks data : episode 1)

Data 5 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan H. Rasyidi dalam data di atas, pada saat H. Rasyidi bersilahturrahmi ke rumah H. Muhidin menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menanyakan kepada H. Rusyidi tentang bagaimana tugas anak H. Rusyidi di DPR, apakah tidak terganggu karena dia ambil S2. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin tersebut dikarenakan H. Rusyidi sering menceritakan tentang keberhasilan anaknya. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin kepada H. Rusyidi.
Data 6
H. Muhidin              :Ye, namanya juga anak Periuk. Tau kan pergaulannya, mesti hati-hati nyari teman, Roh.
Hj. Rodhiyah           :Pak H. Jangan teka-teki begitu deh. Si Robby tu baik-baik aja Pak H. Dia tu lagi kerja, emangnya kenapa sih?
                                    (konteks data : episode 2)

Data 6 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Hj. Rodhiyah dalam data di atas, pada saat Hj. Rodhiyah berbelanja di mini market H. Muhidin menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menyatakan kepada Hj. Rohdiyah tentang adik Hj. Rodhiyah/Robby, kalau yang namanya anak Periuk itu pergaulannya harus hati-hati dalam memilih teman. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin tersebut seolah-olah ditujukan kepada Robby yang salah memilih teman dalam bergaul. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin kepada Hj. Rodhiyah.

Data 7
H. Muhidin              :Emangnya Si Sulam sudah lancar nyetir mobilnya, kagak perlu Si Robby lagi.
Hj. Rodhiyah           :Demi Allah Pak H. Robby itu lagi kerja di Papua. Kok tega-teganya menyebar fitnah begitu. Robby itu anaknya baik.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 7 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Hj. Rodhiyah dalam data di atas, pada saat Hj. Rodhiyah berbelanja di mini market H. Muhidin menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menanyakan kepada Hj. Rohdiyah kalau H. Sulam memangnya sudah lancar menyetir mobil, sehingga tidak membutuhkan bantuan Robby lagi? Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pertanyaannya tersebut seolah-olah ditujukan kepada Robby yang tidak kelihatan di kampung memang sedang terjerat masalah, bukan karena H. Sulam telah bisa menyetir dan tidak membutuhkan bantuannya untuk menyetir lagi. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin kepada Hj. Rodhiyah tentang adiknya, Robby.
Data 8
Hj. Maemunah         :Ya, alasan apa juga masuk di akal, mau kerja di luar Jawa juga, kenapa gak sekalian bilang aja kerja ngikut TKI ke Malaysia. Ya gak.
H. Muhidin              :Tapi malu juga dong, Mi. Namanya kalo ada keluarga yang masuk bui.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 8 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Hj. Maemunah dalam data di atas, pada saat Hj. Maemunah berprasangka buruk kepada Robby, disusul dengan tanggapan dari H. Muhidin yang menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam dirinya. Hal ini terlihat dari tuturannya berupa sindiran tentang sangkaan buruk yang dituturkan oleh Hj. Maemunah. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pernyataannya tersebut seakan-akan membenarkan sangkaan buruk Hj. Maemunah tentang Robby, adik Hj. Rodhiyah, bahwa Robby memang masuk penjara. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin dengan membenarkan tuduhan H. Maemunah tentang masalah Robby.
Data 9
Hj. Maemunah         :Orang Cuma nanya doang, dianya aja yang tersinggung.
Rumana                    :Iya Umi, tapi kan kasian istrinya Bang Sulam. Kesini kan dia mau belanja, tapi malah dibikin malu.
H. Muhidin              :Kalo kagak ada asap, kagak ada apinya. Berita itu ada tentu ada sebabnya. Lo jangan terlalu bela dia deh Rum, ah.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 9 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Hj. Maemunah dan Rumana dalam data di atas, pada saat ketiganya berdebat hebat di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang membantah ucapan Rumana, bahwa tidak mungkin akan ada asap kalau tidak ada apinya. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pernyataannya tersebut seolah-olah ditujukan terhadap berita yang beredar tentang Robby. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin atas berita yang beredar tentang Robby.
Data 10
Pak Ustad Zakaria   :Silahkan Pak H. Muhidin, tapi jangan panjang-panjang.
H. Muhidin              :Bagaimana hukumnya kalo ada di antara keluarga dekat kita, yang berbuat keji. Misalnya menjadi pengedar narkoba? Bukankah kita telah diperintahkan Allah untuk menjaga keluarga kita. Kuu Anfussakum Waahlikum naaraa. Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Mohon penjelasannya, Pak Ustad.
                                    (konteks data : episode 2)


Data 10 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Tuturan yang dilontarkan oleh H. Muhidin saat mengajukan pertanyaan di mesjid dalam suatu majlis pengajian dalam data di atas menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat jelas dari sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh H. Muhidin, ia menyakan tentang kasus narkoba, yang jelas-jelas jauh berbeda dengan tema yang dibahas. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pertanyaannya tersebut sebenarnya ditujukan langsung terhadap berita yang beredar tentang Robby. Dari pertanyaan tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin atas berita yang beredar tentang Robby.
Data 11
H. Muhidin              :Ah, itu kan perasaan adik Sulam saja.
                                    Pertanyaan saya, pertanyaan umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir, itu terserah Anda sendiri. Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau tidak ada luka?
H. Sulam                  :Masalahnya Pak H. isu ini sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si Robby ditangkap polisi dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke Bapak, bahwa satu bulan ini dia gak kelihatan di kampung kita.
H. Muhidin              :Sebaiknya, kalo emang ada masalah gak usah ditutup-tutupilah. Saya mengutarakan ini, karena kecintaan saya kepada H. Sulam karena kita sama-sama jamaah mesjid ini.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 11 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Perdebatan yang berlangsung antara H. Sulam dengan H. Muhidin saat majlis pengajian dalam data di atas menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat jelas dari pernyataan H. Muhidin yang menyatakan bahwa untuk apa harus perih kalau memang tidak ada luka, yang dituturkan kepada H. Sulam yang membela adiknya. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pernyataannya tersebut sebenarnya ditujukan langsung terhadap berita yang beredar tentang Robby. Dari pertanyaan tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin atas berita yang beredar tentang Robby.
(4)          Mengadu Domba
Data 12
Hansip Tarmidzi            :Hah, ditangkap?
Hj. Maemunah              :Kek kagak tau aja, dia kan anak Periuk, kan tau sendiri bagaimana kelakuan anak Periuk. Bisa-bisa ni dia kelibat sama narkoba. Ini yang bikin gue jadi ngeri banget-banget deh.
H. Muhidin                   :Eh, kalo benar dia sudah satu bulan kagak kelihatan, berarti dia benar ditahan polisi. Ya bagaimana ya, di sini dia dibutuhkan sama Si Sulam tuk nyetir mobilnya. Ya maklum, punya mobil kagak punya nyali untuk nyetir sendiri.
                                      (konteks data : episode 1)

Data 12 di atas mendeskripsikan karakter mengadu domba yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Hj. Maemunah dan hansip Tarmidzi dalam data di atas, pada saat ketiganya berada di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter suka mengadu domba yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menyatakan bahwa kalau memang Robby tidak kelihatan sudah satu bulan, berarti dia benar ditahan polisi. Padahal, ia tidak mengetahui kebenaran akan hal tersebut. Namun, dengan lantang ia membenarkan hal tersebut. Pernyataan tersebutlah yang menunjukkan adanya sikap adu domba yang dimiliki oleh H. Muhidin atas sesuatu yang belum jelas kebenarannya, tapi H. Muhidin malah semakin membesar-besarkan masalah tersebut.
(5)          Angkuh
Data 13
Rumana                         :Bah, kalo apa yang Abah tuduhin itu semua, gak benar. Abah bisa dilaporin ke polisi. Itu sama aja, Abah udah mencemarkan nama baiknya Bang Robby, Bah.
H. Muhidin                   :Silahkan aja, kalo memang Robby kagak ditahan polisi, buktiin dong, bahwa dia itu orang baik. Ini kagak.
                                        (konteks data : episode 2)

Data 13 di atas mendeskripsikan karakter angkuh yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Rumana dalam data di atas, pada saat berada di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter angkuh yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang membantah tuturan Rumana dengan rasa angkuhnya yaitu jika memang Robby tidak ditahan, buktikanlah. Ini tidak. Pernyataan tersebutlah yang menunjukkan adanya sikap angkuh yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang yakin akan tuduhannya terhadap Robby adalah benar, ketika membantah tuturan Rumana tentang masalah Robby.

Data 14
Hj. Maemunah              :Udah deh Rum, lo gak usah ngebelain dia. Masa depannya aja kagak jelas. Tau gak, kagak jelas. Lagi, lo jangan berharap, Umi bakal ngeredoin lo. Kalo jadi bininya dia. Ingat lo, ya. Maaf, ya.
H. Muhidin                   :Amit-amit, kalo gue sampai jadi mertuanya si anak yang kagak tau sopan santun, tu.
Rumana                         :Ya, Rum kan cuma kasih tau Umi sama Abah aja. Kalo fitnah itu dosa besar.Udah itu aja.
                                        (konteks data : episode 2)

Data 14 di atas mendeskripsikan karakter angkuh yang dimiliki oleh sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin, Hj. Maemunah dan Rumana dalam data di atas, pada saat berada di ruang tamu menunjukkan karakter angkuh yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menyatakan kepada istrinya, Hj. Maemunah kalau dia tidak akan sudi mempunyai menantu seperti Robby. Pernyataan tersebutlah yang menunjukkan adanya sikap angkuh yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang seakan-akan dirinya jauh lebih baik, dan akan mendapat menantu yang bukan seperti Robby tetapi lebih baik dari dia.









BAB V
PENUTUP
5.1     Simpulan
          Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan tentang karakter tokoh H. Sulam sebagai tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu pada episode 1 dan episode 2 yang telah dipaparkan dalam bab IV, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1)             Karakter tokoh H. Sulam sebagai tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, merupakan sosok pribadi yang memiliki karakter yang dapat dicontoh dan dapat diterapkan dalam kehidupan keseharian, hal ini dikarenakan karakter yang dimilikinya tersebut, secara keseluruhan berkategori baik dan bisa dijadikan panutan dalam bermasyarakat. Sedangkan karakter tokoh H. Muhidin yang juga merupakan tokoh utama, tidaklah dapat diambil sebagai contoh sebagai terapan dalam kehidupan, hal ini dikarenakan karakter yang melekat pada tokoh ini berkategori kurang baik dan tidak dapat dijadikan panutan dalam bermasyarakat.
2)            
69
Berdasarkan hasil penelitian tentang karakter tokoh H. Sulam sebagai tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu pada episode 1 dan episode 2, terdapat 10 sikap atau kepribadian yang ada pada dirinya, yaitu (1) sopan santun, (2) inovatif, (3) peduli sesama, (4) bijaksana, (5) percaya diri, (6) sabar, (7) disiplin, (8) humoris, (9) konsisten, dan (10) berjiwa besar. Sedangkan kepribadian yang melekat pada diri H. Muhidin, yaitu (1) iri hati, (2) sombong/suka pamer, (3) suka menyindir, (4) mengadu domba, dan (5) angkuh.
3)             Mat Solar yang memerankan tokoh H. Sulam dan Latief Sitepu sebagai pemeran tokoh H. Muhidin, keduanya merupakan tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” yang ditayangkan oleh stasiun TV RCTI. Mat Solar adalah tokoh yang mendapatkan skrip naskah dengan karakter yang dapat dicontoh, baik itu dikalangan para pemain lain dalam sinetron tersebut maupun dapat diterapkan dalam pribadi masing-masing penonton sinetron ini. Kepiyawaiannya dalam memerankan tokoh H. Sulam patut diacungi jempol. Sedangkan Latief Sitepu adalah tokoh yang mendapatkan skrip naskah dengan karakter yang kurang baik, dan tidak sepantasnya diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

5.2     Saran
          Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis menyarankan kepada berbagai pihak yaitu sebagai berikut :
1)             Karakter yang dimiliki oleh H. Sulam dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, patutlah dicontoh. Hal ini dikarenakan karakter yang melekat pada sosok tukang bubur yang satu ini merupakan pribadi yang dapat memposisikan dirinya dalam berkomunikasi dengan sesama. Sehingga ia dapat menentukan sikap dalam bergaul dan dalam bertindak. Sedangkan karakter yang dimiliki oleh H. Muhidin, selayaknya untuk tidak dijadikan panutan, dikarenakan karakternya tersebut tidak membawa pengaruh positif dalam hidup bermasyarakat.
2)             Melalui penelitian ini diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah agar lebih mendalami tentang kajian fiksi yaitu mengenai karakter yang melekat pada pribadi setiap tokoh, sehingga dapat dengan mudah ia memahami kepribadian setiap tokoh dalam fiksi. Hal ini lebih memperkuat jati diri mahasiswa tersebut sebagai bagian dari mahasiswa prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah.
3)             Melalui penelitian ini, peneliti mengharapkan juga kepada prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah agar memperhatikan lagi materi perkuliahan tentang pengkajian fiksi dari segi menelaah karakter setiap tokoh dalam fiksi tersebut melalui berbagai cara, misalnya dengan menyajikan bahan bacaan yang bermutu dan tenaga pendidik yang berkualitas serta ahli dibidangnya.










DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : Caps.
Depdiknas. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

Fathurrahman. 2009. Dasar Hukum Persinetronan Indonesia. Jakarta: Depkominfo.

Labib. 2002. Pengertian dan Jenis Sinetron. (www.google), diakses pada 01 Januari 2014.

Kutha Ratna, Nyoman. 2010. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Denpasar: Pustaka Pelajar.

Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Jakarta: Gajah Mada University Press

Panitia Penyusun. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi. Matangglumpangdua : FKIP Universitas Almuslim.

Pujianto. 2010. Karakter Tokoh dalam Karya Fiksi. (www.google.com), diakses pada 01 Januari 2014.BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang Masalah
Sastra merupakan sebuah ciptaan atau kreasi yang bersifat otonom dan bercirikan suatu koherensi yang dapat ditafsirkan sebagai suatu keselarasan yang mendalam antara bentuk dan isi. Setiap isi berkaitan dengan suatu bentuk atau ungkapan tertentu, dan sebagaimana bentuk dan isinya yang saling berhubungan, sastra juga memiliki bagian dan keseluruhannya yang memiliki kaitan secara erat sehingga yang berkaitan tersebut saling menerangkan. Di samping itu, sastra selalu menghidangkan sebuah sintesa antara hal-hal yang saling bertentangan dan beraneka rupa bentuknya. Oleh karena itu, sastra tidak pernah mengacu kepada sesuatu yang lain dan juga tidak bersifat komunikatif, sehingga unsur kreativitas dan spontanitasnya biarpun tidak secara terang-terangan tetapi masih sering dijadikan sebagai pedoman dan acuan dalam kehidupan.
Sinetron merupakan bagian dari suatu karya sastra yang dibuat khusus untuk penayangannya melalui media elektronik (Fathurrahman, 2009:2). Secara umum, sinetron yang akan ditayangkan harus memiliki kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dalam undang-undang persinetronan dan penyiaran. Dalam hal ini, layak atau tidak layaknya sebuah sinetron untuk ditayangkan itu sangat tergantung pada pihak atau lembaga yang bertindak sebagai penyensor ataupun pihak yang melakukan preview terhadap sebuah sinetron sebelum diperkenalkan kepada masyarakat luas pada umumnya.
1
Sinetron pada dasarnya adalah sebuah kreasi yang terlahir dari suatu proses hasil cipta, rasa dan karsa oleh anak manusia yang dituangkan dalam bentuk adegan, dialog dan cerita tentang kehidupan. Sinetron juga sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan isi dan jalan ceritanya untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah sinetron pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia.
Selain itu, sinetron biasanya menampilkan suatu gambaran kehidupan sedangkan kehidupan itu sendiri merupakan fakta kultural, karena kehidupan itu meliputi hubungan masyarakat yang terjadi dalam batin seseorang manusia dan perhatiannya terhadap dunia yang secara realita berlangsung sepanjang hari hingga sepanjang zaman. Di samping itu, sebuah cipta atau kreasi bersumber dari kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Akan tetapi sinetron bukan hanya mengungkapkan realitas objektif semata, namun juga berisi tentang penafsiran-penafsiran mengenai alam dan kehidupannya.
Dalam dunia sinetron, peristiwa yang terjalin dalam sebuah cerita sangat mendominasi penjiwaan penonton untuk memasuki ruang dan waktu dalam ceritanya. Meskipun sifatnya lebih ke fiksi, tapi secara spontan dapat membawa pengaruh yang sangat besar dalam hal perubahan karakter dan tingkat emosional pada penontonnya, karena secara umum unsur-unsur fiksi sering dijadikan sebagai tolak ukur yang bersifat estetik atau perhatian yang diarahkan pada hubungan antara gambar dan apa yang digambarkan, serta sejauh mana gambaran tersebut sesuai dengan kenyataan, dan apakah kenyataan tersebut merupakan dunia sendiri, sebuah dunia yang serba baru, dan tidak terlepas dari kenyataan. Dengan demikian sinetron atau sebuah kreasi seni yang dihasilkan melalui proses cipta, rasa, karsa perlu memperhatikan unsur estetik dan penghayatannya yang sesuai dengan penggambaran problematika-problematika kehidupan dalam dunia nyata. Oleh karena itu, daya cipta artistiknya akan mampu mengangkat dan menampilkan perbuatan manusia yang universal dan dapat membawanya ke dalam suatu pencerminan atau penggambaran mengenai suatu kenyataan dalam dunia yang absurd.
Suatu cerita tertentu dihidupkan oleh para tokoh, tokoh juga dibagi dua, tokoh sentral dan tokoh tidak sentral. Tokoh sentral biasanya disebut tokoh utama. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalan cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh tambahan kejadiannya lebih sedikit dibandingkan tokoh utama. Kejadiannya hanya ada jika berkaitan dengan tokoh utama secara langsung.
Sinetron Tukang Bubur Naik Haji merupakan sebuah sinetron yang diangkat dari novel “Tukang Bubur Naik Haji” yang ceritanya diilhami dari kisah nyata yang mengenai sejarah awal mula seseorang menjadi orang yang berada. Sinetron yang dibintangi oleh aktor dan aktris handal yang ternama seperti Mat Solar dan Uci Bing Slamet ini mengangkat kisah keseluruhan “Tukang Bubur Naik Haji” seperti menonton kehidupan masyarakat sehari-hari, yang didalamnya termasuk perilaku kita sendiri. Tokoh yang digambarkan sebagai manusia yang seolah-olah seorang dermawan sejati, padahal sebenarnya manusia sangat mengharapkan pujian orang. Sebenarnya ada kecenderungan kita ingin pamer. Maka tidaklah heran sinetron yang bernuansa Islam dan sangat bersejarah ini telah banyak meraih simpati dari masyarakt luas.
Dari uraian pada latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan menganalisis karakter tokoh utama dalam sinetron tersebut. Adapun judul penelitian ini adalah ”Analisis Karakter Tokoh Utama dalam Sinetron ’Tukang Bubur Naik Haji’ Tayangan RCTI”.

1.2     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI?

1.3     Tujuan Pernelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan data tentang karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI.

1.4         Manfaat Penelitian
Berdasarkan uraian permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini mempunyai dua manfaat yaitu secara teoretis dan praktis.
Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran sehingga dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI.
Selanjutnya, secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI dan untuk lebih memotivasi potensi yang ada dalam diri peneliti.
Sedangkan, bagi mahasiswa lain dan pembaca pada umumnya dapat memberi informasi empiris dan pendalaman ilmu serta pengetahuan mengenai bidang kesusastraan, sehingga akan memotivasi untuk lebih mencintai karya sastra Indonesia berbentuk drama atau sinetron.

1.5         Definisi Operasional
Untuk menyamakan pemahaman antara peneliti dengan pembaca, maka perlu dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut :
1)             Analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, untuk mengidentifikasi karakter tokoh utama yang terkandung didalamnya secara luas dan mendalam.
2)             Karakter adalah adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,  bangsa  dan  negara.
3)             Tokoh Utama adalah tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji”.
4)             Sinetron adalah bentuk seni audio-visual hasil dari perkembangan ilmu dan teknologi informasi yang bersifat kompleks, menghibur, dan universal.
5)             Tukang Bubur Naik Haji adalah salah satu sinetron yang ditayangkan oleh stasiun TV RCTI, yang mengisahkan tentang sisi kehidupan masyarakat dengan berbagai rutinitas sehari-hari yaitu mengenai sejarah awal mula seseorang menjadi orang yang berada.
6)             RCTI adalah salah satu stasiun televisi yang menayangkan berbagai tayangan yang sarat makna, salah satunya adalah sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji”.
















BAB II
LANDASAN TEORETIS
2.1         Pengertian Karakter Tokoh
Karakter merupakan salah satu unsur yang tidak bisa dipisahkan dan memiliki andil penting dalam sebuah drama. Setiap tokoh yang terdapat dalam drama telah dilengkapi dengan karakter yang unik dan berbeda dengan tokoh yang lainnya. Melalui karakter tersebutlah setiap tokoh dapat dikenali dengan mudah oleh para penonton. Selain itu, karakter jugalah yang menentukan bagaimana setiap tokoh memerankan setiap tuntutan perannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter memiliki arti ”Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain”. Maksudnya, karakter tersebut merupakan sifat kejiwaan yang dimiliki oleh seseorang, berupa tingkah laku atau budi pekerti yang disandang oleh seseorang, yang mana dengan hal tersebutlah dapat membedakannya dengan sosok pribadi yang lain.
Selanjutnya, Hardanaiwati, dkk (2003:303) ia mengemukakan bahwa ”Karakter adalah sifat-sifat khas yang membedakan seseorang dengan orang lain”. Maksudnya jelas bahwa, karakter tersebutlah yang menjadi salah satu unsur yang terdapat dalam diri seseorang yang dapat membedakannya dengan orang lain, yaitu berupa sifat yang dimiliki oleh setiap individu dan bisa saja sifat tersebut tidak dimiliki oleh individu yang lain.  
7
Lalu, (Ditjen Mandikdasmen - Kementerian Pendidikan Nasional), menyatakan bahwa ”Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,  bangsa  dan  negara.  Individu  yang  berkarakter  baik  adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat”. Maksudnya juga jelas bahwa karakter tersebut merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu, yang diterapkan dalam hidup bermasyarakat dan melalui karakter tersebutlah seseorang dapat mengenali sosok pribadi yang lain.
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2012:165), ia menyatakan bahwa ”Karakter adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan”. Maksudnya, karakter tersebut melekat pada diri setiap tokoh yang diungkapkan melalui setiap ucapan ataupun perbuatan setiap tokoh dalam suatu cerita yang dilakonkan. Pembaca dan penontonlah yang bertugas memberikan penilaian berupa baik buruknya karakter yang melekat pada diri setiap tokoh tersebut.
Menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2012:165), ia mengungkapkan bahwa ”Dalam berbagai literatur Bahasa Inggris menyarankan pada dua pengertian yang berbeda tentang karakter, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut”. Dapat dipahami bahwa, karakter tersebut merupakan hal yang melekat pada tokoh-tokoh dalam cerita yang berupa sikap, atau tingkah laku setiap tokoh, yang harus didalami oleh setiap tokoh lalu diperankan sesuai dengan tuntutannya.
Berdasarkan beberapa pendapat pakar di atas yang menjelaskan tentang karakter tokoh, maka dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh merupakan wujud dari kepribadian tokoh atau individu yang tampak melalui tingkah laku atau tindakan yang menjadi ciri khas pada diri seseorang, baik itu berupa sifat baik maupun buruk, dan dengan sifat tersebutlah dapat membedakannya dengan tokoh lain dan biasanya akan terlihat lewat sikap, tingkah laku, maupun kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh sang tokoh.
       
2.2         Jenis-jenis Karakter Tokoh
Salah satu unsur cerita adalah tokoh dengan karakternya. Karakter merupakan salah satu unsur dalam membangun sebuah karya fiksi, salah satunya adalah drama. Pembuatan karakter tokoh yang baik akan menjadi salah satu penentu kualitas dari karya fiksi tersebut. Karakter tokoh adakalanya dibangun melalui ucapan tokoh, yaitu ucapan si tokoh merupakan salah satu hal yang dapat menggambarkan karakternya. Orang yang sopan tentu berbeda cara berbicaranya dengan orang yang bengal. Orang pemarah tentu juga berbeda cara bicaranya dengan orang penyabar.
Karakter tokoh dalam sebuah drama atau sinetron dapat digambarkan oleh pengarang melalui bermacam cara. Menurut Pujianto (2010:23), ia menjelaskan bahwa ”Cara penggambaran karakter tokoh yaitu dengan cara segi fisis, segi psikis, dan segi sosiologis.” Berikut penulis jelaskan secara rinci:


1)             Segi Fisis
Pengarang menjelaskan keadaan fisik tokohnya yang meliputi usia, jenis kelamin, keadaan tubuh (tinggi, pendek), pincang, gagah, tampan, menarik, dan sebagainya. Ciri-ciri wajah (cantik, jelek, keriput, dan sebagainya), dan ciri khas yang lebih spesifik. Dapat dipahami bahwa segi fisis merupakan keadaan fisik si tokoh yang terlihat dan dapat diamati dengan jelas.
2)             Segi Psikis
Pengarang melukiskan tokoh berdasarkan latar belakang kejiwaan, kebiasaaan, sifat, dan karakternya. Segi psikis meliput moral, kecerdasan, temperamen, keinginan, perasaan pribadi, dan keahlian khusus yang dimilikinya. Dapat dipahami bahwa segi psikis merupakan sisi psikologis yang dimiliki si tokoh. Hal ini terlihat lewat kejiwaan si tokoh, berupa kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan si tokoh dan berbagai sifat yang tampak dari si tokoh tersebut dalam keseharian.
3)             Segi sosiologis
Pengarang menggambarkan latar belakang kedudukan tokoh tersebut dalam masyarakat dan hubungannya dengan tokoh-tokoh lainnya. Segi sosiologis meliputi status sosial (kaya, miskin, menengah), peranan dalam masyarakat, pendidikan, pandangan hidup, kepercayaan, dan aktivitas sosial, dan suku bangsa. Dapat dipahami bahwa segi sosiologis tokoh dalam sebuah drama merupakan segi kedudukan atau peran si tokoh dalam lingkungannya, seperti status sosial si tokoh.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga segi yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menggambarkan karakter tokoh, yaitu melalui 1) segi fisis yang berupa keadaan fisik si tokoh, 2) segi psikis yaitu kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan si tokoh, dan 3) segi sosiologis yaitu status si tokoh dalam bermasyarakat.
Selain itu, menurut Saleh (dalam blog Pipit Dwi Komariah), ia membagi kepribadian dalam dua kelompok, yaitu kepribadian superior dan kepribadian inferior. Kepribadian superior adalah bentuk-bentuk kepribadian yang berorientasi pada perbaikan-perbaikan kualitas kehidupan.
Karakter kepribadian superior diuraikan menjadi tujuh, yaitu:
1)             Pertahanan ego
Pertahanan ego adalah sikap-sikap dasar seperti mudah menerima keadaan, terus-menerus bekerja, dan mempunyai kemandirian yang tinggi dengan mengandalkan kemampuan dan penilaian. Maksudnya, orang yang memiliki sikap ini selalu berusaha menjadi yang terbaik dengan segala kemampuan yang dimilikinya.
2)             Percaya diri
Percaya diri adalah sikap tidak tergantung pada orang lain, tegas dan konstan (tidak berubah-ubah), cepat menentukan sikap, mengambil keputusan disertai dengan perhitungan yang matang, dan memiliki sifat persuatif sehingga memperoleh banyak dukungan. Maksudnya, orang yang bersikap seperti ini tidak mudah terpengaruh dengan orang lain, namun selalu melakukan sesuatu dengan mempertimbangkan segala sesuatunya.


3)             Rela berkorban
Rela berkorban adalah sikap bersedia mengorbankan dirinya demi memenuhi kebutuhan orang lain atau mendahulukan kepentingan yang lebih umum dari pada kepentingan pribadi demi mewujudkan tujuan yang luhur dan mulia. Maksudnya, sikap seperti ini dimiliki oleh orang yang selalu mementingkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
4)             Sabar
Sabar adalah sikap tidak tergesa-gesa dalam mengambil jalan langkah dalam memecahkan masalah, juga tidak terpengaruh oleh penundaan dan bersedia menaati saat yang tepat untuk menerapkan strateginya. Maksudnya, sikap seperti ini lebih kepada sikap seseorang yang dapat menghadapi suatu keadaan apapun dengan ikhlas serta tanpa berkeluh kesah dalam keadaan apapun dan bagaimanapun.
5)             Sikap idealistik
Sikap idealistik adalah sikap selektif dan berorientasi pada kesempurnaan dan standar tertentu. Maksudnya, sikap ini adalah sikap seseorang yang percaya pada tujuan apa yang bisa memberi manfaat untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik.
6)             Tepat janji
Tepat janji artinya konsisten dengan sikap yang dipilih baik pemikiran maupun kesepakatan yang dibuat bersama orang lain. Bila suatu saat ia melakukan ingkar janji, akan sangat merasa bersalah dan mengeluh. Maksudnya, sikap ini adalah sikap seseorang yang selalu memegang teguh suatu prinsip atau pendirian dari segala hal yang telah di tentukan.  
7)             Inovatif
Inovatif adalah sikap yang memiliki kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang benar dan selalu mencoba sesuatu yang baru atau perubahan. Maksudnya, orang yang memiliki sikap ini mendayagunakan kemampuan dan keahlian untuk menghasilkan karya baru.
Sedangkan kepribadian inferior adalah kepribadian individu yang cenderung tidak diharapkan kehadirannya kerena sifat jeleknya yang berpeluang besar merugikan diri sendiri dan orang lain.
Ciri kepribadian inferior dapat diuraikan sebagai berikut:
1)             Depresi
Depresi merupakan salah satu bentuk yang menyebabkan emosi tergantung keseimbangannya sehingga yang bersangkutan cepat marah. Individu yang depresi sulit menggunakan akal sehatnya. Orang depresi cenderung tidak bergairah sehingga penampilannya menunjukkan ekspresi kesedihan (murung, cepat marah, dan mudah tersinggung) yang berakibat enggan berinteraksi dengan orang lain.
2)             Suka pamer atau sombong
Suka pamer merupakan sikap suka memperlihatkan atau menunjukkan sesuatu pada orang lain, baik keahlian, kepandaian, ataupun kepemilikan yang sebenarnya hal tersebut tidak dibutuhkan atau diminta oleh orang lain.

3)             Tidak disiplin
Tidak disiplin merupakan perilaku yang cenderung tidak mengetahui aturan main yang ditetapkan bersama serta mempunyai tujuan untuk memperoleh sesuatu yang mengunutungkannya.
4)             Pelupa
Ciri kepribadian pelupa berkaitan erat dengan lupanya individu terhadap hal yang dapat disebabkan oleh terlalu banyaknya jadual acara maupun kurang disiplin dalam mencatat agenda tersebut.
5)             Sulit membuat keputusan
Sulit membuat keputusan merupakan sikap individu yang sulit membuat keputusan apa saja atau yang membutuhkan waktu untuk membuat keputusan yang sempurna.
6)             Tak acuh
Tak acuh adalah sikap kurang peduli terhadap hal-hal disekitarnya dan cenderung sibuk dengan dirinya sendiri.
7)             Bersikap negatif
Bersikap negatif yaitu sikap yang cenderung hanya melihat sisi buruk atau kelemahan dari situasi dan kondisi tertentu. Biasanya timbul hanya untuk menutupi kekurangan yang justru dimilikinya. Sikap ini dapat terbentuk karena terus-menerus kecewa.



8)             Tidak konsisten
Tidak konsisten merupakan refleksi dari tidak adanya kepercayaan diri, tidak adanya moral kejujuran, maupun kerena mudah dipengaruhi oleh orang lain.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian seseorang terbagi atas dua kelompok, yaitu 1) kepribadian superior yaitu kepribadian seseorang yang bisa dikatakan bentuk-bentuk kepribadian yang berorientasi pada perbaikan-perbaikan kualitas kehidupan dan 2) kepribadian inferior yaitu kepribadian seseorang yang bisa dikatakan jelek dan berpeluang besar merugikan diri sendiri dan orang lain.
Adakalanya juga karakter tokoh dalam drama digambarkan pengarang melalui pemberian nama. Dalam kehidupan nyata, nama seseorang memang tidak identik dengan sifat dan perilaku orang tersebut. Tapi dalam dunia fiksi, kita bisa memberikan nama-nama tertentu untuk memberikan kesan karakter yang berbeda-beda. Pemberian nama tokoh juga hendaknya disesuaikan dengan setting cerita atau karakter etnis dari tokoh tersebut.
Karakter tokoh ialah watak, tabiat, perilaku yang dimiliki oleh tokoh atau pelaku dalam cerita. Sifat atau kebiasaan serta watak cerita yang ditampilkan oleh pengarang bermacam-macam coraknya. Karakter merupakan realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).
Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap tuhan yang Maha Esa, terhadap dirinya sendiri, sesama, lingkungan, bangsa, dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi, dan motivasinya (perasaannya).     Berarti karakter tokoh merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain dan biasanya akan terlihat lewat sikap, tingkah laku, maupun kebiasaan tokoh.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku). Karakter tokoh juga merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain dan biasanya akan terlihat lewat sikap, tingkah laku, maupun kebiasaan tokoh.

2.3     Pengertian Tokoh
Tokoh merupakan sosok atau pribadi yang memerankan berbagai karakter yang dilakonkan dalam cerita. Melalui kehadiran tokohlah, karakter tersebut akan dapat disampaikan dengan baik kepada penonton. Selain itu, tokoh juga yang memiliki peran sebagai penyampai pesan dalam drama kepada penonton lewat adegan-adegan yang diperankannya melalui karakter yang telah dibebankan kepadanya. Dengan kata lain, tokohlah yang menjadi pelaku cerita. Sedangkan, karakteristik merujuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita.
Tokoh-tokoh yang ada dalam karya sastra kebanyakan berupa manusia, atau makhluk lain yang mempunyai sifat seperti manusia. Artinya, tokoh cerita itu haruslah hidup secara wajar dan mempunyai unsur pikiran atau perasaan yang dapat membentuk tokoh-tokoh fiktif secara meyakinkan sehingga penonton merasa seolah-olah berhadapan dengan manusia sebenarnya.
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Aminuddin (2002:79), bahwa ”Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita”. Dapat dipahami bahwa tokoh merupakan orang yang memiliki peran penting untuk melakonkan berbagai rentetan peristiwa dalam cerita sehingga cerita tersebut memiliki satu kesatuan cerita yang utuh dan dapat dinikmati oleh penonton.
Sama halnya dengan Nurgiyantoro (2012:165), ia juga menyatakan bahwa ”Istilah tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita”. Maksudnya jelas bahwa tokoh tersebut merupakan orang yang menjadi pelaku dalam cerita, yang memerankan setiap lakon dalam cerita.
Lalu, Sayuti (dalam Wiyatmi, 2009:30) yang mengatakan bahwa ”Tokoh merupakan pelaku rekaan dalam sebuah cerita fiktif yang memiliki sifat manusia alamiah, dalam arti bahwa tokoh-tokoh itu memiliki kehidupan” atau berciri hidup” tokoh yang memiliki derajat lifelikeness kesepertihidupan”. Maksudnya, tokoh tersebut merupakan pelakon dalam sebuah cerita fiktif, ia juga harus melakonkan karakter yang sama dengan tokoh dalam cerita. Hal ini dikarenakan karya fiksi merupakan hasil karya imajinatif atau rekaan, maka penggambaran watak tokoh cerita pun merupakan sesuatu yang artifisial, yakni merupakan hasil rekaan dari pengarangnya yang dihidupkan dan dikendalikan sendiri oleh pengarangnya. Pengarang tidak serta merta menciptakan dunia di luar logika para penonton. Artinya pengarang memakai nama latar, peristiwa dan tokoh seperti keberadaannya di dunia nyata. Penciptaan tokoh oleh pengarang haruslah yang benar-benar seperti manusia.
Menurut Wiyatmi (2009:30), ia menyatakan bahwa ”Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi”. Maksudnya jelas bahwa tokoh merupakan pelaku atau pelakon sebuah cerita.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa cerita yang menjadi pelaku dalam sebuah karya fiksi yang mempunyai watak dan perilaku tertentu.

2.4     Jenis-jenis Tokoh
          Ketika menonton sebuah drama, kita akan dihadapkan pada sejumlah tokoh yang dihadirkan didalamnya. Tokoh-tokoh tersebut memiliki peranan yang tidak sama. Setiap tokoh dalam cerita memiliki fungsi dan peranan masing-masing yang menjadikannya sebagai tokoh yang melakonkan setiap adegan dalam cerita. Peranan masing-masing tokoh tersebut tidak sama dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita.
   Menurut Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa ”Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan, yaitu berdasarkan peranan/tingkat pentingnya tokoh dalam cerita, berdasarkan fungsi penampilan tokoh dalam cerita, berdasarkan perwatakannya dalam cerita, berdasarkan berkembang tidaknya perwatakan tokoh cerita, dan berdasarkan pencerminan tokoh cerita terhadap kehidupan nyata”.
          2.4.1 Berdasarkan peranan/tingkat pentingnya tokoh dalam cerita
1)    Tokoh Utama
Menurut Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa ”Tokoh utama merupakan tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus, sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita”. Maksudnya, tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam sebuah cerita. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh ini juga selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lainnya.
2)    Tokoh Tambahan
Menurut Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa ”Tokoh tambahan merupakan tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita dan itupun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek”. Maksudnya, tokoh tambahan hanyalah sebagai tokoh yang melengkapi cerita, ia tidak terlalu dipentingkan dan kehadirannya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.4.2 Berdasarkan fungsi penampilan tokoh dalam cerita
1)    Tokoh Protagonis
Menurut Nurgiyantoro (2012:178), ia menyatakan bahwa ”Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya disebut hero. Ia merupakan tokoh penjawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita”. Maksudnya, tokoh protaganis selalu menjadi tokoh yang sentral dalam cerita. Ia bahkan menjadi pusat sorotan dalam kisahan. Tokoh protagonis dapat ditentukan dengan memperhatikan hubungan antartokoh, protagonis berhubungan dengan tokoh-tokoh yang lain, sedangkan tokoh-tokoh itu sendiri tidak semua berhubungan satu dengan yang lain.
2)    Tokoh Antagonis
          Menurut Nurgiyantoro (2012:179), ia menyatakan bahwa ”Tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan konflik atau sering disebut sebagai tokoh jahat”. Maksudnya, tokoh ini juga mungkin diberi simpati oleh pembaca jika dipandang dari kaca mata si penjahat itu sehingga memperoleh banyak kesempatan untuk menyampaikan visinya, walaupun secara vaktual dibenci oleh masyarakat. Tokoh antagonis merupakan tokoh penentang utama dari protagonis.
2.4.3 Berdasarkan perwatakannya dalam cerita
1)    Tokoh Sederhana
Menurut Nurgiyantoro (2012:181), ia menyatakan bahwa ”Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu atau sifat watak yang tertentu saja”. Maksudnya, tokoh ini adalah tokoh yang tidak memiliki sifat atau tingkah laku yang dapat memberikan efek kejutan bagi penonton. Sifat dan tingkah lakunya bersifat monoton, datar dan hanya mencerminkan suatu watak tertentu. Meskipun tokoh sederhana bisa melalukan berbagai tindakan, namun semua tindakannya itu akan dapat dikembalikan pada perwatakan yang dimiliki dan yang telah diformulakan itu. Sehingga penonton dengan mudah dapat memahami watak dan tingkah laku tokoh ini, hal ini dikarenakan ia mudah dikenal dan familiar.
2)    Tokoh Bulat
Menurut Nurgiyantoro (2012:183), ia menyatakan bahwa ”Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya”. Maksudnya, tokoh bulat merupakan tokoh yang memiliki watak tertentu dan ia pun dapat menampilkan watak dan tingkah laku yang bermacam-macam, bahkan mungkin bertentangan dan sulit ditebak. Tokoh ini juga sering memberikan kejutan, karena ia memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan.
2.4.4 Berdasarkan berkembang tidaknya perwatakan tokoh cerita
1)    Tokoh Statis
Menurut Nurgiyantoro (2012:188), ia menyatakan bahwa ”Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi”. Maksudnya, tokoh ini tampak seperti kurang terlibat dan tidak terpengaruh oleh adanya perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi karena adanya hubungan antarmanusia. Tokoh ini memiliki sikap dan watak yang relatif tetap, tidak berkembang sejak awal sampai akhir cerita.
2)    Tokoh Berkembang
Menurut Nurgiyantoro (2012:188), ia menyatakan bahwa ”Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan peristiwa dan plot yang dikisahkan”. Maksudnya, tokoh ini secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya yang dapat mempengaruhi sikap, watak dan tingkah lakunya. Sikap dan watak tokoh ini mengalami perkembangan dari awal, tengah dan akhir cerita sesuai dengan tuntutan koherensi cerita secara keseluruhan.
2.4.5 Berdasarkan pencerminan tokoh cerita terhadap kehidupan nyata
1)    Tokoh Tipikal
Menurut Nurgiyantoro (2012:190), ia menyatakan bahwa ”Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya”. Maksudnya, tokoh tipikal merupakan penggambaran, pencerminan atau penunjukan terhadap orang atau sekelompok orang yang terikat dalam suatu lembaga yang ada di dunia nyata.
2)    Tokoh Netral
Menurut Nurgiyantoro (2012:191), ia menyatakan bahwa ”Tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri”. Maksudnya, tokoh ini merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi, ia hadir dan dihadirkan semata-mata demi cerita atau bahkan dialah yang mempunyai cerita, pelaku cerita dan yang diceritakan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tokoh-tokoh karya fiksi, misalnya drama memiliki posisi masing-masing dan dengan berbagai karakter yang berbeda-beda, yang keseluruhannya itu dapat mendukung terwujudnya jalan cerita yang baik dan enak dinikmati oleh penonton.

2.5     Peran Tokoh Utama dalam Sinetron
Tokoh utama merupakan tokoh yang mendominasi jalannya cerita. Ia merupakan tokoh yang selalu dikaitkan keberadaannya dengan tokoh lain. Bahkan, pembicaraan tentangnya selalu dikait-kaitkan dalam setiap peristiwa yang terdapat disepanjang jalannya cerita.
Menurut Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa ”Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalan cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian”. Maksudnya jelas bahwa tokoh utama merupakan tokoh yang selalu diceritakan dalam setiap urutan kejadian dalam cerita tersebut, baik itu dia sebagai pelaku kejadian maupun sebagai orang yang dikenai kejadian.
Begitu juga pendapat yang sama tentang tokoh utama dari Aminuddin (2002:80), yang menyatakan bahwa ”Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya. Selain itu lewat judul cerita juga dapat diketahui tokoh utamanya”. Maksudnya, tokoh utama tersebut merupakan tokoh yang sering diperbincangkan oleh pengarang cerita tersebut, bahkan melalui judul cerita saja dapat diketahui bagaimana karakter tokoh utamanya. Sehingga penonton dapat menentukan tokoh utama dengan jalan melihat keseringan pemunculannya dalam suatu cerita. Selain lewat memahami peranan dan keseringan pemunculannya, dalam menentukan tokoh utama dapat juga melalui petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya.
Berdasarkan kedua pendapat pakar di atas tentang tokoh utama, maka dapat dipahami bahwa tokoh utama memiliki peran sebagai tokoh yang sangat menentukan perkembangan alur atau plot cerita tersebut, karena dengan tokoh utamalah keberlangsungan cerita dapat dijalin dengan baik.

2.6     Pengertian Sinetron
Sinetron merupakan sebuah ungkapan yang tidak asing di telinga. Bahkan, anak kecil pun sudah dapat mengetahui mana yang dikatakan dengan sinetron. Sinetron yang sering ditayangkan di stasiun televisi memuat berbagai kisah kehidupan manusia yang dilakonkan oleh tokoh-tokoh tertentu dengan karakter yang dituntut dalam adegan-adegan cerita tersebut.
Dalam Depdiknas (2006:62), dijelaskan bahwa ”Secara etimologi bahasa sinetron merupakan kepanjangan dari sinema elektronik yang berarti sebuah karya cipta seni budaya, dan media komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarkan sinematografi dengan direkam pada pita video melalui proses elektronik, lalu ditayangkan melalui stasiun televisi. Maksudnya, sinetron merupakan bentuk kesenian sekaligus media hiburan massa dalam bentuk visual. Medium visual menyampaikan ide secara denotatif, yaitu langsung memperlihatkan benda kongkritnya. Berbeda dengan radio atau surat kabar yang menggunakan kata, yang untuk memahaminya harus melalui proses interpretasi, pesan di sini hanya dapat diinterpretasikan sesuai dengan maksud komunikator.
Lalu, menurut Wiyatmi (2009:1), ia menyatakan bahwa ”Sebagai media komunikasi massa, sinetron merupakan sebuah pesan yang dikomunikasikan kepada khalayak luas atau kepada sejumlah besar orang. Secara garis besar para ahli memetakan dua sisi relasi antara media dengan masyarakat, sisi pertama fokus perhatiannya pada teori yang berkaitan dengan relasi media-masyarakat, perhatian terhadap cara media digunakan di masyarakat dan pengaruh timbal balik yang lebih besar antara struktur sosial dan media. Pada sisi yang kedua fokus perhatiannya pada relasi media-audience dengan memberi penekanan pada pengaruh kelompok dan individu serta hasil dari transaksi media”. Maksudnya juga jelas bahwa sinetron merupakan media menyampai pesan kepada khalayak ramai.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sinetron merupakan rangkaian cerita yang terjalin sesuai dengan problematika-problematika kehidupan yang menggambarkan perbuatan manusia yang universal ke dalam satu pencerminan atau pengggambaran mengenai suatu kenyataan dalam dunia nyata.

2.7     Jenis-jenis Sinetron
Sinetron yang sering ditayangkan di stasiun televisi sekarang memiliki berbagai jenis tersendiri. Dari kesekian jenis tersebut membuat sinetron menjadi pilihan tontonan yang digandrungi oleh berbagai kalangan penikmat drama dan penonton. Selain itu, seiring dengan perkembangan zaman, pengaruh sinetron dapat dirasakan cukup mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh jika kita tertinggal satu episode akan merasa ada sesuatu yang hilang dan tidak jarang pula pertengkaran dalam melihat sinetron antaranggota keluarga sering terjadi. Hal ini menunjukkan sinetron memiliki banyak penggemar, khususnya di Indonesia. Atas dasar tersebutlah, bebagai jenis sinetron terus bermunculan di stasiun televise.
Lebih lanjutnya, menurut Labib (dalam wikipedia), ia menyatakan bahwa ada beberapa jenis sinetron yang dikenal, antara lain :
1)             Sinetron Seri, yaitu sinetron yang memiliki banyak episode tetapi masing-masing episode tidak memiliki hubungan sebab akibat. Maksudnya, sinetron jenis ini merupakan sinetron yang mempunyai banyak episode, namun setiap episode dalam sinetron tidak memiliki keterkaitan antara episode yang satu dengan episode yang lain.
2)             Sinetron Serial, kebalikan dengan sinetron seri, sinetron serial memiliki sebab akibat dalam tiap episodenya. Maksudnya, sinetron yang dibagun atas banyak episode dan tiap episode memiliki tererikatan antara satu episode dengan episode yang lain.
3)             Sinetron Mini Seri, yaitu sinetron yang memiliki durasi lebih pendek dan langsung selesai. Maksudnya, sinetron jenis ini memiliki jalan cerita yang lebih singkat dan dapat selesai hanya dengan dengan durasi waktu yang lebih singkat.
4)             Sinetron Lepas, yaitu sinetron yang terdiri dari satu episode yang jalan ceritanya sudah langsung selesai. Maksudnya, sinetron ini hanya memiliki satu episode saja dan dalam satu episode tersebut, sinetron jenis ini dapat menceritakan keseluruhan cerita hingga usai.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa sinetron yang ditayangkan di stasiun televisi bukan hanya memiliki satu jenis saja. Namun, dengan beberapa jenis tersebut membuat sinetron yang dijadikan media hiburan dan media menyampai pesan yang sarat makna kepada penonton, memiliki keunikan tersendiri.

2.8     Sinetron Bagian dari Drama
Ketika menonton sebuah film atau sinetron, maka kita akan dihadapkan pada kejadian atau peristiwa yang bermunculan dalam sinetron tersebut. Jika diperhatikan dengan seksama maka sinetron yang ditonton tersebut sama dengan kejadian atau peristiwa yang ada dalam dunia nyata, yaitu peristiwa dalam keseharian dalam hidup bermasyarakat.
Pada dasarnya, sinetron adalah bagian dari drama atau disebut juga drama modern. Maksudnya, sinetron menyajikan kehidupan yang dibuat seolah-olah benar-benar nyata. Perbedaan antara sinetron dan drama hanya terletak pada latar cerita. Latar cerita sebuah drama adalah pentas atau panggung, sedangkan latar cerita sinetron adalah tempat yang senyatanya.
Jadi, sebuah tiruan kejadian atau peristiwa hidup manusia yang disajikan atau dilakonkan di atas pentas dapat dikatakan sebagai sebuah drama. Sedangkan sinetron merupakan urutan kejadian tentang gambaran peristiwa hidup manusia yang diadegankan dalam lingkungan tempat yang senyatanya dan dapat dilihat dengan gamblang oleh penonton.
         
2.9     Sinopsis Sinetron Tukang Bubur Naik Haji
Cerita keseluruhan Tukang Bubur Naik Haji seperti menonton kehidupan masyarakat sehari-hari, yang didalamnya termasuk perilaku kita sendiri. Kita yang seolah-olah seorang dermawan sejati, padahal sebenarnya kita sangat mengharapkan pujian orang. Sebenarnya ada kecenderungan kita ingin pamer. Bagaimana kita selalu berpenampilan suci, padahal apa yang kita lakukan seringkali keji. Bahkan kepada orang yang pernah menolong kita sekalipun. Kepalsuan-kepalsuan yang hanya kita sendiri yang tahu, selalu membuat kita tersenyum jengah. Kesemuanya disajikan secara manis dan lucu dalam serial ini.
Ada tokoh Bang Sulam (Mat Solar), yang penyabar, selalu tersenyum, ia memiliki usaha bubur ayam. Berkat ketekunan dan keikhlasannya, akhirnya ia bisa naik haji dan memperbesar usaha bubur ayamnya. Bang Sulam tinggal bersama Rodiah (Uci Bing Slamet) istrinya, dan Emak (Nani Wijaya). Tetangga Bang Sulam, H. Muhidin (Latief Sitepu) dan Hj. Maemunah (Shinta Muin), entah mengapa selalu memusuhi keluarganya. Bahkan anak mereka, Rumanah (Citra Kirana) dilarang berhubungan dengan Robby (Andi Arsyil), adik ipar Bang Sulam. Fitnah-fitnah tentang keluarga Bang Sulam pun berdatangan. Bagaimanakah keluarga Bang Sulam menyikapi segala nikmat dan cobaan yang ia dan keluarga hadapi sehari-hari? Semoga acara ini bisa menjadi cermin bagi kita pemirsa untuk berkaca dan berbenah diri.












BAB III
METODE PENELITIAN
3.1     Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Hasil penelitian yang diharapkan setelah pengumpulan data dijabarkan dalam bentuk penjelasan dan paparan agar pembaca mengerti tentang permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Penelitian dengan pendekatan kualitatif dimaksudkan agar menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari sinetron yang diamati, artinya data yang dianalisis di dalamnya berbentuk deskriptif dan tidak berupa angka-angka seperti halnya pada penelitian kuantitatif.
Seperti yang dikemukakan oleh Kutha Ratna (2009:47), bahwa Pendekatan kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah yaitu data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya. Objek penelitian bukan gejala sosial sebagai bentuk substantif melainkan makna-makna yang terkandung dibalik tindakan yang justru mendorong timbulnya gejala sosial tersebut. Dalam hubungan inilah pendekatan kualitatif dianggap sama dengan pemahaman. Sesuai dengan namanya, pendekatan ini mempertahankan nilai-nilai sehingga pendekatan ini dipertentangkan dengan pendekatan kualitatif yang berarti bebas nilai”.
29
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah hermeneutik. Penggunaan jenis ini dianggap tepat karena peneliti mengungkapkan karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI. Hal ini sesuai dengan pernyataan Endraswara (2003:157), bahwa ”Studi sastra mengenal hermeneutik sebagai tafsir sastra.  Hermeneutik merupakan sebuah paradigma yang berusaha menafsirkan teks atas dasar logika linguistik, yang akan dapat membuat penjelasan teks sastra dan pemahaman makna dengan menggunakan makna kata dan selanjutnya makna bahasa. Makna kata lebih berhubungan dengan konsep semantik teks sastra dan makna bahasa lebih bersifat kultural. Makna kata akan membantu pemahaman makna bahasa. Oleh karena itu, dari kata-kata akan tercermin makna kultural teks sastra.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa hermeneutik merupakan jenis penelitian yang dapat mengungkapkan makna dibalik karya sastra tersebut dan memberikan penafsiran terhadap teks sastra melalui cerminan bahasa yang digunakan sebagai sarana dalam mewujudkan pemahaman makna dalam teks sastra tersebut. Melalui penelitian hermeneutik ini, berusaha mengungkapkan karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI.

3.2     Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah kata, kalimat dan dialog-dialog yang menunjukkan karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI. Sedangkan sumber data penelitian adalah video berupa sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2.

3.3     Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)             Peneliti mencari video yang berisi sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2.
2)             Peneliti memutar video tersebut, lalu menontonnya berulang-ulang.
3)             Peneliti menulis dialog-dialog antartokoh dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2 yang telah ditonton menjadi teks dialog seperti naskah drama.
4)             Peneliti mengelompokkan data-data berupa dialog yang mencerminkan karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2.
5)             Peneliti mencatat dialog-dialog yang mencerminkan karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI,  yaitu episode 1 dan 2.
6)             Selanjutnya, peneliti menguraikan data-data tersebut, lalu menganalisis karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI,  yaitu episode 1 dan 2 tersebut.

3.4     Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis secara kualitatif yaitu menganalisis karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” Tayangan RCTI. Hal ini sejalan dengan penjelasan Sugiono (2009 : 337), ia menyatakan bahwaAnalisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Data tersebut dianalisis dengan menggunakan teori Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (Sugiono 2009 : 337), mengemukakan bahwa ”Aktifitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu mereduksi data, menyajikan data dan menyimpulkan data.
          Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data adalah mengolah data menurut jenisnya, menganalisis karakter tokoh utama dan menyimpulkan.
1)             Mereduksi data
Tahap mereduksi data mulai dilakukan melalui proses penyeleksian, identifikasi dan pengklasifikasian. Penyeleksian dan pengidentifikasian merupakan kegiatan untuk menyeleksi dan mengidentifikasi data-data pada kategori karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI. Tahap pengklasifikasian merupakan proses yang dilakukan untuk mengklasifikasikan data, memilih data dan mengelompokkan data.
2)             Menyajikan Data
Menyajikan Data merupakan kegiatan pengelompokkan data melalui tahap reduksi data pada kategori karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI.
3)             Menarik Simpulan
Menarik simpulan dilakukan setelah mengikuti dua tahap. Simpulan ditarik setelah data disusun dan diperiksa kembali. Selanjutnya, didiskusikan dengan pembimbing. Setelah proses ini dilalui, hasil akhir penelitian analisis karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, disajikan dalam bentuk laporan penelitian.

3.5     Pengecekan Keabsahan Data
          Pemeriksaan terhadap keabsahan data merupakan salah satu bagian yang penting di dalam penelitian kualitatif, yaitu untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Apabila peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat dan menggunakan teknik yang tepat, maka akan diperoleh hasil penelitian yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai segi.
          Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan teknik triangulasi dan uraian rinci. Moleong (2010: 330), menjelaskan bahwa ”Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Di mana dengan triangulasi peneliti dapat me-recheck hasil temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode atau teori”.
          Sedangkan ”Teknik uraian rinci merupakan teknik yang menuntut peneliti untuk menguraikan secara khusus sekali segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar ia dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh. Temuan itu tentunya bukan bagian dari uraian rinci melainkan penafsiran yang dilakukan dalam bentuk uraian rinci berdasarkan data yang diperoleh(Moleong, 2010: 337).
          Maka, jelas bahwa melalui triangulasi dan uraian rincilah keabsahan data tentang karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI dapat dibuktikan keabsahan datanya.




















BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1     Hasil Penelitian
          Adapun hasil penelitian tentang karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, pada episode 1 dan episode 2, yaitu berupa karakter H. Sulam dan H. Muhidin. Berdasarkan hasil penelitian dalam sinetron tersebut, terdapat beberapa karakter tokoh utama. Maka penulis menjabarkan data tentang karakter tokoh utama tersebut, sebagai berikut:
1)             Karakter Tokoh H. Sulam
Berikut kutipan data yang menggambarkan karakter tokoh H. Sulam:
(1)          Sopan Santun
Data 1
H. Sulam                  :Terima kasih sudah datang. Eh, H. Muhidin datang,  gak?
Kawan H. Muhidin :Maaf Pak H.
                                  Kebetulan Pak H. Muhidin lagi ada halangan.
                                 (konteks data : episode 1)

Data 2
Hansip Malih           :Ngomong-ngomong ditahannya di mana bang H.
H. Sulam                  :Ditahan? Siapa yang ditahan?
Hansip Malih           :Lo, bukannya Si Robby tersangkut kasus narkoba?
H. Sulam                  :Lo serius ni? Siapa yang ngomong?
Hansip Malih          :Waduh, ane juga kagak tau dah. Beritanya udah seantar di mana-mana.
H. Sulam                 :Siapa yang ngomong? Lo dengar dari siapa?
                                 (konteks data : episode 1)

Data 3
Pak Ustad Zakaria   :Silahkan Bang H. Sulam.
H. Sulam                  :Assalamualaikum wr.wb.
35
Mohon maaf sebelumnya, saya hanya ingin mengajukan pertanyaan langsung kepada Bapak H. Muhidin. Mengapa setiap kali beliau bertanya, selalu melirik kearah saya. Apakah ada yang salah dengan saya atau memang pertanyaan itu ditujukan langsung kepada saya atau memang Bapak H. menyindir kepada saya?
                                    (konteks data : episode 2)

Data 4
H. Sulam                  :Siang, Pak. Ada apa ya?
                                   Silahkan duduk dulu, ya. Silahkan!
                                   (konteks data : episode 2)

(2)          Inovatif
Data 5
Hj. Rodhiyah         :Emang Si Robby mau disuruh ngapain sih, bang?
H. Sulam                :Enggak, gue pikir-pikir ni benar juga ide mak. Gue harus mikir buka cabang lagi.
                                 (konteks data : episode 1)

(3)          Peduli Sesama
Data 6
Hj. Rodhiyah         :Mang Ojo, udah malam. Istirahat aja dulu.
H. Sulam                :Ya udah Mang Ojo, istirahat napa! Ya!
Mang Ojo               :Iya H.
                                 (konteks data : episode 1)

Data 7
H. Sulam                :Adik lo Si Robby belum nelpon lagi tu, hah? Udah hampir sepuluh hari ni dia belum nelpon.
Hj. Rodhiyah         :Terakhir sih dia bilang mau ke Pedalaman, bang. Mungkin gak ada sinyal kali di sana.
                                 (konteks data : episode 1)

Data 8
H. Sulam                :Kepedalaman?
                                           Pamit ke gue katanya mau ke Papua, kenapa pakek ke dalam-dalam sih. Eh, kata orang ni daerah situ masih rawan. Kalau kita mau ke Pedalaman, naik perahu kecil dan itu kalinya banyak buaya. Kalau adik lo dicatut buaya, ridho lo, ridho?
Hj. Rodhiyah         :Emang Si Robby mau disuruh ngapain sih, bang?
                                 (konteks data : episode 1)

Data 9
Hj. Rodhiyah         :Kalo gak ketanganan gimana? Kan entar bisa ancur.
H. Sulam                :Nah ntu dia, justru gue mau kasih kerja ke Robby.
                                 (konteks data : episode 1)
(4)          Bijaksana
Data 10
Hj. Rodhiyah         :Robby mau disuruh jadi tukang bubur, ya benar aja dong   bang? Bang, dia itu kan calon Sarjana Teknik.
H. Sulam                :Iya gue tau, masak sarjana gue suruh dorong gerobak sih. Ni, kalau ada dia, kan gue bisa tukar pikiran. Robby itu pengetahuannya luas. Nah, gak kek gue. kagak bakal naik tender.
                                 (konteks data : episode 1)

Data 11
Emak Haji              :Ni mobil tiap hari dielus-elus aja. Piknik kek sekali-kali, ke Siyantar kek. Biar kaki gue ni bisa berendam, ya.
H. Sulam                 :Beres mak, tapi benar juga tu kata emak. Kenapa kita sekarang jadi dibudakin sama harta ya? Tiap hari ngurusin orang makan.
                                 (konteks data : episode 1)

(5)     Percaya Diri
Data 12
Hansip Malih         :Justru ane kesini ni bang H. mau cek and ricek ke bang H.
H. Sulam                :Eh Lih, lo dengar ni ye. Adik gue Si Robby sekarang lagi ada di Papua. Lagi bikin menara buat hendpon. Enak aja lo kalo ngomong, ditahan-ditahan-ditahan. Jidat lo yang ditahan? Ya udah deh, sono!
                                 (konteks data : episode 1)

Data 13
Hj. Rodhiyah           :Ada apa lagi sih, Bang?
H. Sulam                  :H. Muhidin, emang mau ngejatuhin gue di depan jamaah keknya. Emang dia tu, sumber gosipnya.
                                   (konteks data : episode 2)

Data 14
Hj. Rodhiyah           :Ya Bang lawan dong.
H. Sulam                  :Emang gue lawan. Kalo gue gak lawan, makin kurang ajar dia.
                                   (konteks data : episode 2)




(6)     Sabar
Data 15
Hj. Rodhiyah           :Apa yang salah dari kita, Bang? Ada aja fitnah yang menimpa kita.
H. Sulam                  :Ya mana gue tau, Roh. Mungkin tu ujian dari Allah atau apa kali.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 16
Emak Haji                :Eh, eh, Kenapa muka lo, kayak ayam ketelan kapur. Kenapa? Soal sumbangan lagi?
H. Sulam                  :Soal Si Robby, makin panjang aja, dah. Lagian juga tu anak. Ah, udah ah, gak usah diomongin dah.
                                    (konteks data : episode 2)

(7)          Disiplin
Data 17
Mang Ojo                 :Atuh jangan menyerah begitu Buk Hj. Kalo Si Robby emang lagi kerja, ya kita harus lawan.
H. Sulam                  :Nah, tu dia masalahnya Mang Ojo, Si Robby tu udah sebulan kagak nelpon gue, gue kan kagak tau, apa dia bekerja atau kagak atau gimana.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 18
Hj. Rodhiyah           :Jadi, Abang juga nuduh Si Robby ditahan polisi, gitu Bang? Abang tega.
H. Sulam                  :Gak Roh, gak. Cuma gue kesal aja sama Si Robby. Katanya anak sekolahan, harusnya dia kan mikir, ni keluarganya disini mikirin dia, nunggu berita dari dia. Dia selamat atau gimana kan kita kagak tau. Ni kagak, kek kebo dungkul. Nelpon kagak, apa kagak. Orang jual pulsa disana kan banyak, tinggal sepuluh ribu apa dia kagak ikhlas.
                                    (konteks data : episode 2)

(8)          Humoris
Data 19
Emak Haji                :Kenapa Roh, sakit? Lam, Lam. Bawa aja ni dia ni ke puskesmas. Ni, Mak kalo kepala ni senut-senut ni, Mak di sono. Dokternya baik, ganteng lagi. Bawa aja deh sono!
H. Sulam                  :Bukan kepalanya yang sakit, ni hatinya. Hatinya lagi sakit.
Emak Haji                :Astagfirullahalazim, lo. Lefer tu lefer, bahaya.
H. Sulam                  :Ya udah tenang, entar Sulam bawa ke UGD.
                                   (konteks data : episode 2)


(9)          Konsisten
Data 20
H. Muhidin              :Ah, itu kan perasaan adik Sulam saja. Pertanyaan saya, pertanyaan umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir, itu terserah Anda sendiri. Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau tidak ada luka?
H. Sulam                  :Masalahnya Pak H. isu ini sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si Robby ditangkap polisi dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke Bapak, bahwa satu bulan ini dia gak kelihatan di kampung kita.
                                    (konteks data : episode 2)

(10)      Berjiwa Besar
Data 21
H. Sulam                  :Roh, Roh!
Hj. Rodhiyah           :Apa lagi sih, Bang?
H. Sulam                  :Maafin gue ya, gue keceplosan.
                                              (konteks data : episode 2)

2)             Karakter Tokoh H. Muhidin
Berikut kutipan data yang menggambarkan karakter tokoh H. Muhidin:
(1)          Iri Hati
Data 1
          Rumana                    :Umi kok ngomongnya kek gitu sih? Harusnya kita senang lo liat tetangga maju.
          H. Muhidin              :Iya, kalo majunya usaha kerasnya kita patut senang dan bangga. Tetapi, kalo majunya dengan kebetulan siapa juga bisa maju. Ini yang dapat dari lotrelah, yang dapat dari pengusaha, hadiahlah. Apaan?
          Rumana                    :Gak Abah, di dalam Islam itu gak ada yang namanya kebetulan, semuanya itu pasti udah direncanain sama Allah.
                                    (konteks data : episode 1)
(2)          Sombong/Suka Pamer
Data 2
Warga                       :Kok gak ikut syukuran di rumahnya pak H. Sulam?
H. Muhidin              :Iya ni, baru dari bandara jemput anak gue.
Warga                       :Oya, yang katanya sekolah di Mesir.
H. Muhidin              :Iya… iya… semata wayang.
                                   (konteks data : episode 1)

Data 3
Hansip Tarmidzi       :Kan Mesir – Jakarta jauh Pak H. tiketnya mahal.emang Pak H. sanggup?
H. Muhidin              :Namanya juga anak semata wayang, ya disanggup-sanggupin dong. Eh, gimana? Katanya mau maju.
                                    (konteks data : episode 1)

Data 4
H. Rasyidi                :Emang hebat Si Rumana tu, dia bisa kuliah di luar negeri”Alazar”, gak gampang tu H. saingannya berat. Paling enggak, dia mesti hafal satu dua juz Alquran berikut tafsirnya.
H. Muhidin              :Urusan itunya H. itu Rumana sendiri. Sama mah, terima bersih aja. Nah, urusan biaya gue deh. Termasuk sama istri gue ni sampai jungkir balik.
                                    (konteks data : episode 1)

(3)          Suka Menyindir
Data 5
H. Rasyidi                :Alhamdulillah, bagus itu. Anak Bapak juga, dia ambil S2. Jurusannya Hukum Syariah di UIN.
H. Muhidin               :Kok bisa cocok sih H. Lantas gimana tugas di DPRnya kagak keganggu?
                                    (konteks data : episode 1)

Data 6
H. Muhidin              :Ye, namanya juga anak Periuk. Tau kan pergaulannya, mesti hati-hati nyari teman, Roh.
Hj. Rodhiyah           :Pak H. Jangan teka-teki begitu deh. Si Robby tu baik-baik aja Pak H. Dia tu lagi kerja, emangnya kenapa sih?
                                    (konteks data : episode 2)

Data 7
H. Muhidin              :Emangnya Si Sulam sudah lancer nyetir mobilnya, kagak perlu Si Robby lagi.
Hj. Rodhiyah           :Demi Allah Pak H. Robby itu lagi kerja di Papua. Kok tega-teganya menyebar fitnah begitu. Robby itu anaknya baik.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 8
Hj. Maemunah         :Ya, alasan apa juga masuk di akal, mau kerja di luar Jawa juga, kenapa gak sekalian bilang aja keja ngikut TKI ke Malaysia. Ya gak.
H. Muhidin              :Tapi malu juga dong, Mi. Namanya kalo ada keluarga yang masuk bui.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 9
Hj. Maemunah         :Orang Cuma nanya doing, dianya aja yang tersinggung.
Rumana                    :Iya Umi, tapi kan kasian istrinya Bang Sulam. Kesini kan dia mau belanja, tapi malah dibikin malu.
H. Muhidin              :Kalo kagak ada asap, kagak ada apinya. Berita itu ada tentu ada sebabnya. Lo jangan terlalu bela dia deh Rum, ah.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 10
Pak Ustad Zakaria   :Silahkan Pak H. Muhidin, tapi jangan panjang-panjang.
H. Muhidin              :Bagaimana hukumnya kalo ada di antara keluarga dekat kita, yang berbuat keji. Misalnya menjadi pengedar narkoba? Bukankah kita telah diperintahkan Allah untuk menjaga keluarga kita. Kuu Anfussakum Waahlikum naaraa. Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Mohon penjelasannya, Pak Ustad.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 11
H. Muhidin              :Ah, itu kan perasaan adik Sulam saja.
                                           Pertanyaan saya, pertanyaan umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir, itu terserah Anda sendiri. Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau tidak ada luka?
H. Sulam                :Masalahnya Pak H. isu ini sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si Robby ditangkap polisi dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke Bapak, bahwa satu bulan ini dia gak kelihatan di kampung kita.
H. Muhidin            :Sebaiknya, kalo emang ada masalah gak usah ditutup-tutupilah. Saya mengutarakan ini, karena kecintaan saya kepada H. Sulam karena kita sama-sama jamaah mesjid ini.
                                 (konteks data : episode 2)

(4)          Mengadu Domba
Data 12
Hansip Tarmidzi            :Hah, ditangkap?
Hj. Maemunah              :Kek kagak tau aja, dia kan anak Periuk, kan tau sendiri bagaimana kelakuan anak Periuk. Bisa-bisa ni dia kelibat sama narkoba. Ini yang bikin gue jadi ngeri banget-banget deh.
H. Muhidin                   :Eh, kalo benar dia sudah satu bulan kagak kelihatan, berarti dia benar ditahan polisi. Ya bagaimana ya, di sini dia dibutuhkan sama Si Sulam tuk nyetir mobilnya. Ya maklum, punya mobil kagak punya nyali untuk nyetir sendiri.
                                      (konteks data : episode 1)

(5)          Angkuh
Data 13
Rumana                         :Bah, kalo apa yang Abah tuduhin itu semua, gak benar. Abah bisa dilaporin ke polisi. Itu sama aja, Abah udah mencemarkan nama baiknya Bang Robby, Bah.
H. Muhidin                   :Silahkan aja, kalo memang Robby kagak ditahan polisi, buktiin dong, bahwa dia itu orang baik. Ini kagak.
                                        (konteks data : episode 2)

Data 14
Hj. Maemunah              :Udah deh Rum, lo gak usah ngebelain dia. Masa depannya aja kagak jelas. Tau gak, kagak jelas. Lagi, lo jangan berharap, Umi bakal ngeredoin lo. Kalo jadi bininya dia. Ingat lo, ya. Maaf, ya.
H. Muhidin                   :Amit-amit, kalo gue sampai jadi mertuanya si anak yang kagak tau sopan santun, tu.
Rumana                         :Ya, Rum kan cuma kasih tau Umi sama Abah aja. Kalo fitnah itu dosa besar.Udah itu aja.
                                        (konteks data : episode 2)


4.2     Pembahasan
          Berdasarkan hasil penelitian tentang karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, pada episode 1 dan episode 2, yaitu berupa karakter H. Sulam, H. Muhidin, Robby dan tokoh Rumana, maka berikut ini penulis akan membahas data-data tentang karakter tokoh utama tersebut, yaitu sebagai berikut:
1)             Karakter Tokoh H. Sulam
Berikut penjelasan kutipan data yang menggambarkan karakter tokoh H. Sulam:
(1)          Sopan Santun
Data 1
H. Sulam                  :Terima kasih sudah datang. Eh, H. Muhidin datang,   gak?
Kawan H. Muhidin :Maaf Pak H.
                                  Kebetulan Pak H. Muhidin lagi ada halangan.
                                 (konteks data : episode 1)
Data 1 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang sopan dan santun, yang terlihat melalui percakapan antara H. Sulam dengan salah seorang kawan H. Muhidin yang menghadiri acara peluncuran armada bubur ayam H. Sulam. Dengan santun ia mengucapkan terima kasih karena sudah berkenan hadir ke acara tersebut kepada salah seorang tamu undangan, yang kebetulan beliau adalah salah satu kawan dekat H. Muhidin. Selain itu ia juga menanyakan, adakah H. Muhidin pun berkenan datang ke acara peluncuran armada bubur ayamnya tersebut. Padahal jelas-jelas H. Muhidin sangat tidak suka melihat kesuksesannya, namun ia dapat memposisikan dirinya sebagai tuan rumah yang haruslah bersikap santun kepada tamu. Dari dialog percakapan tersebut, terlihat jelas bahwa H. Sulam memiliki karakter yang sopan dan santun terhadap tamu undangannya. Bahkan, ia juga tidak lupa menanyakan tentang H. Muhidin, yang merupakan kawan dekat orang tersebut.
Data 2
Hansip Malih           :Ngomong-ngomong ditahannya di mana bang H.
H. Sulam                  :Ditahan? Siapa yang ditahan?
Hansip Malih           :Lo, bukannya Si Robby tersangkut kasus narkoba?
H. Sulam                  :Lo serius ni? Siapa yang ngomong?
Hansip Malih          :Waduh, ane juga kagak tau dah. Beritanya udah seantar di mana-mana.
H. Sulam                 :Siapa yang ngomong? Lo dengar dari siapa?
                                 (konteks data : episode 1)

Data 2 di atas juga menunjukkan karakter kesopansantunan sosok H. Sulam. Dialog percakapan ini terjadi antara H. Sulam dengan seorang hansip kampungnya, yang bernama Malih. Dalam percakapan tersebut, dengan lantang si hansip menyatakan tentang penahanan adik iparnya yang bernama Robby, karena tersandung kasus narkoba. Namun, beberapa kali secara berulang-ulang, ia dengan sopan masih tetap menanyakan kebenarannya dan dari mana si hansip mengetahui akan hal tersebut, yang jelas-jelas dia sebagai abang iparnya saja tidak mengetahuinya. Dari percakapan tersebut jelas terlihat sikap sopan yang dimiliki sosok H. Sulam, meskipun adik iparnya dituduh demikian, namun ia masih bersikap santun tanpa marah-marah kepada si hansip tadi, tapi ia hanya mempertanyakan dari mana si hansip mendapatkan informasi yang tidak baik tentang adik iparnya. Dalam hal ini, ia dapat memposisikan dirinya sebagai tuan rumah yang bersikap santun, meskipun didatangi oleh seseorang dengan membawa kabar yang yang tidak mengenakkan tentang salah satu anggota keluarganya.
Data 3
Pak Ustad Zakaria   :Silahkan Bang H. Sulam.
H. Sulam                  :Assalamualaikum wr.wb.
Mohon maaf sebelumnya, saya hanya ingin mengajukan pertanyaan langsung kepada Bapak H. Muhidin. Mengapa setiap kali beliau bertanya, selalu melirik kearah saya. Apakah ada yang salah dengan saya atau memang pertanyaan itu ditujukan langsung kepada saya atau memang Bapak H. menyindir kepada saya?
                                    (konteks data : episode 2)
Data 3 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang sopan dan santun, yaitu merupakan dialog yang terjadi antara H. Sulam dengan Ustad Zakaria pada saat berlangsungnya tanya jawab setelah usai kajian rutin ketika selesai salat magrib di mesjid. Dalam tuturan yang diucapkan oleh H. Sulam saat akan mengajukan pertanyaan yang tertuju langsung kepada H. Muhidin tersebut, telihat jelas penggambaran karakter sopan santun yang dimiliki oleh H. Sulam. Bahwa, ketika ingin mengutarakan pertanyaan, ia terlebih dahulu mengacungkan tangannya, lalu memulai pertanyaan setelah dipersilahkan oleh Ustad yang memimpin kajian tersebut, serta ia pun tidak lupa mengucapkan salam terlebih dahulu sebelum membuka pembicaraan. Bahkan bukan hanya itu, kata-kata yang dilontarkannya pun memiliki nilai santun yang cukup baik. Seperti salah satunya, ia juga meminta maaf sebelumnya kepada H. Muhidin yang ditujukan pertanyaan tersebut. Hal ini jelas bahwa karakter santun yang dimiliki oleh sosok tukang bubur ini sangatlah baik, dan ia pun dapat memposisikan dirinya dimana ia berada dan sedang berbicara dalam majelis yang bagaimana.
Data 4
H. Sulam                  :Siang, Pak. Ada apa ya?
                                   Silahkan duduk dulu, ya. Silahkan!
                                   (konteks data : episode 2)

Data 4 di atas juga menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang sopan dan santun, yang terlihat lewat tuturan yang dilontarkan oleh H. Sulam. Tuturan tersebut terjadi pada saat warung bubur ayam miliknya didatangi oleh pihak kepolisian. Poda saat itu, tukang bubur yang satu ini sama sekali tidak mengetahui akan maksud kedatangan dari kedua polisi tersebut. Rasa penasaran dan ingin tahulah yang ada dalam batinnya. Namun, meskipun demikian tidak mengurangi sikap santun yang dimilikinya. Ia tetap bersikap selayaknya pemilik warung yang siap melayani kebutuhan pelanggannya. Dengan santai, ia pun melangkah menghampiri kedua polisi tersebut, lalu menyapa mereka, seraya mempersilahkan keduanya duduk. Hal ini jelas memperlihatkan bahwa H. Sulam adalah sosok yang memang memiliki sikap santun yang tinggi terhadap siapapun, meskipun dia dalam keadaan khawatir atau penasaran terhadap apa yang ada dihadapannya. Tapi, tidak akan mengurangi sikap santun yang dimilikinya.
(2)          Inovatif
          Data 5
Hj. Rodhiyah         :Emang Si Robby mau disuruh ngapain sih, bang?
H. Sulam                :Enggak, gue pikir-pikir ni benar juga ide mak. Gue harus mikir buka cabang lagi.
                                          (konteks data : episode 1)
Data 5 di atas mendeskripsikan karakter tokoh H. Sulam yang inovatif. Dialog percakapan tersebut terjadi antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) pada suatu malam di teras rumahnya. Dalam percakapan tersebut, H. Sulam menunjukkan sikap inovatifnya dengan memberikan pernyataan kepada istrinya bahwa ia akan membuka cabang penjualan bubur ayam lagi. Hal ini terlihat jelas, bahwa ia memiliki karakter yang ingin agar terus berkembang dalam usahanya, yaitu usaha penjualan bubur ayam. Padahal usahanya saat itu pun, sudah berkembang. Namun dengan karakter inovatifnya tersebut, ia masih juga ingin mengembangkan usahanya lagi.
(3)          Peduli Sesama
Data 6
Hj. Rodhiyah         :Mang Ojo, udah malam. Istirahat aja dulu.
H. Sulam                :Ya udah Mang Ojo, istirahat napa! Ya!

Mang Ojo               :Iya H.
                                 (konteks data : episode 1)

Data 6 di atas menunjukkan karakter H. Sulam yang peduli kepada sesama. Dialog percakapan ini terjadi antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) dan Mang Ojo yang merupakan salah satu karyawan di warung bubur ayamnya. Dalam percakapan tersebut, Hj. Rodhiyah menyuruh Mang Ojo untuk beristirahat dulu, karena haripun sudah malam. Lalu, dengan lantang H. Sulam pun ikut menyatakan hal yang sama kepada Mang Ojo untuk beristirahat. Dari percakapan tersebut jelas terlihat sikap peduli sesama yang ditunjukkan oleh H. Sulam kepada salah satu karyawannya. Dalam hal ini, ia tidak membedakan antara keluarganya ataupun karyawannya. Semuanya sama saja, setiap orang memiliki batas letih, jadi memiliki kesempatan untuk beristirahat.
Data 7
H. Sulam                :Adik lo Si Robby belum nelpon lagi tu, hah? Udah hampir sepuluh hari ni dia belum nelpon.
Hj. Rodhiyah         :Terakhir sih dia bilang mau ke Pedalaman, bang. Mungkin gak ada sinyal kali di sana.
                                 (konteks data : episode 1)

Data 7 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang peduli sesama, yang ditunjukkan melalui dialog yang terjadi antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) pada suatu malam di teras rumahnya. Dialog tersebut menunjukkan karakter peduli sesama yang ditunjukkan oleh sosok H. Sulam terhadap adik iparnya (Robby). Dalam percakapan dengan istrinya, ia menanyakan apakah adik iparnya itu sudah menelpon lagi atau belum? Selain itu, H. Sulam juga menyatakan bahwa sudah hampir sepuluh hari adik iparnya belum menelpon untuk memberi kabar tentang keadaannya. Hal ini, jelas menunjukkan sikap peduli dan khawatir sosok H. Sulam terhadap adik iparnya (Robby), yang nun jauh disana, yang belum diketahui bagaimana keadaannya karena belum menelpon ke rumah.
Data 8
H. Sulam                :Kepedalaman?
                                           Pamit ke gue katanya mau ke Papua, kenapa pakek ke dalam-dalam sih. Eh, kata orang ni daerah situ masih rawan. Kalau kita mau ke Pedalaman, naik perahu kecil dan itu kalinya banyak buaya. Kalau adik lo dicatut buaya, ridho lo, ridho?
Hj. Rodhiyah         :Emang Si Robby mau disuruh ngapain sih, bang?
                                 (konteks data : episode 1)

Data 8 di atas juga menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang peduli sesama, yang merupakan kelanjutan pembicaraan antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) pada suatu malam di teras rumahnya. Dialog tersebut masih menunjukkan karakter peduli sesama yang dicerminkan oleh H. Sulam untuk adik iparnya (Robby). Dalam percakapan dengan istrinya, jelas terlihat sikap peduli dan cemas yang dimiliki oleh H. Sulam terhadap Robby, yang diutarakan kepada istrinya. Bahwa, ia cemas dengan keberadaan adiknya iparnya setelah mendengar pertuturan istrinya, kalau Robby bukan hanya pergi ke tempat yang pernah disampaikan kepadanya sebelum pergi, namun ke tempat yang lebih jauh lagi dari pada itu. Kecemasan yang dimiliki oleh H. Sulam tersebut menunjukkan sikap peduli seorang abang kepada adiknya, yang menginginkan keselamatan adiknya diperantauan sana.
Data 9
Hj. Rodhiyah         :Kalo gak ketanganan gimana? Kan entar bisa ancur.
H. Sulam                :Nah ntu dia, justru gue mau kasih kerja ke Robby.
                                 (konteks data : episode 1)

Data 9 di atas juga menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang peduli sesama, dialog percakapan antara H. Sulam dengan istrinya dalam data di atas merupakan sikap peduli H. Sulam terhadap Robby. Percakapan yang berlangsung dengan sang istri di teras rumah tersebut, merupakan salah satu perwujudan sikap peduli seorang abang kepada adik iparnya, yang terlontar dari ucapan H. Sulam, yang menegaskan kepada sang istri bahwa ia akan membukakan cabang penjualan bubur ayam yang baru, dan akan dikelola oleh Robby. Dengan begitu, sikap pedulinya terhadap sang adik akan terealisasi dengan cara membuka lapangan pekerjaan baru untuk Robby (adik iparnya). Sehingga selesai kuliah, Robby langsung memiliki pekerjaan, seraya mencari pekerjaan yang lebih layak, nantinya.
(4)          Bijaksana
Data 10
Hj. Rodhiyah         :Robby mau disuruh jadi tukang bubur, ya benar aja dong   bang? Bang, dia itu kan calon Sarjana Teknik.
H. Sulam                :Iya gue tau, masak sarjana gue suruh dorong gerobak sih. Ni, kalau ada dia, kan gue bisa tukar pikiran. Robby itu pengetahuannya luas. Nah, gak kek gue. kagak bakal naik tender.
                                 (konteks data : episode 1)
Data 10 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang bijaksana, hal ini terlihat jelas melalui percakapan H. Sulam dengan sang istri, di teras rumah. Tuturan yang dilontarkan oleh H. Sulam terhadap istrinya tersebut mencerminkan kepribadian bijaksana yang dimiliki oleh sosok tukang bubur yang satu ini. Ia menegaskan kepada istrinya, bahwa ia akan membuka cabang baru untuk usaha penjualan bubur ayam miliknya, yang dimaksudkan agar dapat dikelola oleh adik iparnya (Robby), bukan menjadikan Robby sebagai tukang bubur yang kesana kemari mendorong gerobak bubur ayam, melainkan tujuannya adalah agar bisa saling tukar pikiran dengan sang adik, jika usaha baru yang akan dibuka tersebut dikelola olehnya. Perwujudan sikap bijaksana ini, terlihat dari percakapan dengan sang istri, yang menyatakan bahwa ia tidak akan mungkin menyuruh adiknya itu mendorong gerobak, karena dia tau bahwa sang adik adalah Sarjana Teknik, bahkan ia juga menegaskan kalau Robby memiliki pengetahuan yang luas, berbeda dengan dirinya.
Data 11
Emak Haji              :Ni mobil tiap hari dielus-elus aja. Piknik kek sekali-kali, ke Siyantar kek. Biar kaki gue ni bisa berendam, ya.
H. Sulam                 :Beres mak, tapi benar juga tu kata emak. Kenapa kita sekarang jadi dibudakin sama harta ya? Tiap hari ngurusin orang makan.
                                 (konteks data : episode 1)

Data 11 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang bijaksana, yang dideskripsikan dalam percakapan yang berlangsung antara H. Sulam dengan sang ibu, yaitu yang akrab disapa dengan Emak Haji di halaman rumah saat ia sedang mengelap mobilnya. Perkataan Emak Haji, yang mengajak anaknya sang tukang bubur untuk piknik dan liburan bersama, membuat H. Sulam pun angkat bicara, yang dengan ucapannya tersebut mendeskripsikan kepribadiaannya tersebut bijaksana, yaitu ia mempertimbangkan segala hal tentang apa yang dituturkan oleh Emak Haji. Lalu, ia pun memutuskan dan membenarkan tuturan sang ibu. Bahwa selama ini, ia dan keluarga sibuk dengan usaha penjualan bubur ayam yang dimilikinya. Namun, sampai lupa waktu dan kebersamaan yang seharusnya ada ditengah-tengah keluarga mereka. Bukan hanya terus-menerus mengurusi pembeli. Dari percapakan tersebut jelaslah bahwa sikap bijaksana yang dimiliki oleh H. Sulam yang akan direalisasikan kepada sang adik ipar (Robby).
(5)     Percaya Diri
Data 12
Hansip Malih         :Justru ane kesini ni bang H. mau cek and ricek ke bang H.
H. Sulam                :Eh Lih, lo dengar ni ye. Adik gue Si Robby sekarang lagi ada di Papua. Lagi bikin menara buat hendpon. Enak aja lo kalo ngomong, ditahan-ditahan-ditahan. Jidat lo yang ditahan? Ya udah deh, sono!
                                 (konteks data : episode 1)
Data 12 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang percaya diri, hal ini terlihat terlihat dalam percakapan H. Sulam dengan seorang hansip di kampungnya yang bernama Malih, pada suatu pagi di halaman rumah saat ia sedang mengelap mobilnya. Tuturan yang dilontarkan oleh H. Sulam terhadap hansip Malih, merupakan realisasi sikap percaya diri yang ada dalam dirinya, yang terwujud dalam ucapannya. Bahwa ia menegaskan kepada sang hansip dengan rasa percaya diri yang besar, kalau adik iparnya (Robby) saat ini sedang berada di Papua dan sedang membangun menara untuk alat telekomunikasi udara, di tempat tersebut. Selain itu, ia pun menegaskan kembali kepada hansip tersebut, bahwa adiknya tidak ditahan dan tidak akan pernah ditahan oleh polisi dengan tuduhan apapun itu. Ucapan H. Sulam tersebutlah yang mendeskripsikan kepribadian percaya diri dalam dirinya dan kepercayaannya kepada sang adik.
Data 13
Hj. Rodhiyah           :Ada apa lagi sih, Bang?
H. Sulam                  :H. Muhidin, emang mau ngejatuhin gue di depan jamaah keknya. Emang dia tu, sumber gosipnya.
                                   (konteks data : episode 2)
          Data 13 di atas juga mendeskripsikan karakter tokoh H. Sulam yang percaya diri. Terlihat dalam dialog percakapan antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) dalam data 1 di atas, menunjukkan karakter percaya diri yang dimiliki oleh dirinya. Sikap percaya dirinya tersebut direalisasikan dalam tuturannya, yang menyatakan bahwa H. Muhidin memang ingin menjatuhkan dirinya di depan majelis. Selain itu, dengan percaya diri yang tinggi, ia pun menyatakan kepada sang istri ketika berada di meja makan usai pulang dari majelis tersebut, bahwa H. Muhidin lah sumber gosib tentang adik iparnya di kampung ini. Hal ini terlihat jelas bahwa rasa percaya diri yang dimilikinya membuat dia secara gamblang menyatakan kalau H. Muhidin adalah dalang dari masalah yang timbul akhir-akhir ini dalam keluarganya. 
Data 14
Hj. Rodhiyah           :Ya Bang lawan dong.
H. Sulam                  :Emang gue lawan. Kalo gue gak lawan, makin kurang ajar dia.
                                   (konteks data : episode 2)
Data 2 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang percaya diri. Hal ini terlihat dalam kelanjutan dialog yang berlangsung dengan sang istri di meja makan pada suatu malam, usai H. Sulam pulang dari majelis di mesjid. Pernyataan yang dilontarkan oleh H. Sulam setelah mendengar tuturan sang istri, menunjukkan karakter percaya diri yang terdapat pada dirinya. Hal ini terlihat dari ucapannya yang menyatakan bahwa, ia dengan tegas melawan apa yang dituduhkan oleh H. Muhidin tentang sang adik. Bahkan ia juga menyatakan kepada istrinya, kalau ia tidak membantah, maka H. Muhidin akan semakin kurang ajar terhadapnya dan tidak akan berhenti menggosipi si adik dengan berbagai tuduhan yang belum jelas kebenarannya. Dengan alasan inilah, ia menunjukkan kepercayaan dirinya dihadapan H. Muhidin, yang sama sekali tidak menyukai akan kesuksesan yang dimiliki oleh keluarganya dan adik iparnya yang akrab disapa Robby.
(6)     Sabar
Data 15
Hj. Rodhiyah           :Apa yang salah dari kita, Bang? Ada aja fitnah yang menimpa kita.
H. Sulam                  :Ya mana gue tau, Roh. Mungkin tu ujian dari Allah atau apa kali.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 15 di atas melukiskan karakter H. Sulam yang sabar, terlihat jelas melalui percakapan H. Sulam dengan sang istri (Hj. Rodhiyah) yang berlangsung di warung bubur ayam miliknya, sesampai sang istri pulang berbelanja dari Mini Market H. Muhidin. Ucapan yang diucapkan oleh H. Sulam selesai mendengar tuturan sang istri mendeskripsikan karakter sabar yang dimiliki oleh dirinya. Hal ini terlihat melalui tuturannya, dengan menyatakan bahwa ia tidak tahu menahu tentang apa sebenarnya yang terjadi dalam keluarganya akhir-akhir ini. Namun ia hanya menegaskan kepada sang istri kalau semua itu adalah ujian yang diberikan oleh Allah kepada keluarga mereka, agar mereka lebih memiliki meningkatkan lagi rasa sabar dalam menghadapi berbagai ujian tersebut.
Data 16
Emak Haji                :Eh, eh, Kenapa muka lo, kayak ayam ketelan kapur. Kenapa? Soal sumbangan lagi?
H. Sulam                  :Soal Si Robby, makin panjang aja, dah. Lagian juga tu anak. Ah, udah ah, gak usah diomongin dah.
                                    (konteks data : episode 2)
Data 16 di atas juga merupakan pendeskripsian karakter sabar yang dimiliki oleh sosok H. Sulam. Hal ini terlihat saat berlangsungnya percakapan antara H. Sulam dengan Emak Haji, di ruang makan saat ia pulang dari mesjid. Sikap sabar sosok tukang bubur yang satu ini, terlihat jelas saat ini menjawab pertanyaan yang diajukan oleh ibunya (Emak Haji). Lantas ia menunjukkan sikap sabar tersebut dengan hanya memberitahukan apa masalah yang terjadi sehingga membuat ia kesal. Namun, sabar lah yang menjadi pembalut tuturannya sehingga ia pun tidak mau membahas dan memperpanjang lagi masalah yang dialaminya saat berada di mesjid, tadi. Cukuplah hal yang dirasakannya tersebut hanya untuk dia seorang, dan tidak perlu dibesar-besarkan lagi.
(7)          Disiplin
Data 17
Mang Ojo                 :Atuh jangan menyerah begitu Buk Hj. Kalo Si Robby emang lagi kerja, ya kita harus lawan.
H. Sulam                  :Nah, tu dia masalahnya Mang Ojo, Si Robby tu udah sebulan kagak nelpon gue, gue kan kagak tau, apa dia bekerja atau kagak atau gimana.
                                    (konteks data : episode 2)
Data 17 di atas menunjukkan karakter disiplin yang terdapat pada sosok H. Sulam. Terlihat jelas dalam percakapan antara H. Sulam dengan Mang Ojo, yaitu salah satu karyawan yang bekerja di warung bubur ayam miliknya, percakapan ini berlangsung saat Hj. Rodhiyah sedang menangis di warung. Karakter disiplin yang dimiliki oleh H. Sulam tercemin dalam ucapannya yang menjawab pernyataan Mang Ojo, yaitu ia sedikit kecewa dengan sang adik ipar (Robby) karena sudah sebulan ia tidak mengabari ke keluarganya tentang keberadaannya dan bagaimana keadaannya. Sehingga H. Sulam pun tidak dapat memastikan apakah ia disana bekerja seperti yang diberitahukan olehnya saat pergi atau malah melakukan hal yang lain. Dengan ucapan H. Sulam inilah terlihat jelas karakter disiplin yang dimilikinya, yang disesalinya karena tidak diterapkan pada adik iparnya.
Data 18
Hj. Rodhiyah           :Jadi, Abang juga nuduh Si Robby ditahan polisi, gitu Bang? Abang tega.
H. Sulam                  :Gak Roh, gak. Cuma gue kesal aja sama Si Robby. Katanya anak sekolahan, harusnya dia kan mikir, ni keluarganya disini mikirin dia, nunggu berita dari dia. Dia selamat atau gimana kan kita kagak tau. Ni kagak, kek kebo dungkul. Nelpon kagak, apa kagak. Orang jual pulsa disana kan banyak, tinggal sepuluh ribu apa dia kagak ikhlas.
         (konteks data : episode 2)
Data 18 di atas juga merupakan pendeskripsian karakter disiplin yang dimiliki oleh H. Sulam. Hal ini terlihat melalui percakapan antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah), percakapan ini berlangsung di warung bubur saat Hj. Rodhiyah pulang berbelanja pada Mini Market H. Muhidin. Dalam percakapan ini, menggambarkan karakter disiplin H. Sulam yang terlihat lewat ucapannya yang membantah pernyataan istrinya. Bahwa, ia kesal dengan sikap adik iparnya, karena adiknya tersebut tidak memikirkan kalau keluarganya disini mengkhawatirkan bagaimana keadaannya disana. Sikap disiplin yang dimiliki H. Sulam tersebut terealisasi melalui pernyataannya yang kecewa kepada Robby. Seharusnya ia bisa mengabari keluarganya, misalnya telpon. Sehingga H. Sulam dan keluarga disini tidak mencemaskan keadaannya disana.


(8)          Humoris
Data 19
Emak Haji                :Kenapa Roh, sakit? Lam, Lam. Bawa aja ni dia ni ke puskesmas. Ni, Mak kalo kepala ni senut-senut ni, Mak di sono. Dokternya baik, ganteng lagi. Bawa aja deh sono!
H. Sulam                  :Bukan kepalanya yang sakit, ni hatinya. Hatinya lagi sakit.
Emak Haji                :Astagfirullahalazim, lo. Lefer tu lefer, bahaya.
H. Sulam                  :Ya udah tenang, entar Sulam bawa ke UGD.
                                   (konteks data : episode 2)
Data 19 di atas menunjukkan karakter humoris yang dimiliki oleh H. Sulam. Percakapan yang berlangsung antara Emak Haji dengan H. Sulam dalam data di atas merupakan perwujudan karakter humoris sosok tukang bubur yang tercermin dalam tuturannya menjelaskan kepada Emak Haji dengan santai, ia pun menyatakan bahwa istrinya bukan sakit kepala melainkan sakit hati. Lalu, dengan polos sang Emak pun terkejut dan mengatakan kalau penyakit itu berbahaya, seraya meminta kepada H. Sulam untuk membawa Hj. Rodhiyah untuk pergi ke puskesmas. Masih dengan decak humornya, H. Sulam pun mengiyakan kalau nanti akan dibawa istrinya tersebut ke UGD. Pertuturan yang diucapkan oleh H. Sulam tersebut merupakan pendeskripsian karakter humoris yang terdapat dalam dirinya, yang berusaha menanggapi setiap persoalan dalam hidup dengan tenang dan santai.

(9)          Konsisten
Data 20
H. Muhidin              :Ah, itu kan perasaan adik Sulam saja.
                                    Pertanyaan saya, pertanyaan umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir, itu terserah Anda sendiri. Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau tidak ada luka?
H. Sulam                  :Masalahnya Pak H. isu ini sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si Robby ditangkap polisi dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke Bapak, bahwa satu bulan ini dia gak kelihatan di kampung kita.
                                    (konteks data : episode 2)
Data 20 di atas melukiskan karakter konsisten yang dimiliki oleh sosok H. Sulam. Terlihat jelas melalui dialog percakapan yang berlangsung antara H. Sulam dengan H. Muhidin di mesjid ketika usai kajian rutin setelah salat magrib, yang terdapat dalam data di atas mendeskripsikan karakter konsisten yang dimiliki oleh sosok H. Sulam. Kekonsistensian yang dimiliki oleh H. Sulam tersebut terlihat jelas dari penuturannya yang membantah pernyataan H. Muhidin, yang menyindir bahwa adik iparnya tersandung kasus narkoba. Ia dengan lantang menyatakan bahwa, adik iparnya tidak kelihatan sudah sebulan ini di kampung, bukan karena ia tersandung kasus narkoba, tetapi adik iparnya tersebut sedang ada pekerjaan di luar pulau. Hal ini terlihat jelas, bahwa H. Sulam memiliki sikap konsisten yang tinggi dalam perkataannya yang terang-terangan berani membela sang adik dari tudingan yang dinyatakan oleh H. Muhidin di depan majelis yang ada di mesjid. Ia yakin akan apa yang dilakukan sang adik tidak seperti yang ditudukan oleh H. Muhidin.


(10)      Berjiwa Besar
Data 21
H. Sulam                  :Roh, Roh!
Hj. Rodhiyah           :Apa lagi sih, Bang?
H. Sulam                  :Maafin gue ya, gue keceplosan.
                                             (konteks data : episode 2)
Data 21 di atas melukiskan karakter jiwa besar yang dimiliki oleh H. Sulam, Percakapan yang berlangsung antara H. Sulam dengan Hj. Rodhiyah, yaitu sang istri, dalam data di atas pada saat ia menghampiri sang istri yang akan menuju kamar, menunjukkan karakter berjiwa besar yang terdapat dalam pribadi sosok H. Sulam. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang dengan langsung memanggil sang istri lalu segera meminta maaf kepada istrinya karena tidak sengaja mengatakan sesuatu hal yang tidak mengenakkan dan tidak menyenangkan hati sang istri, yaitu menyangkut masalah Robby. Sikap meminta maaf dengan segera yang ditunjukkan oleh H. Sulam dalam dialog percakapan di atas dengan istrinya menunjukkan sikap jiwa besar yang dimiliki oleh H. Sulam, yang tanpa rasa malu atau gengsi sedikit pun untuk melakukannya. Hal ini juga dikarenakan ia bukanlah tipikal orang yang tinggi hati, sehingga ia dapat melakukan hal tersebut.
2)             Karakter Tokoh H. Muhidin
Berikut penjelasan kutipan data yang menggambarkan karakter tokoh H. Muhidin:
(1)          Iri Hati
Data 1
          Rumana                    :Umi kok ngomongnya kek gitu sih? Harusnya kita senang lo liat tetangga maju.
          H. Muhidin              :Iya, kalo majunya usaha kerasnya kita patut senang dan bangga. Tetapi, kalo majunya dengan kebetulan siapa juga bisa maju. Ini yang dapat dari lotrelah, yang dapat dari pengusaha, hadiahlah. Apaan?
          Rumana                    :Gak Abah, di dalam Islam itu gak ada yang namanya kebetulan, semuanya itu pasti udah direncanain sama Allah.
                                    (konteks data : episode 1)
Data 1 di atas melukiskan karakter iri hati yang dimiliki oleh H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Rumana dalam data di atas, pada saat melihat gerobak-gerobak bubur H. Sulam yang lewat dihadapan mereka menunjukkan karakter iri hati yang terdapat dalam pribadi sosok H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang dengan langsung membantah ucapan sang anak/Rumana, bahwa majunya usaha kalau bukan karena usaha sendiri tetapi hanya karena menang undian atau lotre atau hadiah dari orang lain, bukanlah hal yang patut dibanggakan. Dari pernyataannya tersebut terlihat jelas adanya rasa kurang senang melihat orang lain berhasil dan sukses, yang dimiliki oleh H. Muhidin. Hal ini juga bisa disebabkan karena ia juga ingin mendapatkan hal yang sama dengan apa yang dicapai oleh H. Sulam.
(2)          Sombong/Suka Pamer
Data 2
Warga                       :Kok gak ikut syukuran di rumahnya pak H. Sulam?
H. Muhidin              :Iya ni, baru dari bandara jemput anak gue.
Warga                       :Oya, yang katanya sekolah di Mesir.
H. Muhidin              :Iya… iya… semata wayang.
                                   (konteks data : episode 1)

Data 2 di atas melukiskan karakter sombong/suka pamer yang dimiliki oleh H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan warga dalam data di atas, pada saat ia sampai di depan mini marketnya dan berjumpa dengan warga menunjukkan karakter suka pamer yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menjawab pertanyaan salah seorang warga yang menanyakan mengapa beliau tidak ikut menghadiri syukuran H. Sulam. Ia menyatakan bahwa ia baru sampai dari bandara menjemput anaknya yang semata wayang. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya rasa sombong yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang memamerkan kepada warga desanya kalau dia tidak menghadiri acara syukuran H. Sulam karena ia memiliki kegiatan lain yang lebih penting, yaitu menjemput anak semata wayangnya yang pulang dari Mesir.
Data 3
Hansip Tarmidzi       :Kan Mesir – Jakarta jauh Pak H. tiketnya mahal.emang Pak H. sanggup?
H. Muhidin              :Namanya juga anak semata wayang, ya disanggup-sanggupin dong. Eh, gimana? Katanya mau maju.
                                    (konteks data : episode 1)

Data 3 di atas mendeskripsikan karakter sombong/suka pamer yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan hansip Tarmidzi dalam data di atas, pada saat sang hansip yang satu ini sampai di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter suka pamer yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang memberi pernyataan atas pertanyaan hansip Tarmidzi, bahwa ia akan menyanggupi keperluan anak semata wayangnya, dikarenakan ia ingin anaknya maju berbeda dengan keluarga H. Sulam. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya rasa sombong yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang memamerkan bahwa ia sanggup melakukan apapun untuk anak semata wayangnya, seperti yang diungkapkannya kepada hansip Tarmidzi.

Data 4
H. Rasyidi                :Emang hebat Si Rumana tu, dia bisa kuliah di luar negeri”Alazar”, gak gampang tu H. saingannya berat. Paling enggak, dia mesti hafal satu dua juz Alquran berikut tafsirnya.
H. Muhidin              :Urusan itunya H. itu Rumana sendiri. Saya mah, terima bersih aja. Nah, urusan biaya gue deh. Termasuk sama istri gue ni sampai jungkir balik.
                                    (konteks data : episode 1)
Data 4 di atas mendeskripsikan karakter sombong/suka pamer yang dimiliki  oleh H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan H. Rasyidi dalam data di atas, pada saat H. Rasyidi bersilahturrahmi ke rumah H. Muhidin menunjukkan karakter suka pamer yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang memberi pernyataan yang seharusnya tidak diminta oleh H. Rusyidi. Ia menyatakan bahwa ia maunya terima bersih saja, Rumana sendiri yang harus berusaha mendapatkan prestasi terbaik di Mesir. Rasa sombongnya itu juga terlihat dalam ucapannya yang menyatakan bahwa urusan biaya Rumana disana ia sendiri bersama istri yang akan tanggung dan cukupi. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya rasa sombong yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang memamerkan bahwa dia lah yang mengeluarkan segala biaya yang dibutuhkan Rumana.  
(3)          Suka Menyindir
Data 5
H. Rasyidi                :Alhamdulillah, bagus itu. Anak Bapak juga, dia ambil S2. Jurusannya Hukum Syariah di UIN.
H. Muhidin               :Kok bisa cocok sih H. Lantas gimana tugas di DPRnya kagak keganggu?
                                    (konteks data : episode 1)

Data 5 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan H. Rasyidi dalam data di atas, pada saat H. Rasyidi bersilahturrahmi ke rumah H. Muhidin menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menanyakan kepada H. Rusyidi tentang bagaimana tugas anak H. Rusyidi di DPR, apakah tidak terganggu karena dia ambil S2. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin tersebut dikarenakan H. Rusyidi sering menceritakan tentang keberhasilan anaknya. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin kepada H. Rusyidi.
Data 6
H. Muhidin              :Ye, namanya juga anak Periuk. Tau kan pergaulannya, mesti hati-hati nyari teman, Roh.
Hj. Rodhiyah           :Pak H. Jangan teka-teki begitu deh. Si Robby tu baik-baik aja Pak H. Dia tu lagi kerja, emangnya kenapa sih?
                                    (konteks data : episode 2)

Data 6 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Hj. Rodhiyah dalam data di atas, pada saat Hj. Rodhiyah berbelanja di mini market H. Muhidin menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menyatakan kepada Hj. Rohdiyah tentang adik Hj. Rodhiyah/Robby, kalau yang namanya anak Periuk itu pergaulannya harus hati-hati dalam memilih teman. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin tersebut seolah-olah ditujukan kepada Robby yang salah memilih teman dalam bergaul. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin kepada Hj. Rodhiyah.

Data 7
H. Muhidin              :Emangnya Si Sulam sudah lancar nyetir mobilnya, kagak perlu Si Robby lagi.
Hj. Rodhiyah           :Demi Allah Pak H. Robby itu lagi kerja di Papua. Kok tega-teganya menyebar fitnah begitu. Robby itu anaknya baik.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 7 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Hj. Rodhiyah dalam data di atas, pada saat Hj. Rodhiyah berbelanja di mini market H. Muhidin menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menanyakan kepada Hj. Rohdiyah kalau H. Sulam memangnya sudah lancar menyetir mobil, sehingga tidak membutuhkan bantuan Robby lagi? Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pertanyaannya tersebut seolah-olah ditujukan kepada Robby yang tidak kelihatan di kampung memang sedang terjerat masalah, bukan karena H. Sulam telah bisa menyetir dan tidak membutuhkan bantuannya untuk menyetir lagi. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin kepada Hj. Rodhiyah tentang adiknya, Robby.
Data 8
Hj. Maemunah         :Ya, alasan apa juga masuk di akal, mau kerja di luar Jawa juga, kenapa gak sekalian bilang aja kerja ngikut TKI ke Malaysia. Ya gak.
H. Muhidin              :Tapi malu juga dong, Mi. Namanya kalo ada keluarga yang masuk bui.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 8 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Hj. Maemunah dalam data di atas, pada saat Hj. Maemunah berprasangka buruk kepada Robby, disusul dengan tanggapan dari H. Muhidin yang menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam dirinya. Hal ini terlihat dari tuturannya berupa sindiran tentang sangkaan buruk yang dituturkan oleh Hj. Maemunah. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pernyataannya tersebut seakan-akan membenarkan sangkaan buruk Hj. Maemunah tentang Robby, adik Hj. Rodhiyah, bahwa Robby memang masuk penjara. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin dengan membenarkan tuduhan H. Maemunah tentang masalah Robby.
Data 9
Hj. Maemunah         :Orang Cuma nanya doang, dianya aja yang tersinggung.
Rumana                    :Iya Umi, tapi kan kasian istrinya Bang Sulam. Kesini kan dia mau belanja, tapi malah dibikin malu.
H. Muhidin              :Kalo kagak ada asap, kagak ada apinya. Berita itu ada tentu ada sebabnya. Lo jangan terlalu bela dia deh Rum, ah.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 9 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Hj. Maemunah dan Rumana dalam data di atas, pada saat ketiganya berdebat hebat di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang membantah ucapan Rumana, bahwa tidak mungkin akan ada asap kalau tidak ada apinya. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pernyataannya tersebut seolah-olah ditujukan terhadap berita yang beredar tentang Robby. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin atas berita yang beredar tentang Robby.
Data 10
Pak Ustad Zakaria   :Silahkan Pak H. Muhidin, tapi jangan panjang-panjang.
H. Muhidin              :Bagaimana hukumnya kalo ada di antara keluarga dekat kita, yang berbuat keji. Misalnya menjadi pengedar narkoba? Bukankah kita telah diperintahkan Allah untuk menjaga keluarga kita. Kuu Anfussakum Waahlikum naaraa. Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Mohon penjelasannya, Pak Ustad.
                                    (konteks data : episode 2)


Data 10 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Tuturan yang dilontarkan oleh H. Muhidin saat mengajukan pertanyaan di mesjid dalam suatu majlis pengajian dalam data di atas menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat jelas dari sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh H. Muhidin, ia menyakan tentang kasus narkoba, yang jelas-jelas jauh berbeda dengan tema yang dibahas. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pertanyaannya tersebut sebenarnya ditujukan langsung terhadap berita yang beredar tentang Robby. Dari pertanyaan tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin atas berita yang beredar tentang Robby.
Data 11
H. Muhidin              :Ah, itu kan perasaan adik Sulam saja.
                                    Pertanyaan saya, pertanyaan umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir, itu terserah Anda sendiri. Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau tidak ada luka?
H. Sulam                  :Masalahnya Pak H. isu ini sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si Robby ditangkap polisi dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke Bapak, bahwa satu bulan ini dia gak kelihatan di kampung kita.
H. Muhidin              :Sebaiknya, kalo emang ada masalah gak usah ditutup-tutupilah. Saya mengutarakan ini, karena kecintaan saya kepada H. Sulam karena kita sama-sama jamaah mesjid ini.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 11 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Perdebatan yang berlangsung antara H. Sulam dengan H. Muhidin saat majlis pengajian dalam data di atas menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat jelas dari pernyataan H. Muhidin yang menyatakan bahwa untuk apa harus perih kalau memang tidak ada luka, yang dituturkan kepada H. Sulam yang membela adiknya. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pernyataannya tersebut sebenarnya ditujukan langsung terhadap berita yang beredar tentang Robby. Dari pertanyaan tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin atas berita yang beredar tentang Robby.
(4)          Mengadu Domba
Data 12
Hansip Tarmidzi            :Hah, ditangkap?
Hj. Maemunah              :Kek kagak tau aja, dia kan anak Periuk, kan tau sendiri bagaimana kelakuan anak Periuk. Bisa-bisa ni dia kelibat sama narkoba. Ini yang bikin gue jadi ngeri banget-banget deh.
H. Muhidin                   :Eh, kalo benar dia sudah satu bulan kagak kelihatan, berarti dia benar ditahan polisi. Ya bagaimana ya, di sini dia dibutuhkan sama Si Sulam tuk nyetir mobilnya. Ya maklum, punya mobil kagak punya nyali untuk nyetir sendiri.
                                      (konteks data : episode 1)

Data 12 di atas mendeskripsikan karakter mengadu domba yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Hj. Maemunah dan hansip Tarmidzi dalam data di atas, pada saat ketiganya berada di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter suka mengadu domba yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menyatakan bahwa kalau memang Robby tidak kelihatan sudah satu bulan, berarti dia benar ditahan polisi. Padahal, ia tidak mengetahui kebenaran akan hal tersebut. Namun, dengan lantang ia membenarkan hal tersebut. Pernyataan tersebutlah yang menunjukkan adanya sikap adu domba yang dimiliki oleh H. Muhidin atas sesuatu yang belum jelas kebenarannya, tapi H. Muhidin malah semakin membesar-besarkan masalah tersebut.
(5)          Angkuh
Data 13
Rumana                         :Bah, kalo apa yang Abah tuduhin itu semua, gak benar. Abah bisa dilaporin ke polisi. Itu sama aja, Abah udah mencemarkan nama baiknya Bang Robby, Bah.
H. Muhidin                   :Silahkan aja, kalo memang Robby kagak ditahan polisi, buktiin dong, bahwa dia itu orang baik. Ini kagak.
                                        (konteks data : episode 2)

Data 13 di atas mendeskripsikan karakter angkuh yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Rumana dalam data di atas, pada saat berada di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter angkuh yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang membantah tuturan Rumana dengan rasa angkuhnya yaitu jika memang Robby tidak ditahan, buktikanlah. Ini tidak. Pernyataan tersebutlah yang menunjukkan adanya sikap angkuh yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang yakin akan tuduhannya terhadap Robby adalah benar, ketika membantah tuturan Rumana tentang masalah Robby.

Data 14
Hj. Maemunah              :Udah deh Rum, lo gak usah ngebelain dia. Masa depannya aja kagak jelas. Tau gak, kagak jelas. Lagi, lo jangan berharap, Umi bakal ngeredoin lo. Kalo jadi bininya dia. Ingat lo, ya. Maaf, ya.
H. Muhidin                   :Amit-amit, kalo gue sampai jadi mertuanya si anak yang kagak tau sopan santun, tu.
Rumana                         :Ya, Rum kan cuma kasih tau Umi sama Abah aja. Kalo fitnah itu dosa besar.Udah itu aja.
                                        (konteks data : episode 2)

Data 14 di atas mendeskripsikan karakter angkuh yang dimiliki oleh sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin, Hj. Maemunah dan Rumana dalam data di atas, pada saat berada di ruang tamu menunjukkan karakter angkuh yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menyatakan kepada istrinya, Hj. Maemunah kalau dia tidak akan sudi mempunyai menantu seperti Robby. Pernyataan tersebutlah yang menunjukkan adanya sikap angkuh yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang seakan-akan dirinya jauh lebih baik, dan akan mendapat menantu yang bukan seperti Robby tetapi lebih baik dari dia.









BAB V
PENUTUP
5.1     Simpulan
          Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan tentang karakter tokoh H. Sulam sebagai tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu pada episode 1 dan episode 2 yang telah dipaparkan dalam bab IV, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1)             Karakter tokoh H. Sulam sebagai tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, merupakan sosok pribadi yang memiliki karakter yang dapat dicontoh dan dapat diterapkan dalam kehidupan keseharian, hal ini dikarenakan karakter yang dimilikinya tersebut, secara keseluruhan berkategori baik dan bisa dijadikan panutan dalam bermasyarakat. Sedangkan karakter tokoh H. Muhidin yang juga merupakan tokoh utama, tidaklah dapat diambil sebagai contoh sebagai terapan dalam kehidupan, hal ini dikarenakan karakter yang melekat pada tokoh ini berkategori kurang baik dan tidak dapat dijadikan panutan dalam bermasyarakat.
2)            
69
Berdasarkan hasil penelitian tentang karakter tokoh H. Sulam sebagai tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu pada episode 1 dan episode 2, terdapat 10 sikap atau kepribadian yang ada pada dirinya, yaitu (1) sopan santun, (2) inovatif, (3) peduli sesama, (4) bijaksana, (5) percaya diri, (6) sabar, (7) disiplin, (8) humoris, (9) konsisten, dan (10) berjiwa besar. Sedangkan kepribadian yang melekat pada diri H. Muhidin, yaitu (1) iri hati, (2) sombong/suka pamer, (3) suka menyindir, (4) mengadu domba, dan (5) angkuh.
3)             Mat Solar yang memerankan tokoh H. Sulam dan Latief Sitepu sebagai pemeran tokoh H. Muhidin, keduanya merupakan tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” yang ditayangkan oleh stasiun TV RCTI. Mat Solar adalah tokoh yang mendapatkan skrip naskah dengan karakter yang dapat dicontoh, baik itu dikalangan para pemain lain dalam sinetron tersebut maupun dapat diterapkan dalam pribadi masing-masing penonton sinetron ini. Kepiyawaiannya dalam memerankan tokoh H. Sulam patut diacungi jempol. Sedangkan Latief Sitepu adalah tokoh yang mendapatkan skrip naskah dengan karakter yang kurang baik, dan tidak sepantasnya diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

5.2     Saran
          Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis menyarankan kepada berbagai pihak yaitu sebagai berikut :
1)             Karakter yang dimiliki oleh H. Sulam dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, patutlah dicontoh. Hal ini dikarenakan karakter yang melekat pada sosok tukang bubur yang satu ini merupakan pribadi yang dapat memposisikan dirinya dalam berkomunikasi dengan sesama. Sehingga ia dapat menentukan sikap dalam bergaul dan dalam bertindak. Sedangkan karakter yang dimiliki oleh H. Muhidin, selayaknya untuk tidak dijadikan panutan, dikarenakan karakternya tersebut tidak membawa pengaruh positif dalam hidup bermasyarakat.
2)             Melalui penelitian ini diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah agar lebih mendalami tentang kajian fiksi yaitu mengenai karakter yang melekat pada pribadi setiap tokoh, sehingga dapat dengan mudah ia memahami kepribadian setiap tokoh dalam fiksi. Hal ini lebih memperkuat jati diri mahasiswa tersebut sebagai bagian dari mahasiswa prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah.
3)             Melalui penelitian ini, peneliti mengharapkan juga kepada prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah agar memperhatikan lagi materi perkuliahan tentang pengkajian fiksi dari segi menelaah karakter setiap tokoh dalam fiksi tersebut melalui berbagai cara, misalnya dengan menyajikan bahan bacaan yang bermutu dan tenaga pendidik yang berkualitas serta ahli dibidangnya.










DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : Caps.
Depdiknas. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

Fathurrahman. 2009. Dasar Hukum Persinetronan Indonesia. Jakarta: Depkominfo.

Labib. 2002. Pengertian dan Jenis Sinetron. (www.google), diakses pada 01 Januari 2014.

Kutha Ratna, Nyoman. 2010. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Denpasar: Pustaka Pelajar.

Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Jakarta: Gajah Mada University Press

Panitia Penyusun. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi. Matangglumpangdua : FKIP Universitas Almuslim.

Pujianto. 2010. Karakter Tokoh dalam Karya Fiksi. (www.google.com), diakses pada 01 Januari 2014.

Saleh. 2001. Teori-teori Psikologi Tokoh. (www.google.com), diakses pada 01 Januari 2014.
                              
Semi, Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Wikipedia. Tukang Bubur Naik Haji The Series. (www.google.com), diakses pada 01 Januari 2014.

72
Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian Sastra. Jakarta Book Publisher: Jakarta.

Saleh. 2001. Teori-teori Psikologi Tokoh. (www.google.com), diakses pada 01 Januari 2014.
                              
Semi, Atar. 2012. Metode Penelitian SastBAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang Masalah
Sastra merupakan sebuah ciptaan atau kreasi yang bersifat otonom dan bercirikan suatu koherensi yang dapat ditafsirkan sebagai suatu keselarasan yang mendalam antara bentuk dan isi. Setiap isi berkaitan dengan suatu bentuk atau ungkapan tertentu, dan sebagaimana bentuk dan isinya yang saling berhubungan, sastra juga memiliki bagian dan keseluruhannya yang memiliki kaitan secara erat sehingga yang berkaitan tersebut saling menerangkan. Di samping itu, sastra selalu menghidangkan sebuah sintesa antara hal-hal yang saling bertentangan dan beraneka rupa bentuknya. Oleh karena itu, sastra tidak pernah mengacu kepada sesuatu yang lain dan juga tidak bersifat komunikatif, sehingga unsur kreativitas dan spontanitasnya biarpun tidak secara terang-terangan tetapi masih sering dijadikan sebagai pedoman dan acuan dalam kehidupan.
Sinetron merupakan bagian dari suatu karya sastra yang dibuat khusus untuk penayangannya melalui media elektronik (Fathurrahman, 2009:2). Secara umum, sinetron yang akan ditayangkan harus memiliki kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dalam undang-undang persinetronan dan penyiaran. Dalam hal ini, layak atau tidak layaknya sebuah sinetron untuk ditayangkan itu sangat tergantung pada pihak atau lembaga yang bertindak sebagai penyensor ataupun pihak yang melakukan preview terhadap sebuah sinetron sebelum diperkenalkan kepada masyarakat luas pada umumnya.
1
Sinetron pada dasarnya adalah sebuah kreasi yang terlahir dari suatu proses hasil cipta, rasa dan karsa oleh anak manusia yang dituangkan dalam bentuk adegan, dialog dan cerita tentang kehidupan. Sinetron juga sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan isi dan jalan ceritanya untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah sinetron pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia.
Selain itu, sinetron biasanya menampilkan suatu gambaran kehidupan sedangkan kehidupan itu sendiri merupakan fakta kultural, karena kehidupan itu meliputi hubungan masyarakat yang terjadi dalam batin seseorang manusia dan perhatiannya terhadap dunia yang secara realita berlangsung sepanjang hari hingga sepanjang zaman. Di samping itu, sebuah cipta atau kreasi bersumber dari kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Akan tetapi sinetron bukan hanya mengungkapkan realitas objektif semata, namun juga berisi tentang penafsiran-penafsiran mengenai alam dan kehidupannya.
Dalam dunia sinetron, peristiwa yang terjalin dalam sebuah cerita sangat mendominasi penjiwaan penonton untuk memasuki ruang dan waktu dalam ceritanya. Meskipun sifatnya lebih ke fiksi, tapi secara spontan dapat membawa pengaruh yang sangat besar dalam hal perubahan karakter dan tingkat emosional pada penontonnya, karena secara umum unsur-unsur fiksi sering dijadikan sebagai tolak ukur yang bersifat estetik atau perhatian yang diarahkan pada hubungan antara gambar dan apa yang digambarkan, serta sejauh mana gambaran tersebut sesuai dengan kenyataan, dan apakah kenyataan tersebut merupakan dunia sendiri, sebuah dunia yang serba baru, dan tidak terlepas dari kenyataan. Dengan demikian sinetron atau sebuah kreasi seni yang dihasilkan melalui proses cipta, rasa, karsa perlu memperhatikan unsur estetik dan penghayatannya yang sesuai dengan penggambaran problematika-problematika kehidupan dalam dunia nyata. Oleh karena itu, daya cipta artistiknya akan mampu mengangkat dan menampilkan perbuatan manusia yang universal dan dapat membawanya ke dalam suatu pencerminan atau penggambaran mengenai suatu kenyataan dalam dunia yang absurd.
Suatu cerita tertentu dihidupkan oleh para tokoh, tokoh juga dibagi dua, tokoh sentral dan tokoh tidak sentral. Tokoh sentral biasanya disebut tokoh utama. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalan cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh tambahan kejadiannya lebih sedikit dibandingkan tokoh utama. Kejadiannya hanya ada jika berkaitan dengan tokoh utama secara langsung.
Sinetron Tukang Bubur Naik Haji merupakan sebuah sinetron yang diangkat dari novel “Tukang Bubur Naik Haji” yang ceritanya diilhami dari kisah nyata yang mengenai sejarah awal mula seseorang menjadi orang yang berada. Sinetron yang dibintangi oleh aktor dan aktris handal yang ternama seperti Mat Solar dan Uci Bing Slamet ini mengangkat kisah keseluruhan “Tukang Bubur Naik Haji” seperti menonton kehidupan masyarakat sehari-hari, yang didalamnya termasuk perilaku kita sendiri. Tokoh yang digambarkan sebagai manusia yang seolah-olah seorang dermawan sejati, padahal sebenarnya manusia sangat mengharapkan pujian orang. Sebenarnya ada kecenderungan kita ingin pamer. Maka tidaklah heran sinetron yang bernuansa Islam dan sangat bersejarah ini telah banyak meraih simpati dari masyarakt luas.
Dari uraian pada latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan menganalisis karakter tokoh utama dalam sinetron tersebut. Adapun judul penelitian ini adalah ”Analisis Karakter Tokoh Utama dalam Sinetron ’Tukang Bubur Naik Haji’ Tayangan RCTI”.

1.2     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI?

1.3     Tujuan Pernelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan data tentang karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI.

1.4         Manfaat Penelitian
Berdasarkan uraian permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini mempunyai dua manfaat yaitu secara teoretis dan praktis.
Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran sehingga dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI.
Selanjutnya, secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI dan untuk lebih memotivasi potensi yang ada dalam diri peneliti.
Sedangkan, bagi mahasiswa lain dan pembaca pada umumnya dapat memberi informasi empiris dan pendalaman ilmu serta pengetahuan mengenai bidang kesusastraan, sehingga akan memotivasi untuk lebih mencintai karya sastra Indonesia berbentuk drama atau sinetron.

1.5         Definisi Operasional
Untuk menyamakan pemahaman antara peneliti dengan pembaca, maka perlu dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut :
1)             Analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, untuk mengidentifikasi karakter tokoh utama yang terkandung didalamnya secara luas dan mendalam.
2)             Karakter adalah adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,  bangsa  dan  negara.
3)             Tokoh Utama adalah tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji”.
4)             Sinetron adalah bentuk seni audio-visual hasil dari perkembangan ilmu dan teknologi informasi yang bersifat kompleks, menghibur, dan universal.
5)             Tukang Bubur Naik Haji adalah salah satu sinetron yang ditayangkan oleh stasiun TV RCTI, yang mengisahkan tentang sisi kehidupan masyarakat dengan berbagai rutinitas sehari-hari yaitu mengenai sejarah awal mula seseorang menjadi orang yang berada.
6)             RCTI adalah salah satu stasiun televisi yang menayangkan berbagai tayangan yang sarat makna, salah satunya adalah sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji”.
















BAB II
LANDASAN TEORETIS
2.1         Pengertian Karakter Tokoh
Karakter merupakan salah satu unsur yang tidak bisa dipisahkan dan memiliki andil penting dalam sebuah drama. Setiap tokoh yang terdapat dalam drama telah dilengkapi dengan karakter yang unik dan berbeda dengan tokoh yang lainnya. Melalui karakter tersebutlah setiap tokoh dapat dikenali dengan mudah oleh para penonton. Selain itu, karakter jugalah yang menentukan bagaimana setiap tokoh memerankan setiap tuntutan perannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter memiliki arti ”Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain”. Maksudnya, karakter tersebut merupakan sifat kejiwaan yang dimiliki oleh seseorang, berupa tingkah laku atau budi pekerti yang disandang oleh seseorang, yang mana dengan hal tersebutlah dapat membedakannya dengan sosok pribadi yang lain.
Selanjutnya, Hardanaiwati, dkk (2003:303) ia mengemukakan bahwa ”Karakter adalah sifat-sifat khas yang membedakan seseorang dengan orang lain”. Maksudnya jelas bahwa, karakter tersebutlah yang menjadi salah satu unsur yang terdapat dalam diri seseorang yang dapat membedakannya dengan orang lain, yaitu berupa sifat yang dimiliki oleh setiap individu dan bisa saja sifat tersebut tidak dimiliki oleh individu yang lain.  
7
Lalu, (Ditjen Mandikdasmen - Kementerian Pendidikan Nasional), menyatakan bahwa ”Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,  bangsa  dan  negara.  Individu  yang  berkarakter  baik  adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat”. Maksudnya juga jelas bahwa karakter tersebut merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu, yang diterapkan dalam hidup bermasyarakat dan melalui karakter tersebutlah seseorang dapat mengenali sosok pribadi yang lain.
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2012:165), ia menyatakan bahwa ”Karakter adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan”. Maksudnya, karakter tersebut melekat pada diri setiap tokoh yang diungkapkan melalui setiap ucapan ataupun perbuatan setiap tokoh dalam suatu cerita yang dilakonkan. Pembaca dan penontonlah yang bertugas memberikan penilaian berupa baik buruknya karakter yang melekat pada diri setiap tokoh tersebut.
Menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2012:165), ia mengungkapkan bahwa ”Dalam berbagai literatur Bahasa Inggris menyarankan pada dua pengertian yang berbeda tentang karakter, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut”. Dapat dipahami bahwa, karakter tersebut merupakan hal yang melekat pada tokoh-tokoh dalam cerita yang berupa sikap, atau tingkah laku setiap tokoh, yang harus didalami oleh setiap tokoh lalu diperankan sesuai dengan tuntutannya.
Berdasarkan beberapa pendapat pakar di atas yang menjelaskan tentang karakter tokoh, maka dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh merupakan wujud dari kepribadian tokoh atau individu yang tampak melalui tingkah laku atau tindakan yang menjadi ciri khas pada diri seseorang, baik itu berupa sifat baik maupun buruk, dan dengan sifat tersebutlah dapat membedakannya dengan tokoh lain dan biasanya akan terlihat lewat sikap, tingkah laku, maupun kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh sang tokoh.
       
2.2         Jenis-jenis Karakter Tokoh
Salah satu unsur cerita adalah tokoh dengan karakternya. Karakter merupakan salah satu unsur dalam membangun sebuah karya fiksi, salah satunya adalah drama. Pembuatan karakter tokoh yang baik akan menjadi salah satu penentu kualitas dari karya fiksi tersebut. Karakter tokoh adakalanya dibangun melalui ucapan tokoh, yaitu ucapan si tokoh merupakan salah satu hal yang dapat menggambarkan karakternya. Orang yang sopan tentu berbeda cara berbicaranya dengan orang yang bengal. Orang pemarah tentu juga berbeda cara bicaranya dengan orang penyabar.
Karakter tokoh dalam sebuah drama atau sinetron dapat digambarkan oleh pengarang melalui bermacam cara. Menurut Pujianto (2010:23), ia menjelaskan bahwa ”Cara penggambaran karakter tokoh yaitu dengan cara segi fisis, segi psikis, dan segi sosiologis.” Berikut penulis jelaskan secara rinci:


1)             Segi Fisis
Pengarang menjelaskan keadaan fisik tokohnya yang meliputi usia, jenis kelamin, keadaan tubuh (tinggi, pendek), pincang, gagah, tampan, menarik, dan sebagainya. Ciri-ciri wajah (cantik, jelek, keriput, dan sebagainya), dan ciri khas yang lebih spesifik. Dapat dipahami bahwa segi fisis merupakan keadaan fisik si tokoh yang terlihat dan dapat diamati dengan jelas.
2)             Segi Psikis
Pengarang melukiskan tokoh berdasarkan latar belakang kejiwaan, kebiasaaan, sifat, dan karakternya. Segi psikis meliput moral, kecerdasan, temperamen, keinginan, perasaan pribadi, dan keahlian khusus yang dimilikinya. Dapat dipahami bahwa segi psikis merupakan sisi psikologis yang dimiliki si tokoh. Hal ini terlihat lewat kejiwaan si tokoh, berupa kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan si tokoh dan berbagai sifat yang tampak dari si tokoh tersebut dalam keseharian.
3)             Segi sosiologis
Pengarang menggambarkan latar belakang kedudukan tokoh tersebut dalam masyarakat dan hubungannya dengan tokoh-tokoh lainnya. Segi sosiologis meliputi status sosial (kaya, miskin, menengah), peranan dalam masyarakat, pendidikan, pandangan hidup, kepercayaan, dan aktivitas sosial, dan suku bangsa. Dapat dipahami bahwa segi sosiologis tokoh dalam sebuah drama merupakan segi kedudukan atau peran si tokoh dalam lingkungannya, seperti status sosial si tokoh.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga segi yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menggambarkan karakter tokoh, yaitu melalui 1) segi fisis yang berupa keadaan fisik si tokoh, 2) segi psikis yaitu kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan si tokoh, dan 3) segi sosiologis yaitu status si tokoh dalam bermasyarakat.
Selain itu, menurut Saleh (dalam blog Pipit Dwi Komariah), ia membagi kepribadian dalam dua kelompok, yaitu kepribadian superior dan kepribadian inferior. Kepribadian superior adalah bentuk-bentuk kepribadian yang berorientasi pada perbaikan-perbaikan kualitas kehidupan.
Karakter kepribadian superior diuraikan menjadi tujuh, yaitu:
1)             Pertahanan ego
Pertahanan ego adalah sikap-sikap dasar seperti mudah menerima keadaan, terus-menerus bekerja, dan mempunyai kemandirian yang tinggi dengan mengandalkan kemampuan dan penilaian. Maksudnya, orang yang memiliki sikap ini selalu berusaha menjadi yang terbaik dengan segala kemampuan yang dimilikinya.
2)             Percaya diri
Percaya diri adalah sikap tidak tergantung pada orang lain, tegas dan konstan (tidak berubah-ubah), cepat menentukan sikap, mengambil keputusan disertai dengan perhitungan yang matang, dan memiliki sifat persuatif sehingga memperoleh banyak dukungan. Maksudnya, orang yang bersikap seperti ini tidak mudah terpengaruh dengan orang lain, namun selalu melakukan sesuatu dengan mempertimbangkan segala sesuatunya.


3)             Rela berkorban
Rela berkorban adalah sikap bersedia mengorbankan dirinya demi memenuhi kebutuhan orang lain atau mendahulukan kepentingan yang lebih umum dari pada kepentingan pribadi demi mewujudkan tujuan yang luhur dan mulia. Maksudnya, sikap seperti ini dimiliki oleh orang yang selalu mementingkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
4)             Sabar
Sabar adalah sikap tidak tergesa-gesa dalam mengambil jalan langkah dalam memecahkan masalah, juga tidak terpengaruh oleh penundaan dan bersedia menaati saat yang tepat untuk menerapkan strateginya. Maksudnya, sikap seperti ini lebih kepada sikap seseorang yang dapat menghadapi suatu keadaan apapun dengan ikhlas serta tanpa berkeluh kesah dalam keadaan apapun dan bagaimanapun.
5)             Sikap idealistik
Sikap idealistik adalah sikap selektif dan berorientasi pada kesempurnaan dan standar tertentu. Maksudnya, sikap ini adalah sikap seseorang yang percaya pada tujuan apa yang bisa memberi manfaat untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik.
6)             Tepat janji
Tepat janji artinya konsisten dengan sikap yang dipilih baik pemikiran maupun kesepakatan yang dibuat bersama orang lain. Bila suatu saat ia melakukan ingkar janji, akan sangat merasa bersalah dan mengeluh. Maksudnya, sikap ini adalah sikap seseorang yang selalu memegang teguh suatu prinsip atau pendirian dari segala hal yang telah di tentukan.  
7)             Inovatif
Inovatif adalah sikap yang memiliki kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang benar dan selalu mencoba sesuatu yang baru atau perubahan. Maksudnya, orang yang memiliki sikap ini mendayagunakan kemampuan dan keahlian untuk menghasilkan karya baru.
Sedangkan kepribadian inferior adalah kepribadian individu yang cenderung tidak diharapkan kehadirannya kerena sifat jeleknya yang berpeluang besar merugikan diri sendiri dan orang lain.
Ciri kepribadian inferior dapat diuraikan sebagai berikut:
1)             Depresi
Depresi merupakan salah satu bentuk yang menyebabkan emosi tergantung keseimbangannya sehingga yang bersangkutan cepat marah. Individu yang depresi sulit menggunakan akal sehatnya. Orang depresi cenderung tidak bergairah sehingga penampilannya menunjukkan ekspresi kesedihan (murung, cepat marah, dan mudah tersinggung) yang berakibat enggan berinteraksi dengan orang lain.
2)             Suka pamer atau sombong
Suka pamer merupakan sikap suka memperlihatkan atau menunjukkan sesuatu pada orang lain, baik keahlian, kepandaian, ataupun kepemilikan yang sebenarnya hal tersebut tidak dibutuhkan atau diminta oleh orang lain.

3)             Tidak disiplin
Tidak disiplin merupakan perilaku yang cenderung tidak mengetahui aturan main yang ditetapkan bersama serta mempunyai tujuan untuk memperoleh sesuatu yang mengunutungkannya.
4)             Pelupa
Ciri kepribadian pelupa berkaitan erat dengan lupanya individu terhadap hal yang dapat disebabkan oleh terlalu banyaknya jadual acara maupun kurang disiplin dalam mencatat agenda tersebut.
5)             Sulit membuat keputusan
Sulit membuat keputusan merupakan sikap individu yang sulit membuat keputusan apa saja atau yang membutuhkan waktu untuk membuat keputusan yang sempurna.
6)             Tak acuh
Tak acuh adalah sikap kurang peduli terhadap hal-hal disekitarnya dan cenderung sibuk dengan dirinya sendiri.
7)             Bersikap negatif
Bersikap negatif yaitu sikap yang cenderung hanya melihat sisi buruk atau kelemahan dari situasi dan kondisi tertentu. Biasanya timbul hanya untuk menutupi kekurangan yang justru dimilikinya. Sikap ini dapat terbentuk karena terus-menerus kecewa.



8)             Tidak konsisten
Tidak konsisten merupakan refleksi dari tidak adanya kepercayaan diri, tidak adanya moral kejujuran, maupun kerena mudah dipengaruhi oleh orang lain.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian seseorang terbagi atas dua kelompok, yaitu 1) kepribadian superior yaitu kepribadian seseorang yang bisa dikatakan bentuk-bentuk kepribadian yang berorientasi pada perbaikan-perbaikan kualitas kehidupan dan 2) kepribadian inferior yaitu kepribadian seseorang yang bisa dikatakan jelek dan berpeluang besar merugikan diri sendiri dan orang lain.
Adakalanya juga karakter tokoh dalam drama digambarkan pengarang melalui pemberian nama. Dalam kehidupan nyata, nama seseorang memang tidak identik dengan sifat dan perilaku orang tersebut. Tapi dalam dunia fiksi, kita bisa memberikan nama-nama tertentu untuk memberikan kesan karakter yang berbeda-beda. Pemberian nama tokoh juga hendaknya disesuaikan dengan setting cerita atau karakter etnis dari tokoh tersebut.
Karakter tokoh ialah watak, tabiat, perilaku yang dimiliki oleh tokoh atau pelaku dalam cerita. Sifat atau kebiasaan serta watak cerita yang ditampilkan oleh pengarang bermacam-macam coraknya. Karakter merupakan realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).
Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap tuhan yang Maha Esa, terhadap dirinya sendiri, sesama, lingkungan, bangsa, dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi, dan motivasinya (perasaannya).     Berarti karakter tokoh merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain dan biasanya akan terlihat lewat sikap, tingkah laku, maupun kebiasaan tokoh.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku). Karakter tokoh juga merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain dan biasanya akan terlihat lewat sikap, tingkah laku, maupun kebiasaan tokoh.

2.3     Pengertian Tokoh
Tokoh merupakan sosok atau pribadi yang memerankan berbagai karakter yang dilakonkan dalam cerita. Melalui kehadiran tokohlah, karakter tersebut akan dapat disampaikan dengan baik kepada penonton. Selain itu, tokoh juga yang memiliki peran sebagai penyampai pesan dalam drama kepada penonton lewat adegan-adegan yang diperankannya melalui karakter yang telah dibebankan kepadanya. Dengan kata lain, tokohlah yang menjadi pelaku cerita. Sedangkan, karakteristik merujuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita.
Tokoh-tokoh yang ada dalam karya sastra kebanyakan berupa manusia, atau makhluk lain yang mempunyai sifat seperti manusia. Artinya, tokoh cerita itu haruslah hidup secara wajar dan mempunyai unsur pikiran atau perasaan yang dapat membentuk tokoh-tokoh fiktif secara meyakinkan sehingga penonton merasa seolah-olah berhadapan dengan manusia sebenarnya.
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Aminuddin (2002:79), bahwa ”Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita”. Dapat dipahami bahwa tokoh merupakan orang yang memiliki peran penting untuk melakonkan berbagai rentetan peristiwa dalam cerita sehingga cerita tersebut memiliki satu kesatuan cerita yang utuh dan dapat dinikmati oleh penonton.
Sama halnya dengan Nurgiyantoro (2012:165), ia juga menyatakan bahwa ”Istilah tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita”. Maksudnya jelas bahwa tokoh tersebut merupakan orang yang menjadi pelaku dalam cerita, yang memerankan setiap lakon dalam cerita.
Lalu, Sayuti (dalam Wiyatmi, 2009:30) yang mengatakan bahwa ”Tokoh merupakan pelaku rekaan dalam sebuah cerita fiktif yang memiliki sifat manusia alamiah, dalam arti bahwa tokoh-tokoh itu memiliki kehidupan” atau berciri hidup” tokoh yang memiliki derajat lifelikeness kesepertihidupan”. Maksudnya, tokoh tersebut merupakan pelakon dalam sebuah cerita fiktif, ia juga harus melakonkan karakter yang sama dengan tokoh dalam cerita. Hal ini dikarenakan karya fiksi merupakan hasil karya imajinatif atau rekaan, maka penggambaran watak tokoh cerita pun merupakan sesuatu yang artifisial, yakni merupakan hasil rekaan dari pengarangnya yang dihidupkan dan dikendalikan sendiri oleh pengarangnya. Pengarang tidak serta merta menciptakan dunia di luar logika para penonton. Artinya pengarang memakai nama latar, peristiwa dan tokoh seperti keberadaannya di dunia nyata. Penciptaan tokoh oleh pengarang haruslah yang benar-benar seperti manusia.
Menurut Wiyatmi (2009:30), ia menyatakan bahwa ”Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi”. Maksudnya jelas bahwa tokoh merupakan pelaku atau pelakon sebuah cerita.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa cerita yang menjadi pelaku dalam sebuah karya fiksi yang mempunyai watak dan perilaku tertentu.

2.4     Jenis-jenis Tokoh
          Ketika menonton sebuah drama, kita akan dihadapkan pada sejumlah tokoh yang dihadirkan didalamnya. Tokoh-tokoh tersebut memiliki peranan yang tidak sama. Setiap tokoh dalam cerita memiliki fungsi dan peranan masing-masing yang menjadikannya sebagai tokoh yang melakonkan setiap adegan dalam cerita. Peranan masing-masing tokoh tersebut tidak sama dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita.
   Menurut Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa ”Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan, yaitu berdasarkan peranan/tingkat pentingnya tokoh dalam cerita, berdasarkan fungsi penampilan tokoh dalam cerita, berdasarkan perwatakannya dalam cerita, berdasarkan berkembang tidaknya perwatakan tokoh cerita, dan berdasarkan pencerminan tokoh cerita terhadap kehidupan nyata”.
          2.4.1 Berdasarkan peranan/tingkat pentingnya tokoh dalam cerita
1)    Tokoh Utama
Menurut Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa ”Tokoh utama merupakan tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus, sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita”. Maksudnya, tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam sebuah cerita. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh ini juga selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lainnya.
2)    Tokoh Tambahan
Menurut Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa ”Tokoh tambahan merupakan tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita dan itupun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek”. Maksudnya, tokoh tambahan hanyalah sebagai tokoh yang melengkapi cerita, ia tidak terlalu dipentingkan dan kehadirannya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.4.2 Berdasarkan fungsi penampilan tokoh dalam cerita
1)    Tokoh Protagonis
Menurut Nurgiyantoro (2012:178), ia menyatakan bahwa ”Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya disebut hero. Ia merupakan tokoh penjawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita”. Maksudnya, tokoh protaganis selalu menjadi tokoh yang sentral dalam cerita. Ia bahkan menjadi pusat sorotan dalam kisahan. Tokoh protagonis dapat ditentukan dengan memperhatikan hubungan antartokoh, protagonis berhubungan dengan tokoh-tokoh yang lain, sedangkan tokoh-tokoh itu sendiri tidak semua berhubungan satu dengan yang lain.
2)    Tokoh Antagonis
          Menurut Nurgiyantoro (2012:179), ia menyatakan bahwa ”Tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan konflik atau sering disebut sebagai tokoh jahat”. Maksudnya, tokoh ini juga mungkin diberi simpati oleh pembaca jika dipandang dari kaca mata si penjahat itu sehingga memperoleh banyak kesempatan untuk menyampaikan visinya, walaupun secara vaktual dibenci oleh masyarakat. Tokoh antagonis merupakan tokoh penentang utama dari protagonis.
2.4.3 Berdasarkan perwatakannya dalam cerita
1)    Tokoh Sederhana
Menurut Nurgiyantoro (2012:181), ia menyatakan bahwa ”Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu atau sifat watak yang tertentu saja”. Maksudnya, tokoh ini adalah tokoh yang tidak memiliki sifat atau tingkah laku yang dapat memberikan efek kejutan bagi penonton. Sifat dan tingkah lakunya bersifat monoton, datar dan hanya mencerminkan suatu watak tertentu. Meskipun tokoh sederhana bisa melalukan berbagai tindakan, namun semua tindakannya itu akan dapat dikembalikan pada perwatakan yang dimiliki dan yang telah diformulakan itu. Sehingga penonton dengan mudah dapat memahami watak dan tingkah laku tokoh ini, hal ini dikarenakan ia mudah dikenal dan familiar.
2)    Tokoh Bulat
Menurut Nurgiyantoro (2012:183), ia menyatakan bahwa ”Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya”. Maksudnya, tokoh bulat merupakan tokoh yang memiliki watak tertentu dan ia pun dapat menampilkan watak dan tingkah laku yang bermacam-macam, bahkan mungkin bertentangan dan sulit ditebak. Tokoh ini juga sering memberikan kejutan, karena ia memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan.
2.4.4 Berdasarkan berkembang tidaknya perwatakan tokoh cerita
1)    Tokoh Statis
Menurut Nurgiyantoro (2012:188), ia menyatakan bahwa ”Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi”. Maksudnya, tokoh ini tampak seperti kurang terlibat dan tidak terpengaruh oleh adanya perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi karena adanya hubungan antarmanusia. Tokoh ini memiliki sikap dan watak yang relatif tetap, tidak berkembang sejak awal sampai akhir cerita.
2)    Tokoh Berkembang
Menurut Nurgiyantoro (2012:188), ia menyatakan bahwa ”Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan peristiwa dan plot yang dikisahkan”. Maksudnya, tokoh ini secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya yang dapat mempengaruhi sikap, watak dan tingkah lakunya. Sikap dan watak tokoh ini mengalami perkembangan dari awal, tengah dan akhir cerita sesuai dengan tuntutan koherensi cerita secara keseluruhan.
2.4.5 Berdasarkan pencerminan tokoh cerita terhadap kehidupan nyata
1)    Tokoh Tipikal
Menurut Nurgiyantoro (2012:190), ia menyatakan bahwa ”Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya”. Maksudnya, tokoh tipikal merupakan penggambaran, pencerminan atau penunjukan terhadap orang atau sekelompok orang yang terikat dalam suatu lembaga yang ada di dunia nyata.
2)    Tokoh Netral
Menurut Nurgiyantoro (2012:191), ia menyatakan bahwa ”Tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri”. Maksudnya, tokoh ini merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi, ia hadir dan dihadirkan semata-mata demi cerita atau bahkan dialah yang mempunyai cerita, pelaku cerita dan yang diceritakan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tokoh-tokoh karya fiksi, misalnya drama memiliki posisi masing-masing dan dengan berbagai karakter yang berbeda-beda, yang keseluruhannya itu dapat mendukung terwujudnya jalan cerita yang baik dan enak dinikmati oleh penonton.

2.5     Peran Tokoh Utama dalam Sinetron
Tokoh utama merupakan tokoh yang mendominasi jalannya cerita. Ia merupakan tokoh yang selalu dikaitkan keberadaannya dengan tokoh lain. Bahkan, pembicaraan tentangnya selalu dikait-kaitkan dalam setiap peristiwa yang terdapat disepanjang jalannya cerita.
Menurut Nurgiyantoro (2012:176), ia menyatakan bahwa ”Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalan cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian”. Maksudnya jelas bahwa tokoh utama merupakan tokoh yang selalu diceritakan dalam setiap urutan kejadian dalam cerita tersebut, baik itu dia sebagai pelaku kejadian maupun sebagai orang yang dikenai kejadian.
Begitu juga pendapat yang sama tentang tokoh utama dari Aminuddin (2002:80), yang menyatakan bahwa ”Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya. Selain itu lewat judul cerita juga dapat diketahui tokoh utamanya”. Maksudnya, tokoh utama tersebut merupakan tokoh yang sering diperbincangkan oleh pengarang cerita tersebut, bahkan melalui judul cerita saja dapat diketahui bagaimana karakter tokoh utamanya. Sehingga penonton dapat menentukan tokoh utama dengan jalan melihat keseringan pemunculannya dalam suatu cerita. Selain lewat memahami peranan dan keseringan pemunculannya, dalam menentukan tokoh utama dapat juga melalui petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya.
Berdasarkan kedua pendapat pakar di atas tentang tokoh utama, maka dapat dipahami bahwa tokoh utama memiliki peran sebagai tokoh yang sangat menentukan perkembangan alur atau plot cerita tersebut, karena dengan tokoh utamalah keberlangsungan cerita dapat dijalin dengan baik.

2.6     Pengertian Sinetron
Sinetron merupakan sebuah ungkapan yang tidak asing di telinga. Bahkan, anak kecil pun sudah dapat mengetahui mana yang dikatakan dengan sinetron. Sinetron yang sering ditayangkan di stasiun televisi memuat berbagai kisah kehidupan manusia yang dilakonkan oleh tokoh-tokoh tertentu dengan karakter yang dituntut dalam adegan-adegan cerita tersebut.
Dalam Depdiknas (2006:62), dijelaskan bahwa ”Secara etimologi bahasa sinetron merupakan kepanjangan dari sinema elektronik yang berarti sebuah karya cipta seni budaya, dan media komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarkan sinematografi dengan direkam pada pita video melalui proses elektronik, lalu ditayangkan melalui stasiun televisi. Maksudnya, sinetron merupakan bentuk kesenian sekaligus media hiburan massa dalam bentuk visual. Medium visual menyampaikan ide secara denotatif, yaitu langsung memperlihatkan benda kongkritnya. Berbeda dengan radio atau surat kabar yang menggunakan kata, yang untuk memahaminya harus melalui proses interpretasi, pesan di sini hanya dapat diinterpretasikan sesuai dengan maksud komunikator.
Lalu, menurut Wiyatmi (2009:1), ia menyatakan bahwa ”Sebagai media komunikasi massa, sinetron merupakan sebuah pesan yang dikomunikasikan kepada khalayak luas atau kepada sejumlah besar orang. Secara garis besar para ahli memetakan dua sisi relasi antara media dengan masyarakat, sisi pertama fokus perhatiannya pada teori yang berkaitan dengan relasi media-masyarakat, perhatian terhadap cara media digunakan di masyarakat dan pengaruh timbal balik yang lebih besar antara struktur sosial dan media. Pada sisi yang kedua fokus perhatiannya pada relasi media-audience dengan memberi penekanan pada pengaruh kelompok dan individu serta hasil dari transaksi media”. Maksudnya juga jelas bahwa sinetron merupakan media menyampai pesan kepada khalayak ramai.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sinetron merupakan rangkaian cerita yang terjalin sesuai dengan problematika-problematika kehidupan yang menggambarkan perbuatan manusia yang universal ke dalam satu pencerminan atau pengggambaran mengenai suatu kenyataan dalam dunia nyata.

2.7     Jenis-jenis Sinetron
Sinetron yang sering ditayangkan di stasiun televisi sekarang memiliki berbagai jenis tersendiri. Dari kesekian jenis tersebut membuat sinetron menjadi pilihan tontonan yang digandrungi oleh berbagai kalangan penikmat drama dan penonton. Selain itu, seiring dengan perkembangan zaman, pengaruh sinetron dapat dirasakan cukup mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh jika kita tertinggal satu episode akan merasa ada sesuatu yang hilang dan tidak jarang pula pertengkaran dalam melihat sinetron antaranggota keluarga sering terjadi. Hal ini menunjukkan sinetron memiliki banyak penggemar, khususnya di Indonesia. Atas dasar tersebutlah, bebagai jenis sinetron terus bermunculan di stasiun televise.
Lebih lanjutnya, menurut Labib (dalam wikipedia), ia menyatakan bahwa ada beberapa jenis sinetron yang dikenal, antara lain :
1)             Sinetron Seri, yaitu sinetron yang memiliki banyak episode tetapi masing-masing episode tidak memiliki hubungan sebab akibat. Maksudnya, sinetron jenis ini merupakan sinetron yang mempunyai banyak episode, namun setiap episode dalam sinetron tidak memiliki keterkaitan antara episode yang satu dengan episode yang lain.
2)             Sinetron Serial, kebalikan dengan sinetron seri, sinetron serial memiliki sebab akibat dalam tiap episodenya. Maksudnya, sinetron yang dibagun atas banyak episode dan tiap episode memiliki tererikatan antara satu episode dengan episode yang lain.
3)             Sinetron Mini Seri, yaitu sinetron yang memiliki durasi lebih pendek dan langsung selesai. Maksudnya, sinetron jenis ini memiliki jalan cerita yang lebih singkat dan dapat selesai hanya dengan dengan durasi waktu yang lebih singkat.
4)             Sinetron Lepas, yaitu sinetron yang terdiri dari satu episode yang jalan ceritanya sudah langsung selesai. Maksudnya, sinetron ini hanya memiliki satu episode saja dan dalam satu episode tersebut, sinetron jenis ini dapat menceritakan keseluruhan cerita hingga usai.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa sinetron yang ditayangkan di stasiun televisi bukan hanya memiliki satu jenis saja. Namun, dengan beberapa jenis tersebut membuat sinetron yang dijadikan media hiburan dan media menyampai pesan yang sarat makna kepada penonton, memiliki keunikan tersendiri.

2.8     Sinetron Bagian dari Drama
Ketika menonton sebuah film atau sinetron, maka kita akan dihadapkan pada kejadian atau peristiwa yang bermunculan dalam sinetron tersebut. Jika diperhatikan dengan seksama maka sinetron yang ditonton tersebut sama dengan kejadian atau peristiwa yang ada dalam dunia nyata, yaitu peristiwa dalam keseharian dalam hidup bermasyarakat.
Pada dasarnya, sinetron adalah bagian dari drama atau disebut juga drama modern. Maksudnya, sinetron menyajikan kehidupan yang dibuat seolah-olah benar-benar nyata. Perbedaan antara sinetron dan drama hanya terletak pada latar cerita. Latar cerita sebuah drama adalah pentas atau panggung, sedangkan latar cerita sinetron adalah tempat yang senyatanya.
Jadi, sebuah tiruan kejadian atau peristiwa hidup manusia yang disajikan atau dilakonkan di atas pentas dapat dikatakan sebagai sebuah drama. Sedangkan sinetron merupakan urutan kejadian tentang gambaran peristiwa hidup manusia yang diadegankan dalam lingkungan tempat yang senyatanya dan dapat dilihat dengan gamblang oleh penonton.
         
2.9     Sinopsis Sinetron Tukang Bubur Naik Haji
Cerita keseluruhan Tukang Bubur Naik Haji seperti menonton kehidupan masyarakat sehari-hari, yang didalamnya termasuk perilaku kita sendiri. Kita yang seolah-olah seorang dermawan sejati, padahal sebenarnya kita sangat mengharapkan pujian orang. Sebenarnya ada kecenderungan kita ingin pamer. Bagaimana kita selalu berpenampilan suci, padahal apa yang kita lakukan seringkali keji. Bahkan kepada orang yang pernah menolong kita sekalipun. Kepalsuan-kepalsuan yang hanya kita sendiri yang tahu, selalu membuat kita tersenyum jengah. Kesemuanya disajikan secara manis dan lucu dalam serial ini.
Ada tokoh Bang Sulam (Mat Solar), yang penyabar, selalu tersenyum, ia memiliki usaha bubur ayam. Berkat ketekunan dan keikhlasannya, akhirnya ia bisa naik haji dan memperbesar usaha bubur ayamnya. Bang Sulam tinggal bersama Rodiah (Uci Bing Slamet) istrinya, dan Emak (Nani Wijaya). Tetangga Bang Sulam, H. Muhidin (Latief Sitepu) dan Hj. Maemunah (Shinta Muin), entah mengapa selalu memusuhi keluarganya. Bahkan anak mereka, Rumanah (Citra Kirana) dilarang berhubungan dengan Robby (Andi Arsyil), adik ipar Bang Sulam. Fitnah-fitnah tentang keluarga Bang Sulam pun berdatangan. Bagaimanakah keluarga Bang Sulam menyikapi segala nikmat dan cobaan yang ia dan keluarga hadapi sehari-hari? Semoga acara ini bisa menjadi cermin bagi kita pemirsa untuk berkaca dan berbenah diri.












BAB III
METODE PENELITIAN
3.1     Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Hasil penelitian yang diharapkan setelah pengumpulan data dijabarkan dalam bentuk penjelasan dan paparan agar pembaca mengerti tentang permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Penelitian dengan pendekatan kualitatif dimaksudkan agar menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari sinetron yang diamati, artinya data yang dianalisis di dalamnya berbentuk deskriptif dan tidak berupa angka-angka seperti halnya pada penelitian kuantitatif.
Seperti yang dikemukakan oleh Kutha Ratna (2009:47), bahwa Pendekatan kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah yaitu data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya. Objek penelitian bukan gejala sosial sebagai bentuk substantif melainkan makna-makna yang terkandung dibalik tindakan yang justru mendorong timbulnya gejala sosial tersebut. Dalam hubungan inilah pendekatan kualitatif dianggap sama dengan pemahaman. Sesuai dengan namanya, pendekatan ini mempertahankan nilai-nilai sehingga pendekatan ini dipertentangkan dengan pendekatan kualitatif yang berarti bebas nilai”.
29
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah hermeneutik. Penggunaan jenis ini dianggap tepat karena peneliti mengungkapkan karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI. Hal ini sesuai dengan pernyataan Endraswara (2003:157), bahwa ”Studi sastra mengenal hermeneutik sebagai tafsir sastra.  Hermeneutik merupakan sebuah paradigma yang berusaha menafsirkan teks atas dasar logika linguistik, yang akan dapat membuat penjelasan teks sastra dan pemahaman makna dengan menggunakan makna kata dan selanjutnya makna bahasa. Makna kata lebih berhubungan dengan konsep semantik teks sastra dan makna bahasa lebih bersifat kultural. Makna kata akan membantu pemahaman makna bahasa. Oleh karena itu, dari kata-kata akan tercermin makna kultural teks sastra.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa hermeneutik merupakan jenis penelitian yang dapat mengungkapkan makna dibalik karya sastra tersebut dan memberikan penafsiran terhadap teks sastra melalui cerminan bahasa yang digunakan sebagai sarana dalam mewujudkan pemahaman makna dalam teks sastra tersebut. Melalui penelitian hermeneutik ini, berusaha mengungkapkan karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI.

3.2     Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah kata, kalimat dan dialog-dialog yang menunjukkan karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI. Sedangkan sumber data penelitian adalah video berupa sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2.

3.3     Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)             Peneliti mencari video yang berisi sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2.
2)             Peneliti memutar video tersebut, lalu menontonnya berulang-ulang.
3)             Peneliti menulis dialog-dialog antartokoh dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2 yang telah ditonton menjadi teks dialog seperti naskah drama.
4)             Peneliti mengelompokkan data-data berupa dialog yang mencerminkan karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu episode 1 dan 2.
5)             Peneliti mencatat dialog-dialog yang mencerminkan karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI,  yaitu episode 1 dan 2.
6)             Selanjutnya, peneliti menguraikan data-data tersebut, lalu menganalisis karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI,  yaitu episode 1 dan 2 tersebut.

3.4     Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis secara kualitatif yaitu menganalisis karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” Tayangan RCTI. Hal ini sejalan dengan penjelasan Sugiono (2009 : 337), ia menyatakan bahwaAnalisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Data tersebut dianalisis dengan menggunakan teori Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (Sugiono 2009 : 337), mengemukakan bahwa ”Aktifitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu mereduksi data, menyajikan data dan menyimpulkan data.
          Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data adalah mengolah data menurut jenisnya, menganalisis karakter tokoh utama dan menyimpulkan.
1)             Mereduksi data
Tahap mereduksi data mulai dilakukan melalui proses penyeleksian, identifikasi dan pengklasifikasian. Penyeleksian dan pengidentifikasian merupakan kegiatan untuk menyeleksi dan mengidentifikasi data-data pada kategori karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI. Tahap pengklasifikasian merupakan proses yang dilakukan untuk mengklasifikasikan data, memilih data dan mengelompokkan data.
2)             Menyajikan Data
Menyajikan Data merupakan kegiatan pengelompokkan data melalui tahap reduksi data pada kategori karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI.
3)             Menarik Simpulan
Menarik simpulan dilakukan setelah mengikuti dua tahap. Simpulan ditarik setelah data disusun dan diperiksa kembali. Selanjutnya, didiskusikan dengan pembimbing. Setelah proses ini dilalui, hasil akhir penelitian analisis karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, disajikan dalam bentuk laporan penelitian.

3.5     Pengecekan Keabsahan Data
          Pemeriksaan terhadap keabsahan data merupakan salah satu bagian yang penting di dalam penelitian kualitatif, yaitu untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Apabila peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat dan menggunakan teknik yang tepat, maka akan diperoleh hasil penelitian yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai segi.
          Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan teknik triangulasi dan uraian rinci. Moleong (2010: 330), menjelaskan bahwa ”Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Di mana dengan triangulasi peneliti dapat me-recheck hasil temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode atau teori”.
          Sedangkan ”Teknik uraian rinci merupakan teknik yang menuntut peneliti untuk menguraikan secara khusus sekali segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar ia dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh. Temuan itu tentunya bukan bagian dari uraian rinci melainkan penafsiran yang dilakukan dalam bentuk uraian rinci berdasarkan data yang diperoleh(Moleong, 2010: 337).
          Maka, jelas bahwa melalui triangulasi dan uraian rincilah keabsahan data tentang karakter tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI dapat dibuktikan keabsahan datanya.




















BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1     Hasil Penelitian
          Adapun hasil penelitian tentang karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, pada episode 1 dan episode 2, yaitu berupa karakter H. Sulam dan H. Muhidin. Berdasarkan hasil penelitian dalam sinetron tersebut, terdapat beberapa karakter tokoh utama. Maka penulis menjabarkan data tentang karakter tokoh utama tersebut, sebagai berikut:
1)             Karakter Tokoh H. Sulam
Berikut kutipan data yang menggambarkan karakter tokoh H. Sulam:
(1)          Sopan Santun
Data 1
H. Sulam                  :Terima kasih sudah datang. Eh, H. Muhidin datang,  gak?
Kawan H. Muhidin :Maaf Pak H.
                                  Kebetulan Pak H. Muhidin lagi ada halangan.
                                 (konteks data : episode 1)

Data 2
Hansip Malih           :Ngomong-ngomong ditahannya di mana bang H.
H. Sulam                  :Ditahan? Siapa yang ditahan?
Hansip Malih           :Lo, bukannya Si Robby tersangkut kasus narkoba?
H. Sulam                  :Lo serius ni? Siapa yang ngomong?
Hansip Malih          :Waduh, ane juga kagak tau dah. Beritanya udah seantar di mana-mana.
H. Sulam                 :Siapa yang ngomong? Lo dengar dari siapa?
                                 (konteks data : episode 1)

Data 3
Pak Ustad Zakaria   :Silahkan Bang H. Sulam.
H. Sulam                  :Assalamualaikum wr.wb.
35
Mohon maaf sebelumnya, saya hanya ingin mengajukan pertanyaan langsung kepada Bapak H. Muhidin. Mengapa setiap kali beliau bertanya, selalu melirik kearah saya. Apakah ada yang salah dengan saya atau memang pertanyaan itu ditujukan langsung kepada saya atau memang Bapak H. menyindir kepada saya?
                                    (konteks data : episode 2)

Data 4
H. Sulam                  :Siang, Pak. Ada apa ya?
                                   Silahkan duduk dulu, ya. Silahkan!
                                   (konteks data : episode 2)

(2)          Inovatif
Data 5
Hj. Rodhiyah         :Emang Si Robby mau disuruh ngapain sih, bang?
H. Sulam                :Enggak, gue pikir-pikir ni benar juga ide mak. Gue harus mikir buka cabang lagi.
                                 (konteks data : episode 1)

(3)          Peduli Sesama
Data 6
Hj. Rodhiyah         :Mang Ojo, udah malam. Istirahat aja dulu.
H. Sulam                :Ya udah Mang Ojo, istirahat napa! Ya!
Mang Ojo               :Iya H.
                                 (konteks data : episode 1)

Data 7
H. Sulam                :Adik lo Si Robby belum nelpon lagi tu, hah? Udah hampir sepuluh hari ni dia belum nelpon.
Hj. Rodhiyah         :Terakhir sih dia bilang mau ke Pedalaman, bang. Mungkin gak ada sinyal kali di sana.
                                 (konteks data : episode 1)

Data 8
H. Sulam                :Kepedalaman?
                                           Pamit ke gue katanya mau ke Papua, kenapa pakek ke dalam-dalam sih. Eh, kata orang ni daerah situ masih rawan. Kalau kita mau ke Pedalaman, naik perahu kecil dan itu kalinya banyak buaya. Kalau adik lo dicatut buaya, ridho lo, ridho?
Hj. Rodhiyah         :Emang Si Robby mau disuruh ngapain sih, bang?
                                 (konteks data : episode 1)

Data 9
Hj. Rodhiyah         :Kalo gak ketanganan gimana? Kan entar bisa ancur.
H. Sulam                :Nah ntu dia, justru gue mau kasih kerja ke Robby.
                                 (konteks data : episode 1)
(4)          Bijaksana
Data 10
Hj. Rodhiyah         :Robby mau disuruh jadi tukang bubur, ya benar aja dong   bang? Bang, dia itu kan calon Sarjana Teknik.
H. Sulam                :Iya gue tau, masak sarjana gue suruh dorong gerobak sih. Ni, kalau ada dia, kan gue bisa tukar pikiran. Robby itu pengetahuannya luas. Nah, gak kek gue. kagak bakal naik tender.
                                 (konteks data : episode 1)

Data 11
Emak Haji              :Ni mobil tiap hari dielus-elus aja. Piknik kek sekali-kali, ke Siyantar kek. Biar kaki gue ni bisa berendam, ya.
H. Sulam                 :Beres mak, tapi benar juga tu kata emak. Kenapa kita sekarang jadi dibudakin sama harta ya? Tiap hari ngurusin orang makan.
                                 (konteks data : episode 1)

(5)     Percaya Diri
Data 12
Hansip Malih         :Justru ane kesini ni bang H. mau cek and ricek ke bang H.
H. Sulam                :Eh Lih, lo dengar ni ye. Adik gue Si Robby sekarang lagi ada di Papua. Lagi bikin menara buat hendpon. Enak aja lo kalo ngomong, ditahan-ditahan-ditahan. Jidat lo yang ditahan? Ya udah deh, sono!
                                 (konteks data : episode 1)

Data 13
Hj. Rodhiyah           :Ada apa lagi sih, Bang?
H. Sulam                  :H. Muhidin, emang mau ngejatuhin gue di depan jamaah keknya. Emang dia tu, sumber gosipnya.
                                   (konteks data : episode 2)

Data 14
Hj. Rodhiyah           :Ya Bang lawan dong.
H. Sulam                  :Emang gue lawan. Kalo gue gak lawan, makin kurang ajar dia.
                                   (konteks data : episode 2)




(6)     Sabar
Data 15
Hj. Rodhiyah           :Apa yang salah dari kita, Bang? Ada aja fitnah yang menimpa kita.
H. Sulam                  :Ya mana gue tau, Roh. Mungkin tu ujian dari Allah atau apa kali.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 16
Emak Haji                :Eh, eh, Kenapa muka lo, kayak ayam ketelan kapur. Kenapa? Soal sumbangan lagi?
H. Sulam                  :Soal Si Robby, makin panjang aja, dah. Lagian juga tu anak. Ah, udah ah, gak usah diomongin dah.
                                    (konteks data : episode 2)

(7)          Disiplin
Data 17
Mang Ojo                 :Atuh jangan menyerah begitu Buk Hj. Kalo Si Robby emang lagi kerja, ya kita harus lawan.
H. Sulam                  :Nah, tu dia masalahnya Mang Ojo, Si Robby tu udah sebulan kagak nelpon gue, gue kan kagak tau, apa dia bekerja atau kagak atau gimana.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 18
Hj. Rodhiyah           :Jadi, Abang juga nuduh Si Robby ditahan polisi, gitu Bang? Abang tega.
H. Sulam                  :Gak Roh, gak. Cuma gue kesal aja sama Si Robby. Katanya anak sekolahan, harusnya dia kan mikir, ni keluarganya disini mikirin dia, nunggu berita dari dia. Dia selamat atau gimana kan kita kagak tau. Ni kagak, kek kebo dungkul. Nelpon kagak, apa kagak. Orang jual pulsa disana kan banyak, tinggal sepuluh ribu apa dia kagak ikhlas.
                                    (konteks data : episode 2)

(8)          Humoris
Data 19
Emak Haji                :Kenapa Roh, sakit? Lam, Lam. Bawa aja ni dia ni ke puskesmas. Ni, Mak kalo kepala ni senut-senut ni, Mak di sono. Dokternya baik, ganteng lagi. Bawa aja deh sono!
H. Sulam                  :Bukan kepalanya yang sakit, ni hatinya. Hatinya lagi sakit.
Emak Haji                :Astagfirullahalazim, lo. Lefer tu lefer, bahaya.
H. Sulam                  :Ya udah tenang, entar Sulam bawa ke UGD.
                                   (konteks data : episode 2)


(9)          Konsisten
Data 20
H. Muhidin              :Ah, itu kan perasaan adik Sulam saja. Pertanyaan saya, pertanyaan umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir, itu terserah Anda sendiri. Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau tidak ada luka?
H. Sulam                  :Masalahnya Pak H. isu ini sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si Robby ditangkap polisi dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke Bapak, bahwa satu bulan ini dia gak kelihatan di kampung kita.
                                    (konteks data : episode 2)

(10)      Berjiwa Besar
Data 21
H. Sulam                  :Roh, Roh!
Hj. Rodhiyah           :Apa lagi sih, Bang?
H. Sulam                  :Maafin gue ya, gue keceplosan.
                                              (konteks data : episode 2)

2)             Karakter Tokoh H. Muhidin
Berikut kutipan data yang menggambarkan karakter tokoh H. Muhidin:
(1)          Iri Hati
Data 1
          Rumana                    :Umi kok ngomongnya kek gitu sih? Harusnya kita senang lo liat tetangga maju.
          H. Muhidin              :Iya, kalo majunya usaha kerasnya kita patut senang dan bangga. Tetapi, kalo majunya dengan kebetulan siapa juga bisa maju. Ini yang dapat dari lotrelah, yang dapat dari pengusaha, hadiahlah. Apaan?
          Rumana                    :Gak Abah, di dalam Islam itu gak ada yang namanya kebetulan, semuanya itu pasti udah direncanain sama Allah.
                                    (konteks data : episode 1)
(2)          Sombong/Suka Pamer
Data 2
Warga                       :Kok gak ikut syukuran di rumahnya pak H. Sulam?
H. Muhidin              :Iya ni, baru dari bandara jemput anak gue.
Warga                       :Oya, yang katanya sekolah di Mesir.
H. Muhidin              :Iya… iya… semata wayang.
                                   (konteks data : episode 1)

Data 3
Hansip Tarmidzi       :Kan Mesir – Jakarta jauh Pak H. tiketnya mahal.emang Pak H. sanggup?
H. Muhidin              :Namanya juga anak semata wayang, ya disanggup-sanggupin dong. Eh, gimana? Katanya mau maju.
                                    (konteks data : episode 1)

Data 4
H. Rasyidi                :Emang hebat Si Rumana tu, dia bisa kuliah di luar negeri”Alazar”, gak gampang tu H. saingannya berat. Paling enggak, dia mesti hafal satu dua juz Alquran berikut tafsirnya.
H. Muhidin              :Urusan itunya H. itu Rumana sendiri. Sama mah, terima bersih aja. Nah, urusan biaya gue deh. Termasuk sama istri gue ni sampai jungkir balik.
                                    (konteks data : episode 1)

(3)          Suka Menyindir
Data 5
H. Rasyidi                :Alhamdulillah, bagus itu. Anak Bapak juga, dia ambil S2. Jurusannya Hukum Syariah di UIN.
H. Muhidin               :Kok bisa cocok sih H. Lantas gimana tugas di DPRnya kagak keganggu?
                                    (konteks data : episode 1)

Data 6
H. Muhidin              :Ye, namanya juga anak Periuk. Tau kan pergaulannya, mesti hati-hati nyari teman, Roh.
Hj. Rodhiyah           :Pak H. Jangan teka-teki begitu deh. Si Robby tu baik-baik aja Pak H. Dia tu lagi kerja, emangnya kenapa sih?
                                    (konteks data : episode 2)

Data 7
H. Muhidin              :Emangnya Si Sulam sudah lancer nyetir mobilnya, kagak perlu Si Robby lagi.
Hj. Rodhiyah           :Demi Allah Pak H. Robby itu lagi kerja di Papua. Kok tega-teganya menyebar fitnah begitu. Robby itu anaknya baik.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 8
Hj. Maemunah         :Ya, alasan apa juga masuk di akal, mau kerja di luar Jawa juga, kenapa gak sekalian bilang aja keja ngikut TKI ke Malaysia. Ya gak.
H. Muhidin              :Tapi malu juga dong, Mi. Namanya kalo ada keluarga yang masuk bui.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 9
Hj. Maemunah         :Orang Cuma nanya doing, dianya aja yang tersinggung.
Rumana                    :Iya Umi, tapi kan kasian istrinya Bang Sulam. Kesini kan dia mau belanja, tapi malah dibikin malu.
H. Muhidin              :Kalo kagak ada asap, kagak ada apinya. Berita itu ada tentu ada sebabnya. Lo jangan terlalu bela dia deh Rum, ah.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 10
Pak Ustad Zakaria   :Silahkan Pak H. Muhidin, tapi jangan panjang-panjang.
H. Muhidin              :Bagaimana hukumnya kalo ada di antara keluarga dekat kita, yang berbuat keji. Misalnya menjadi pengedar narkoba? Bukankah kita telah diperintahkan Allah untuk menjaga keluarga kita. Kuu Anfussakum Waahlikum naaraa. Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Mohon penjelasannya, Pak Ustad.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 11
H. Muhidin              :Ah, itu kan perasaan adik Sulam saja.
                                           Pertanyaan saya, pertanyaan umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir, itu terserah Anda sendiri. Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau tidak ada luka?
H. Sulam                :Masalahnya Pak H. isu ini sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si Robby ditangkap polisi dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke Bapak, bahwa satu bulan ini dia gak kelihatan di kampung kita.
H. Muhidin            :Sebaiknya, kalo emang ada masalah gak usah ditutup-tutupilah. Saya mengutarakan ini, karena kecintaan saya kepada H. Sulam karena kita sama-sama jamaah mesjid ini.
                                 (konteks data : episode 2)

(4)          Mengadu Domba
Data 12
Hansip Tarmidzi            :Hah, ditangkap?
Hj. Maemunah              :Kek kagak tau aja, dia kan anak Periuk, kan tau sendiri bagaimana kelakuan anak Periuk. Bisa-bisa ni dia kelibat sama narkoba. Ini yang bikin gue jadi ngeri banget-banget deh.
H. Muhidin                   :Eh, kalo benar dia sudah satu bulan kagak kelihatan, berarti dia benar ditahan polisi. Ya bagaimana ya, di sini dia dibutuhkan sama Si Sulam tuk nyetir mobilnya. Ya maklum, punya mobil kagak punya nyali untuk nyetir sendiri.
                                      (konteks data : episode 1)

(5)          Angkuh
Data 13
Rumana                         :Bah, kalo apa yang Abah tuduhin itu semua, gak benar. Abah bisa dilaporin ke polisi. Itu sama aja, Abah udah mencemarkan nama baiknya Bang Robby, Bah.
H. Muhidin                   :Silahkan aja, kalo memang Robby kagak ditahan polisi, buktiin dong, bahwa dia itu orang baik. Ini kagak.
                                        (konteks data : episode 2)

Data 14
Hj. Maemunah              :Udah deh Rum, lo gak usah ngebelain dia. Masa depannya aja kagak jelas. Tau gak, kagak jelas. Lagi, lo jangan berharap, Umi bakal ngeredoin lo. Kalo jadi bininya dia. Ingat lo, ya. Maaf, ya.
H. Muhidin                   :Amit-amit, kalo gue sampai jadi mertuanya si anak yang kagak tau sopan santun, tu.
Rumana                         :Ya, Rum kan cuma kasih tau Umi sama Abah aja. Kalo fitnah itu dosa besar.Udah itu aja.
                                        (konteks data : episode 2)


4.2     Pembahasan
          Berdasarkan hasil penelitian tentang karakter tokoh utama yang terdapat dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, pada episode 1 dan episode 2, yaitu berupa karakter H. Sulam, H. Muhidin, Robby dan tokoh Rumana, maka berikut ini penulis akan membahas data-data tentang karakter tokoh utama tersebut, yaitu sebagai berikut:
1)             Karakter Tokoh H. Sulam
Berikut penjelasan kutipan data yang menggambarkan karakter tokoh H. Sulam:
(1)          Sopan Santun
Data 1
H. Sulam                  :Terima kasih sudah datang. Eh, H. Muhidin datang,   gak?
Kawan H. Muhidin :Maaf Pak H.
                                  Kebetulan Pak H. Muhidin lagi ada halangan.
                                 (konteks data : episode 1)
Data 1 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang sopan dan santun, yang terlihat melalui percakapan antara H. Sulam dengan salah seorang kawan H. Muhidin yang menghadiri acara peluncuran armada bubur ayam H. Sulam. Dengan santun ia mengucapkan terima kasih karena sudah berkenan hadir ke acara tersebut kepada salah seorang tamu undangan, yang kebetulan beliau adalah salah satu kawan dekat H. Muhidin. Selain itu ia juga menanyakan, adakah H. Muhidin pun berkenan datang ke acara peluncuran armada bubur ayamnya tersebut. Padahal jelas-jelas H. Muhidin sangat tidak suka melihat kesuksesannya, namun ia dapat memposisikan dirinya sebagai tuan rumah yang haruslah bersikap santun kepada tamu. Dari dialog percakapan tersebut, terlihat jelas bahwa H. Sulam memiliki karakter yang sopan dan santun terhadap tamu undangannya. Bahkan, ia juga tidak lupa menanyakan tentang H. Muhidin, yang merupakan kawan dekat orang tersebut.
Data 2
Hansip Malih           :Ngomong-ngomong ditahannya di mana bang H.
H. Sulam                  :Ditahan? Siapa yang ditahan?
Hansip Malih           :Lo, bukannya Si Robby tersangkut kasus narkoba?
H. Sulam                  :Lo serius ni? Siapa yang ngomong?
Hansip Malih          :Waduh, ane juga kagak tau dah. Beritanya udah seantar di mana-mana.
H. Sulam                 :Siapa yang ngomong? Lo dengar dari siapa?
                                 (konteks data : episode 1)

Data 2 di atas juga menunjukkan karakter kesopansantunan sosok H. Sulam. Dialog percakapan ini terjadi antara H. Sulam dengan seorang hansip kampungnya, yang bernama Malih. Dalam percakapan tersebut, dengan lantang si hansip menyatakan tentang penahanan adik iparnya yang bernama Robby, karena tersandung kasus narkoba. Namun, beberapa kali secara berulang-ulang, ia dengan sopan masih tetap menanyakan kebenarannya dan dari mana si hansip mengetahui akan hal tersebut, yang jelas-jelas dia sebagai abang iparnya saja tidak mengetahuinya. Dari percakapan tersebut jelas terlihat sikap sopan yang dimiliki sosok H. Sulam, meskipun adik iparnya dituduh demikian, namun ia masih bersikap santun tanpa marah-marah kepada si hansip tadi, tapi ia hanya mempertanyakan dari mana si hansip mendapatkan informasi yang tidak baik tentang adik iparnya. Dalam hal ini, ia dapat memposisikan dirinya sebagai tuan rumah yang bersikap santun, meskipun didatangi oleh seseorang dengan membawa kabar yang yang tidak mengenakkan tentang salah satu anggota keluarganya.
Data 3
Pak Ustad Zakaria   :Silahkan Bang H. Sulam.
H. Sulam                  :Assalamualaikum wr.wb.
Mohon maaf sebelumnya, saya hanya ingin mengajukan pertanyaan langsung kepada Bapak H. Muhidin. Mengapa setiap kali beliau bertanya, selalu melirik kearah saya. Apakah ada yang salah dengan saya atau memang pertanyaan itu ditujukan langsung kepada saya atau memang Bapak H. menyindir kepada saya?
                                    (konteks data : episode 2)
Data 3 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang sopan dan santun, yaitu merupakan dialog yang terjadi antara H. Sulam dengan Ustad Zakaria pada saat berlangsungnya tanya jawab setelah usai kajian rutin ketika selesai salat magrib di mesjid. Dalam tuturan yang diucapkan oleh H. Sulam saat akan mengajukan pertanyaan yang tertuju langsung kepada H. Muhidin tersebut, telihat jelas penggambaran karakter sopan santun yang dimiliki oleh H. Sulam. Bahwa, ketika ingin mengutarakan pertanyaan, ia terlebih dahulu mengacungkan tangannya, lalu memulai pertanyaan setelah dipersilahkan oleh Ustad yang memimpin kajian tersebut, serta ia pun tidak lupa mengucapkan salam terlebih dahulu sebelum membuka pembicaraan. Bahkan bukan hanya itu, kata-kata yang dilontarkannya pun memiliki nilai santun yang cukup baik. Seperti salah satunya, ia juga meminta maaf sebelumnya kepada H. Muhidin yang ditujukan pertanyaan tersebut. Hal ini jelas bahwa karakter santun yang dimiliki oleh sosok tukang bubur ini sangatlah baik, dan ia pun dapat memposisikan dirinya dimana ia berada dan sedang berbicara dalam majelis yang bagaimana.
Data 4
H. Sulam                  :Siang, Pak. Ada apa ya?
                                   Silahkan duduk dulu, ya. Silahkan!
                                   (konteks data : episode 2)

Data 4 di atas juga menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang sopan dan santun, yang terlihat lewat tuturan yang dilontarkan oleh H. Sulam. Tuturan tersebut terjadi pada saat warung bubur ayam miliknya didatangi oleh pihak kepolisian. Poda saat itu, tukang bubur yang satu ini sama sekali tidak mengetahui akan maksud kedatangan dari kedua polisi tersebut. Rasa penasaran dan ingin tahulah yang ada dalam batinnya. Namun, meskipun demikian tidak mengurangi sikap santun yang dimilikinya. Ia tetap bersikap selayaknya pemilik warung yang siap melayani kebutuhan pelanggannya. Dengan santai, ia pun melangkah menghampiri kedua polisi tersebut, lalu menyapa mereka, seraya mempersilahkan keduanya duduk. Hal ini jelas memperlihatkan bahwa H. Sulam adalah sosok yang memang memiliki sikap santun yang tinggi terhadap siapapun, meskipun dia dalam keadaan khawatir atau penasaran terhadap apa yang ada dihadapannya. Tapi, tidak akan mengurangi sikap santun yang dimilikinya.
(2)          Inovatif
          Data 5
Hj. Rodhiyah         :Emang Si Robby mau disuruh ngapain sih, bang?
H. Sulam                :Enggak, gue pikir-pikir ni benar juga ide mak. Gue harus mikir buka cabang lagi.
                                          (konteks data : episode 1)
Data 5 di atas mendeskripsikan karakter tokoh H. Sulam yang inovatif. Dialog percakapan tersebut terjadi antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) pada suatu malam di teras rumahnya. Dalam percakapan tersebut, H. Sulam menunjukkan sikap inovatifnya dengan memberikan pernyataan kepada istrinya bahwa ia akan membuka cabang penjualan bubur ayam lagi. Hal ini terlihat jelas, bahwa ia memiliki karakter yang ingin agar terus berkembang dalam usahanya, yaitu usaha penjualan bubur ayam. Padahal usahanya saat itu pun, sudah berkembang. Namun dengan karakter inovatifnya tersebut, ia masih juga ingin mengembangkan usahanya lagi.
(3)          Peduli Sesama
Data 6
Hj. Rodhiyah         :Mang Ojo, udah malam. Istirahat aja dulu.
H. Sulam                :Ya udah Mang Ojo, istirahat napa! Ya!

Mang Ojo               :Iya H.
                                 (konteks data : episode 1)

Data 6 di atas menunjukkan karakter H. Sulam yang peduli kepada sesama. Dialog percakapan ini terjadi antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) dan Mang Ojo yang merupakan salah satu karyawan di warung bubur ayamnya. Dalam percakapan tersebut, Hj. Rodhiyah menyuruh Mang Ojo untuk beristirahat dulu, karena haripun sudah malam. Lalu, dengan lantang H. Sulam pun ikut menyatakan hal yang sama kepada Mang Ojo untuk beristirahat. Dari percakapan tersebut jelas terlihat sikap peduli sesama yang ditunjukkan oleh H. Sulam kepada salah satu karyawannya. Dalam hal ini, ia tidak membedakan antara keluarganya ataupun karyawannya. Semuanya sama saja, setiap orang memiliki batas letih, jadi memiliki kesempatan untuk beristirahat.
Data 7
H. Sulam                :Adik lo Si Robby belum nelpon lagi tu, hah? Udah hampir sepuluh hari ni dia belum nelpon.
Hj. Rodhiyah         :Terakhir sih dia bilang mau ke Pedalaman, bang. Mungkin gak ada sinyal kali di sana.
                                 (konteks data : episode 1)

Data 7 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang peduli sesama, yang ditunjukkan melalui dialog yang terjadi antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) pada suatu malam di teras rumahnya. Dialog tersebut menunjukkan karakter peduli sesama yang ditunjukkan oleh sosok H. Sulam terhadap adik iparnya (Robby). Dalam percakapan dengan istrinya, ia menanyakan apakah adik iparnya itu sudah menelpon lagi atau belum? Selain itu, H. Sulam juga menyatakan bahwa sudah hampir sepuluh hari adik iparnya belum menelpon untuk memberi kabar tentang keadaannya. Hal ini, jelas menunjukkan sikap peduli dan khawatir sosok H. Sulam terhadap adik iparnya (Robby), yang nun jauh disana, yang belum diketahui bagaimana keadaannya karena belum menelpon ke rumah.
Data 8
H. Sulam                :Kepedalaman?
                                           Pamit ke gue katanya mau ke Papua, kenapa pakek ke dalam-dalam sih. Eh, kata orang ni daerah situ masih rawan. Kalau kita mau ke Pedalaman, naik perahu kecil dan itu kalinya banyak buaya. Kalau adik lo dicatut buaya, ridho lo, ridho?
Hj. Rodhiyah         :Emang Si Robby mau disuruh ngapain sih, bang?
                                 (konteks data : episode 1)

Data 8 di atas juga menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang peduli sesama, yang merupakan kelanjutan pembicaraan antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) pada suatu malam di teras rumahnya. Dialog tersebut masih menunjukkan karakter peduli sesama yang dicerminkan oleh H. Sulam untuk adik iparnya (Robby). Dalam percakapan dengan istrinya, jelas terlihat sikap peduli dan cemas yang dimiliki oleh H. Sulam terhadap Robby, yang diutarakan kepada istrinya. Bahwa, ia cemas dengan keberadaan adiknya iparnya setelah mendengar pertuturan istrinya, kalau Robby bukan hanya pergi ke tempat yang pernah disampaikan kepadanya sebelum pergi, namun ke tempat yang lebih jauh lagi dari pada itu. Kecemasan yang dimiliki oleh H. Sulam tersebut menunjukkan sikap peduli seorang abang kepada adiknya, yang menginginkan keselamatan adiknya diperantauan sana.
Data 9
Hj. Rodhiyah         :Kalo gak ketanganan gimana? Kan entar bisa ancur.
H. Sulam                :Nah ntu dia, justru gue mau kasih kerja ke Robby.
                                 (konteks data : episode 1)

Data 9 di atas juga menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang peduli sesama, dialog percakapan antara H. Sulam dengan istrinya dalam data di atas merupakan sikap peduli H. Sulam terhadap Robby. Percakapan yang berlangsung dengan sang istri di teras rumah tersebut, merupakan salah satu perwujudan sikap peduli seorang abang kepada adik iparnya, yang terlontar dari ucapan H. Sulam, yang menegaskan kepada sang istri bahwa ia akan membukakan cabang penjualan bubur ayam yang baru, dan akan dikelola oleh Robby. Dengan begitu, sikap pedulinya terhadap sang adik akan terealisasi dengan cara membuka lapangan pekerjaan baru untuk Robby (adik iparnya). Sehingga selesai kuliah, Robby langsung memiliki pekerjaan, seraya mencari pekerjaan yang lebih layak, nantinya.
(4)          Bijaksana
Data 10
Hj. Rodhiyah         :Robby mau disuruh jadi tukang bubur, ya benar aja dong   bang? Bang, dia itu kan calon Sarjana Teknik.
H. Sulam                :Iya gue tau, masak sarjana gue suruh dorong gerobak sih. Ni, kalau ada dia, kan gue bisa tukar pikiran. Robby itu pengetahuannya luas. Nah, gak kek gue. kagak bakal naik tender.
                                 (konteks data : episode 1)
Data 10 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang bijaksana, hal ini terlihat jelas melalui percakapan H. Sulam dengan sang istri, di teras rumah. Tuturan yang dilontarkan oleh H. Sulam terhadap istrinya tersebut mencerminkan kepribadian bijaksana yang dimiliki oleh sosok tukang bubur yang satu ini. Ia menegaskan kepada istrinya, bahwa ia akan membuka cabang baru untuk usaha penjualan bubur ayam miliknya, yang dimaksudkan agar dapat dikelola oleh adik iparnya (Robby), bukan menjadikan Robby sebagai tukang bubur yang kesana kemari mendorong gerobak bubur ayam, melainkan tujuannya adalah agar bisa saling tukar pikiran dengan sang adik, jika usaha baru yang akan dibuka tersebut dikelola olehnya. Perwujudan sikap bijaksana ini, terlihat dari percakapan dengan sang istri, yang menyatakan bahwa ia tidak akan mungkin menyuruh adiknya itu mendorong gerobak, karena dia tau bahwa sang adik adalah Sarjana Teknik, bahkan ia juga menegaskan kalau Robby memiliki pengetahuan yang luas, berbeda dengan dirinya.
Data 11
Emak Haji              :Ni mobil tiap hari dielus-elus aja. Piknik kek sekali-kali, ke Siyantar kek. Biar kaki gue ni bisa berendam, ya.
H. Sulam                 :Beres mak, tapi benar juga tu kata emak. Kenapa kita sekarang jadi dibudakin sama harta ya? Tiap hari ngurusin orang makan.
                                 (konteks data : episode 1)

Data 11 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang bijaksana, yang dideskripsikan dalam percakapan yang berlangsung antara H. Sulam dengan sang ibu, yaitu yang akrab disapa dengan Emak Haji di halaman rumah saat ia sedang mengelap mobilnya. Perkataan Emak Haji, yang mengajak anaknya sang tukang bubur untuk piknik dan liburan bersama, membuat H. Sulam pun angkat bicara, yang dengan ucapannya tersebut mendeskripsikan kepribadiaannya tersebut bijaksana, yaitu ia mempertimbangkan segala hal tentang apa yang dituturkan oleh Emak Haji. Lalu, ia pun memutuskan dan membenarkan tuturan sang ibu. Bahwa selama ini, ia dan keluarga sibuk dengan usaha penjualan bubur ayam yang dimilikinya. Namun, sampai lupa waktu dan kebersamaan yang seharusnya ada ditengah-tengah keluarga mereka. Bukan hanya terus-menerus mengurusi pembeli. Dari percapakan tersebut jelaslah bahwa sikap bijaksana yang dimiliki oleh H. Sulam yang akan direalisasikan kepada sang adik ipar (Robby).
(5)     Percaya Diri
Data 12
Hansip Malih         :Justru ane kesini ni bang H. mau cek and ricek ke bang H.
H. Sulam                :Eh Lih, lo dengar ni ye. Adik gue Si Robby sekarang lagi ada di Papua. Lagi bikin menara buat hendpon. Enak aja lo kalo ngomong, ditahan-ditahan-ditahan. Jidat lo yang ditahan? Ya udah deh, sono!
                                 (konteks data : episode 1)
Data 12 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang percaya diri, hal ini terlihat terlihat dalam percakapan H. Sulam dengan seorang hansip di kampungnya yang bernama Malih, pada suatu pagi di halaman rumah saat ia sedang mengelap mobilnya. Tuturan yang dilontarkan oleh H. Sulam terhadap hansip Malih, merupakan realisasi sikap percaya diri yang ada dalam dirinya, yang terwujud dalam ucapannya. Bahwa ia menegaskan kepada sang hansip dengan rasa percaya diri yang besar, kalau adik iparnya (Robby) saat ini sedang berada di Papua dan sedang membangun menara untuk alat telekomunikasi udara, di tempat tersebut. Selain itu, ia pun menegaskan kembali kepada hansip tersebut, bahwa adiknya tidak ditahan dan tidak akan pernah ditahan oleh polisi dengan tuduhan apapun itu. Ucapan H. Sulam tersebutlah yang mendeskripsikan kepribadian percaya diri dalam dirinya dan kepercayaannya kepada sang adik.
Data 13
Hj. Rodhiyah           :Ada apa lagi sih, Bang?
H. Sulam                  :H. Muhidin, emang mau ngejatuhin gue di depan jamaah keknya. Emang dia tu, sumber gosipnya.
                                   (konteks data : episode 2)
          Data 13 di atas juga mendeskripsikan karakter tokoh H. Sulam yang percaya diri. Terlihat dalam dialog percakapan antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah) dalam data 1 di atas, menunjukkan karakter percaya diri yang dimiliki oleh dirinya. Sikap percaya dirinya tersebut direalisasikan dalam tuturannya, yang menyatakan bahwa H. Muhidin memang ingin menjatuhkan dirinya di depan majelis. Selain itu, dengan percaya diri yang tinggi, ia pun menyatakan kepada sang istri ketika berada di meja makan usai pulang dari majelis tersebut, bahwa H. Muhidin lah sumber gosib tentang adik iparnya di kampung ini. Hal ini terlihat jelas bahwa rasa percaya diri yang dimilikinya membuat dia secara gamblang menyatakan kalau H. Muhidin adalah dalang dari masalah yang timbul akhir-akhir ini dalam keluarganya. 
Data 14
Hj. Rodhiyah           :Ya Bang lawan dong.
H. Sulam                  :Emang gue lawan. Kalo gue gak lawan, makin kurang ajar dia.
                                   (konteks data : episode 2)
Data 2 di atas menunjukkan karakter tokoh H. Sulam yang percaya diri. Hal ini terlihat dalam kelanjutan dialog yang berlangsung dengan sang istri di meja makan pada suatu malam, usai H. Sulam pulang dari majelis di mesjid. Pernyataan yang dilontarkan oleh H. Sulam setelah mendengar tuturan sang istri, menunjukkan karakter percaya diri yang terdapat pada dirinya. Hal ini terlihat dari ucapannya yang menyatakan bahwa, ia dengan tegas melawan apa yang dituduhkan oleh H. Muhidin tentang sang adik. Bahkan ia juga menyatakan kepada istrinya, kalau ia tidak membantah, maka H. Muhidin akan semakin kurang ajar terhadapnya dan tidak akan berhenti menggosipi si adik dengan berbagai tuduhan yang belum jelas kebenarannya. Dengan alasan inilah, ia menunjukkan kepercayaan dirinya dihadapan H. Muhidin, yang sama sekali tidak menyukai akan kesuksesan yang dimiliki oleh keluarganya dan adik iparnya yang akrab disapa Robby.
(6)     Sabar
Data 15
Hj. Rodhiyah           :Apa yang salah dari kita, Bang? Ada aja fitnah yang menimpa kita.
H. Sulam                  :Ya mana gue tau, Roh. Mungkin tu ujian dari Allah atau apa kali.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 15 di atas melukiskan karakter H. Sulam yang sabar, terlihat jelas melalui percakapan H. Sulam dengan sang istri (Hj. Rodhiyah) yang berlangsung di warung bubur ayam miliknya, sesampai sang istri pulang berbelanja dari Mini Market H. Muhidin. Ucapan yang diucapkan oleh H. Sulam selesai mendengar tuturan sang istri mendeskripsikan karakter sabar yang dimiliki oleh dirinya. Hal ini terlihat melalui tuturannya, dengan menyatakan bahwa ia tidak tahu menahu tentang apa sebenarnya yang terjadi dalam keluarganya akhir-akhir ini. Namun ia hanya menegaskan kepada sang istri kalau semua itu adalah ujian yang diberikan oleh Allah kepada keluarga mereka, agar mereka lebih memiliki meningkatkan lagi rasa sabar dalam menghadapi berbagai ujian tersebut.
Data 16
Emak Haji                :Eh, eh, Kenapa muka lo, kayak ayam ketelan kapur. Kenapa? Soal sumbangan lagi?
H. Sulam                  :Soal Si Robby, makin panjang aja, dah. Lagian juga tu anak. Ah, udah ah, gak usah diomongin dah.
                                    (konteks data : episode 2)
Data 16 di atas juga merupakan pendeskripsian karakter sabar yang dimiliki oleh sosok H. Sulam. Hal ini terlihat saat berlangsungnya percakapan antara H. Sulam dengan Emak Haji, di ruang makan saat ia pulang dari mesjid. Sikap sabar sosok tukang bubur yang satu ini, terlihat jelas saat ini menjawab pertanyaan yang diajukan oleh ibunya (Emak Haji). Lantas ia menunjukkan sikap sabar tersebut dengan hanya memberitahukan apa masalah yang terjadi sehingga membuat ia kesal. Namun, sabar lah yang menjadi pembalut tuturannya sehingga ia pun tidak mau membahas dan memperpanjang lagi masalah yang dialaminya saat berada di mesjid, tadi. Cukuplah hal yang dirasakannya tersebut hanya untuk dia seorang, dan tidak perlu dibesar-besarkan lagi.
(7)          Disiplin
Data 17
Mang Ojo                 :Atuh jangan menyerah begitu Buk Hj. Kalo Si Robby emang lagi kerja, ya kita harus lawan.
H. Sulam                  :Nah, tu dia masalahnya Mang Ojo, Si Robby tu udah sebulan kagak nelpon gue, gue kan kagak tau, apa dia bekerja atau kagak atau gimana.
                                    (konteks data : episode 2)
Data 17 di atas menunjukkan karakter disiplin yang terdapat pada sosok H. Sulam. Terlihat jelas dalam percakapan antara H. Sulam dengan Mang Ojo, yaitu salah satu karyawan yang bekerja di warung bubur ayam miliknya, percakapan ini berlangsung saat Hj. Rodhiyah sedang menangis di warung. Karakter disiplin yang dimiliki oleh H. Sulam tercemin dalam ucapannya yang menjawab pernyataan Mang Ojo, yaitu ia sedikit kecewa dengan sang adik ipar (Robby) karena sudah sebulan ia tidak mengabari ke keluarganya tentang keberadaannya dan bagaimana keadaannya. Sehingga H. Sulam pun tidak dapat memastikan apakah ia disana bekerja seperti yang diberitahukan olehnya saat pergi atau malah melakukan hal yang lain. Dengan ucapan H. Sulam inilah terlihat jelas karakter disiplin yang dimilikinya, yang disesalinya karena tidak diterapkan pada adik iparnya.
Data 18
Hj. Rodhiyah           :Jadi, Abang juga nuduh Si Robby ditahan polisi, gitu Bang? Abang tega.
H. Sulam                  :Gak Roh, gak. Cuma gue kesal aja sama Si Robby. Katanya anak sekolahan, harusnya dia kan mikir, ni keluarganya disini mikirin dia, nunggu berita dari dia. Dia selamat atau gimana kan kita kagak tau. Ni kagak, kek kebo dungkul. Nelpon kagak, apa kagak. Orang jual pulsa disana kan banyak, tinggal sepuluh ribu apa dia kagak ikhlas.
         (konteks data : episode 2)
Data 18 di atas juga merupakan pendeskripsian karakter disiplin yang dimiliki oleh H. Sulam. Hal ini terlihat melalui percakapan antara H. Sulam dengan istrinya (Hj. Rodhiyah), percakapan ini berlangsung di warung bubur saat Hj. Rodhiyah pulang berbelanja pada Mini Market H. Muhidin. Dalam percakapan ini, menggambarkan karakter disiplin H. Sulam yang terlihat lewat ucapannya yang membantah pernyataan istrinya. Bahwa, ia kesal dengan sikap adik iparnya, karena adiknya tersebut tidak memikirkan kalau keluarganya disini mengkhawatirkan bagaimana keadaannya disana. Sikap disiplin yang dimiliki H. Sulam tersebut terealisasi melalui pernyataannya yang kecewa kepada Robby. Seharusnya ia bisa mengabari keluarganya, misalnya telpon. Sehingga H. Sulam dan keluarga disini tidak mencemaskan keadaannya disana.


(8)          Humoris
Data 19
Emak Haji                :Kenapa Roh, sakit? Lam, Lam. Bawa aja ni dia ni ke puskesmas. Ni, Mak kalo kepala ni senut-senut ni, Mak di sono. Dokternya baik, ganteng lagi. Bawa aja deh sono!
H. Sulam                  :Bukan kepalanya yang sakit, ni hatinya. Hatinya lagi sakit.
Emak Haji                :Astagfirullahalazim, lo. Lefer tu lefer, bahaya.
H. Sulam                  :Ya udah tenang, entar Sulam bawa ke UGD.
                                   (konteks data : episode 2)
Data 19 di atas menunjukkan karakter humoris yang dimiliki oleh H. Sulam. Percakapan yang berlangsung antara Emak Haji dengan H. Sulam dalam data di atas merupakan perwujudan karakter humoris sosok tukang bubur yang tercermin dalam tuturannya menjelaskan kepada Emak Haji dengan santai, ia pun menyatakan bahwa istrinya bukan sakit kepala melainkan sakit hati. Lalu, dengan polos sang Emak pun terkejut dan mengatakan kalau penyakit itu berbahaya, seraya meminta kepada H. Sulam untuk membawa Hj. Rodhiyah untuk pergi ke puskesmas. Masih dengan decak humornya, H. Sulam pun mengiyakan kalau nanti akan dibawa istrinya tersebut ke UGD. Pertuturan yang diucapkan oleh H. Sulam tersebut merupakan pendeskripsian karakter humoris yang terdapat dalam dirinya, yang berusaha menanggapi setiap persoalan dalam hidup dengan tenang dan santai.

(9)          Konsisten
Data 20
H. Muhidin              :Ah, itu kan perasaan adik Sulam saja.
                                    Pertanyaan saya, pertanyaan umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir, itu terserah Anda sendiri. Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau tidak ada luka?
H. Sulam                  :Masalahnya Pak H. isu ini sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si Robby ditangkap polisi dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke Bapak, bahwa satu bulan ini dia gak kelihatan di kampung kita.
                                    (konteks data : episode 2)
Data 20 di atas melukiskan karakter konsisten yang dimiliki oleh sosok H. Sulam. Terlihat jelas melalui dialog percakapan yang berlangsung antara H. Sulam dengan H. Muhidin di mesjid ketika usai kajian rutin setelah salat magrib, yang terdapat dalam data di atas mendeskripsikan karakter konsisten yang dimiliki oleh sosok H. Sulam. Kekonsistensian yang dimiliki oleh H. Sulam tersebut terlihat jelas dari penuturannya yang membantah pernyataan H. Muhidin, yang menyindir bahwa adik iparnya tersandung kasus narkoba. Ia dengan lantang menyatakan bahwa, adik iparnya tidak kelihatan sudah sebulan ini di kampung, bukan karena ia tersandung kasus narkoba, tetapi adik iparnya tersebut sedang ada pekerjaan di luar pulau. Hal ini terlihat jelas, bahwa H. Sulam memiliki sikap konsisten yang tinggi dalam perkataannya yang terang-terangan berani membela sang adik dari tudingan yang dinyatakan oleh H. Muhidin di depan majelis yang ada di mesjid. Ia yakin akan apa yang dilakukan sang adik tidak seperti yang ditudukan oleh H. Muhidin.


(10)      Berjiwa Besar
Data 21
H. Sulam                  :Roh, Roh!
Hj. Rodhiyah           :Apa lagi sih, Bang?
H. Sulam                  :Maafin gue ya, gue keceplosan.
                                             (konteks data : episode 2)
Data 21 di atas melukiskan karakter jiwa besar yang dimiliki oleh H. Sulam, Percakapan yang berlangsung antara H. Sulam dengan Hj. Rodhiyah, yaitu sang istri, dalam data di atas pada saat ia menghampiri sang istri yang akan menuju kamar, menunjukkan karakter berjiwa besar yang terdapat dalam pribadi sosok H. Sulam. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang dengan langsung memanggil sang istri lalu segera meminta maaf kepada istrinya karena tidak sengaja mengatakan sesuatu hal yang tidak mengenakkan dan tidak menyenangkan hati sang istri, yaitu menyangkut masalah Robby. Sikap meminta maaf dengan segera yang ditunjukkan oleh H. Sulam dalam dialog percakapan di atas dengan istrinya menunjukkan sikap jiwa besar yang dimiliki oleh H. Sulam, yang tanpa rasa malu atau gengsi sedikit pun untuk melakukannya. Hal ini juga dikarenakan ia bukanlah tipikal orang yang tinggi hati, sehingga ia dapat melakukan hal tersebut.
2)             Karakter Tokoh H. Muhidin
Berikut penjelasan kutipan data yang menggambarkan karakter tokoh H. Muhidin:
(1)          Iri Hati
Data 1
          Rumana                    :Umi kok ngomongnya kek gitu sih? Harusnya kita senang lo liat tetangga maju.
          H. Muhidin              :Iya, kalo majunya usaha kerasnya kita patut senang dan bangga. Tetapi, kalo majunya dengan kebetulan siapa juga bisa maju. Ini yang dapat dari lotrelah, yang dapat dari pengusaha, hadiahlah. Apaan?
          Rumana                    :Gak Abah, di dalam Islam itu gak ada yang namanya kebetulan, semuanya itu pasti udah direncanain sama Allah.
                                    (konteks data : episode 1)
Data 1 di atas melukiskan karakter iri hati yang dimiliki oleh H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Rumana dalam data di atas, pada saat melihat gerobak-gerobak bubur H. Sulam yang lewat dihadapan mereka menunjukkan karakter iri hati yang terdapat dalam pribadi sosok H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang dengan langsung membantah ucapan sang anak/Rumana, bahwa majunya usaha kalau bukan karena usaha sendiri tetapi hanya karena menang undian atau lotre atau hadiah dari orang lain, bukanlah hal yang patut dibanggakan. Dari pernyataannya tersebut terlihat jelas adanya rasa kurang senang melihat orang lain berhasil dan sukses, yang dimiliki oleh H. Muhidin. Hal ini juga bisa disebabkan karena ia juga ingin mendapatkan hal yang sama dengan apa yang dicapai oleh H. Sulam.
(2)          Sombong/Suka Pamer
Data 2
Warga                       :Kok gak ikut syukuran di rumahnya pak H. Sulam?
H. Muhidin              :Iya ni, baru dari bandara jemput anak gue.
Warga                       :Oya, yang katanya sekolah di Mesir.
H. Muhidin              :Iya… iya… semata wayang.
                                   (konteks data : episode 1)

Data 2 di atas melukiskan karakter sombong/suka pamer yang dimiliki oleh H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan warga dalam data di atas, pada saat ia sampai di depan mini marketnya dan berjumpa dengan warga menunjukkan karakter suka pamer yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menjawab pertanyaan salah seorang warga yang menanyakan mengapa beliau tidak ikut menghadiri syukuran H. Sulam. Ia menyatakan bahwa ia baru sampai dari bandara menjemput anaknya yang semata wayang. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya rasa sombong yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang memamerkan kepada warga desanya kalau dia tidak menghadiri acara syukuran H. Sulam karena ia memiliki kegiatan lain yang lebih penting, yaitu menjemput anak semata wayangnya yang pulang dari Mesir.
Data 3
Hansip Tarmidzi       :Kan Mesir – Jakarta jauh Pak H. tiketnya mahal.emang Pak H. sanggup?
H. Muhidin              :Namanya juga anak semata wayang, ya disanggup-sanggupin dong. Eh, gimana? Katanya mau maju.
                                    (konteks data : episode 1)

Data 3 di atas mendeskripsikan karakter sombong/suka pamer yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan hansip Tarmidzi dalam data di atas, pada saat sang hansip yang satu ini sampai di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter suka pamer yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang memberi pernyataan atas pertanyaan hansip Tarmidzi, bahwa ia akan menyanggupi keperluan anak semata wayangnya, dikarenakan ia ingin anaknya maju berbeda dengan keluarga H. Sulam. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya rasa sombong yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang memamerkan bahwa ia sanggup melakukan apapun untuk anak semata wayangnya, seperti yang diungkapkannya kepada hansip Tarmidzi.

Data 4
H. Rasyidi                :Emang hebat Si Rumana tu, dia bisa kuliah di luar negeri”Alazar”, gak gampang tu H. saingannya berat. Paling enggak, dia mesti hafal satu dua juz Alquran berikut tafsirnya.
H. Muhidin              :Urusan itunya H. itu Rumana sendiri. Saya mah, terima bersih aja. Nah, urusan biaya gue deh. Termasuk sama istri gue ni sampai jungkir balik.
                                    (konteks data : episode 1)
Data 4 di atas mendeskripsikan karakter sombong/suka pamer yang dimiliki  oleh H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan H. Rasyidi dalam data di atas, pada saat H. Rasyidi bersilahturrahmi ke rumah H. Muhidin menunjukkan karakter suka pamer yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang memberi pernyataan yang seharusnya tidak diminta oleh H. Rusyidi. Ia menyatakan bahwa ia maunya terima bersih saja, Rumana sendiri yang harus berusaha mendapatkan prestasi terbaik di Mesir. Rasa sombongnya itu juga terlihat dalam ucapannya yang menyatakan bahwa urusan biaya Rumana disana ia sendiri bersama istri yang akan tanggung dan cukupi. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya rasa sombong yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang memamerkan bahwa dia lah yang mengeluarkan segala biaya yang dibutuhkan Rumana.  
(3)          Suka Menyindir
Data 5
H. Rasyidi                :Alhamdulillah, bagus itu. Anak Bapak juga, dia ambil S2. Jurusannya Hukum Syariah di UIN.
H. Muhidin               :Kok bisa cocok sih H. Lantas gimana tugas di DPRnya kagak keganggu?
                                    (konteks data : episode 1)

Data 5 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan H. Rasyidi dalam data di atas, pada saat H. Rasyidi bersilahturrahmi ke rumah H. Muhidin menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menanyakan kepada H. Rusyidi tentang bagaimana tugas anak H. Rusyidi di DPR, apakah tidak terganggu karena dia ambil S2. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin tersebut dikarenakan H. Rusyidi sering menceritakan tentang keberhasilan anaknya. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin kepada H. Rusyidi.
Data 6
H. Muhidin              :Ye, namanya juga anak Periuk. Tau kan pergaulannya, mesti hati-hati nyari teman, Roh.
Hj. Rodhiyah           :Pak H. Jangan teka-teki begitu deh. Si Robby tu baik-baik aja Pak H. Dia tu lagi kerja, emangnya kenapa sih?
                                    (konteks data : episode 2)

Data 6 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Hj. Rodhiyah dalam data di atas, pada saat Hj. Rodhiyah berbelanja di mini market H. Muhidin menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menyatakan kepada Hj. Rohdiyah tentang adik Hj. Rodhiyah/Robby, kalau yang namanya anak Periuk itu pergaulannya harus hati-hati dalam memilih teman. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin tersebut seolah-olah ditujukan kepada Robby yang salah memilih teman dalam bergaul. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin kepada Hj. Rodhiyah.

Data 7
H. Muhidin              :Emangnya Si Sulam sudah lancar nyetir mobilnya, kagak perlu Si Robby lagi.
Hj. Rodhiyah           :Demi Allah Pak H. Robby itu lagi kerja di Papua. Kok tega-teganya menyebar fitnah begitu. Robby itu anaknya baik.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 7 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Hj. Rodhiyah dalam data di atas, pada saat Hj. Rodhiyah berbelanja di mini market H. Muhidin menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menanyakan kepada Hj. Rohdiyah kalau H. Sulam memangnya sudah lancar menyetir mobil, sehingga tidak membutuhkan bantuan Robby lagi? Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pertanyaannya tersebut seolah-olah ditujukan kepada Robby yang tidak kelihatan di kampung memang sedang terjerat masalah, bukan karena H. Sulam telah bisa menyetir dan tidak membutuhkan bantuannya untuk menyetir lagi. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin kepada Hj. Rodhiyah tentang adiknya, Robby.
Data 8
Hj. Maemunah         :Ya, alasan apa juga masuk di akal, mau kerja di luar Jawa juga, kenapa gak sekalian bilang aja kerja ngikut TKI ke Malaysia. Ya gak.
H. Muhidin              :Tapi malu juga dong, Mi. Namanya kalo ada keluarga yang masuk bui.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 8 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Hj. Maemunah dalam data di atas, pada saat Hj. Maemunah berprasangka buruk kepada Robby, disusul dengan tanggapan dari H. Muhidin yang menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam dirinya. Hal ini terlihat dari tuturannya berupa sindiran tentang sangkaan buruk yang dituturkan oleh Hj. Maemunah. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pernyataannya tersebut seakan-akan membenarkan sangkaan buruk Hj. Maemunah tentang Robby, adik Hj. Rodhiyah, bahwa Robby memang masuk penjara. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin dengan membenarkan tuduhan H. Maemunah tentang masalah Robby.
Data 9
Hj. Maemunah         :Orang Cuma nanya doang, dianya aja yang tersinggung.
Rumana                    :Iya Umi, tapi kan kasian istrinya Bang Sulam. Kesini kan dia mau belanja, tapi malah dibikin malu.
H. Muhidin              :Kalo kagak ada asap, kagak ada apinya. Berita itu ada tentu ada sebabnya. Lo jangan terlalu bela dia deh Rum, ah.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 9 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Hj. Maemunah dan Rumana dalam data di atas, pada saat ketiganya berdebat hebat di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang membantah ucapan Rumana, bahwa tidak mungkin akan ada asap kalau tidak ada apinya. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pernyataannya tersebut seolah-olah ditujukan terhadap berita yang beredar tentang Robby. Dari ujarannya tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin atas berita yang beredar tentang Robby.
Data 10
Pak Ustad Zakaria   :Silahkan Pak H. Muhidin, tapi jangan panjang-panjang.
H. Muhidin              :Bagaimana hukumnya kalo ada di antara keluarga dekat kita, yang berbuat keji. Misalnya menjadi pengedar narkoba? Bukankah kita telah diperintahkan Allah untuk menjaga keluarga kita. Kuu Anfussakum Waahlikum naaraa. Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Mohon penjelasannya, Pak Ustad.
                                    (konteks data : episode 2)


Data 10 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Tuturan yang dilontarkan oleh H. Muhidin saat mengajukan pertanyaan di mesjid dalam suatu majlis pengajian dalam data di atas menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat jelas dari sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh H. Muhidin, ia menyakan tentang kasus narkoba, yang jelas-jelas jauh berbeda dengan tema yang dibahas. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pertanyaannya tersebut sebenarnya ditujukan langsung terhadap berita yang beredar tentang Robby. Dari pertanyaan tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin atas berita yang beredar tentang Robby.
Data 11
H. Muhidin              :Ah, itu kan perasaan adik Sulam saja.
                                    Pertanyaan saya, pertanyaan umum kok. Kalo H. Sulam merasa tersindir, itu terserah Anda sendiri. Pertanyaannya kan, kenapa harus jadi perih kalau tidak ada luka?
H. Sulam                  :Masalahnya Pak H. isu ini sudah sampai ke masyarakat, bahwa adik ipar saya Si Robby ditangkap polisi dituduh karena mengedar ganja. Perlu saya jelaskan ke Bapak, bahwa satu bulan ini dia gak kelihatan di kampung kita.
H. Muhidin              :Sebaiknya, kalo emang ada masalah gak usah ditutup-tutupilah. Saya mengutarakan ini, karena kecintaan saya kepada H. Sulam karena kita sama-sama jamaah mesjid ini.
                                    (konteks data : episode 2)

Data 11 di atas mendeskripsikan karakter suka menyindir yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Perdebatan yang berlangsung antara H. Sulam dengan H. Muhidin saat majlis pengajian dalam data di atas menunjukkan karakter suka menyindir yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat jelas dari pernyataan H. Muhidin yang menyatakan bahwa untuk apa harus perih kalau memang tidak ada luka, yang dituturkan kepada H. Sulam yang membela adiknya. Sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin lewat pernyataannya tersebut sebenarnya ditujukan langsung terhadap berita yang beredar tentang Robby. Dari pertanyaan tersebut terlihat jelas adanya sindiran yang dilontarkan oleh H. Muhidin atas berita yang beredar tentang Robby.
(4)          Mengadu Domba
Data 12
Hansip Tarmidzi            :Hah, ditangkap?
Hj. Maemunah              :Kek kagak tau aja, dia kan anak Periuk, kan tau sendiri bagaimana kelakuan anak Periuk. Bisa-bisa ni dia kelibat sama narkoba. Ini yang bikin gue jadi ngeri banget-banget deh.
H. Muhidin                   :Eh, kalo benar dia sudah satu bulan kagak kelihatan, berarti dia benar ditahan polisi. Ya bagaimana ya, di sini dia dibutuhkan sama Si Sulam tuk nyetir mobilnya. Ya maklum, punya mobil kagak punya nyali untuk nyetir sendiri.
                                      (konteks data : episode 1)

Data 12 di atas mendeskripsikan karakter mengadu domba yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Hj. Maemunah dan hansip Tarmidzi dalam data di atas, pada saat ketiganya berada di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter suka mengadu domba yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menyatakan bahwa kalau memang Robby tidak kelihatan sudah satu bulan, berarti dia benar ditahan polisi. Padahal, ia tidak mengetahui kebenaran akan hal tersebut. Namun, dengan lantang ia membenarkan hal tersebut. Pernyataan tersebutlah yang menunjukkan adanya sikap adu domba yang dimiliki oleh H. Muhidin atas sesuatu yang belum jelas kebenarannya, tapi H. Muhidin malah semakin membesar-besarkan masalah tersebut.
(5)          Angkuh
Data 13
Rumana                         :Bah, kalo apa yang Abah tuduhin itu semua, gak benar. Abah bisa dilaporin ke polisi. Itu sama aja, Abah udah mencemarkan nama baiknya Bang Robby, Bah.
H. Muhidin                   :Silahkan aja, kalo memang Robby kagak ditahan polisi, buktiin dong, bahwa dia itu orang baik. Ini kagak.
                                        (konteks data : episode 2)

Data 13 di atas mendeskripsikan karakter angkuh yang terdapat pada sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin dengan Rumana dalam data di atas, pada saat berada di mini market milik H. Muhidin menunjukkan karakter angkuh yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang membantah tuturan Rumana dengan rasa angkuhnya yaitu jika memang Robby tidak ditahan, buktikanlah. Ini tidak. Pernyataan tersebutlah yang menunjukkan adanya sikap angkuh yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang yakin akan tuduhannya terhadap Robby adalah benar, ketika membantah tuturan Rumana tentang masalah Robby.

Data 14
Hj. Maemunah              :Udah deh Rum, lo gak usah ngebelain dia. Masa depannya aja kagak jelas. Tau gak, kagak jelas. Lagi, lo jangan berharap, Umi bakal ngeredoin lo. Kalo jadi bininya dia. Ingat lo, ya. Maaf, ya.
H. Muhidin                   :Amit-amit, kalo gue sampai jadi mertuanya si anak yang kagak tau sopan santun, tu.
Rumana                         :Ya, Rum kan cuma kasih tau Umi sama Abah aja. Kalo fitnah itu dosa besar.Udah itu aja.
                                        (konteks data : episode 2)

Data 14 di atas mendeskripsikan karakter angkuh yang dimiliki oleh sosok H. Muhidin. Percakapan yang berlangsung antara H. Muhidin, Hj. Maemunah dan Rumana dalam data di atas, pada saat berada di ruang tamu menunjukkan karakter angkuh yang terdapat dalam pribadi H. Muhidin. Hal ini terlihat dari tuturannya, yang menyatakan kepada istrinya, Hj. Maemunah kalau dia tidak akan sudi mempunyai menantu seperti Robby. Pernyataan tersebutlah yang menunjukkan adanya sikap angkuh yang dimiliki oleh H. Muhidin, yang seakan-akan dirinya jauh lebih baik, dan akan mendapat menantu yang bukan seperti Robby tetapi lebih baik dari dia.









BAB V
PENUTUP
5.1     Simpulan
          Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan tentang karakter tokoh H. Sulam sebagai tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu pada episode 1 dan episode 2 yang telah dipaparkan dalam bab IV, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1)             Karakter tokoh H. Sulam sebagai tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, merupakan sosok pribadi yang memiliki karakter yang dapat dicontoh dan dapat diterapkan dalam kehidupan keseharian, hal ini dikarenakan karakter yang dimilikinya tersebut, secara keseluruhan berkategori baik dan bisa dijadikan panutan dalam bermasyarakat. Sedangkan karakter tokoh H. Muhidin yang juga merupakan tokoh utama, tidaklah dapat diambil sebagai contoh sebagai terapan dalam kehidupan, hal ini dikarenakan karakter yang melekat pada tokoh ini berkategori kurang baik dan tidak dapat dijadikan panutan dalam bermasyarakat.
2)            
69
Berdasarkan hasil penelitian tentang karakter tokoh H. Sulam sebagai tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, yaitu pada episode 1 dan episode 2, terdapat 10 sikap atau kepribadian yang ada pada dirinya, yaitu (1) sopan santun, (2) inovatif, (3) peduli sesama, (4) bijaksana, (5) percaya diri, (6) sabar, (7) disiplin, (8) humoris, (9) konsisten, dan (10) berjiwa besar. Sedangkan kepribadian yang melekat pada diri H. Muhidin, yaitu (1) iri hati, (2) sombong/suka pamer, (3) suka menyindir, (4) mengadu domba, dan (5) angkuh.
3)             Mat Solar yang memerankan tokoh H. Sulam dan Latief Sitepu sebagai pemeran tokoh H. Muhidin, keduanya merupakan tokoh utama dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” yang ditayangkan oleh stasiun TV RCTI. Mat Solar adalah tokoh yang mendapatkan skrip naskah dengan karakter yang dapat dicontoh, baik itu dikalangan para pemain lain dalam sinetron tersebut maupun dapat diterapkan dalam pribadi masing-masing penonton sinetron ini. Kepiyawaiannya dalam memerankan tokoh H. Sulam patut diacungi jempol. Sedangkan Latief Sitepu adalah tokoh yang mendapatkan skrip naskah dengan karakter yang kurang baik, dan tidak sepantasnya diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

5.2     Saran
          Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis menyarankan kepada berbagai pihak yaitu sebagai berikut :
1)             Karakter yang dimiliki oleh H. Sulam dalam sinetron ”Tukang Bubur Naik Haji” tayangan RCTI, patutlah dicontoh. Hal ini dikarenakan karakter yang melekat pada sosok tukang bubur yang satu ini merupakan pribadi yang dapat memposisikan dirinya dalam berkomunikasi dengan sesama. Sehingga ia dapat menentukan sikap dalam bergaul dan dalam bertindak. Sedangkan karakter yang dimiliki oleh H. Muhidin, selayaknya untuk tidak dijadikan panutan, dikarenakan karakternya tersebut tidak membawa pengaruh positif dalam hidup bermasyarakat.
2)             Melalui penelitian ini diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah agar lebih mendalami tentang kajian fiksi yaitu mengenai karakter yang melekat pada pribadi setiap tokoh, sehingga dapat dengan mudah ia memahami kepribadian setiap tokoh dalam fiksi. Hal ini lebih memperkuat jati diri mahasiswa tersebut sebagai bagian dari mahasiswa prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah.
3)             Melalui penelitian ini, peneliti mengharapkan juga kepada prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah agar memperhatikan lagi materi perkuliahan tentang pengkajian fiksi dari segi menelaah karakter setiap tokoh dalam fiksi tersebut melalui berbagai cara, misalnya dengan menyajikan bahan bacaan yang bermutu dan tenaga pendidik yang berkualitas serta ahli dibidangnya.










DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : Caps.
Depdiknas. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

Fathurrahman. 2009. Dasar Hukum Persinetronan Indonesia. Jakarta: Depkominfo.

Labib. 2002. Pengertian dan Jenis Sinetron. (www.google), diakses pada 01 Januari 2014.

Kutha Ratna, Nyoman. 2010. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Denpasar: Pustaka Pelajar.

Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Jakarta: Gajah Mada University Press

Panitia Penyusun. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi. Matangglumpangdua : FKIP Universitas Almuslim.

Pujianto. 2010. Karakter Tokoh dalam Karya Fiksi. (www.google.com), diakses pada 01 Januari 2014.

Saleh. 2001. Teori-teori Psikologi Tokoh. (www.google.com), diakses pada 01 Januari 2014.
                              
Semi, Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Wikipedia. Tukang Bubur Naik Haji The Series. (www.google.com), diakses pada 01 Januari 2014.

72
Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian Sastra. Jakarta Book Publisher: Jakarta.ra. Bandung: Angkasa.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Wikipedia. Tukang Bubur Naik Haji The Series. (www.google.com), diakses pada 01 Januari 2014.


72
Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian Sastra. Jakarta Book Publisher: Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar