Sabtu, 28 September 2013

BOOK REPORT



Judul buku        :    Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar
Pengarang         :    Prof. Dr. S. Nasution, M. A.
Tahun Terbit      :    1982
Penerbit             :    Bumi Aksara

A.           DESKRIPSI BUKU
1.      Latar Belakang
Dewasa ini, sejalan dengan perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) semakin jauh pula perkembangan pendidikan tersebut. Hal ini ada yang berdampak positif dan bahkan ada juga yang berdampak negatif. Sebaliknya disegi lain ketika kita perhatikan bagaimana proses pembelajaran di negara orang seakan jauh berbeda dengan proses pembelajaran di negara kita. Lantas apa penyebabnya?
Berbagai pendapat dikemukakan oleh pakar pendidikan, hanya saja hal itu kembali lagi kepada pribadi kita sebagai pendidik dan peserta didik, bagaimana kita menyikapi berbagai perubahan tersebut, mampukah kita mewujudkan pendidikan yang layak dan mampu besaing dengan dunia luar atau bahkan membuat pendidikan itu sendiri semakin terpuruk. Padahal banyak hal yang bisa dilakukan agar terciptanya pendidikan yang bermutu. Tinggal bagaimana kita mengubah sikap psif kita menjadi aktif dan kreatif. Baik dipihak guru sebagai pengajar yang seharusnya lebih bisa memilih metode mengajar yang efektif bagi siswa. Juga bagi peserta didik yang lebih bisa bersikap antusial dalam merespons berbagai perubahan kearah yang positif.
Latar belakang masalah di atas lah yang mendasari hingga penulis ingin mengupas tentang buku Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar hingga terwujudnya pendidikan yang layak bagi peserta didik kita. Hingga pendidikan dewasa ini menjadi pendidikan yang lebih bermutu dalam berbagai bidang.


2.      Tujuan
Tujuan penulisan book report Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, ialah :
1)             Untuk mengetahui tentang berbagai proses yang berlangsung dalam kegiatan belajar mengajar serta komponen yang terlibat dalam proses tersebut sehingga terealisasi dalam kehidupan kita.
2)             Mengkaji dan menjadi bahan masukan kepada lembaga pendidikan serta unsur yang terlibat di dalamnya agar proses belajar mengajar dapat berjalan sebagai mana mestinya.
3)             Untuk memenuhi salah satu tugas mitem mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.

3.      Alasan Pemilihan Buku
Pendidikan merupakan unsur penting dalam kehidupan setiap individu, bahkan pendidikan menempati prioritas yang utama setelah kebutuhan primer setiap manusia. Pendidikan yang seharusnya tak mungkin bisa berjalan dengan lancar tanpa adanya unsur-unsur yang terlibat di dalamnya, baik dari segi pendidik, yang dididik, bahan ajar, dan masih banyak hal lain yang semestinya ada agar terujudnya suatu pendidikan yang didambakan dan mampu mencetak generasi penerus yang lebih bermutu. Tentu saja hal itu tak terlepas dari bagaimana proses pendidikan itu sendiri berjalan.
Mengingat pentingnya hal di atas, sehingga dirasakan perlu untuk mengkaji buku yang membahas hal tersebut. Penulis memilih buku ini sebagai book report untuk mata kuliah “Belajar dan Pembelajaran” yang dibimbing oleh ibu Fauziatul Halim, M. Pd.

4.      Pengenalan Buku
Buku Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar dikarang oleh Prof. Dr. S. Nasution, M. A. Dan diterbitkan oleh Bumi Aksara pada tahun 1982. Buku ini merupakan disertasi penulis yang secara substansial dari hasil penelitian dan ini adalah cetakan edisi pertama yang terdiri atas 223 halaman dan 10 bab. Buku ini membahas tentang berbagai aspek dan pendekatan yang terlibat langsung dalam proses belajar mengajar yang selayaknya diterapkan dalam proses pembelajaran dewasa ini.
Tugas ini sifatnya individual sehingga pada saat ini penulis mendapat kesempatan untuk mengupas isi buku ini dimulai dari bab I sampai VI, mekipun sebenarnya dalam buku ini terdapat X bab hanya saja bab selanjutnya dibahas oleh kawan yang lain, jadi dalam book saya mulai dengan mengupas bab I sampai VI saja.
Bab I        Membahas tentang bagaimana proses belajar mengajar menurut Jerome S. Bruner.
Bab II      Membahas tentang Resourse – Based Learning yang merupakan berbagai bentuk belajar.
Bab III     Membahas tentang bagaimana dan apa saja komponen belajar tuntas (mastery learning).
Bab IV     Membahas tentang apasaja usaha-usaha yang terdapat dalam pengjaran individu agar mencapai target yang memuaskan.
Bab V      Membahas tentang kiat-kiat belajar tuntas.
Bab VI     Membahas tentang berbgai macam bentuk gaya belajar bagi siswa.
Semoga laporan buku yang yang sederhana ini dapat bermanfaat, umumnya bagi para pembaca dan khususnya pribadi penulis.

B.            POKOK-POKOK PEMIKIRAN
BAB II
PROSES BELAJAR MENGAJAR MENURUT
JEROME S. BRUNER
Pendahuluan
          Ada empat pokok utama yang dibahas dalam konperensi itu, ialah :
1)             Peranan “struktur” dalam belajar dan cara untuk mengutamakannya dalam mengajar. Tiap mata pelajaran atau disiplin mempunyai struktur tertentu. Struktur itu terdiri atas konsep-konsep pokok. Bila struktur itu dikuasai, maka banyak hal-hal lain yang berhubungan dengan itu dapat dipahami maknanya.
2)             Kesiapan untuk memahami sesuatu, anggapan yang keliru tentang masa kesiapan anak untuk mempelajari sesuatu menimbulkan kerugian, ternyata kesiapan jauh lebih cepat dari pada yang diduga sebelumnya. Bahkan dasar suatu mata pelajaran dapat diajarkan pada anak dalam setiap usia.
3)             Hakikat intuisi dalam proses belajar, intuisi merupakan kemampuan mental untuk menemukan hipotesis pemecahan masalah tanpa melalui langkah-langkah analisis. Ia memegang peranan penting dalam berpikir produktif bukan hanya dalam akademik tetapi dalam menghadapi masalahyang muncul dalam keseharian.
4)             Dorongan atau motivasi belajar dan cara untuk membangkitkannya, secara ideal anak harus mempunyai minat untuk sesuatu agar ia belajar dengan sungguh-sungguh. Minat serupa ini jauh lebih bagus daripada dorongan yang timbul karena tujuan yang ekstrinsik seperti mencapai angka yang baik, saingan dengan murid lain dan seterusnya.
Pentingnya struktur
Tujuan belajar yang utama ialah bahwa apa yang dipelajari itu berguna dikemudian hari, yakni membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah. Hal ini dikenal dengan transfer belajar. Apa yang kita pelajari dalam situasi tertentu memungkinkan kita untuk memahami hal-hal lain.
Tujuan pelajaran bukan hanya penguasaan prinsip-prinsip yang fundamental itu, melainkan juga mengembangkan sikap yang positif terhadap belajar, penelitian dan penemuan serta pemecahan masalah atas kemampuan sendiri.
Kesiapan untuk belajar
Pendirian yang terkenal yang dikemukakan oleh J. Bruner ialah bahwa setiap mata pelajaran dapat diajarkan dengan efektif dalam bentuk yang jujur secara intelektual kepada setiap anak dalam setiap tingkat perkembangannya.
Perkembangan intelektual anak
Menurut J. Piaget, perkembangan intelektual anak dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu :
1)             Fase pra-operasional, sampai usia 5-6 tahun, masa pra-sekolah, jadi tidak berkenaan dengan anak sekolah. Pada tahap ini, ia belum bisa membedakan yang tegas antara perasaan dan motif pribadinya dengan realitas dunia luar.
2)             Fase operasi konkrit, yaitu usaha untuk memperoleh data tentang dunia realitas dan mengubahnya dalam pikiran kita sedemikian rupa sehingga dapat disusun atau diorganisasi dan digunakan secara selektif dalam pemecahan masalah.
3)             Fase operasi formal, anak telah sanggup beroperasi berdasarkan kemungkinan hipotesis dan tidak lagi dibatasi oleh apa yang langsung dihadapinya atau apa yang telah dialami sebelumnya.
Implikasi bagi pengajaran
Pada fase operasi konkrit anak telah sanggup untuk memahami banyak konsep matematika, ilmu pengetahuan alam, dan ilmu sosial secara intuitif dan konkrit. Yang penting sekali untuk dipertimbangkan dalam mengajarkan konsep pokok ialah membantu anak itu secara berangsur-angsur dari berpikir konkrit ke arah berpikir secara konsepsional.
Proses belajar
Menurut Bruner, dalam proses belajar dapat dibedakan menjadi tiga fase yaitu :
1)             Informasi, kita memperoleh sejumlah informasi dalam setiap pembalajaran, ada yang menambah pengetahuan, memperdalam dan memperluas pengetahuan yang kita miliki.
2)             Transformasi, ialah informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal yang lebih luas.
3)             Evaluasi, yaitu dinilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala lain.
Kurikulum “spiral”
Kurikulum yang membicarakan pokok yang sama pada tingkat yang lebih tinggi dengan cara yang lebih matang dan abstrak disebut kurikulum spiral sesuai dengan taraf dan perkembangan anak, yang dapat dibina secara kontinu perkembangan intelektual dan mental anak.

Berpikir intuitif dan berpikir analitis
Ahli matematika dan ilmuan lainnya menekankan nilai intuisi dalam pemecahan masalah. Seseorang dikatakan berpikir intuitif bila ia telah lama memikirkan suatu soal dan secara tiba-tiba melihat pemecahannya, dan bila ia dengan cepat dapat mengungkapkan terkaan yang baik dan tepat. Sedangkan berpikir analitis berlangsung selangkah demi selangkah, tapi langkah itu tegas dan dapat dijelaskan kepada orang lain, yang dilakukan dengan penuh kesadaran akan informasi dan operasi yang terlibat. Namun, berpikir intuitif tidak berlangsung menurut langkah-langkah yang tegas.
Variabel-variabel dalam berpikir intuitif
Variabelnya ialah faktor guru, penguasaan bahan, struktur pengetahuan, prosedur heuristik, dan menerka.
Kepercayaan akan diri sendiri
Motivasi untuk belajar sering diusahakan melalui angka-angka, kenaikan kelas, dan ujian. Hingga manakah cara-cara seperti itu mampu memupuk minat yang berkepanjangan terhadap pelajaran? Untuk tujuan jangka pendek mudah dibangkitkan minat dengan berbagai alat audio-visual pada pelajar yang sudah biasa menonton saja secara pasif.
Alat-alat mengajar
Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam 4 macam menurut fungsinya.
1)             Alat untuk menyampaikan pengalaman “vicarious” yaitu menyajikan bahan kepada murid yang sedianya tidak dapat mereka peroleh dengan pengalaman langsung yang lazim di sekolah.
2)             Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala.
3)             Alat dramatisasi yaitu mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh untuk memberi pengertian tentang suatu ide atau gejala.
4)             Alat automatisasi seperti “teaching machine” atau pelajaran berprogram yang menyajikan suatu masalah dalam urutan yang tertentu dan memberi balikan atau feedback tentang responds murid.

BAB III
RESOURCE – BASED LEARNING
          Pengertian
          Dengan “resource-based learning” dimaksudkan dengan segala bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang bertalian dengan itu, jadi bukan dengan cara konvensional, di mana guru menyampaikan bahan pelajaran kepada murid. Jadi, dalam “resource-based learning” guru bukan merupakan sumber belajar satu-satunya.
          Latar belakang “resource-based learning”
          Belajar dengan sumber ini, bukan sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan bertalian dengan sejumlah perubahan yang mempengaruhi pembinaan kurikulum, yaitu :
1)             Perubahan dalam sifat dan pola ilmu pengetahuan menusia,
2)             Perubahan dalam masyarakat dan tafsiran kita tentang tuntutannya,
3)             Perubahan tentang pengertian kita tentang anak dan caranya belajar,
4)             Perubahan dalam media komunikasi.
Perubahan dalam pengetahuan manusia
Pengetahuan manusia akhir-akhir ini berkembang dengan cepat sekali, sehingga dijuluki sebagai eksplosi pengetahuan. Dalam perkembangan ilmu yang begitu cepat, pengetahuan kita akan menjadi usang dalam waktu sepuluh tahun, dan mungkin sekarang pun telah usang dan tak berlaku lagi. Maka kerena itu perlu adanya suatu teori tentang cara menyeleksi bahan pelajaran, cara menentukan prioritas pengetahuan yang akan dirumuskan ke dalam kurikulum, yakni pengetahuan yang paling penting dan paling berguna.
Eksplosi pengetahuan memerlukan cara belajar yang baru, demikian pula peranan yang baru bagi guru. Demikian pula yang menjadi persoalan ialah apa yang harus dipelajari.
Pemahaman baru tentang pelajar
Dalam pengajaran klasik, anak yang lambat dan yang berbakat boleh dikatakan tidak mendapat perhatian yang selayaknya. Selain itu ternyata bahwa ciri-ciri kepribadian anak mempengaruhi hasil belajar dan kegiatan anak belajar yang berkaitan dengan gaya mengajar oleh guru. Ada yang mengajar atau teaching style guru yang cocok bagi anak tertentu, akan tetapi kurang serasi bagi anak lain yang berbeda pribadinya. Dengan demikian, sebenarnya metode mengajar harus mempertimbangkan juga kepribadian murid. Dengan metode yang sama tidak semua murid memperoleh manfaat yang sama.
Perubahan dalam media komunikasi
Perkembangan media komunikasi mengalami kemajuan yang sangat pesat akhir-akhir ini. Dari buku yang ditulis lahirlah buku-buku yang dicetak setelah penemuan alat cetak oleh Gütenberg pada abad kelima belas. Penemuan fotografi mempercepat cara ilustrasi. Lahirnya gambar hidup memungkinkan kita melihat dalam “slow motion” apa yang dahulu tak pernah dapat kita amati dengan teliti.
Ciri-ciri belajar berdasarkan sumber
1)             Balajar berdasarkan sumber (BSB) memanfaatkan sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber bagi pelajaran, termasuk alat-alat audio-visual dan memberikan kesempatan untuk merencanakan kegiatan belajar dengan mempertimbangkan sumber yang tersedia.
2)             BBS berusaha memberi pengertian kepada murid tentang luas dan aneka ragamnya sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar.
3)             BBS berhasrat untuk mengganti pasivitas murid dengan belajar tradisional dengan belajar aktif didorong oleh minat dan keterlibatan diri dalam pendidikannya.
4)             BBS berusaha untuk meningkatkan motivasi belajar dengan menyajikan berbagai kemungkinan tentang bahan pelajaran, metode kerja, dan medium komunikasi yang berbeda sekali dengan kelas yang konvensional yang mengharuskan murid belajar yang sama dengan cara yang sama.
5)             BBS memberi kesempatan kepada murid untuk bekerja menurut kecepatan dan kesanggupan masing-masing dan tidak dipaksa bekerja menurut kecepatan yang sama dalam hubungan kelas.
6)             BBS lebih fleksibel dalam penggunaan waktu dan ruang belajar, sehingga murid tidak diharuskan belajar bersama dalam ruang yang sama pada waktu yang sama tetapi bukan berarti jadwal belajar dibuang begitu saja.
7)             BBS berusaha mengembangkan kepercayaan akan diri sendiri dalam hal belajar yang memungkinkannya untuk melanjutkan belajar sepanjang hidupnya.
Pelaksanaannya
“Resource-based learning” adalah cara belajar yang bermacam-macam bentuk dan seginya. Metode ini dapat singkat atau panjang, berlangsung selama satu jam pelajaran atau selama setengan semester dengan pertemuan dua kali seminggu selama satu atau dua jam, dapat diarahkan oleh guru atau berpusat pada kegiatan murid, dapat mengenai satu mata pelajaran tertentu atau melibatkan berbagai disiplin, dapat bersifat individual atau klasikal, dapat menggunakan alat audio-visual yang diamati secara individual atau diperhatikan kepada seluruh kelas.
Dalam pelaksanaan cara belajar ini perlu diperhatikan hal-hal berikut, yaitu pengetahuan yang ada, tujuan pelajaran, memilih metodologi, koleksi dan penyediaan bahan, penyediaan tempat.

BAB IV
BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING)
          Murid pandai dan murid bodoh
          Tiap guru yang menghadapi kelas baru, lebih dulu sudah menerima berdasarkan pengalamannya bahwa murid-murid dalam kelas itu tidak sama pandainya. Seperempat atau sepertga kan termasuk golongan anak pandai, sepertiga sampai setengah termasuk anak sedang dan seperempat sampai sepertiga termasuk golongan anak yang bodoh.
          Fungsi pendidikan adalah membimbing anak ke arah suatu tujuan yang kita nilai tinggi. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan itu. Apa yang diajarkan hendaknya dipahami sepenuhnya oleh semua anak.
          Tujuan guru mengajar adalah agar bahan yang disampaikannya dikuasai sepenuhnya oleh semua murid bukan hanya oleh beberapa orang saja yang diberikan angka tertinggi.
          Belajar tuntas
          Tujuan proses mengajar-belajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh murid. Ini disebut “mastery learning” atau belajar tuntas, artinya penguasaan penuh. Cita-cita ini hanya dapat dijadikan tujuan apabila guru meninggalkan kurva normal sebagai patokan keberhasilan mengajar.
          Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan penuh
          Hal-hal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa sehingga tercapai penguasaan penuh ialah :
1)             Bakat untuk mempelajari sesuatu, misalnya inteligensi mempengaruhi prestasi belajar. Korelasi antara bakat, misalnya untuk matematika dan prestasi untuk bidang studi itu tertinggi 70. Sehingga timbul anggapan bahwa antara bakat dan prestasi terdapat hubungan kausal. Bakat tinggi menyebabkan prestasi tinggi sedangkan prestasi yang rendah sedangkan prestasi yang rendah dicari sebabnya pada bakat yang rendah.
2)             Mutu pengajaran, sejak pestalozzi pengajaran klasikal menjadi populer sebagai pengganti pengajaran individual oleh seorang tutor. Pengajaran klasikal merupakan keharusan dalam menghadapi jumlah murid yang membanjiri sekolah sebagai akibat demokrasi, industrialisasi, pemerataan, pendidikan atau kewajiban belajar. Dengan sendirinya dicari usaha untuk memperbaiki pengajaran klasikal itu.
3)             Kesanggupan untuk memahami pengajaran, kalau murid tidak dapat memahami apa yang disampaikan guru atau bila guru tidak dapat berkomunikasi dengan murid, maka besar kemungkinan murid tidak dapat menguasai mata pelajaran yang diajarkan oleh guru itu. Kemampuan murid untuk menguasai suatu bidang studi banyak bergantung pada kemampuannya untuk memahami ucapan guru. Karena hakikatnya bahasa sebagai alat komunikasi antara guru dan murid.
Untuk memperluas komunikasi dapat dijalankan berbagai usaha, yaitu belajar kelompok, bantuan tutor, buku pelajaran, buku kerja, pelajaran berprograma, alat audio-visual. Dengan demikian, perkembangannya menjadi berkembang atas dorongan dan kemampuan sendiri.
4)             Ketekunan itu nyata dari jumlah waktu yang diberikan oleh murid untuk belajar mempelajari sesuatu memerlukan jumlah waktu tertentu. Agar murid tekun belajar yang utama ialah memberi kemungkinan kepada murid untuk melakukan suatu tugas dengan baik. Menonjolkan kerajinan, ketekunan, dan disiplin.
5)             Waktu yang tersedia untuk belajar, dalam sistem pendidikan kita kurikulum dibagi dalam bahan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, misalnya untuk satu semester atau satu tahun.
Usaha mencapai penguasaan penuh
Cara yang ditempuh dan paling efektif untuk mencapai penguasaan penuh antara lain ialah tutor untuk setiap anak yang dapat memberi bantuan menurut kebutuhan anak, menghapuskan batas-batas kelas seperti dilakukan pada apa yang disebut “non-graded school” yaitu sekolah tanpa tingkat kelas sehingga anak maju menurut kecepatan masing-masing.
Prasyarat-prasyarat
Salah satu prasyarat untuk penguasaan penuh atau tuntas ialah merumuskan secara khusus bahan yang belum dikuasai. Prasyarat kedua ialah bahwa tujuan itu harus dituangkan dalam suatu alat evaluasi yang bersifat sumatif agar dapat diketahui tingkat keberhasilan murid.
Prosedur tambahan
Dengan cara mengajar yang biasa tidak akan mencapai penguasaan tuntas oleh murid. Usaha guru itu harus dibantu dengan kegiatan tambahan, yang bertujuan untuk memperbaiki mutu pengajaran dan meningkatkan kemampuan anak memahami apa yang diajarkan dan dengan demikian mengurangi jumlah waktu untuk menguasai bahan pelajaran sepenuhnya, yang terutama terdiri atas :
1)             “feedback” atau umpan balik yang terperinci kepada guru maupun murid.
2)             Sumber dan metode pengajaran tambahan di mana saja diperlukan.
Hasilnya
          Hasil yang dicapai dalam bidang kognitif ialah bahwa jumlah murid yang mendapat angka tertinggi atas dasar penguasaannya yang tuntas mengenai bahan pelajaran tersebut. Selain itu, ada lagi keuntungan yang dicapai dalam bidang afektif, sukses atas pelaksanaan tugas memberi rasa percaya atas kemampuan diri sendiri. Pandangannya tentang dirinya dan terhadap dunia sekitarnya berubah menjadi lebih positif.

BAB V
USAHA-USAHA DALAM PENGAJARAN INDIVIDU
          Macam-macam cara
          Pengajaran individual akan senantiasa merupakan masalah yang menarik perhatian para pendidik. Sejak lama diketahui adanya perbedaan antara berbagai individu yang tak dapat tiada harus diperhatikan. Perbedaan terdapat juga dalam gaya belajar murid. Maka, karena itu macam-macam usaha yang telah dijalankan untuk memenuhi perbedaan individual dalam proses belajar mengajar, antara lain ialah :
1)             Belajar berprograma, (PB) yang diciptakan oleh Skinner dan kemudian diberi modifikasi oleh Crowder, pada prinsipnya terdiri atas langkah-langkah yang tersusun menurut urutan yang membawa murid dari apa yang telah diketahuinya yaitu tujuan pembelajaran itu.
2)             Belajar dengan bantuan komputer, (computer assisted instruction/CAI) adalah pengajaran yang menggunakan komputer sebagai alat bantu. Yang digunakan oleh sejumlah besar pelajar dengan tugas terdendiri, maju menurut kecepatan masing-masing pada saat yang bersamaan mengambil test diagnostik yang berbeda-beda.
-       Sistem pemerolehan informasi, komputer dapat membantu dalam memberikan informasi tentang berbagai hal yang diperlukan oleh murid atau tenaga pengajar, misalnya tentang tiap bidang studi, akan tetapi juga mengenai topik tertentu seperti soal polusi, urbanisasi, kependudukan dan sebagainya.
-       Pusat belajar atau learning center dapat dipandang sebagai salah satu bentuk komputer seperti yang telah kita bicarakan di atas.
Pendekatan audio-tutorial
Pendekatan ini juga berdasarkan belajar secara individual. Anak-anak dapat belajar menurut kecepatan masing-masing dengan bahan pelajaran yang tidak uniform dengan yang lain dan memungkinkan pendalaman bagi individu menurut tujuan masing-masing. Inti pendekatan ini adalah belajar sendiri oleh murid dalam booth, semacam bilik yang kecil (audio-tutorial booth) yang dilengkapi dengan audio-tape yang mengarahkan siswa kepada berbagai kegiatan belajar, alat audio-visual, mungkin juga eksperimen yang harus dilakukan.
Pengajaran modul
Pengajaran modul termasuk salah satu sistem individual yang paling baru dan menggabungkan keuntungan dari berbagai metode pengajaran individual lainnya seperti tujuan spesifik dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati dan diukur, belajar menurut kecepatan masing-masing, balikan atau feedback yang banyak.
Modul bukan saja memberi kesempatan kepada murid untuk maju menurut kecepatan masing-masing, ia juga bertujuan untuk memberikan tujuan kesempatan untuk memilih diantara sekian banyak topik dalam rangka suatu program, mengadakan penilaian yang sering tentang kemajuan dan kelemahan siswa, dan memberikan modul remedial untuk mengolah kembali seluruh bahan yang telah diberikan guna pemantapan dan perbaikan.
Minicourses
Minicaurses sebanarnya tak dapat dibedakan dari modul. Seperti modul, minicaurse ini merupakan kesatuan bulat yang lengkap, yang disusun untuk mempelajari secara individual. Yang dapat disusun untuk berbagai macam tujuan, seperti tentang “metode pelajaran berprograma,” “bermain peranan,” dan lain-lain untuk tiap bidang studi atau topik. Ia tidak hanya memberi pengetahuan, akan tetapi juga dapat memberikan keterampilan dalam penelitian, penggunaan informasi secara efektif, berpikir, analisis dan kritik, kemampuan membuat desain eksperimen, memupuk semangat untuk meneliti, dan bekerja efektif dalam kelompok.

Sistem kontrak
Dasar sistem inilah bahwa angka-angka merupakan motivasi utama bagi murid untuk belajar. Murid-murid biasanya hanya belajar bila menghadapi test, ulangan atau ujian.
Agar sistem kontrak ini efektif, maka diberikan petunjuk-petunjuk yang yaitu setiap tugas hendaknya diberi penghargaan berupa kredit, kredit itu hendaknya diberikan sesering mungkin, kontrak itu hendaknya mengutamakan prestasi, bukan kepatuhan, pekerjaan harus diberi penghargaan selekas mungkin segera setelah selesai, kontrak itu harus layak, syarat kontrak itu harus jelas, kontrak itu harus jujur, kontrak itu harus positif, kontrak itu sebagai metode belajar harus disusun secara sistematis.
Sistem Keller
Sistem Keller termasul Personalized System of instruction atau sistem pengajaran individual. Sistem ini terutama digunakan pada tingkat perguruan tinggi dan mendapat sukses yang besarm, sehingga makin banyak perkuliahan diselenggarakan menurut sistem ini. Sistem Keller ternyata menunjukkan hasil yang lebih baik daripada sistem kuliah secara konvensional. Maka karena itu, popularitasnya meningkat. Keunggulan sistem ini dibuktikan secara empiris sehingga meyakinkan.
Pengajaran yang ditentukan untuk tiap individu
Dalam program ini, diusahakan menyusun suatu program untuk tiap murid secara individual menurut kebutuhan atau taraf perkembangan atau pengetahuan murid.
Metode dan proses belajar mengajar yang akan dijalankan, test yang diperlukan dan sebagainya. Prinsip dasar bagi bentuk pengajaran inilah kita harus mengetahui persis apa yang ingin kita ajarkan kepada murid, bila mana ia telah menguasainya, apa yang telah diketahui murid tentang bahan yang akan diberikan, apa yang masih harus dipelajari oleh murid untuk itu harus ada alat yang menentukan bahan yang sesuai dengan taraf perkembangan murid, pre-test yang diberikan sebelum memulai suatu satuan pelajaran, post-test untuk mengetahuai tingkat penguasaan murid, test berdasarkan kurikulum untuk mengukur kemajuan murid.
Proses Belajar-Mengajar menurut Pilihan Siswa
Pendekatan yang berbeda dengan apa yang telah dikemukakan di atas ialah penyediaan berbagai kemungkinan metode belajar seperti metode kuliah, diskusi, kelompok kecil, seminar, belajar sendiri, kuliah dan diskusi, atau kombinasi antara dua metode.
Menurut hasil percobaan dengan memberikan pilihan kepada siswa atas metode yang paling serasi bagi mereka ternyata semangat dalam setiap metode belajar tinggi, mungkin karena sendiri memilihnya dan karena pilihan itu memang sesuai dengan pribadi mereka, siswa yang belajar dalam kelompok kecil mencapai angka yang paling tinggi pada test yang berbentuk essay yang diberikan secara tiba-tiba tanpa diberitahukan lebih dahulu, evaluasi sendiri dan oleh teman lebih banyak terdapat dikalangan mereka yang belajar dalam kelompok kecil, tidak terdapat perbeaan hasil pada test akhir murid yang mengikuti metode belajar yang berbeda menurut pilihan masing-masing.
Tinjauan dan renungan
Setelah kita mempelajari sejumlah cara untuk memperlihatkan perbedaan individual dalam proses belajar mengajar, maka perlu kita meninjau dan merenungkannya secara keseluruhan.
Taraf individualisasi
Taraf individualisasi berbeda-beda, tidak ada individualisasi yang sempurna, lagi pula individualisasi yang mutlak juga tidak diharapkan karena tidak akan menguntungkan bagi siswa sendiri. Jadi, individualisasi selalu terbatas mengenai bahan pelajaran yang harus dikuasai, metode yang akan dijalankan dan karena itu tidak sepenuhnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap individu.
Peranan guru
Peranan guru akan mengalami perubahan dari tokoh yang terutama menyampaikan informasi menjadi orang yang memberikan bimbingan dan bantuan kepada tiap siswa secara individual.
Fasilitas dan sumber
Menjalankan metode pengajaran individual yang dimaksud untuk memperbaiki mutu pengajaran harus didukung oleh berbagai fasilitas, sumber dan tenaga pembantu. Misalnya diperlukan sumber dan alat yang cukup untuk memungkinkan murid belajar secara individual.
Peranan siswa
Siswa yang telah biasa dengan pengajaran yang berpusat pada guru yang memberi peranan resptif dan pasif kepada siswa, akan lebih suka dengan metode pengajaran ini dan mengalami kesulitan untuk beralih kepada cara lain yang belum pernah mereka alami. Namun setelah mengalami sendiri mungkin banyak yang merasa tertarik pada metode yang memberikan partisipasi dan aktifitas kepada mereka.
Individualitas mengenai isi dan metode
Bahan pelajaran biasanya telah ditetapkan menurut kurikulum dan tidak lagi diganggu gugat. Tapi harus juga disesuaikan dengan kebutuhan siswa, maka bahan itu harus relevan dengan kebutuhan masyarakat atau syarat-syarat lainnya.
Evaluasi
Evaluasi selalu memegang peranan yang penting dalam segala bentuk pengajaran yang efektif. Dengan evaluasi diperoleh balikan atau feedback yang dipakai untuk memperbaiki dan merevisi bahan atau metode pengajaran untuk menyesuaikan bahan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Yang berguna untuk mengetahui hingga manakah siswa telah mencapai tujuan pelajaran yang telah ditentukan.
Masa depan pengajaran individual
Pengajaran individual rasanya lebih sukar dijalankan daripada pengajaran klasikal, yang sudah begitu lama menjadi tradisi di sekolah kita. Pengajaran ini bukan sesuatu yang baru bahkan sebelum pengajaran klasikal dipopulerkan oleh Pestalozzi semua pengajaran bersifat individual yakni seorang guru mengajarkan seorang murid atau mengajar murid seorang demi seorang. Namun dalam pendidikan zaman sekarang dengan jumlah anak yang membanjiri sekolah, pengajaran klasikal rasanya cara yang paling sesuai. Tetapi, kepentingan individu jangan terabaikan.



BAB VI
BALAJAR BEBAS
          Psiko-terapi sebagai dasar belajar
          Carl R. Rogers seorang ahli psiko-terapi mengemukakan suatu cara mendidik yang perlu mendapat perhatian kita sebagai guru dan pendidik. Dalam psiko-terapinya Carl R. Rogers memberi kebebasan kepada kliennya untuk mengeluarkan segala isi hati mereka sepuas-puasnya yang baik maupun yang buruk dengan metode non-directive counseling.
          Non-directive counseling tidak mudah bagi seorang pendidik karena pendidikan itu selalu normatif dan setiap pendidik cenderung untuk menilai tiap kelakuan anak didiknya menurut nilai-nilai yang dianut oleh pendidik. Tiap pendidik ingin menanamkan nilai tertentu pada anak didik dan mengharapkan, mendorong dan bila perlu mengharuskan anak didik untuk berbuat sesuai dengan norma yang ditentukan. Namun kebebasan sendiri merupakan norma yang perlu mendapat penghargaan yang setinggi-tingginya.
          Adakah manusia bebas ?
          Dalam kenyataannya manusia tidak bebas sepenuhnya. Ia terikat oleh aturan-aturan dalam masyarakat dan kebudayaan tempat ia tinggal. Bahkan seorang anak juga lahir dengan pembawaan tertentu yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Ia menerima intelegensi, type watak, dan mungkin kelemahan fisik dan psikologis tertentu.
          Maka karena itu dapat dianggap bahwa manusia di negara atau masyarakat mana pun tidak bebas dan manusia bebas itu hanya khayalan saja karena manusia itu dibentuk dan digerakkan oleh kekuatan kebudayaan dari luar dan kekeuatan psikis dari dalam. Bahkan ada aliran dalam psikologi yang percaya bahwa kelakuan manusia dibentuk melalui conditioning.
Teori Rogers dalam pendidikan
Teori Rogers ini dapat diterapkan dalam pendidikan untuk mengembangkan individu yang merdeka yang dapat memilih dengan bebas atas tanggung jawab penuh, manusia yang kreatif yang dapat senantiasa menyesuaikan diri dengan perubahan dunia.
Ada dilakukan eksperime yang menggunakan kebebasan sebagai dasar pendidikan yang ternyata memberi hasil yang menggembirakan. Misalnya pengajaran yang pupil-centered atau berpusat pada murid memberi kebebasan agar murid dapat memilih kegiatan yang dirasanya perlu atas tanggung jawab sendiri.
Syarat-syarat untuk belajar bebas
1)             Adanya masalah yang menarik dan bermakna bagi murid. Masalah itu harus riil yang ada kaitannya dengan kehidupan murid sehingga ada hasrat dan kesediaan untuk memecahkannya.
2)             Kepercayaan dan kesanggupan manusia, yaitu mengenai diri guru karena cara belajar ini hanya mungkin berdasarkan keyakinan penuh dari pihak guru akan kemampuan murid untuk berbuat yang baik, untuk belajar sendiri dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Karena itu belajar dengan kebebasan ini hanya dapat dilakukan guru yang tidak ragu-ragu akan tetapi percaya penuh atas kemampuan murid itu.
3)             Keterbukaan guru, maksudnya guru itu jangan berkedok dan menutupi kepribadiannya yang sesungguhnya. Ia harus jujur menampakkan perasaan yang sebenarnya sebagai manusia, yang dapat benci atau suka, senang dan sedih, marah, jengkel, atau gembira. Ia jangan memasang kedok sebagai guru akan tetapi bertindak sebagai manusia terhadap manusia lainnya.
4)             Menghadapi murid, ia harus menerima murid menurut pribadi masing-masing dan dapat menghargai sifat mereka walaupun menyimpang dari apa yang umumnya dianggap baik.
Empathy (empati)
Guru dengan cara belajar berdasarkan kebebasan bukanlah guru yang menyampaikan pelajaran akan tetapi yang menyediakan sebanyak mungkin sumber yang dapat digunakan oleh murid untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajarinya. Belajar bebas atau belajar sendiri harus didukung oleh sumber dan fasilitas belajar. Kelangkaan sumber dapat menutup kemungkinan untuk belajar bebas.


Larangan bagi guru
Tugas guru adalah menciptakan suasana dan fasilitas yang sebaik-baiknya agar belajar bebas ini dapat dilaksanakan. Guru dapat berusaha untuk memperkenalkan murid dengan berbagai masalah yang bermakna. Akan tetapi, ia tidak membuat rencana kerja atau rencana pelajaran untuk murid. Ia tidak menugaskan murid untuk membaca buku tertentu, ia juga tidak memberikan kuliah kecuali diinginkan oleh murid, ia juga tidak mengkritik pekerjaan murid kecuali jika murid meminta untuk dikritik, ia juga tidak memberikan angka atas hasil kerja murid.
Proses belajar bebas
Belajar bebas berarti belajar untuk menjadi bebas, manusia merdeka yang turut menentukan arah hidupnya serta pribadinya, bebas memilih dengan bertanggung jawab penuh atas pilihannya itu.

Proses mencapai kebebasan itu melalui fase-fase tertentu, yaitu frustrasi pada taraf permulaan, inisiatif  dan kerja individual, keakraban pribadi, perubahan individual, pengaruh atas pengajar.
Penutup
Dalam pendidikan masih dapat diciptakan suasana di mana anak didik dapat diberi kebebasan untuk memilih dan menentukan apa yang dipelajarinya dan bagaimana cara mempelajarinya. Belajar berdasarkan kebebasan membawa perubahan yang positif pada anak tentang sikapnya terhadap dirinya serta hubungannya dengan orang lain.

BAB VII
GAYA BELAJAR
          Para peneliti menemukan adanya berbagai gaya belajar pada siswa yang dapat digolongkan menurut kategori tertentu. Mereka berkesimpulan bahwa :
1)             Tiap murid belajar menurut cara sendiri yang kita sebut gaya belajar. Juga guru mempunyai gaya mengajar masing-masing.
2)             Kita dapat menemukan gaya  belajar itu dengan instrumen tertentu.
3)             Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi efektifitas belajar.
Gaya belajar
Untuk mempertinggi efektifitas proses belajar mengajar perlu diadakan penelitian yang mendalam tentang gaya belajar siswa, yaitu dalam bidang gaya kognitif siswa, gaya respons siswa terhadap stimulus, dan model belajar.
Gaya kognitif
Masing-masing peneliti menciptakan penggolongan gaya belajar ini menurut pokok-pokok pengertian yang mendasarinya. Di antara kategori itu terdapat perbedaan akan tetapi juga persamaan, walaupun menggunakan istilah yang berbeda-beda.
Gaya belajar yang ada kaitannya dengan proses belajar mengajar, yaitu :
1)             “field dependence” – “ field independence”
Berdasarkan studi logitudinal yang dilakukan oleh H. Witkin atas 1.600 mahasiswa sejak tahun 1954 – 1970, ia menemukan test untuk membedakan tipe-tipe gaya belajar para mahasiswa. Yaitu salah satunya beda gaya belajar field dependent dan field independent. Secara kasarnya ada pelajar yang field dependent  artinya sangatdipengaruhi oleh lingkungan ada pula yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan.
2)             Impulsif – reflektif
Orang yang impulsif mengambil keputusan dengan cepat tanpa memikirkannya secara mendalam. Sebaliknya orang yang reflektif mempertimbangkan segala alternatif sebelum mengambil keputusan dalam situasi yang tidak mempunyai penyelesaian yang mudah. Tipe orang ini dapat diselidiki dengan test antara lain dengan memperlihatkan suatu gambar, misalnya bentuk geometris, desain rumah, mobil dan sebagainya.
3)             Preseptif - reseptif
Precept artinya aturan. Orang yang preseptif dalam mengumpulkan informasi mencoba mengadakan organisasi dalam hal-hal yang diterimanya, ia menyaring informasi yang masuk dan memperhatikan hubungan diantaranya.
Orang yang reseptif lebih memperhatikan detil atau perincian informasi dan tidak berusaha untuk membulatkan atau mempertalikan informasi yang satu dengan yang lain. Orang yang reseptif mengumpulkan banyak informasi akan tetapi tidak melihat atau membentuknya menjadi kebulatan yang bermakna. Sebaliknya orang yang preseptif cenderung untuk menyaring data atau informasi, dengan kemungkinan mengabaikan detil yang mungkin ada maknanya bagi pemecahan suatu masalah.
4)             Sistematis – intuitif
Orang yang sistematis mencoba melihat struktur suatu masalah dan bekerja sistematis dengan data atau informasi untuk memecahkan suatu persoalah. Sedangkan orang yang intuitif langsung mengemukakan jawaban tertentu tanpa menggunakan informasi secara sistematis.
          Implikasi bagi tulisan
          Tiap type murid berpikir dengan cara berlainan, tidak semua murid sesuai untuk mengutamakan kerja lapangan atau belajar sendiri. Semua type mempunyai kebaikan dan kekurangannya masing-masing.
          Model-model gaya respons
Mann dalam penelitiannya di Universitas Chicago menemukan beberapa macam gaya respons mahasiswa yang dibagi dalam delapan kelompok, yaitu mahasiswa penurut, mahasiswa yang tak dapat berdiri sendiri, mahasiswa yang patah semangat, mahasiswa yang dapat berdiri sendiri, mahasiswa pahlawa, mahasiswa penembak tersembunyi, mahasiswa penarik perhatian, mahasiswa pendiam.
Model Grasha – Riechmann
Model Grasha – Riechmann memberikan penggolongan lain atas penelitian mereka di Universitas Minnesota, yaitu mahasiswa berdikari, mahasiswa yang tak dapat berdiri sendiri, mahasiswa yang kooperatif, Mahasiswa yang suka bersaing/kopetatif, Mahasiswa yang suka berpartisipasi, mahasiswa yang mengelakkan pelajaran.


Model Stern
Model Stern memberikan pandangan lain yaitu authoritarians, anti-authoritarians dan rationals.
          Implementasi gaya belajar sebagai inovasi pendidikan
          Beberapa pertimbangan
          Setiap pembaharuan atau inovasi membawa sejumlah kesulitan dan masalah yang harus dipertimbangkan. Masalah itu antara lain berhubungan dengan waktu, sumber, ruangan dan personalia.
          Pemanfaatan gaya belajar siswa
          Jika ternyata bahwa rintangan begitu besarnya sehingga pembaharuan tidak dapat dilaksanakan untuk keseluruhan lembaga, maka masih dapat pembaharuan itu diterapkan oleh guru secara individual dalam proses belajar mengajar mereka. Untuk itu perlu diketahui gaya belajar siswa dengan menggunakan instrumen tertentu, yaitu:

1)             Cognitive Style Mapping (CSM)
CSM mengungkapkan gaya kognitif siswa, bagaimana ia menggunakan lambang dalam memecahkan masalah, apakah ia mempunyai kebutuhan untuk berteman atau lebih suka belajar sendiri, apakah ia dipengaruhi oleh keluarga dan memerlukan bimbingan guru sebagai pengganti orang tua. CSM juga menunjukkan bagaimanakah siswa membuat tafsiran, apakah ia mengkategorisasikan fakta atau mencari perbedaan dan hubungan atau mengadakan sintesis untuk mencari kesimpulan.
2)             Myers – Briggs Type Indicator (MBTI)
MBTI ini untuk menyesuaikan proses belajar mengajar dengan type murid dan guru. Siswa type S (Sensing) dan J (Judging) lebih suka belajar dengan cara yang sistematis dan teratur dengan menggunakan kelima alat dari mereka dan mereka memerlukan berbagai cara atau metode mengajar.
Model Kolb
Model ini didasarkan atas psikologi Jung dan berlangsung dalam 4 fase, yaitu individu memperoleh pengalaman langsung yang konkrit, kemudian ia mengembangkan observasinya dan memikirkan atau merefleksikannya, dari itu dibentuknya generalisasi dan abstraksi serta implikasi yang diambilnya dari konsep itu dijadikan sebagai pegangan dalam menghadapi pengalaman baru.
Manfaat gaya belajar murid bagi guru
Dengan mengetahui gaya belajar siswa guru dapat menyesuaikan gaya mengajarnya dengan kebutuhan siswa, misalnya dengan menggunakan berbagai gaya mengajar sehingga murid dapat memperoleh cara yang efektif baginya.
Penggunaan gaya belajar oleh keseluruhan lembaga
Memanfaatan gaya belajar siswa bagi seluruh lembaga pendidikan sekolah atau universitas jauh lebih sukar dan kompleks daripada pelaksanaannya oleh seorang guru dalam kelasnya atau bidang studi yang diajarkannya.
Berbagai masalah yang dihadapi
Masalah yang dihadapi dalam menjalankan pembaharuan dalam jangka yang luas yaitu bagaimana memulai pembaharuan itu, bagaimana mengadakan perencanaan mengenai proses pembaharuan itu, menyusun program, tujuannya, proses belajar dengan mempertimbangkan gaya belajar siswa, penilaiannya, dll, bentuk-bentuk belajar mengajar, mengatur tempat belajar, mengorganisasi jadwal waktu, mempersiapkan dan menyediakan penasehat akademis, menentukan sistem intensif, menyempurnakan dan melengkapi tenaga administratif, memperbaharui management, koordinasi program, mengatur sistem komunikasi. Kesemua itu merupakan usaha yang kompleks dan multidimensional sehingga berbagai kesulitan harus diatasi yang memerlukan banyak pemikiran, biaya, waktu, dan frustrasi.