Selasa, 17 September 2013

MAKALAH TRADISI PEUSIJUEK DALAM MASYARAKAT ACEH



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Aceh adalah bumi yang penuh budaya dan kaya kearifan lokal. Berbicara tentang Budaya Aceh memang tak habis-habisnya dan tak akan pernah selesai sampai kapanpun. Topik yang satu ini memang menarik untuk dibicarakan terutama karena budaya itu sendiri sesungguhnya merupakan segala hal yang berhubungan dengan hidup dan kehidupan manusia. Jadi, selama manusia itu ada selama itu pula persoalan budaya akan terus dibicarakan.
Demikian pula halnya budaya Aceh. Salah satunya ialah tentang Tradisi Peusijuek dalam masyarakat Aceh yang masih dilestarikan, meskipun ada beberapa daerah di Aceh yang tidak lagi mengindahkannya. Pada hakikatnya, peusijuek sudah menjadi bagian dalam Islam, khususnya masyarakat Islam di Aceh.
Penelitian ini ingin mengungkapkan bagaimana peusijuek diyakini sebagai sebuah kepercayaan masyarakat Aceh. Peusijuek diyakini oleh masyarakat Aceh sebagai salah satu ritual yang dikaitkan dengan kepercayaan terhadap agama, karena peusijuek tersebut berhubungan dengan nilai-nilai agama, yang mesti dijalankan.
Hal tersebut dapat dilihat dari tiga unsur  pertama,  pelaku  peusijuek, biasanya dilakukan oleh para tengku (ustad) dan tengku inong(ustazah), yang paham agama. Kedua, momen peusijuek, dilakukan ketika akan melakukan pernikahan, khitanan, berangkat haji, dll. Ketiga, doa peusijuek, doa yang dibacakan adalah doa yang ditujukan kepada Allah swt. Dengan menggunakan doa-doa dari Alquran dan sunnah.
Melihat ketiga tinjauan tersebut, dapat disimpulkan bahwa peusijuek sangat erat hubungannya dengan nilai-nilai keislaman dan keyakinan terhadap nilai-nilai islam sehingga menjadi sebuah kepercayaan masyarakat.
Masyarakat Aceh yang dikenal mayoritas beragama islam memiliki adat dan istiadat serta kaya dengan berbagai macam budaya. Hampir semua masyarakat Aceh dari dulu sampai sekarang masih melaksanakan prosesi peusijuek dalam kegiatan-kegiatan yang diyakini perlu diadakannya peusijuek, karena peusijuek dianggap sebagai adat yang harus dilaksanakan.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir peusijuek sudah mulai ditinggalkan oleh beberapa kelompok masyarakat karena pengaruh era globalisasi dan perkembangan teknologi yang semakin hari semakin pesat. Meskipun banyak yang beranggapan bahwa semua tradisi itu tidak relevan dengan kemajuan teknologi bahkan dianggap kolot dan tidak pantas dilestarikan. Padahal, pandangan tersebut tidaklah wajar.
Prosesi peusijuek sudah sewajarnya menjadi budaya yang harus terus dipertahankan, peusijuek mengandung nilai-nilai agama yang sangat filosofis sehingga peusijuek dianggap sangat sakral pada kegiatan yang diyakaini perlu adanya peusijuek.
Dari uraian pada latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk membuat penelitian. Adapun judul penelitian ini adalah “Tradisi Peusijuek dalam Masyarakat Aceh”.
1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah tradisi peusijuek dalam masyarakat Aceh ?
1.3  Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan data tentang tradisi peusijuek dalam masyarakat Aceh.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penulisan proposal penelitian ini ialah supaya kita menyadari pentingnya menjaga adat budaya Aceh agar tidak terpengaruh oleh budaya asing dan hilang oleh kemajuan teknologi dan supaya generasi ke depan masih mengenal budaya dan adat Aceh.
1.5  Metode Penelitian
Dalam penyusunan proposal ini, penulis mengumpulkan data dari menanyakan kepada nenek, orang yang memahami tentang adat dan budaya Aceh dan dari bahan bacaan yang menyangkut dengan pembahasan makalah ini.




BAB II
PEMBAHASAN

TRADISI PEUSIJUEK DALAM MASYARAKAT ACEH
2.1 Makna Peusijuek
       Istilah peusijuek sebenarnya bukan bagian dari adat, karena menurut penuturan orang-orang tua yang penulis temui bahwa sebenarnya peusijuek tersebut mulanya bagian dari “Reusam”. Oleh karena pertumbuhan dan perkembangan zaman serta sudah membudaya peusijuek tersebut ke dalam masyarakat, maka masyarakat menganggapnya sebagai adat.
       Peusijuek merupakan salah satu tradisi masyarakat Aceh yang masih dilestarikan sampai sekarang. Peusijuek dikenal sebagai bagian dari adat masyarakat Aceh. Peusijuek berarti menjadikan sesuatu agar dingin, atau mendinginkan (Tgk. Shaleh Ibrahim). Peusijuek adalah prosesi adat yang dilakukan pada kegiatan-kegiatan tertentu dalam kehidupan masyarakat Aceh, seperti peusijuek pada uapacara perkawinan, pergi haji, hendak merantau, upacara tinggal di rumah baru, peusijuek keureubeuen (kurban), peusijuek orang kena tabrakan kendaraan yang mengucurkan darah, perkelahian, permusuhan, sehingga didamaikan (Ummi Salma).
       Di samping itu, peusijuek juga dilakukan oleh anggota masyarakat terhadap seseorang yang memperoleh keberuntungan, misalnya berhasil lulus sarjana, memperoleh kedudukan tinggi dalam masyrakat, dan peusijuek kendaraan baru.
Sehingga terciptalah seuntai kata-kata indah yang penuh mengandung arti falsafah dalam acara peusijuek tersebut, yaitu :
       Teueng sempena bak breuh padee
       Kulet sabe lindung asoe
       Beujroh beudoe beuget pie
       Bek meupakee sabe keu droe-droe
      
       Beuritek ie teung sempena
       Selama-lama beuleupie asoe
       Oh seuuem hatee beuleupie utak
       Barang gaho jak hana peupaloe

       Teueng sepena sisijuek samboe
       Lam ie lam toe diduek keudroe
       Wate dikeu gob bek meutajoe-tajoe
       Han teulanjoe barang gahoe

       Taplah boh u teueng sempena
       Tiang subra bek meuyo-yo
       Reudok keutungkat kilat keusua
       Bak beuet yang beuna Allah ridha po
       Ungkapan tersebut mengandung arti dan simbol yang mempunyai makna dan bertujuan untuk kesejukan dan perdamaian serta mengajak persatuan yang kokoh dalam ikatan persaudaraan.
2.2 Perlengkapan Peusijuek
       a. Persiapan Peusijuek
Dalam kegiatan peusijuek  orang yang melaksanakan peusijuek (tengku) harus memahami tata cara dan doa-doa dalam peusijuek walaupun setelah itu disusul oleh orang-orang dekat dari yang dipeusijuek. Prosesi peusijuek dilakukan dengan  dibimbing atau diarahkan oleh pelaku inti, tentunya dengan  bacaan-bacaan surat Alfatihah dan ayat-ayat pendek lainnya. Terdapat empat unsur penting  dalam peusijuek yaitu bahan yang digunakan, gerakan yang dilakukan saat dipeusijuek, doa yang dibacakan menurut acara peusijuek, dan temutuek.
b. Benda-benda yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam peusijuek berbeda-beda, tergantung dari orang yang melakukan peusijuek dan tradisi di suatu daerah.
Menurut Nenek peneliti (Nafsiah), benda-benda yang dipakai pada saat peusijuek ialah  talam satu buah, glok ie, breuh pade satu mangkok, bu lukat (nasi ketan) satu piring,  beras bersama tumpoe atau kelapa merah, tupong taweue, sangee, boh kruet, garam, gula dan air juga beberapa dedaunan, yaitu oen sineujuek, oen manek manoe, oen naleng samboe, oen gaca, oen seukee pulot, oen pineung, oen rehan dan oen sitawa.
2.3 Makna Filosofis Benda yang Digunakan Ketika Peusijuek
       Semua benda yang digunakan memiliki makan filosofis tersendiri dan semua dedaunan tersebut diikat menjadi satu dan digunakan sebagai alat mericikkan air.



Adapun bahan yang digunakan, misalnya :
§  Dedaunan
-       Oen sineujuek melambangkan dingin (mendinginkan)
-       Oen manek-manoe melambangkan kerukunan
-       Oen naleng sambo melambangkan kesatuan
-       Oen gaca melambangkan keindahan
-       Oen sekee pulot melambangkan kewangian
-       Oen pineung melambangkan keharmonisan
-       Oen rehan melambangkan kemuliaan
       Ketujuh dedaunan ataupun benda tersebut disatukan dan diikat menjadi lambang dari kekuatan, yaitu :
§  Beras dan padi, melambangkan kesuburan, kemakmuran, dan semangat.
§  Air dan tepung, melambangkan kesabaran dan ketenangan.
§  Nasi ketan, melambangkan sebagai pelekat tali persaudaraan.
§  Tumpoe, melambangkan agar tidak ada sifat rakus pada diri manusia.
§  Garam dan gula melambangkan tidak ada perbedaan antara sesama manusia.
§  Boh kruet melambangkan masih percaya dengan adat yang masih berlaku.
2.4 Jenis-jenis Peusijuek
       Dalam kalangan masyarakat Aceh, banyak sekali adat peusijuek. Antara lain, yaitu :
1)      Peusijuek Peutron Linto Baru
Maksudnya : apabila seseorang pengantin laki-laki ingin turun/ keluar meninggalkan orang tuanya, akan berangkat menuju rumah dara baro (pengantin perempuan), maka orang tua linto baro menepung tawari pengantin tersebut sebagai simbol kerelaan melepas kepergian anaknya menuju rumah calon istrinya.
2)      Peusijuek Teurimong Linto Baro dan Dara Baro
Maksudnya : peusijuek pengantin pria maupun pengantin wanita yang baru tiba di rumah calon mertua sebagai simbol pemberian berkah dan merestui perkawinan mereka berdua, semoga mereka dapat hidup rukun, mudah rezeki, dan berbahagia sampai hari tua di akhir hayat nanti.
3)      Peusijuek Meu Endam Dara Baroe/ Linto Baroe
Maksudnya : menepung tawari pengantin laki-laki dan pengantin perempuan di waktu dia akan di eundam atau berendam membersihkan muka, merapikan rambut, merapikan alis mata dan memangkas atau mencuci rambut, agar kelihatan rapi apabila dirias sebagai pengantin.
4)      Peusijuek Seumanoe Dara Baroe/ Linto Baro
Maksudnya : memandikan pengantin wanita maupun pengantin pria dan dalam acara seumanoe akan ditampilkan ungkapan-ungkapan kata nasihat, peringatan dengan irama lagu yang indah dan diikuti tarian yang menawan.
5)      Peusijuek Duek Sandeng
Maksudnya : menepung tawari pengantin yang sedang duduk bersanding di atas pelaminan, dan yang melakukannya memberikan berkah dan restu kepada kedua mempelai, semoga hidup sejahtera.
6)      Peusijuek Meukatan Aneuk
Maksudnya : menepung tawari anak yang akan disunat rasulkan, untuk keberkatan serta cepat sembuh dari sunatan tersebut dan mendapat lindungan dari Allah apabila dewasa.
7)      Peusijuek Meulanga
Maksudnya : menepung tawari orang yang melaksanakan perdamaian, misalnya perdamaian karena penganiayaan, karena peperangan, dan lain-lain. 
8)      Peusijuek Utoh Rumoh dan Cok Mata Kayee
Maksudnya : menepung tawari tukang rumah serta mengambil mata kayu, artinya jika seseorang ingin mendirikan rumah tukang yang membuat rumah dan perkakasnya di peusijuek dulu. Selesai peusijuek, utoh melaksanakan tugasnya yaitu memulai pekerjaannya secara simbolik dengan membuat satu buah lubang pahatan pada satu tempat di kayu tiang yang sudah ditandai. Lalu, tgk membacakan doa.
9)      Peusijuek Peudong Reumoh
Maksudnya : menepungtawari kayu rumah yang selesai dikerjakan dan akan didirikan, pada pagi hari yang sudah disepakati dan sudah dilihat waktu yang baik.
10)  Peusijuek Buka Keudee
Maksudnya : menepungtawari toko yang baru dibuka untuk berjualan, sebelum toko tersebut resmi dibuka untuk umum.
11)  Peusijuek Keureuebuen
Maksudnya : menepungtawari hewan kurban, sebelum menyerahkannya kepada penitia kurban dipeusijuek terlebih dahulu oleh sang keluarga si pemilik kurban, dengan niat agar Allah memberkahi keluarga yang menyerahkan dan hewan tersebut dapat diterima sebagai amal dan ibadah.
12)  Peusijuek Kenderaan
Maksudnya : upacara menepungtawari kendaraan yang baru dibeli, seperti mobil, kereta roda dua, dan lain-lain yang bertujuan untuk keberkatan.
13)  Peusijuek Kilang (Pabrik)
Maksudnya : mempertepungtawari pabrik (mesin yang dapat memproduksi suatu barang yang bermanfaat digunakan masyarakat banyak), sebelum digunakan dipeusijuek dulu.
14)  Peusijuek Ureung Jak U Haji dan Wo Haji
Maksudnya : menepungtawari orang mau pergi menunaikan ibadah haji dan begitu pula apabila sudah pulang dari Mekkah, dengan niat agar mendapat berkah dan selamat dalam perjalanan hingga sampai kembali ke kampung halaman.
15)  Peusijuek Ureung Lhueh Nibak Bala
Maksudnya : menepungtawari orang terhindar/ lepas dari bala (kecelakaan). Dengan harapan agar di masa mendatang tidak terjadi lagi.
16)  Peusijuek Jamee
Maksudnya : menepungtawari tamu yang merupakan suatu acara yang sudah menjadi tradisi dalam kalangan masyarakat Aceh. Peusijuek ini berhubungan erat dengan ketokohan dan wibawa seorang tamu, semakin tinggi wibawa seseorang tamu maka semakin meriah acara peusijuek dilaksanakan.
17)  Peusijuek Inong Meuaneuk
Maksudnya : menepungtawari perempuan yang baru melahirkan, sebagai ungkapan syukur dan simpati serta penghargaan kepada anak perempuan yang baru melahirkan tersebut. Hal ini merupakan simbol dari ukhuwah Islamiah dan rasa kedekatan antara sesama warga serta sebagai ucapan selamat kepada yang melahirkan karena telah selamat dan lancar, tidak terjadi kesulitan.
18)  Peusijuek Padee Bijeh
Maksudnya : menepungtawari padi yang akan dijadikan sebagai bibit, sebelum padi direndam dan sebelum padi ditaburi ditempat penyemaian maka padi tersebut dipeusijuek terlebih dahulu, pendapat orang Aceh bahwa agar terhindar dari serangan hama yang merusak bibit padi tersebut.

















BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa peusijuek adalah salah satu budaya Aceh yang sampai sekarang masih dilestarikan dan menjadi ritual resmi masyarakat Aceh. Peusijuek sangat berhubungan erat dengan nilai-nilai agama yang mesti dijalankan. Hal tersebut dapat dilihat dari unsur-unsur peusijuek yang terdiri dari tiga hal yaitu: pertama, pelaku peusijuek, kedua momen peusijuek, ketiga doa peusijuek. Melihat ketiga tinjauaun tersebut dapat dikatakan bahwa peusijuek sangat erat dengan nilai-nilai keislaman dan keyakinan terhadap nila-nilai islam, sehingga peusijuek menjadi budaya masyarakat Aceh yang mayoritasnya agama islam.
Peusijuek berarti menjadikan sesuatu agar dingin, atau mendinginkan (Tgk. Shaleh Ibrahim). Peusijuek adalah prosesi adat yang dilakukan pada kegiatan-kegiatan tertentu dalam kehidupan masyarakat Aceh.
Masyarakat Aceh sekarang, banyak yang tidak lagi menghiraukan tentang semua tradisi dan budaya yang ada dalam masyarakat Aceh. Tradisi peusijuek, banyak yang memberikan tanggapan sebagai sesuatu yang sudah ketinggalan atau tidak sesuai dengan zaman. Berbeda dengan masyarakat Aceh dulu, yang sangat mengindahkan adat dan budaya Aceh, terutama tentang peusijuek.
3.2 Saran
Ø  Kepada Universitas
Agar lebih memperhatikan tentang mata kuliah Adat dan Budaya Aceh dengan menyediakan bahan bacaan yang bermutu tentang materi ini, serta menyediakan sarana dan prasarana yang lebih bagus.
Ø  Kepada Dosen Pengasuh Mata Kuliah Adat dan Budaya Aceh
Agar lebih memperhatikan lagi tentang materi yang akan disampaikan kepada mahasiswanya dan mencari referensi yang bermutu.
Ø  Kepada Mahasiswa Lain
Agar lebih mengindahkan tentang adat dan budaya Aceh, agar tidak pudar ditelan waktu dan kemajuan zaman.

DAFTAR PUSTAKA

Umar, Muhammad. 2008. Peradaban Aceh (Kilasan Sejarah Aceh dan Adat). Banda Aceh : CV. Boebon Jaya.
Hasjmy, Ali. 1983. Kebudayaan Aceh dalam Sejarah. Jakarta : penerbit Beuna.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.
http://destririfhani.blogspot.com/2011/03/adat-dan-budaya-aceh.html

2 komentar:

  1. Tradisi yang masih berlangsung oleh masyarakat Aceh


    http://www.marketingkita.com/2017/08/pengertian-retailer-secara-umum-dalam-ilmu-marketing.html

    BalasHapus
  2. Doa dan tata cara Peusijuk yang tidak ada,sebaiknya ada, Supaya generasi Aceh mengetahui dan bisa belajar sehingga tradisi yg baik itu terus terpelihara.

    BalasHapus