Sabtu, 28 September 2013

BOOK REPORT



Judul buku        :    Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar
Pengarang         :    Prof. Dr. S. Nasution, M. A.
Tahun Terbit      :    1982
Penerbit             :    Bumi Aksara

A.           DESKRIPSI BUKU
1.      Latar Belakang
Dewasa ini, sejalan dengan perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) semakin jauh pula perkembangan pendidikan tersebut. Hal ini ada yang berdampak positif dan bahkan ada juga yang berdampak negatif. Sebaliknya disegi lain ketika kita perhatikan bagaimana proses pembelajaran di negara orang seakan jauh berbeda dengan proses pembelajaran di negara kita. Lantas apa penyebabnya?
Berbagai pendapat dikemukakan oleh pakar pendidikan, hanya saja hal itu kembali lagi kepada pribadi kita sebagai pendidik dan peserta didik, bagaimana kita menyikapi berbagai perubahan tersebut, mampukah kita mewujudkan pendidikan yang layak dan mampu besaing dengan dunia luar atau bahkan membuat pendidikan itu sendiri semakin terpuruk. Padahal banyak hal yang bisa dilakukan agar terciptanya pendidikan yang bermutu. Tinggal bagaimana kita mengubah sikap psif kita menjadi aktif dan kreatif. Baik dipihak guru sebagai pengajar yang seharusnya lebih bisa memilih metode mengajar yang efektif bagi siswa. Juga bagi peserta didik yang lebih bisa bersikap antusial dalam merespons berbagai perubahan kearah yang positif.
Latar belakang masalah di atas lah yang mendasari hingga penulis ingin mengupas tentang buku Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar hingga terwujudnya pendidikan yang layak bagi peserta didik kita. Hingga pendidikan dewasa ini menjadi pendidikan yang lebih bermutu dalam berbagai bidang.


2.      Tujuan
Tujuan penulisan book report Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, ialah :
1)             Untuk mengetahui tentang berbagai proses yang berlangsung dalam kegiatan belajar mengajar serta komponen yang terlibat dalam proses tersebut sehingga terealisasi dalam kehidupan kita.
2)             Mengkaji dan menjadi bahan masukan kepada lembaga pendidikan serta unsur yang terlibat di dalamnya agar proses belajar mengajar dapat berjalan sebagai mana mestinya.
3)             Untuk memenuhi salah satu tugas mitem mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.

3.      Alasan Pemilihan Buku
Pendidikan merupakan unsur penting dalam kehidupan setiap individu, bahkan pendidikan menempati prioritas yang utama setelah kebutuhan primer setiap manusia. Pendidikan yang seharusnya tak mungkin bisa berjalan dengan lancar tanpa adanya unsur-unsur yang terlibat di dalamnya, baik dari segi pendidik, yang dididik, bahan ajar, dan masih banyak hal lain yang semestinya ada agar terujudnya suatu pendidikan yang didambakan dan mampu mencetak generasi penerus yang lebih bermutu. Tentu saja hal itu tak terlepas dari bagaimana proses pendidikan itu sendiri berjalan.
Mengingat pentingnya hal di atas, sehingga dirasakan perlu untuk mengkaji buku yang membahas hal tersebut. Penulis memilih buku ini sebagai book report untuk mata kuliah “Belajar dan Pembelajaran” yang dibimbing oleh ibu Fauziatul Halim, M. Pd.

4.      Pengenalan Buku
Buku Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar dikarang oleh Prof. Dr. S. Nasution, M. A. Dan diterbitkan oleh Bumi Aksara pada tahun 1982. Buku ini merupakan disertasi penulis yang secara substansial dari hasil penelitian dan ini adalah cetakan edisi pertama yang terdiri atas 223 halaman dan 10 bab. Buku ini membahas tentang berbagai aspek dan pendekatan yang terlibat langsung dalam proses belajar mengajar yang selayaknya diterapkan dalam proses pembelajaran dewasa ini.
Tugas ini sifatnya individual sehingga pada saat ini penulis mendapat kesempatan untuk mengupas isi buku ini dimulai dari bab VII sampai X, dikarenakan bab sebelumnya dibahas oleh kawan yang lain, jadi dalam book report ini tetap saya mulai dengan mengganti sub babnya menjadi bab I sampai IV.
Bab I        Membahas tentang sikap guru dalam proses belajar mengajar.
Bab II      Membahas tentang berbagai pendapat para pakar tentang metode kuliah.
Bab III     Membahas tentang bagaimana proses belajar mengajar menurut Robert M. Gagne.
Bab IV     Membahas tentang bagaimana pengajaran modul yang diterapkan dalam proses belajar mengajar.
Semoga laporan buku yang yang sederhana ini dapat bermanfaat, umumnya bagi para pembaca dan khususnya pribadi penulis.

B.            POKOK-POKOK PEMIKIRAN
BAB I
SIKAP GURU
Sikap Otoriter
Bila seorang guru mengajarkan suatu mata pelajaran, ia tidak hanya mengutamakan mata pelajaran, akan tetapi harus juga memperhatikan anak itu sendiri sebagai manusia yang harus dikembangkan pribadinya. Pikiran waras mengatakan bahwa harus dipelihara keseimbangan antara perkembangan intelektual dan perkembangan psikologis anak. Hanya mementingkan bahan pelajaran dengan mengabaikan anak dapat merugikan anak itu. Macam-macam cara akan digunakan oleh guru untuk mengharuskan anak itu belajar di sekolah maupun di rumah.
Sikap “Permissive”
Sebagai reaksi terhadap pengajaran yang otoriter timbul aliran yang menonjolkan anak sebagai manusia antara lain atas pengaruh “progressive education” dan aliran psikologi seperti psikoanalisis, yakni yang menginginkan sikap yang “permissive” terhadap anak. Sikap ini membiarkan anak berkembang dalam kebebasan tanpa banyak tekanan frustasi, larangan, perintah atau paksaan.
Sikap Riil
Baik sikap otoriter maupun sikap “permissive” mendapat kecaman. Sikap otoriter yang mengatur setiap perbuatan anak, bila perlu dengan paksaan dan hukuman, tidak mendidik anak menjadi manusia merdeka yang demokratis yang sanggup berdiri sendiri, sanggup memilih atas tanggung jawab sendiri. Bila diberi kebebasan ia tidak dapat menggunakannya dengan baik kerena biasa diatur oleh orang lain.
Sikap “permissive” yang dicap sebagai sikap “lunak” yang memberi kebebasan yang berlebihan kepada anak untuk berkembang sendiri, sebenarnya tidak memberi bimbingan kepada anak dan dengan demikian sebenarnya tidak mendidik anak. Pendidikan memerlukan pimpinan dari pendidik.
Sikap pendidik hendaknya jangan terlampau otoriter atau terlampau “permissive” akan tetapi harus realistis. Pendidikan memerlukan memerlukan kebebasan akan tetapi juga pengendalian. Larangan dan konflik maupun kebebasan dan kepuasan merupakan bagian dari pendidikan.
Pribadi Guru
Pada tahun 1948 dari pasien-pasien yang masuk ke suatu rumah sakit besar di Amerika Serikat, 17 persen dari pasien yang bekerja sebagai dokter ternyata menderita penyakit mental, 19 persen terdiri atas petani, 30 persen dokter gigi, 36 persen ahli hukum dan ibu rumah tangga, dan 55 persen guru-guru. Dari semua jabatan pekerjaan, sebagai gurulah yang paling banyak menimbulkan penyakit mental.
Tak ada hasil penelitian yang mendukung dugaan-dugaan itu. Namun, guru-guru yang mempunyai kecenderungan penyakit mental atau yang telah menderita gangguan mental akan mempunyai pengaruh yang buruk terhadap generasi muda. Hingga kini belum ada test yang mampu menyaring calon-calon guru yang baik dari yang tidak baik.

Bagaimanakah seharusnya sikap guru ?
Di bawah ini kami kemukakan tiga hal di mana guru harus menentukan sikapnya.
a.    Anak atau Bahan Pelajaran
Beberapa syarat tentang guru
Kita di Indonesia memberi perhatian utama kepada perkembangan kognitif, termasuk perkembangan intelektual anak-anak, walaupun kita usahakan perkembangan yang harmonis. Tujuan yang ingin kita capai adalah agar anak-anak lulus dengan ujian dan kelak mendapat tempat di perguruan tinggi yang baik. Perkembangan pribadi anak, misalnya dalam bidang sosial, emosional dan moral kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan perkembangan intelektual.
Ada masanya, seperti di Amerika Serikat bahwa perhatian ditujukan kepada perkembangan anak seluruhnya. Macam-macam test disediakan untuk mengetahui aspek-aspek kepribadian anak. Mengembangkan pribadi anak rasanya lebih mendapat perhatian daripada perkembangan intelektual untuk menguasai disiplin-disiplin akademis.
Agar pelajaran berhasil baik, tiap anak harus mendapat perhatian dan bantuan. Rintangan-rintangan psikologis seperti gangguan mental hendaknya ditiadakan dan untuk itu guru harus mengenal pribadi tiap anak. 
b.   Guru sebagai Model
Sikap “permissive” yang berlebihan itu yang merupakan reaksi atas sikap otoriter dan dominasi guru guru melupakan bahwa anak-anak memerlukan bimbingan dan pimpinan guru. Pendidikan adalah usaha membimbing anak ke arah kedewasaan sesuai dengan tujuan pendidikan. Ada kalanya guru harus menunjukkan jalan, menyuruh anak, mengatakan kepada mereka apa yang harus dilakukan dan bila perlu melarang mereka melakukan sesuatu yang menyimpang atau merugikan.
Fungsi guru yang paling utama adalah memimpin anak-anak, membawa mereka ke arah tujuan yang tegas. Guru itu, di samping orang tua, harus menjadi model atau suri teladan bagi anak. Anak-anak mendapat rasa keamanan dengan adanya model itu dan rela menerima petunjuk maupun teguran bahkan hukuman.

c.    Kesulitan dalam Belajar
Guru yang bersikap sentimental yang berusaha agar belajar itu menjadi kegiatan yang menggembirakan yang dilakukan tanpa jerih payah. Dalam usaha untuk menghormati pribadi anak, menjauhkannya dari frustrasi dan konflik, maka dicarilah usaha agar pelajaran itu menyenangkan dan mudah dilaksanakan.

BAB II
BEBERAPA PENDAPAT TENTANG METODE KULIAH
          Bagaimanakah pendapat pengajar ?
          Dalam suatu penelitian di Inggris tentang pendapat para pengajar di Universitas tentang metode kuliah, ternyata bahwa mereka menganggap metode ini sangat bermanfaat, karena mereka anggap bahwa kebanyakan mahasiswa belum cukup matang untuk belajar sendiri. Metode kuliah cara yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi. Kuliah merupakan cara yang sangat baik untuk mengintroduksi topik yang baru atau mengungkapkan seluk-beluk masalah yang pelik yang tidak dapat dilakukan oleh mahasiswa dengan kemampuan sendiri.
          Bagaimana pendapat mahasiswa ?
          Mahasiswa kebanyakan mendukung pendapat para pengajar tentang manfaat kuliah. Dalam penelitian tentang urutan manfaat metode mengajar, mahasiswa memberi urutan sebagai berikut : pertama kuliah sebagai metode yang paling bermanfaat, kedua demonstrasi, ketiga seminar, dan paling akhir praktikum.
          Fungsi kuliah
          Fungsi kuliah ialah mengintroduksi mata pelajaran yang baru dan menunjukkan hubungannya dengan bidang studi lainnya, memberi keterangan tentang perkembangan baru dalam ilmu itu, yang belum dimuat dalam buku pelajaran dan membuka kesempatan untuk mengemukakan masalah-masalah serta cara-cara untuk mencari pemecahannya.
          Apakah hasil perkuliahan ?
          Dengan test yang meliputi kedelapan tingkat kognitif menurut Bloom dicoba menilai hasil suatu perkuliahan dalam psikologi. Test mengenai terminologi, fakta, prinsip-prinsip umum dan pemahaman yang sederhana mendapat kemajuan yang cukup besar. Kemampuan untuk menerapkan bahan perkuliahan berbeda-beda keberhasilannya. Akan tetapi, kemajuan dalam analisis, sintesis, dan evaluasi tidak menunjukkan kemajuan yang berarti.
          Apakah kuliah harus dihindari ?
          Ada jurusan yang sangat mementingkan belajar sendiri oleh mahasiswa yang kurang mementingkan perkuliahan dan karena itu memberi kebebasan kepada mereka untuk menghadirinya atau tidak. Ternyata bahwa mereka yang sering tidak hadir dalam perkuliahan menunjukkan hasil yang lebih rendah daripada mereka yang setia menghadiri semua perkuliahan pada test dan ujian. Bila bahan perkuliahan tidak dapat diperoleh mahasiswa dengan kemampuan sendiri, maka pada umumnya lebih baik untuk mengharuskan mereka untuk menghadirinya.
          Kedudukan kuliah
          Kedudukan kuliah bergantung pada sifat fakultas. Fakultas sosial menghubungkan kuliah dengan diskusi dan bacaan, sedangkan fakultas ilmu alam menghubungkannya dengan sedikit diskusi. Ada pula fakultas yang mengaitkan kuliah dengan sistem tutorial.
          Panjang kuliah
          Menurut suatu penelitian, kuliah yang diberikan pada waktu pagi lebih besar hasilnya daripada yang dihadiri sore harinya. Dalam penelitian lain ternyata bahwa yang banyak dipelajari ialah dari apa yang diberikan pada seperempat jam pada mulanya. Makin lama kuliah itu makin sedikit yang ditangkap oleh mahasiswa. Jika ini berlaku umum, maka hal ini perlu mendapat pertimbangan dalam perencanaan suatu kuliah.
          Cara penyampaian     
          Pada umumnya kuliah yang diucapkan secara bebas lebih menarik daripada yang dibacakan. Mengulangi hal-hal yang penting banyak membantu untuk mengingatnya. Juga banyak manfaat alat visual yang relevan.
          Evaluasi
          Untuk menilai kuliah, dapat kuliah itu direkam untuk diperdengarkan kepada teman-teman pengajar lainnya untuk minta pendapat masing-masing. Juga dapat kuliah itu diperdengarkan kepada mahasiswa yang lebih matang untuk mengetahui komentar dan kritik mereka.
          Dalam suatu angket, kepada mahasiswa dan tenaga pengajar jurusan tertentu mereka diminta untuk mengurutkan sifat-sifat yang diinginkan dari seorang pemberi kuliah. Hasilnya adalah sebgai berikut : (1) Menyajikan bahan dengan jelas dan logis, (2) Memungkinkan mahasiswa untuk memahami prinsip-prinsip pokoknya, (3) Dapat didengar dengan jelas oleh semua, (4) Dapat membuat agar bahannya mengandung makna secara intelektual, (5) Dapat menyelesaikan seluruh bahan untuk kuliah, (6) Memelihara kontinuitas perkuliahan, (7) Konstruktif dan bersifat membantu dalam kritiknya, (8) Memperlihatkan keahliannya dalam bidangnya, (9) Menjaga kecepatan yang serasi selama perkuliahannya, (10) Memasukkan dalam perkuliahannya hal-hal yang tidak dimuat dalam buku pelajaran.

BAB III
PROSES BELAJAR – MENGAJAR MENURUT
ROBERT M. GAGNE
Teori-teori Belajar
Pertumbuhan dan belajar
          Manusia tumbuh dan berkembang dari bayi yang tak berdaya dan dalam segala kebutuhannya bergantung pada orang lain menjadi manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan berbagai corak ragam masyarakat, dari yang sederhana sampai yang modern dan kompleks. Ia dapat menyesuaikan hidupnya dalam gua, akan tetapi juga dapat hidup dalam ruang angkasa. Jadi, dalam hidup manusia dari bayi sampai dewasa ia mengalami berbagai perubahan. Di antaranya ada yang disebabkan oleh pertumbuhan, menjadi besar misalnya yang ditentukan oleh pembawaannya, jadi genetis.
          Berbagai teori
          Untuk menjelaskan bagaimana proses belajar itu berlangsung, timbul berbagai teori. Kekeliruan yang banyak dilakukan ialah, menganggap bahwa segala macam belajar dapat diterangkan dengan satu teori tertentu. Tiap teori mempunyai dasar tertentu. Ada teori belajar yang didasarkan atas asosiasi, ada pula atas insight misalnya, dan prinsip yang ada satu tak dapat dipadukan dengan yang lain.
          Teori belajar yang paling tua ialah teori asosiasi, yakni hubungan antara stimulus  dan respons. Hubungan itu bertambah kuat bila sering diulangi dan respons yang tepat diberi ganjaran berupa makanan atau pujian atau cara lain yang memberi rasa puas dan senang.
          Menurut Köhler insight adalah melihat hubungan antara unsur-unsur dalam situasi yang mengandung problem itu. Wertheimer berpendapat bahwa insight itu terjadi bila seorang melihat struktur yang esensial dalam situasi problematis itu. Teori itu pun tidak bebas dari kritik, di antaranya bahwa binatang itu juga dipengaruhi oleh pengalaman-pengalamannya yang lampau. Apa yang dilakukan oleh chimpanse itu hanya dapat dilakukannya berkat pengalaman yang telah ada padanya.            
          Telah bermacam-macam teori belajar diciptakan, di antaranya yang didasarkan atas eksperimen terutama dengan binatang. Seperti telah kami kemukakan di atas, semua teori memberi sumbangan yang berharga untuk memahami jenis belajar tertentu. Dengan demikian, semua teori dapat memberi bantuan kepada guru dalam peroses belajar mengajar.

Aneka Ragam Bentuk Belajar Menurut Robert M. Gagne
          Delapan type belajar
          Belajar Type 1. Signal Learning (belajar isyarat)
          Contoh : Aba-aba “Siap !” merupakan suatu signal atau isyarat untuk mengambil sikap tertentu.
          Belajar Type 2. Stimulus-Response Learning (belajar stimulus-respons)
          Contoh : Anjing dapat diajar “memberi salam” dengan mengangkat kaki depannya bila kita katakan “kasi tangan” atau  “salam”.
          Belajar Type 3. Chaining (Rantai atau rangkaian)
          Contoh : Dalam bahasa kita banyak contoh “chaining” seperti “ibu-bapak”, “kampung halaman”, “selamat tinggal”, dan sebagainya.
         
          Belajar Type 4. Verbal Association (asosiasi verbal)
          Bentuk verbal association yang paling sederhana ialah bila diperlihatkan suatu bentuk geometris dan anak itu dapat mengatakan “bujur sangkar” atau mengatakan “itu bola saya” bila dilihatnya bolanya.
          Belajar Type 5. Discrimination Learning (belajar diskriminasi)
          Contoh : Anak dapat mengenal berbagai merk mobil beserta namanya walaupun tampaknya mobil itu banyak bersamaan. Demikian pula ia dapat membedakan manusia yang satu dari yang lain, juga tanaman, binatang, dan lain-lain.
          Belajar Type 6. Concept Learning (belajar konsep)
          Banyak konsep mungkin karena kesanggupan mereka untuk mengadakan representasi internal tentang dunia sekitarnya dengan menggunakan bahasa.
          Belajar Type 7. Rule Learning (belajar aturan)
          Type belajar ini banyak terdapat dalam pelajaran di sekolah. Banyak aturan yang perlu diketahui oleh setiap orang yang terdidik. Aturan ini terdapat dalam tiap mata pelajaran.
          Belajar Type 8. Problem Solving (pemecahan masalah)
          Problem solving atau memecahkan masalah sesuatu yang biasa dalam hidup setiap manusia dan tiap hari sepuluh dua puluh kali ia memecahkan masalah.

Kejadian-kejadian dalam Belajar dan Mengingat
          Empat fase dalam belajar
          Belajar berlangsung dalam empat fase, yakni (1) fase apprehending, (2) fase acquistion, (3) fase storage, (4) fase retrieval. Keempat fase tersebut berlangsung berturut-turut.
          Mengingat sesuatu sebagai hasil belajar
          Belajar terjadi bila ada hasil yang dapat diperlihatkan. Bila kita mengajarkan bahwa El Salvador suatu negara di Amerika Tengah, maka ia harus dapat mengingatnya dan menjawab bila ia ditanya tentang itu, walaupun dalam jangka waktu yang pendek sekali setelah diajarkan.

          Apakah yang diingat ?
          Seseorang dapat mengingat gambar yang telah pernah dilihatnya, mengingat kata-kata yang baru dipelajarinya, atau mengingat bagaimana cara memecahkan hitungan.
          Recognition (Mengenal kembali)
          Seseorang dapat mengenal kembali suatu gambar, lagu, bau wangi yang telah pernah dilihat, didengar atau diciumnya sebelumnya. Mengenal kembali ini lebih mantap dari bentuk ingatan lainnya.
          Recall of verbal information (Mengingat kembali informasi verbal)
          Anak-anak demikian pula orang dewasa dapat mengingat kembali kata-kata yang telah pernah didengar atau dipelajarinya. Menyatakan kembali apa yang dipelajari lebih sukar daripada sekedar mengenal sesuatu kembali.
Reinstatement of intellectual skills (Menggunakan keterampilan intelektual)
          Bila seseorang dihadapkan pada suatu soal, misalnya soal fisika, maka ia harus mengingat bermacam-macam hal yang berkenaan dengan jenis-jenis belajar seperti diskriminasi, rangkaian, klasifikasi, menggunakan aturan atau hukum, dan pemecahan masalah.
          Fungsi ingatan
1)      Mengingat untuk sementara untuk keperluan tertentu, misalnya nomor telepon yang dapat dilupakan kembali setelah kita memutar nomor itu atau sejumlah barang yang harus kita beli sewaktu berbelanja.
2)      Fungsi perantara, mengingat sejumlah nama pohon, tanaman, binatang dan sebagainya untuk memahami klasifikasinya. Kita tidak tahu berapa banyak harus diingat untuk dapat mengklasifikasikannya.
3)      Mengingat selama hidup, diantaranya keterampilan intelektual yang sering kita perlukan dalam menghadapi masalah-masalah, baik yang spesifik maupun yang bersifat umum.



Hierarki dalam Belajar
          Hasil belajar nyata dari apa yang dapat dilakukannya yang tidak dapat dilakukannya sebelumnya. Maka terjadi perubahan kelakukan yang dapat kita amati dan dapat dibuktikannya dalam perbuatan.
          Perencanaan hierarki dalam mengajar
          Adanya jenjang dalam mempelajari sesuatu mengharuskan guru untuk merencanakan langkah-langkah yang menuju ke arah penguasaan bahan pelajaran. Untuk memahami sesuatu siswa harus menguasai aturan atau prinsip tertentu.
          Tujuan pelajaran
          Tujuan pelajaran hendaknya dirumuskan dalam bentuk kemampuan yaitu hal-hal yang dapat dilakukannya sebelum ia belajar. Yang merupakan keterampilan intelektual dan bukan sebagai hafalan fakta, informasi, prinsip, rumus, dan sebagainya  yang dapat dicari kembali dalam buku sedangkan keterampilan intelektual tidak dapat dicari dalam buku akan tetapi dipelajari.
          Struktur dalam pelajaran
          Setiap peljaran memiliki hierarki atau struktur dalam mempelajarinya. Untuk memecahkan masalah diperlukan penguasaan sejumlah aturan yang harus dipelajari sebelumnya melalui konsep yang mendasarinya. Pada umumnya belajar berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks walaupun belum ada kesamaan dalam langkah yang harus dijalani, tapi pasti ada urutan langkah-langkah itu.

Kesiapan untuk Belajar
          Kesiapan belajar adalah kondisi yang mendahului kegiatan belajar itu sendiri, tanpa hal itu kegiatan belajar tidak akan terjadi.
          Perhatian
          Untuk mengamati sesuatu diperlukan perhatian. Anak harus melihat gambar atau buku dan bukan melihat keluar jika ingin belajar. Kita tentu dapat memikirkan berbagai cara untuk menarik perhatian anak dengan memberikan stimulus yang baru, aneka ragam, atau berintensitas tinggi.


          Motivasi belajar
          Motivasi kelakuan manusia merupakan topik yang sangat luas. Banyak macam motivasi dan para ahli meneliti tentang bagaimana asal dan perkembangannya dan menjadi suatu daya dalam mengarahkan kelakuan seseorang. Motivasi diakui sebagai hal yang sangat penting bagi pelajaran di sekolah.
          Salah satu pakar, yaitu : Ausubel (1968), berpendapat bahwa motivasi yang dikaitkan dengan motivasi sosial tidak begitu penting dibandingkan dengan motivasi yang berkaitan dengan penguasaan tugas dan keberhasilan. Motivasi serupa ini bersifat intrinsik dan keberhasilannya akan memberi rasa kepuasan dan mempertinggi harga diri dan rasa kemampuannya. Ia juga mengungkapkan bahwa adanya hubungan antara motivasi dan belajar. Motivasi bukan merupakan syarat mutlak untuk belajar, tak perlu tunggu motivasi dulu, baru mengerjakan sesuatu.
          Perkembangan kematangan
          Dapat tidaknya seorang anak belajar sesuatu juga ditentukan oleh taraf kematangan dan kesiapannya. Dapat juga dikatakan bahwa perbedaan dalam perkembangan kesiapan anak disebabkan oleh perbedaan dalam keterampilan intelektual yang telah dipelajari sebelumnya.

Disain pengajaran
          Agar belajar berhasil baik, maka harus dipenuhi kondisi intern dan kondisi ekstern. Kondisi intern terdiri atas penguasaan konsep dan aturan yang merupakan pra syarat untuk memahami bahan pelajaran yang baru atau memecahkan suatu masalah. Kondisi ekstern mengenai hal-hal dalam situasi belajar yang dapat dikontrol oleh pengajar, misal komunikasi verbal.
          Apa yang terjadi dalam mengajar ?
          Mengajar dapat kita pandang sebagai usaha mengontrol kondisi ekstern, yang dapat diatur, dimanipulasi, atau dikontrol. Yang merupakan suatu bagian dari proses belajar namun termasuk tugas guru yang utama dalam mengajar.


          Mengajar terdiri atas sejumlah kejadian-kejadian tertentu. Banyak sedikit bagian-bagiannya serta urutannya sebagai berikut :
1)   Membangkitkan dan memelihara perhatian. Dengan stimulus ekstern kita berusaha untuk membangkitkan perhatian itu.
2)   Menjelaskan kepada murid hasil apa yang diharapkan daripadanya setelah belajar. Ini dilakukan dengan komunikasi verbal.
3)   Merangsang murid untuk mengingat kembali konsep, aturan, dan keterampilan yang merupakan pra syarat agar memahami pelajaran yang akan diberikan.
4)   Menyajikan stimuli yang berkenaan dengan bahan pelajaran.
5)   Memberikan bimbingan kepada murid dalam proses belajar.
6)   Memberikan feedback atau balikan dengan memberitahukan kepada murid apakah hasil belajarnya benar atau tidak.
7)   Menilai hasil belajar dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk mengetahui apakah ia telah benar menguasai bahan pelajaran itu dengan memberikan beberapa soal.
8)   Mengusahakan transfer dengan memberikan contoh tambahan untuk menggeneralisasi apa yang telah dipelajari itu sehingga ia dapat menggunakannya dalam situasi-situasi lain.
9)   Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari itu.
          Manajemen belajar
          Kebanyakan orang hanya dapat mencapai kemajuan dalam belajar bila mengikuti pelajaran yang teratur menurut sistem pendidikan. Hanya dengan sistem itu, orang dapat belajar dengan efisien.
          Merumuskan tujuan
          Dianjurkan agar tujuan dirumuskan dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati.
Syarat dari tujuan yang baik, ialah :
1)   Kata kerja hendaknya menunjukkan perbuatan yang dapat diamati.
2)   Uraian terhadap stimulus terhadap mana siswa harus merespons.
3)   Menentukan alat yang digunakan oleh siswa.
4)   Petunjuk tentang sifat jawaban yang diharapkan.
Media pembelajaran
Berbagai media dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan siswa. Pada umumnya gurulah sumber utama yang memberikan stimulus kepada murid agar belajar.
Media belajar, misalnya : benda-benda, demonstrasi, model, bahasa tertulis, gambar-gambar, film dan televisi, mesin belajar (teaching machine).

BAB IV
PENGAJARAN MODUL
          Akhir-akhir ini makin banyak perhatian terhadap pengajaran individual dan kepercayaan akan kemampuan individu untuk belajar sendiri. Pengajaran lebih ditujukan kepada proses belajar yakni membimbing siswa untuk menguasai teknik belajar untuk mencari sendiri apa yang diperlukannya bagi tujuannya dari khasanah ilmu pengetahuan yang berlipat ganda dengan sangat cepat.
          Prinsip-prinsip
          Apa yang dimaksud dengan modul ?
          Modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.
          Apa tujuan pengajaran modul ?
          Salah satu tujuan pengajaran modul ialah membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Dianggap bahwa siswa tidak akan mencapai hasil yang sama dalam waktu yang sama dan tidak sedia mempelajari sesuatu pada waktu yang sama.
          Keunggulan pengajaran modul bagi siswa
          Balikan atau feedback
          Modul memberikan feedback yang banyak dan segera sehingga siswa dapat mengetahui taraf hasil belajarnya. Kesalahan segera dapat diperbaiki dan tidak dibiarkan begitu saja seperti halnya dengan pengajaran tradisional.
         

          Penguasaan tuntas atau mastery
          Pengajaran modul tidak menggunakan kurva normal sebagai dasar distribusi angka-angka. Setiap siswa mendapat kesempatan untuk mencapai angka tertinggi dengan menguasai bahan pelajaran secara tuntas.
          Tujuan
          Modul disusun sedemikian rupa sehingga tujuannya jelas, spesifik dan dapat dicapai oleh murid, sehingga usaha murid untuk mencapainya terarah.
          Motivasi
          Pengajaran yang membimbing siswa untuk mencapai sukses melalui langkah yang teratur, akan menimbulkan motivasi yang kuat untuk berusahan dengan giat.
          Fleksibilitas
          Pengajaran modul dapat disesuaikan dengan perbedaan siswa antara lain mengenai kecepatan belajar, cara belajar dan bahan pelajaran.
          Kerja-sama
          Pengajaran modul mengurangi sedapat mungkin rasa persaingan dikalangan siswa oleh sebab semua dapat mencapai nilai tertinggi. Mereka tidak bersaing untuk mencapai rangking tertinggi karena tidak digunakannya kurva normal dalam penentuan angka, hingga terbuka jalan ke arah kerja sama.
          Pengajaran remedial
          Pengajaran modul sengaja memberikan kesempatan untuk pelajaran remedial yakni memperbaiki kelemahan, kesalahan atau kekurangan murid yang segera dapat ditemukan sendiri oleh murid berdasarkan evaluasi yang diberikan secara kontinu.
          Keuntungan pengajaran modul bagi pengajar
          Rasa kepuasan
          Modul disusun dengan cermat sehingga memudahkan siswa belajar untuk menguasai bahan pelajaran menurut metode yang sesuai bagi murid. Hingga hsil belajar murid terjamin, hingga dengan sendirinya rasa kepuasan guru muncul karena ia telah berhasil melakukan profesinya dengan baik.



          Bantuan individual
          Pengajaran modul memberi kesempatan yang lebih besar dalam waktu yang lebih banyak kepada guru untuk memberikan perhatian individual kepada murid yang membutuhkan bantuan tanpa harus melibatkan seluruh kelas.
          Pengayaan
          Guru juga mendapat waktu yang lebih banyak untuk memberikan ceramah sebagai pengayaan.
          Kebebasan dari rutin
          Pengajaran modul membebaskan guru dari rutin yang membelenggunya selama ini. Ia dibebaskan dari persiapan pelajaran karena seluruhnya telah disediakan oleh modul.
          Mencegah kemubasiran
          Modul adalah satuan pelajaran yang berdiri sendiri mengenai topik tertentu dan dapat digunakan dalam berbagai mata pelajaran atau mata kuliah, yang dapat digunakan oleh berbagai sekolah dan universitas.
          Meningkatkan profesi keguruan
          Pengjaran modul menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai proses belajar itu sendiri. Yang dapat merangsang guru untuk berfikir dan mendorongnya bersikap lebih ilmiah tentang profesinya.
          Evaluasi formatif
          Modul hanya meliputi bahan pelajaran yang terbatas dan dapat dicobakan pada murid yang kecil jumlahnya dalam taraf pengembangannya. Melalui pre-test dan post-test apat dinilai taraf hasil belajar murid dengan cara demikian mengetahui efektivitas bahan itu.
          Perbandingan pengajaran konvensional dengan pengajaran modul
          Tujuan
          Pengajaran Konvensional (PK), tujuannya tidak dirumuskan secara spesifik dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati dan diukur sedangkan Pengajaran Modul (PM), tujuannya dirumuskan dalam bentuk kelakuan murid, apa yang diharapkan dapat dilakukannya setelah dijalaninya pelajaran.
         
          Penyajian bahan pelajaran
          PK : bahan pelajaran disajikan kepada kelompok, kelas, sebagai keseluruhan tanpa memperhatikan murid secara individual dan pelajaran diberikan pada jam sesuai jadwal pelajaran tersebut. Sedangkan PM : bahan pelajaran disajikan secara individual dan siswa pun bisa mempelajarinya pada waktu yang diinginkan.
          Kegiatan instruksional
          PK : bahan pelajaran berbentuk ceramah, kuliah, tugas tertulis, dan media lain menurut pertimbangan guru. Sedangkan PM : menggunakan aneka ragam kegiatan belajar yang dapat meningkatkan proses belajar.
          Pengalaman belajar
          PK : berorientasi pada kegiatan guru dengan mengutamakan proses belajar, sedangkan PM : berorientasi pada kegiatan murid dengan pengajaran secara individual dengan tekanan pada proses belajar.
          Partisipasi
          PK : murid kebanyakan bersikap pasif karena harus mendengarkan uraian guru. Sedangkan PM : siswa selalu aktif belajar dengan melakukan berbagai kegiatan untuk menguasai bahan pelajaran sepenuhnya.
          Kecepatan belajar
          PK : murid harus belajar menurut kecepatan yang kebanyakan ditentukan oleh kecepatan guru mengajar, sedangkan PM : tiap siswa maju menurut kecepatannya.
          Penguatan atau reinforcement
          PK : diberikan setelah diadakannya ulangan atau ujian, sedangkan PM : penguatan sering diberikan segera setelah dipelajari sebagian kecil dari bahan pelajaran itu.
          Keberhasilan belajar
          PK : kebanyakan dinilai oleh guru secara subjektif, sedangkan PM : dinilai secara objektif berdasarkan hasil belajar murid, penilaian ini merupakan kekurangan yang dapat diperbaiki sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan.
          Penguasaan
          PK : hanya sebagian kecil saja yang menguasai bahan pelajaran sepenuhnya, ada yang sebagian bahkan ada pula yang gagal. Sedangkan PM : bila diberi waktu yang cukup, maka semua siswa diharapkan dapat mencapai tujuan pelajaran sepenuhnya.
          Peranan pengajar
          PK : berfungsi sebagai penyalur pengetahuan, sedangkan PM : berfungsi sebagai pendiagnosis kekurangan murid, pemberi motivasi, pembimbing belajar, dan sebagai manusia sumber.
          Ujian atau test
          PK : siswa menempuh beberapa test atau ulangan mengenai bahan yang telah dipelajari dan berdasarkan beberapa angka itu ditentukan angka rapornya untuk semester itu. Sedangkan PM : test diadakan untuk mengukur keberhasilan belajar mengenai tujuan yang telah dirumuskan pada awal pelajaran atau kuliah, untuk mengetahui bahan yang telah dimiliki sebagai prasyarat untuk mempelajari modul itu, mendiagnosis kebaikan dan kekurangan tiap siswa dan penguasaan yang diharapkan dari mereka.
          Bentuk umum modul
           Aspek utama modul ialah :
1)   Bahan
Siswa harus menyelesaikan modul yang diperlukan. Tujuannya dirumuskan dengan jelas dan siswa boleh merencanakan atau memilih kegiatan belajar yang dapat membantunya untuk mencapai tujuan itu. Beban yang ada dalam tiap modul diwajibkan untuk dipelajari dan seluruh atau sebagian bahan dimodulkan.
2)   Waktu belajar
Fasilitas belajar atau sumber belajar terbuka sepanjang hari dan seluruh bahan dipelajari secara individual serta dilengkapi dengan kuliah, penjelasan guru, diskusi dan sebagainya.
3)   Urutan
Modul dipelajari menurut urutan tertentu terserah pada siswa.
          Evaluasi dalam pengajaran modul
          Dalam PM, evaluasi memegang peranan penting, yaitu memberikan balikan atau feedback kepada murid maupun pengajar. Hingga diketahui apakah siswa telah memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk mempelajari suatu modul.
          Bidang studi yang dimodulkan
          Modul dapat digunakan dalam berbagai bidang studi. Baik di tingkat SD maupun perguruan tinggi. Yang penting tujuan modul harus dapat dirumuskan dengan jelas dan khusus dalm bentuk kelakuan yang diamati.
          Administrasi modul
          Administrasi modul tidak termasuk pengembangannya, terutama terdiri atas distribusi buku bimbingan belajar dan individual, administrasi test yang semuanya dapat dikendalikan oleh guru.
          Unsur-unsur administrasi sistem modul yaitu :
1)   Pengembangan modul
Memilih bahan pelajaran dan alat pelajaran, menyusun bahan dalam satuan untuk tiap modul, merumuskan tujuan modul, menyesuaikan tujuan dengan proses belajar, merencanakan cara memonitor dan mencatat kemajuan belajar murid dan merencanakan evaluasi akhir hasil belajar murid.
2)   Pelaksanaan
Penyebaran, penyampaian modul kepada siswa, memonitor dan mencata kemajuan belajar siswa, memberi balikan kepada siswa dan menilai hasil belajar siswa.
     Biaya modul
     PM memakan biaya yang lebih banyak, yang meliputi :
1)   Waktu yang diperlukan pengajar untuk menyiapkan modul
2)   Biaya alat audio-visual, pegawai administrasi, alat lab dan lain-lain
3)   Biaya perbanyakan modul, buku bimbingan belajar, dan komponen lainnya
4)   Biaya ruang balajar, dan seterusnya.
Cara menyusun modul
1)   Merumuskan sejumlah tujuan secara jelas, spesifik, dalam bentuk kelakuan siswa yang dapat diamati dan diukur
2)   Urutan tujuan itu yang menentukan langkah yang diikuti dalam modul itu
3)   Test diagnostik untuk mengukur latar belakang siswa, pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya sebagai prasyarat untuk menempuh modul itu
4)   Menyusun alasan pentingnya modul ini bagi siswa
5)   Kegiatan belajar direncanakan untuk membantu dalam membimbing siswa agar mencapai kompetensi seperti dirumuskan dalam tujuan.
6)   Menyusun post-test untuk mengukur hasil belajar murid hingga manakala ia menguasai tujuan modul
7)   Menyiapkan pusat sumber berupa bacaan yang terbuka bagi siswa setiap waktu ia memerlukannya.
     Masalah-masalah
     Kesulitan bagi siswa
          Belajar sendiri memerlukan disiplin, self-disipline. Siswa harus sanggup mengatur waktu, memaksa diri untuk belajar dan kuat terhadap godaan teman untuk bermain.
          Kesulitan bagi pengajar
          Menyiapkan modul yang baik, selain memerlukan waktu yang banyak juga keahlian dan keterampilan yang cukup. Hendaknya pengajar yang akan memulai pengajaran modul diberikan waktu khusus untuk mempersiapkannya.
          Kesulitan bagi administrator
          Pengajaran modul menurut hakikatnya memerlukan lebih banyak fasilitas yang akan melibatkan soal pembiayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar