Judul buku : Berbagai
Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar
Pengarang : Prof.
Dr. S. Nasution, M. A.
Tahun Terbit : 1982
Penerbit : Bumi
Aksara
A.
DESKRIPSI
BUKU
1.
Latar
Belakang
Dewasa
ini, sejalan dengan perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) semakin
jauh pula perkembangan pendidikan tersebut. Hal ini ada yang berdampak positif
dan bahkan ada juga yang berdampak negatif. Sebaliknya disegi lain ketika kita
perhatikan bagaimana proses pembelajaran di negara orang seakan jauh berbeda
dengan proses pembelajaran di negara kita. Lantas apa penyebabnya?
Berbagai
pendapat dikemukakan oleh pakar pendidikan, hanya saja hal itu kembali lagi
kepada pribadi kita sebagai pendidik dan peserta didik, bagaimana kita
menyikapi berbagai perubahan tersebut, mampukah kita mewujudkan pendidikan yang
layak dan mampu besaing dengan dunia luar atau bahkan membuat pendidikan itu
sendiri semakin terpuruk. Padahal banyak hal yang bisa dilakukan agar
terciptanya pendidikan yang bermutu. Tinggal bagaimana kita mengubah sikap psif
kita menjadi aktif dan kreatif. Baik dipihak guru sebagai pengajar yang
seharusnya lebih bisa memilih metode mengajar yang efektif bagi siswa. Juga
bagi peserta didik yang lebih bisa bersikap antusial dalam merespons berbagai
perubahan kearah yang positif.
Latar
belakang masalah di atas lah yang mendasari hingga penulis ingin mengupas
tentang buku Berbagai Pendekatan dalam
Proses Belajar dan Mengajar hingga terwujudnya pendidikan yang layak bagi
peserta didik kita. Hingga pendidikan dewasa ini menjadi pendidikan yang lebih
bermutu dalam berbagai bidang.
2.
Tujuan
Tujuan penulisan book report
Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, ialah :
1)
Untuk mengetahui
tentang berbagai proses yang berlangsung dalam kegiatan belajar mengajar serta
komponen yang terlibat dalam proses tersebut sehingga terealisasi dalam
kehidupan kita.
2)
Mengkaji dan menjadi
bahan masukan kepada lembaga pendidikan serta unsur yang terlibat di dalamnya
agar proses belajar mengajar dapat berjalan sebagai mana mestinya.
3)
Untuk memenuhi salah
satu tugas mitem mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
3.
Alasan
Pemilihan Buku
Pendidikan merupakan unsur penting
dalam kehidupan setiap individu, bahkan pendidikan menempati prioritas yang
utama setelah kebutuhan primer setiap manusia. Pendidikan yang seharusnya tak
mungkin bisa berjalan dengan lancar tanpa adanya unsur-unsur yang terlibat di
dalamnya, baik dari segi pendidik, yang dididik, bahan ajar, dan masih banyak
hal lain yang semestinya ada agar terujudnya suatu pendidikan yang didambakan
dan mampu mencetak generasi penerus yang lebih bermutu. Tentu saja hal itu tak
terlepas dari bagaimana proses pendidikan itu sendiri berjalan.
Mengingat pentingnya hal di atas,
sehingga dirasakan perlu untuk mengkaji buku yang membahas hal tersebut. Penulis
memilih buku ini sebagai book report untuk mata kuliah “Belajar dan Pembelajaran” yang dibimbing oleh ibu Fauziatul Halim, M.
Pd.
4.
Pengenalan
Buku
Buku Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar dikarang oleh
Prof. Dr. S. Nasution, M. A. Dan diterbitkan oleh Bumi Aksara pada tahun 1982.
Buku ini merupakan disertasi penulis yang secara substansial dari hasil
penelitian dan ini adalah cetakan edisi pertama yang terdiri atas 223 halaman
dan 10 bab. Buku ini membahas tentang berbagai aspek dan pendekatan yang
terlibat langsung dalam proses belajar mengajar yang selayaknya diterapkan
dalam proses pembelajaran dewasa ini.
Tugas ini sifatnya individual
sehingga pada saat ini penulis mendapat kesempatan untuk mengupas isi buku ini
dimulai dari bab VII sampai X, dikarenakan bab sebelumnya dibahas oleh kawan
yang lain, jadi dalam book report ini tetap saya mulai dengan mengganti sub
babnya menjadi bab I sampai IV.
Bab I Membahas tentang sikap guru dalam proses
belajar mengajar.
Bab
II Membahas tentang berbagai pendapat
para pakar tentang metode kuliah.
Bab
III Membahas tentang bagaimana proses
belajar mengajar menurut Robert M. Gagne.
Bab
IV Membahas tentang bagaimana
pengajaran modul yang diterapkan dalam proses belajar mengajar.
Semoga laporan buku yang yang
sederhana ini dapat bermanfaat, umumnya bagi para pembaca dan khususnya pribadi
penulis.
B.
POKOK-POKOK
PEMIKIRAN
BAB
I
SIKAP
GURU
Sikap
Otoriter
Bila seorang
guru mengajarkan suatu mata pelajaran, ia tidak hanya mengutamakan mata
pelajaran, akan tetapi harus juga memperhatikan anak itu sendiri sebagai
manusia yang harus dikembangkan pribadinya. Pikiran waras mengatakan bahwa
harus dipelihara keseimbangan antara perkembangan intelektual dan perkembangan
psikologis anak. Hanya mementingkan bahan pelajaran dengan mengabaikan anak
dapat merugikan anak itu. Macam-macam cara akan digunakan oleh guru untuk
mengharuskan anak itu belajar di sekolah maupun di rumah.
Sikap “Permissive”
Sebagai reaksi
terhadap pengajaran yang otoriter timbul aliran yang menonjolkan anak sebagai
manusia antara lain atas pengaruh “progressive education” dan aliran psikologi
seperti psikoanalisis, yakni yang menginginkan sikap yang “permissive” terhadap
anak. Sikap ini membiarkan anak berkembang dalam kebebasan tanpa banyak tekanan
frustasi, larangan, perintah atau paksaan.
Sikap Riil
Baik sikap
otoriter maupun sikap “permissive” mendapat kecaman. Sikap otoriter yang
mengatur setiap perbuatan anak, bila perlu dengan paksaan dan hukuman, tidak
mendidik anak menjadi manusia merdeka yang demokratis yang sanggup berdiri
sendiri, sanggup memilih atas tanggung jawab sendiri. Bila diberi kebebasan ia
tidak dapat menggunakannya dengan baik kerena biasa diatur oleh orang lain.
Sikap
“permissive” yang dicap sebagai sikap “lunak” yang memberi kebebasan yang
berlebihan kepada anak untuk berkembang sendiri, sebenarnya tidak memberi
bimbingan kepada anak dan dengan demikian sebenarnya tidak mendidik anak.
Pendidikan memerlukan pimpinan dari pendidik.
Sikap pendidik
hendaknya jangan terlampau otoriter atau terlampau “permissive” akan tetapi
harus realistis. Pendidikan memerlukan memerlukan kebebasan akan tetapi juga
pengendalian. Larangan dan konflik maupun kebebasan dan kepuasan merupakan
bagian dari pendidikan.
Pribadi Guru
Pada tahun 1948
dari pasien-pasien yang masuk ke suatu rumah sakit besar di Amerika Serikat, 17
persen dari pasien yang bekerja sebagai dokter ternyata menderita penyakit
mental, 19 persen terdiri atas petani, 30 persen dokter gigi, 36 persen ahli
hukum dan ibu rumah tangga, dan 55 persen guru-guru. Dari semua jabatan
pekerjaan, sebagai gurulah yang paling banyak menimbulkan penyakit mental.
Tak ada hasil
penelitian yang mendukung dugaan-dugaan itu. Namun, guru-guru yang mempunyai kecenderungan
penyakit mental atau yang telah menderita gangguan mental akan mempunyai
pengaruh yang buruk terhadap generasi muda. Hingga kini belum ada test yang
mampu menyaring calon-calon guru yang baik dari yang tidak baik.
Bagaimanakah seharusnya sikap guru ?
Di bawah ini
kami kemukakan tiga hal di mana guru harus menentukan sikapnya.
a.
Anak
atau Bahan Pelajaran
Beberapa
syarat tentang guru
Kita
di Indonesia memberi perhatian utama kepada perkembangan kognitif, termasuk
perkembangan intelektual anak-anak, walaupun kita usahakan perkembangan yang
harmonis. Tujuan yang ingin kita capai adalah agar anak-anak lulus dengan ujian
dan kelak mendapat tempat di perguruan tinggi yang baik. Perkembangan pribadi
anak, misalnya dalam bidang sosial, emosional dan moral kurang mendapat
perhatian dibandingkan dengan perkembangan intelektual.
Ada
masanya, seperti di Amerika Serikat bahwa perhatian ditujukan kepada
perkembangan anak seluruhnya. Macam-macam test disediakan untuk mengetahui
aspek-aspek kepribadian anak. Mengembangkan pribadi anak rasanya lebih mendapat
perhatian daripada perkembangan intelektual untuk menguasai disiplin-disiplin
akademis.
Agar
pelajaran berhasil baik, tiap anak harus mendapat perhatian dan bantuan.
Rintangan-rintangan psikologis seperti gangguan mental hendaknya ditiadakan dan
untuk itu guru harus mengenal pribadi tiap anak.
b.
Guru
sebagai Model
Sikap
“permissive” yang berlebihan itu yang merupakan reaksi atas sikap otoriter dan
dominasi guru guru melupakan bahwa anak-anak memerlukan bimbingan dan pimpinan
guru. Pendidikan adalah usaha membimbing anak ke arah kedewasaan sesuai dengan
tujuan pendidikan. Ada kalanya guru harus menunjukkan jalan, menyuruh anak,
mengatakan kepada mereka apa yang harus dilakukan dan bila perlu melarang
mereka melakukan sesuatu yang menyimpang atau merugikan.
Fungsi
guru yang paling utama adalah memimpin anak-anak, membawa mereka ke arah tujuan
yang tegas. Guru itu, di samping orang tua, harus menjadi model atau suri
teladan bagi anak. Anak-anak mendapat rasa keamanan dengan adanya model itu dan
rela menerima petunjuk maupun teguran bahkan hukuman.
c.
Kesulitan
dalam Belajar
Guru
yang bersikap sentimental yang berusaha agar belajar itu menjadi kegiatan yang
menggembirakan yang dilakukan tanpa jerih payah. Dalam usaha untuk menghormati pribadi
anak, menjauhkannya dari frustrasi dan konflik, maka dicarilah usaha agar
pelajaran itu menyenangkan dan mudah dilaksanakan.
BAB
II
BEBERAPA
PENDAPAT TENTANG METODE KULIAH
Bagaimanakah pendapat pengajar ?
Dalam
suatu penelitian di Inggris tentang pendapat para pengajar di Universitas
tentang metode kuliah, ternyata bahwa mereka menganggap metode ini sangat
bermanfaat, karena mereka anggap bahwa kebanyakan mahasiswa belum cukup matang
untuk belajar sendiri. Metode kuliah cara yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi. Kuliah merupakan cara
yang sangat baik untuk mengintroduksi topik yang baru atau mengungkapkan seluk-beluk
masalah yang pelik yang tidak dapat dilakukan oleh mahasiswa dengan kemampuan sendiri.
Bagaimana pendapat mahasiswa
?
Mahasiswa kebanyakan mendukung pendapat para pengajar
tentang manfaat kuliah. Dalam penelitian tentang urutan manfaat metode
mengajar, mahasiswa memberi urutan sebagai berikut : pertama kuliah sebagai
metode yang paling bermanfaat, kedua demonstrasi, ketiga seminar, dan paling
akhir praktikum.
Fungsi kuliah
Fungsi kuliah ialah mengintroduksi
mata pelajaran yang baru dan menunjukkan hubungannya dengan bidang studi
lainnya, memberi keterangan tentang perkembangan baru dalam ilmu itu, yang
belum dimuat dalam buku pelajaran dan membuka kesempatan untuk mengemukakan
masalah-masalah serta cara-cara untuk mencari pemecahannya.
Apakah hasil
perkuliahan ?
Dengan
test yang meliputi kedelapan tingkat kognitif menurut Bloom dicoba menilai hasil suatu perkuliahan dalam psikologi. Test
mengenai terminologi, fakta, prinsip-prinsip umum dan pemahaman yang sederhana
mendapat kemajuan yang cukup besar. Kemampuan untuk menerapkan bahan
perkuliahan berbeda-beda keberhasilannya. Akan tetapi, kemajuan dalam analisis,
sintesis, dan evaluasi tidak menunjukkan kemajuan yang berarti.
Apakah kuliah harus
dihindari ?
Ada jurusan yang sangat mementingkan belajar sendiri oleh
mahasiswa yang kurang mementingkan perkuliahan dan karena itu memberi kebebasan
kepada mereka untuk menghadirinya atau tidak. Ternyata bahwa mereka yang sering
tidak hadir dalam perkuliahan menunjukkan hasil yang lebih rendah daripada
mereka yang setia menghadiri semua perkuliahan pada test dan ujian. Bila bahan
perkuliahan tidak dapat diperoleh mahasiswa dengan kemampuan sendiri, maka pada
umumnya lebih baik untuk mengharuskan mereka untuk menghadirinya.
Kedudukan kuliah
Kedudukan kuliah bergantung pada sifat fakultas. Fakultas
sosial menghubungkan kuliah dengan diskusi dan bacaan, sedangkan fakultas ilmu
alam menghubungkannya dengan sedikit diskusi. Ada pula fakultas yang mengaitkan
kuliah dengan sistem tutorial.
Panjang kuliah
Menurut suatu penelitian, kuliah yang diberikan pada waktu
pagi lebih besar hasilnya daripada yang dihadiri sore harinya. Dalam penelitian
lain ternyata bahwa yang banyak dipelajari ialah dari apa yang diberikan pada
seperempat jam pada mulanya. Makin lama kuliah itu makin sedikit yang ditangkap
oleh mahasiswa. Jika ini berlaku umum, maka hal ini perlu mendapat pertimbangan
dalam perencanaan suatu kuliah.
Cara penyampaian
Pada umumnya kuliah yang diucapkan secara bebas lebih
menarik daripada yang dibacakan. Mengulangi hal-hal yang penting banyak
membantu untuk mengingatnya. Juga banyak manfaat alat visual yang relevan.
Evaluasi
Untuk menilai kuliah, dapat kuliah itu direkam untuk
diperdengarkan kepada teman-teman pengajar lainnya untuk minta pendapat
masing-masing. Juga dapat kuliah itu diperdengarkan kepada mahasiswa yang lebih
matang untuk mengetahui komentar dan kritik mereka.
Dalam suatu angket, kepada mahasiswa dan tenaga pengajar
jurusan tertentu mereka diminta untuk mengurutkan sifat-sifat yang diinginkan
dari seorang pemberi kuliah. Hasilnya adalah sebgai berikut : (1) Menyajikan bahan
dengan jelas dan logis, (2) Memungkinkan mahasiswa untuk memahami
prinsip-prinsip pokoknya, (3) Dapat didengar dengan jelas oleh semua, (4) Dapat
membuat agar bahannya mengandung makna secara intelektual, (5) Dapat
menyelesaikan seluruh bahan untuk kuliah, (6) Memelihara kontinuitas perkuliahan,
(7) Konstruktif dan bersifat membantu dalam kritiknya, (8) Memperlihatkan
keahliannya dalam bidangnya, (9) Menjaga kecepatan yang serasi selama
perkuliahannya, (10) Memasukkan dalam perkuliahannya hal-hal yang tidak dimuat
dalam buku pelajaran.
BAB III
PROSES BELAJAR – MENGAJAR MENURUT
ROBERT M. GAGNE
Teori-teori Belajar
Pertumbuhan
dan belajar
Manusia tumbuh dan berkembang dari bayi yang tak berdaya
dan dalam segala kebutuhannya bergantung pada orang lain menjadi manusia yang
dapat menyesuaikan diri dengan berbagai corak ragam masyarakat, dari yang
sederhana sampai yang modern dan kompleks. Ia dapat menyesuaikan hidupnya dalam
gua, akan tetapi juga dapat hidup dalam ruang angkasa. Jadi, dalam hidup
manusia dari bayi sampai dewasa ia mengalami berbagai perubahan. Di antaranya
ada yang disebabkan oleh pertumbuhan,
menjadi besar misalnya yang ditentukan oleh pembawaannya, jadi genetis.
Berbagai teori
Untuk menjelaskan bagaimana proses belajar itu berlangsung,
timbul berbagai teori. Kekeliruan yang banyak dilakukan ialah, menganggap bahwa
segala macam belajar dapat diterangkan dengan satu teori tertentu. Tiap teori
mempunyai dasar tertentu. Ada teori belajar yang didasarkan atas asosiasi, ada pula atas insight misalnya, dan prinsip yang ada
satu tak dapat dipadukan dengan yang lain.
Teori belajar yang paling tua ialah teori asosiasi, yakni hubungan antara
stimulus dan respons. Hubungan itu
bertambah kuat bila sering diulangi dan respons yang tepat diberi ganjaran
berupa makanan atau pujian atau cara lain yang memberi rasa puas dan senang.
Menurut Köhler
insight adalah melihat hubungan antara unsur-unsur dalam situasi yang
mengandung problem itu. Wertheimer
berpendapat bahwa insight itu terjadi bila seorang melihat struktur yang esensial
dalam situasi problematis itu. Teori itu pun tidak bebas dari kritik, di
antaranya bahwa binatang itu juga dipengaruhi oleh pengalaman-pengalamannya
yang lampau. Apa yang dilakukan oleh chimpanse itu hanya dapat dilakukannya
berkat pengalaman yang telah ada padanya.
Telah
bermacam-macam teori belajar diciptakan, di antaranya yang didasarkan atas eksperimen
terutama dengan binatang. Seperti telah kami kemukakan di atas, semua teori
memberi sumbangan yang berharga untuk memahami jenis belajar tertentu. Dengan
demikian, semua teori dapat memberi bantuan kepada guru dalam peroses belajar
mengajar.
Aneka Ragam Bentuk Belajar Menurut Robert M. Gagne
Delapan type belajar
Belajar
Type 1. Signal Learning (belajar
isyarat)
Contoh : Aba-aba “Siap !” merupakan suatu signal atau
isyarat untuk mengambil sikap tertentu.
Belajar Type 2. Stimulus-Response
Learning (belajar stimulus-respons)
Contoh : Anjing dapat diajar “memberi salam” dengan
mengangkat kaki depannya bila kita katakan “kasi tangan” atau “salam”.
Belajar Type 3. Chaining
(Rantai atau rangkaian)
Contoh : Dalam bahasa kita banyak contoh “chaining” seperti
“ibu-bapak”, “kampung halaman”, “selamat tinggal”, dan sebagainya.
Belajar Type 4. Verbal
Association (asosiasi verbal)
Bentuk verbal association yang paling sederhana ialah bila
diperlihatkan suatu bentuk geometris dan anak itu dapat mengatakan “bujur
sangkar” atau mengatakan “itu bola saya” bila dilihatnya bolanya.
Belajar Type 5. Discrimination
Learning (belajar diskriminasi)
Contoh : Anak dapat mengenal berbagai merk mobil beserta
namanya walaupun tampaknya mobil itu banyak bersamaan. Demikian pula ia dapat
membedakan manusia yang satu dari yang lain, juga tanaman, binatang, dan
lain-lain.
Belajar Type 6. Concept
Learning (belajar konsep)
Banyak konsep mungkin karena kesanggupan mereka untuk
mengadakan representasi internal
tentang dunia sekitarnya dengan menggunakan bahasa.
Belajar Type 7. Rule
Learning (belajar aturan)
Type belajar ini banyak terdapat dalam pelajaran di
sekolah. Banyak aturan yang perlu diketahui oleh setiap orang yang terdidik.
Aturan ini terdapat dalam tiap mata pelajaran.
Belajar Type 8. Problem
Solving (pemecahan masalah)
Problem solving atau memecahkan masalah sesuatu yang biasa
dalam hidup setiap manusia dan tiap hari sepuluh dua puluh kali ia memecahkan
masalah.
Kejadian-kejadian dalam Belajar dan Mengingat
Empat fase dalam belajar
Belajar berlangsung dalam empat fase, yakni (1) fase apprehending, (2) fase acquistion, (3) fase storage, (4) fase retrieval. Keempat fase tersebut berlangsung berturut-turut.
Mengingat sesuatu
sebagai hasil belajar
Belajar terjadi bila ada hasil yang dapat diperlihatkan.
Bila kita mengajarkan bahwa El Salvador suatu negara di Amerika Tengah, maka ia
harus dapat mengingatnya dan menjawab bila ia ditanya tentang itu, walaupun
dalam jangka waktu yang pendek sekali setelah diajarkan.
Apakah yang diingat
?
Seseorang dapat mengingat gambar yang telah pernah
dilihatnya, mengingat kata-kata yang baru dipelajarinya, atau mengingat
bagaimana cara memecahkan hitungan.
Recognition
(Mengenal kembali)
Seseorang dapat mengenal kembali suatu gambar, lagu, bau
wangi yang telah pernah dilihat, didengar atau diciumnya sebelumnya. Mengenal
kembali ini lebih mantap dari bentuk ingatan lainnya.
Recall of verbal
information (Mengingat kembali informasi verbal)
Anak-anak
demikian pula orang dewasa dapat mengingat kembali kata-kata yang telah pernah
didengar atau dipelajarinya. Menyatakan kembali apa yang dipelajari lebih sukar
daripada sekedar mengenal sesuatu kembali.
Reinstatement
of intellectual skills (Menggunakan keterampilan intelektual)
Bila seseorang dihadapkan pada suatu soal, misalnya soal
fisika, maka ia harus mengingat bermacam-macam hal yang berkenaan dengan
jenis-jenis belajar seperti diskriminasi, rangkaian, klasifikasi, menggunakan
aturan atau hukum, dan pemecahan masalah.
Fungsi ingatan
1)
Mengingat untuk
sementara untuk keperluan tertentu, misalnya nomor telepon yang dapat dilupakan
kembali setelah kita memutar nomor itu atau sejumlah barang yang harus kita
beli sewaktu berbelanja.
2)
Fungsi perantara,
mengingat sejumlah nama pohon, tanaman, binatang dan sebagainya untuk memahami
klasifikasinya. Kita tidak tahu berapa banyak harus diingat untuk dapat
mengklasifikasikannya.
3)
Mengingat selama hidup,
diantaranya keterampilan intelektual yang sering kita perlukan dalam menghadapi
masalah-masalah, baik yang spesifik maupun yang bersifat umum.
Hierarki dalam Belajar
Hasil belajar nyata dari apa yang dapat dilakukannya yang
tidak dapat dilakukannya sebelumnya. Maka terjadi perubahan kelakukan yang
dapat kita amati dan dapat dibuktikannya dalam perbuatan.
Perencanaan hierarki
dalam mengajar
Adanya jenjang dalam mempelajari sesuatu mengharuskan guru
untuk merencanakan langkah-langkah yang menuju ke arah penguasaan bahan
pelajaran. Untuk memahami sesuatu siswa harus menguasai aturan atau prinsip
tertentu.
Tujuan pelajaran
Tujuan pelajaran hendaknya dirumuskan dalam bentuk
kemampuan yaitu hal-hal yang dapat dilakukannya sebelum ia belajar. Yang
merupakan keterampilan intelektual dan bukan sebagai hafalan fakta, informasi,
prinsip, rumus, dan sebagainya yang
dapat dicari kembali dalam buku sedangkan keterampilan intelektual tidak dapat
dicari dalam buku akan tetapi dipelajari.
Struktur dalam
pelajaran
Setiap peljaran memiliki hierarki atau struktur dalam
mempelajarinya. Untuk memecahkan masalah diperlukan penguasaan sejumlah aturan
yang harus dipelajari sebelumnya melalui konsep yang mendasarinya. Pada umumnya
belajar berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks walaupun belum ada
kesamaan dalam langkah yang harus dijalani, tapi pasti ada urutan
langkah-langkah itu.
Kesiapan untuk Belajar
Kesiapan belajar adalah kondisi yang mendahului kegiatan
belajar itu sendiri, tanpa hal itu kegiatan belajar tidak akan terjadi.
Perhatian
Untuk mengamati sesuatu diperlukan perhatian. Anak harus
melihat gambar atau buku dan bukan melihat keluar jika ingin belajar. Kita
tentu dapat memikirkan berbagai cara untuk menarik perhatian anak dengan
memberikan stimulus yang baru, aneka ragam, atau berintensitas tinggi.
Motivasi belajar
Motivasi kelakuan manusia merupakan topik yang sangat luas.
Banyak macam motivasi dan para ahli meneliti tentang bagaimana asal dan
perkembangannya dan menjadi suatu daya dalam mengarahkan kelakuan seseorang.
Motivasi diakui sebagai hal yang sangat penting bagi pelajaran di sekolah.
Salah satu pakar, yaitu : Ausubel (1968), berpendapat bahwa
motivasi yang dikaitkan dengan motivasi sosial tidak begitu penting
dibandingkan dengan motivasi yang berkaitan dengan penguasaan tugas dan
keberhasilan. Motivasi serupa ini bersifat intrinsik dan keberhasilannya akan
memberi rasa kepuasan dan mempertinggi harga diri dan rasa kemampuannya. Ia
juga mengungkapkan bahwa adanya hubungan antara motivasi dan belajar. Motivasi
bukan merupakan syarat mutlak untuk belajar, tak perlu tunggu motivasi dulu,
baru mengerjakan sesuatu.
Perkembangan
kematangan
Dapat tidaknya seorang anak belajar sesuatu juga ditentukan
oleh taraf kematangan dan kesiapannya. Dapat juga dikatakan bahwa perbedaan
dalam perkembangan kesiapan anak disebabkan oleh perbedaan dalam keterampilan
intelektual yang telah dipelajari sebelumnya.
Disain pengajaran
Agar belajar berhasil baik, maka harus dipenuhi kondisi
intern dan kondisi ekstern. Kondisi intern terdiri atas penguasaan konsep dan
aturan yang merupakan pra syarat untuk memahami bahan pelajaran yang baru atau
memecahkan suatu masalah. Kondisi ekstern mengenai hal-hal dalam situasi
belajar yang dapat dikontrol oleh pengajar, misal komunikasi verbal.
Apa yang terjadi
dalam mengajar ?
Mengajar dapat kita pandang sebagai usaha mengontrol
kondisi ekstern, yang dapat diatur, dimanipulasi, atau dikontrol. Yang
merupakan suatu bagian dari proses belajar namun termasuk tugas guru yang utama
dalam mengajar.
Mengajar terdiri atas sejumlah kejadian-kejadian tertentu.
Banyak sedikit bagian-bagiannya serta urutannya sebagai berikut :
1)
Membangkitkan dan
memelihara perhatian. Dengan stimulus ekstern kita berusaha untuk membangkitkan
perhatian itu.
2)
Menjelaskan kepada
murid hasil apa yang diharapkan daripadanya setelah belajar. Ini dilakukan
dengan komunikasi verbal.
3)
Merangsang murid untuk
mengingat kembali konsep, aturan, dan keterampilan yang merupakan pra syarat
agar memahami pelajaran yang akan diberikan.
4)
Menyajikan stimuli yang
berkenaan dengan bahan pelajaran.
5)
Memberikan bimbingan
kepada murid dalam proses belajar.
6)
Memberikan feedback
atau balikan dengan memberitahukan kepada murid apakah hasil belajarnya benar
atau tidak.
7)
Menilai hasil belajar
dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk mengetahui apakah ia telah
benar menguasai bahan pelajaran itu dengan memberikan beberapa soal.
8)
Mengusahakan transfer
dengan memberikan contoh tambahan untuk menggeneralisasi apa yang telah
dipelajari itu sehingga ia dapat menggunakannya dalam situasi-situasi lain.
9)
Memantapkan apa yang
dipelajari dengan memberikan latihan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari
itu.
Manajemen belajar
Kebanyakan orang hanya dapat mencapai kemajuan dalam
belajar bila mengikuti pelajaran yang teratur menurut sistem pendidikan. Hanya
dengan sistem itu, orang dapat belajar dengan efisien.
Merumuskan tujuan
Dianjurkan agar tujuan dirumuskan dalam bentuk kelakuan
yang dapat diamati.
Syarat dari tujuan yang
baik, ialah :
1) Kata
kerja hendaknya menunjukkan perbuatan yang dapat diamati.
2) Uraian
terhadap stimulus terhadap mana siswa harus merespons.
3) Menentukan
alat yang digunakan oleh siswa.
4) Petunjuk
tentang sifat jawaban yang diharapkan.
Media
pembelajaran
Berbagai media dapat digunakan dalam
berkomunikasi dengan siswa. Pada umumnya gurulah sumber utama yang memberikan
stimulus kepada murid agar belajar.
Media belajar, misalnya : benda-benda,
demonstrasi, model, bahasa tertulis, gambar-gambar, film dan televisi, mesin
belajar (teaching machine).
BAB IV
PENGAJARAN MODUL
Akhir-akhir ini makin banyak perhatian
terhadap pengajaran individual dan kepercayaan akan kemampuan individu untuk
belajar sendiri. Pengajaran lebih ditujukan kepada proses belajar yakni
membimbing siswa untuk menguasai teknik belajar untuk mencari sendiri apa yang
diperlukannya bagi tujuannya dari khasanah ilmu pengetahuan yang berlipat ganda
dengan sangat cepat.
Prinsip-prinsip
Apa yang dimaksud dengan modul ?
Modul dapat dirumuskan sebagai suatu
unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian
kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan
yang dirumuskan secara khusus dan jelas.
Apa tujuan pengajaran modul ?
Salah satu tujuan pengajaran modul
ialah membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan
masing-masing. Dianggap bahwa siswa tidak akan mencapai hasil yang sama dalam
waktu yang sama dan tidak sedia mempelajari sesuatu pada waktu yang sama.
Keunggulan
pengajaran modul bagi siswa
Balikan
atau feedback
Modul memberikan
feedback yang banyak dan segera sehingga siswa dapat mengetahui taraf hasil
belajarnya. Kesalahan segera dapat diperbaiki dan tidak dibiarkan begitu saja
seperti halnya dengan pengajaran tradisional.
Penguasaan
tuntas atau mastery
Pengajaran modul tidak menggunakan
kurva normal sebagai dasar distribusi angka-angka. Setiap siswa mendapat
kesempatan untuk mencapai angka tertinggi dengan menguasai bahan pelajaran
secara tuntas.
Tujuan
Modul disusun sedemikian rupa sehingga
tujuannya jelas, spesifik dan dapat dicapai oleh murid, sehingga usaha murid
untuk mencapainya terarah.
Motivasi
Pengajaran yang membimbing siswa untuk
mencapai sukses melalui langkah yang teratur, akan menimbulkan motivasi yang
kuat untuk berusahan dengan giat.
Fleksibilitas
Pengajaran modul dapat disesuaikan
dengan perbedaan siswa antara lain mengenai kecepatan belajar, cara belajar dan
bahan pelajaran.
Kerja-sama
Pengajaran modul mengurangi sedapat
mungkin rasa persaingan dikalangan siswa oleh sebab semua dapat mencapai nilai
tertinggi. Mereka tidak bersaing untuk mencapai rangking tertinggi karena tidak
digunakannya kurva normal dalam penentuan angka, hingga terbuka jalan ke arah
kerja sama.
Pengajaran
remedial
Pengajaran modul sengaja memberikan
kesempatan untuk pelajaran remedial yakni memperbaiki kelemahan, kesalahan atau
kekurangan murid yang segera dapat ditemukan sendiri oleh murid berdasarkan
evaluasi yang diberikan secara kontinu.
Keuntungan
pengajaran modul bagi pengajar
Rasa kepuasan
Modul disusun dengan cermat sehingga
memudahkan siswa belajar untuk menguasai bahan pelajaran menurut metode yang
sesuai bagi murid. Hingga hsil belajar murid terjamin, hingga dengan sendirinya
rasa kepuasan guru muncul karena ia telah berhasil melakukan profesinya dengan
baik.
Bantuan individual
Pengajaran modul memberi kesempatan
yang lebih besar dalam waktu yang lebih banyak kepada guru untuk memberikan
perhatian individual kepada murid yang membutuhkan bantuan tanpa harus
melibatkan seluruh kelas.
Pengayaan
Guru juga mendapat waktu yang lebih
banyak untuk memberikan ceramah sebagai pengayaan.
Kebebasan dari rutin
Pengajaran modul membebaskan guru dari
rutin yang membelenggunya selama ini. Ia dibebaskan dari persiapan pelajaran
karena seluruhnya telah disediakan oleh modul.
Mencegah kemubasiran
Modul adalah satuan pelajaran yang
berdiri sendiri mengenai topik tertentu dan dapat digunakan dalam berbagai mata
pelajaran atau mata kuliah, yang dapat digunakan oleh berbagai sekolah dan
universitas.
Meningkatkan profesi keguruan
Pengjaran modul menimbulkan berbagai
pertanyaan mengenai proses belajar itu sendiri. Yang dapat merangsang guru
untuk berfikir dan mendorongnya bersikap lebih ilmiah tentang profesinya.
Evaluasi formatif
Modul hanya meliputi bahan pelajaran
yang terbatas dan dapat dicobakan pada murid yang kecil jumlahnya dalam taraf
pengembangannya. Melalui pre-test dan post-test apat dinilai taraf hasil
belajar murid dengan cara demikian mengetahui efektivitas bahan itu.
Perbandingan
pengajaran konvensional dengan pengajaran modul
Tujuan
Pengajaran Konvensional (PK),
tujuannya tidak dirumuskan secara spesifik dalam bentuk kelakuan yang dapat
diamati dan diukur sedangkan Pengajaran Modul (PM), tujuannya dirumuskan dalam
bentuk kelakuan murid, apa yang diharapkan dapat dilakukannya setelah
dijalaninya pelajaran.
Penyajian bahan pelajaran
PK : bahan pelajaran disajikan kepada
kelompok, kelas, sebagai keseluruhan tanpa memperhatikan murid secara
individual dan pelajaran diberikan pada jam sesuai jadwal pelajaran tersebut.
Sedangkan PM : bahan pelajaran disajikan secara individual dan siswa pun bisa
mempelajarinya pada waktu yang diinginkan.
Kegiatan instruksional
PK : bahan pelajaran berbentuk
ceramah, kuliah, tugas tertulis, dan media lain menurut pertimbangan guru.
Sedangkan PM : menggunakan aneka ragam kegiatan belajar yang dapat meningkatkan
proses belajar.
Pengalaman belajar
PK : berorientasi pada kegiatan guru
dengan mengutamakan proses belajar, sedangkan PM : berorientasi pada kegiatan
murid dengan pengajaran secara individual dengan tekanan pada proses belajar.
Partisipasi
PK : murid kebanyakan bersikap pasif
karena harus mendengarkan uraian guru. Sedangkan PM : siswa selalu aktif
belajar dengan melakukan berbagai kegiatan untuk menguasai bahan pelajaran
sepenuhnya.
Kecepatan belajar
PK : murid harus belajar menurut
kecepatan yang kebanyakan ditentukan oleh kecepatan guru mengajar, sedangkan PM
: tiap siswa maju menurut kecepatannya.
Penguatan atau reinforcement
PK : diberikan setelah diadakannya
ulangan atau ujian, sedangkan PM : penguatan sering diberikan segera setelah
dipelajari sebagian kecil dari bahan pelajaran itu.
Keberhasilan belajar
PK : kebanyakan dinilai oleh guru
secara subjektif, sedangkan PM : dinilai secara objektif berdasarkan hasil
belajar murid, penilaian ini merupakan kekurangan yang dapat diperbaiki
sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan.
Penguasaan
PK : hanya sebagian kecil saja yang
menguasai bahan pelajaran sepenuhnya, ada yang sebagian bahkan ada pula yang
gagal. Sedangkan PM : bila diberi waktu yang cukup, maka semua siswa diharapkan
dapat mencapai tujuan pelajaran sepenuhnya.
Peranan pengajar
PK : berfungsi sebagai penyalur
pengetahuan, sedangkan PM : berfungsi sebagai pendiagnosis kekurangan murid,
pemberi motivasi, pembimbing belajar, dan sebagai manusia sumber.
Ujian atau test
PK : siswa menempuh beberapa test atau
ulangan mengenai bahan yang telah dipelajari dan berdasarkan beberapa angka itu
ditentukan angka rapornya untuk semester itu. Sedangkan PM : test diadakan
untuk mengukur keberhasilan belajar mengenai tujuan yang telah dirumuskan pada
awal pelajaran atau kuliah, untuk mengetahui bahan yang telah dimiliki sebagai
prasyarat untuk mempelajari modul itu, mendiagnosis kebaikan dan kekurangan
tiap siswa dan penguasaan yang diharapkan dari mereka.
Bentuk umum modul
Aspek utama modul ialah :
1) Bahan
Siswa
harus menyelesaikan modul yang diperlukan. Tujuannya dirumuskan dengan jelas
dan siswa boleh merencanakan atau memilih kegiatan belajar yang dapat
membantunya untuk mencapai tujuan itu. Beban yang ada dalam tiap modul
diwajibkan untuk dipelajari dan seluruh atau sebagian bahan dimodulkan.
2) Waktu
belajar
Fasilitas
belajar atau sumber belajar terbuka sepanjang hari dan seluruh bahan dipelajari
secara individual serta dilengkapi dengan kuliah, penjelasan guru, diskusi dan
sebagainya.
3) Urutan
Modul
dipelajari menurut urutan tertentu terserah pada siswa.
Evaluasi
dalam pengajaran modul
Dalam PM, evaluasi memegang peranan
penting, yaitu memberikan balikan atau feedback kepada murid maupun pengajar. Hingga
diketahui apakah siswa telah memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk
mempelajari suatu modul.
Bidang
studi yang dimodulkan
Modul dapat digunakan dalam berbagai
bidang studi. Baik di tingkat SD maupun perguruan tinggi. Yang penting tujuan
modul harus dapat dirumuskan dengan jelas dan khusus dalm bentuk kelakuan yang
diamati.
Administrasi
modul
Administrasi modul tidak termasuk
pengembangannya, terutama terdiri atas distribusi buku bimbingan belajar dan
individual, administrasi test yang semuanya dapat dikendalikan oleh guru.
Unsur-unsur administrasi sistem modul
yaitu :
1) Pengembangan
modul
Memilih bahan pelajaran dan alat
pelajaran, menyusun bahan dalam satuan untuk tiap modul, merumuskan tujuan
modul, menyesuaikan tujuan dengan proses belajar, merencanakan cara memonitor
dan mencatat kemajuan belajar murid dan merencanakan evaluasi akhir hasil
belajar murid.
2) Pelaksanaan
Penyebaran,
penyampaian modul kepada siswa, memonitor dan mencata kemajuan belajar siswa,
memberi balikan kepada siswa dan menilai hasil belajar siswa.
Biaya
modul
PM memakan biaya yang lebih banyak, yang meliputi
:
1)
Waktu yang diperlukan
pengajar untuk menyiapkan modul
2)
Biaya alat
audio-visual, pegawai administrasi, alat lab dan lain-lain
3)
Biaya perbanyakan
modul, buku bimbingan belajar, dan komponen lainnya
4)
Biaya ruang balajar,
dan seterusnya.
Cara menyusun modul
1)
Merumuskan sejumlah
tujuan secara jelas, spesifik, dalam bentuk kelakuan siswa yang dapat diamati
dan diukur
2)
Urutan tujuan itu yang
menentukan langkah yang diikuti dalam modul itu
3)
Test diagnostik untuk
mengukur latar belakang siswa, pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya
sebagai prasyarat untuk menempuh modul itu
4)
Menyusun alasan
pentingnya modul ini bagi siswa
5)
Kegiatan belajar
direncanakan untuk membantu dalam membimbing siswa agar mencapai kompetensi
seperti dirumuskan dalam tujuan.
6)
Menyusun post-test
untuk mengukur hasil belajar murid hingga manakala ia menguasai tujuan modul
7)
Menyiapkan pusat sumber
berupa bacaan yang terbuka bagi siswa setiap waktu ia memerlukannya.
Masalah-masalah
Kesulitan bagi siswa
Belajar sendiri memerlukan disiplin,
self-disipline. Siswa harus sanggup mengatur waktu, memaksa diri untuk belajar
dan kuat terhadap godaan teman untuk bermain.
Kesulitan bagi pengajar
Menyiapkan modul yang baik, selain
memerlukan waktu yang banyak juga keahlian dan keterampilan yang cukup.
Hendaknya pengajar yang akan memulai pengajaran modul diberikan waktu khusus
untuk mempersiapkannya.
Kesulitan bagi administrator
Pengajaran modul menurut hakikatnya
memerlukan lebih banyak fasilitas yang akan melibatkan soal pembiayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar