Selasa, 17 September 2013

ANALISIS JENIS KALIMAT DITINJAU DARI JENIS KATA YANG MENJADI PREDIKAT DALAM KOLOM OPINI HARIAN SERAMBI INDONESIA



BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang Masalah
Dalam kegiatan berbahasa terdapat empat keterampilan pokok, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan tersebut tersusun secara sistematis dan saling berhubungan satu sama lainnya. Keterampilan tersebut juga erat sekali hubungannya dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya, semakin terampil seseorang berbahasa semakin jelas jalan pikirannya.
Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir. Sehingga dalam proses interaksi dan komunikasi diperlukan keterampilan berbahasa aktif, kreatif, produktif dan reseptif apresiatif, salah satu unsurnya adalah keterampilan menulis, yang bertujuan untuk menuangkan gagasan dan perasaan seseorang melalui media tulisan. Menulis merupakan keterampilan unik yang patut digali oleh setiap diri pengguna bahasa melalui media tertulis. Hal ini dikarenakan, dengan menulis seseorang berlatih dalam menyampaikan pendapat secara runtut dan sistematis, berolah pikir, berolah rasa, dan melakukan perenungan.
Kegiatan menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam komunikasi secara tertulis. Hal ini sejalan dengan pendapat Sumarjo (dalam Komaidi 2011: 5), ia menyatakan bahwa ”Menulis merpakan proses melahirkan tulisan yang berisi gagasan”. Dari pendapat Sumarjo di atas, dapat dipahami bahwa menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan tulisan yang berisi gagasan atau ide seseorang melalui media tertulis.  
Dengan menulis, seseorang dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi yang ada dalam dirinya. Ia dapat mengetahui sampai di mana pengetahuannya tentang suatu gagasan atau ide yang akan disampaikan. Selain itu, kegiatan menulis berhubungan erat dengan penggunaan kata, kalimat dan unsur-unsur lain yang membangun sebuah uraian panjang dari konsep sebuah tulisan sebagai alat komunikasi tertulis. Hal ini dikarenakan dalam berkomunikasi digunakan kalimat-kalimat yang disusun dari kata-kata. Sebelum selesai sebuah kalimat diungkapkan secara tertulis, kata-kata harus dibentuk terlebih dahulu kemudian ditata menjadi sebuah kalimat sesuai dengan pikiran, ide dan perasaan seseorang. 
Dalam sebuah tulisan, kalimat memiliki peran tersendiri yang tidak kalah penting agar terbentuknya sebuah gagasan yang dapat dipahami oleh orang lain. Bahkan, kalimatlah yang menjadi konsep utama agar tersusun menjadi bagian yang lebih luas dalam menyampaikan gagasan atau ide seseorang. Gabungan dari kalimat-kalimat membentuk sebuah paragraf dan paragraf menjadi wacana merupakan proses terbentuknya gagasan seseorang, salah satunya adalah berupa opini.
Opini merupakan gagasan seseorang yang dibentuk melalui kalimat-kalimat agar menjadi suatu kesatuan pikiran yang utuh yang dimaksud oleh seseorang sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Dalam memaparkan opini yang baik dibutuhkan penyusunan kalimat yang baik dan layak dipublikasikan kepada pembaca, khususnya pada kolom opini dalam surat kabar. Hal ini dikarena surat kabar merupakan media komunikasi yang tersentuh oleh banyak lapisan masyarakat. Sehingga, melalui penyusunan kalimat yang baik akan mampu mewakili gagasan penulis kepada pembaca dan kalimat yang dibentuk harus mampu dipahami oleh berbagai lapisan masyarakat agar terbentuknya opini yang baik yaitu opini yang berisi gagasan yang dapat dipahami oleh orang lain.  Namun, kenyataan yang terlihat adalah sangat banyak media cetak yang menyodorkan opini atau gagasan yang tidak menyatu dengan semua lapisan masyarakat. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian penulis terhadap pembaca. Oleh karena itu, dengan lebih memperhatikan penyusunan kalimat dalam opini maka akan terbentuk sebuah opini yang baik dan layak dipublikasikan di media cetak, khususnya surat kabar.
Dari uraian pada latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian. Adapun judul penelitian ini adalah ”Analisis Jenis Kalimat Ditinjau dari Jenis Kata yang Menjadi Predikat dalam Kolom Opini Harian Serambi Indonesia”.

1.2         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat, jenis kalimat apa saja yang terdapat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia?



1.3         Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan data tentang jenis kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia.

1.4         Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoretis dan secara praktis. Secara teoretis hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu bahasa. Secara praktis dapat bermanfaat bagi peneliti dan mahasiswa. Bagi peneliti dapat termotivasi serta menambah pengetahuan tentang jenis kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia.
Bagi mahasiswa dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk menambahkan pemahaman tentang jenis kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia, khususnya bagi mahasiswa jurusan bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, sebagai bahan pertimbangan untuk mendapatkan suatu ide tau gagasan baru di masa yang akan datang.

1.5         Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini tentang jenis kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia. Mengingat cakupan ruang penelitian terlalu luas, maka peneliti membatasi masalah ini pada jenis kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia sebanyak 2 edisi, yaitu mulai edisi Selasa 20 Agustus 2013 dan edisi Rabu 21 Agustus 2013.

1.6         Definisi Operasional
Untuk menyamakan pemahaman antara peneliti dengan pembaca, maka perlu dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut :
1)        Analisis adalah proses penguraian/pembahasan terhadap suatu permasalahan untuk diketahui dan ditemukan inti permasalahan lalu disimpulkan.
2)        Jenis kalimat adalah berbagai pembagian atas sebuah kalimat yang terdiri dari beberapa macam kalimat.
3)        Jenis kata adalah berbagai pembagian atas sebuah kata yang terdiri dari beberapa macam kata.
4)        Predikat adalah jabatan yang disandang oleh suatu kata yamg memiliki arti perbuatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh si subjek.
5)        Kolom opini adalah ruang yang memuat tentang subuah pendapat atau gagasan dari seseorang yang dituangkan dalam bentuk tertulis dalam sebuah media cetak.
6)        Harian Serambi Indonesia adalah sebuah media cetak yang menerbitkan berbagai berita dan informasi.




BAB II
LANDASAN TEORETIS
2.1     Pengertian Menulis
Menulis merupakan keterampilan keempat dalam keterampilan berbahasa, yaitu suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau bertatap muka dengan orang lain melalui media tulisan. Melalui tulisan seseorang dapat mengutarakan gagasannya dan melalui tulisan pulalah kepribadian seseorang dapat tercermin. Menurut Sumarjo (dalam Komaidi 2011: 5), ia menyatakan bahwa ”Menulis merupakan suatu proses melahirkan tulisan yang berisi gagasan”. Maksud dari pendapat Sumarjo di atas adalah menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan tulisan yang berisi gagasan atau ide seseorang melalui media tertulis.
Selanjutnya, M. Atar Semi (007: 14), ia mengungkapkan bahwa ”Menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan”. Maksudnya, menulis merupakan kegiatan menuangkan ide, perasaan dan gagasan seseorang yang berdaya cipta atau menghasilkan sesuatu yang baru dalam bentuk bahasa tulis. Lalu, Kennedy (dalam Komaidi 2011: 59), ia menyatakan bahwaMenulis adalah seni yang begitu rumit, sungguh rumit memahami apa yang Anda coba keluarkan dari imajinasi Anda sendiri, dari kehidupan Anda sendiri”. Maksudnya, menulis merupakan sebuah hasil karya yang sukar dikerjakan, hal ini dikarenakan proses menulis membutuhkan daya pikir yang tinggi sehingga menghasilkan tulisan yang mampu mewakili gagasan penulis kepada pembaca.
Berdasarkan beberapa pendapat pakar bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah mengungkapkan gagasan, ide, perasaan dan pikiran ke dalam sebuah tulisan mengenai suatu subjek dan objek tertentu dengan bahasa tulis yang mudah dipahami oleh pembaca dan bardaya inovatif.

2.2     Pengertian Kalimat
Dalam berbahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan, tidak terlepas dari menggunakan kalimat sebagai bagian dari tuturan ataupun teks, di mana kalimat tersebut merupakan gabungan sejumlah kata yang disusun rapi dan memiliki kesatuan makna yang utuh dan mampu mewakili gagasan seseorang. Gabungan antara kalimat-kalimat yang baik akan menghasilkan tulisan yang baik pula dan mudah dipahami orang lain. Menurut Chaer (2003: 240), ia menyatakan bahwa ”Kalimat adalah konstituen dasar dan intonasi final, sebab konjungsi hanya ada jika diperlukan”. Maksud dari pernyataan Chaer di atas, kalimat merupakan bagian awal yang berakhir dengan tanda titik sebagai pengakhir sebuah pernyataan.
Lalu, Hoerudin (2010: 71), ia mengungkapkan bahwa ”Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud tulis maupun lisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh”. Jelas apa yang dikemukakan oleh Hoerudin bahwa kalimat adalah satuan bahasa, baik dalam wujud lisan ataupun tulisan yang mewakili pikiran yang lengkap. Selanjutnya, Finoza (2003: 107), ia menyatakan bahwa ”Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek, predikat dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna”. Maksudnya, kalimat merupakan suatu bagian yang paling sedikit terdiri atas subjek, predikat dan diakhir dengan tanda titik sebagai pengakhir yang menandai ujaran atau tuturan tersebut sudah lengkap dan memiliki makna yang dapat dipahami oleh pembaca.
Berdasarkan beberapa pendapat pakar di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang berisi suatu pikiran, gagasan dan ide yang lengkap dan tersusun atas dua buah kata atau lebih yang dapat mewakili perasaan seseorang dan mengandung arti.

2.2.1 Unsur Pembentuk Kalimat
Suatu kalimat yang baik tentunya tidak dapat berdiri tanpa adanya unsur pembentuk kalimat, di mana dengan unsur-unsur itulah dapat tersusunnya kalimat yang mudah dipahami oleh seseorang. Bahkan, tanpa unsur-unsur tertentu yang dijadikan landasan sebagai pembentuk kalimat, sebuah kalimat yang merupakan gagasan dan ide seseorang tidak dapat dipahami oleh orang lain yang membaca gagasan tersebut.
Menurut Finoza (2003: 108), menyatakan bahwa ”Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang lazim disebut jabatan kata atau peran kata, yaitu subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Tetapi, kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur yaitu subjek dan predikat”.
1)             Subjek
Subjek adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok atau suatu hal, masalah yang menjadi pangkal atau pokok pembicaraan.
Misalnya: Ayahku sedang mengecat dinding rumah.
Ayahku dalam kalimat di atas berperan sebagai subjek atau pelaku yang melakukan pekerjaan mengecat dinding rumah.
2)             Predikat
Subjek dan predikat merupakan suatu unsur yang harus ada sehingga dapat tersusunnya sebuah kalimat, yang merupakan penegas terhadap apa yang dilakukan subjek. Hal ini sejalan dengan pendapat Finoza (2003: 108), ia menyatakan bahwa ”Predikat adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan tindakan apa atau dalam keadaan bagaimana pelaku atau tokoh dalam sebuah kalimat”. Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa predikat tersebut merupakan jabatan perbuatan yang disandang oleh subjek dalam kondisi tertentu.
Misalnya: Kuda meringkik.
Pada kalimat di atas, kata meringkik merupakan predikat yang memberitahukan perbuatan kuda.
3)             Objek
Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat. Umumnya diisi oleh nomina, frasa nomina atau klausa.
Misalnya: Ibu Tuti mencubit pipi Santi.
Pada kalimat di atas, pipi Santi merupakan objek yang dikenai perbuatan yaitu cubitan dari si subjek.


4)             Pelengkap
Pelengkap atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat. Jenis kata yang mengisi pelengkap berupa nomina, frasa nominal atau klausa.
Misalnya: Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
Kata puisi kontemporer merupakan pelengkap yang melengkapi predikat dan objek.
5)             Keterangan
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur ini berfungsi menerangkan subjek, predikat, objek dan pelengkap.
Misalnya: Sekretaris itu mengambilkan atasanya air minum dari kulkas.
Kata dari kulkas merupakan keterangan tempat yang menerangkan subjek, predikat, objek dan pelengkap.

2.2.2 Jenis-jenis Kalimat
Jenis adalah ragam atau macam. Maksudnya, suatu kalimat memiliki pengklasifikasian atau pengelompokan tertentu. Dengan kata lain, kalimat itu bukan hanya satu macam tetapi memiliki berbagai jenis. Pengelompokan kalimat tersebut juga dilihat dari berbagai kriteria atau ketentuan dari pembagian kalimat.
Menurut Chaer (2003: 241), ia menyatakan bahwa ”Kalimat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis menurut 1) bentuk klausa dalam kalimat, 2) jumlah klausa dalam kalimat, 3) kelengkapan klausa dalam kalimat, 4) jenis kata yang menjadi predikat dalam kalimat, 5) satuan pembentuk paragraf atau wacana”.
1)             Jenis kalimat berdasarkan bentuk klausa dalam kalimat
(1)     Kalimat Inti
Kalimat inti (kalimat dasar) adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap dan bersifat aktif.
Misalnya: Ayah membaca koran.
Kalimat Ayah membaca koran merupakan kalimat yang dibentuk atas klausa inti yang lengkap dan bersifat aktif, menunjukkan perbuatan subjek (ayah) melakukan pekerjaan (membaca) dan dikenai perbuatan kepada yang dibaca (koran).
(2)     Kalimat Non-Inti
Kalimat non-inti adalah kalimat yang dibentuk dari kalimat inti dengan berbagai proses transformasi, seperti transformasi pemasifan, pengingkaran, penanyaan, pemerintahan, penginversian, pelesapan, dan transformasi  penambahan.
Misalnya: Ayah membaca koran.
Kalimat di atas merupakan kalimat inti. Lalu, dapat diperlakukan proses pemasifan menjadi Koran dibaca ayah; diingkarkan menjadi Ayah tidak membaca koran; dijadikan kalimat perintah menjadi Bacalah koran itu!; dijadikan kalimat tanya menjadi Apakah ayah membaca koran?; dijadikan kalimat inversi menjadi Membaca koran ayah; dan jika diperluas menjadi Ayahku yang sudah tua suka sekali membaca koran-koran pada kolom opini.
2)             Jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dalam kalimat
(1)     Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa saja.
Misalnya: Nenekku masih cantik.
Kalimat Nenekku masih cantik merupakan kalimat tunggal yang hanya terdiri atas satu klausa.
(2)     Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang jumlah klausanya lebih dari satu.
Berdasarkan sifat hubungan klausa-klausa di dalam kalimat, kalimat majemuk terbagi atas: a) kalimat majemuk koordinatif (kalimat majemuk setara), b) kalimat majemuk subordinatif (kalimat majemuk bertingkat), c) kalimat majemuk kompleks (kalimat majemuk campuran).
a)      Kalimat majemuk koordinatif merupakan kalimat majemuk yang klausa-klausanya memiliki status yang sama, setara, dan sederajat, serta dihubungkan dengan konjungsi koordinatif, seperti dan, atau, tetapi dan lalu.
Misalnya: Dia membuka pintu, lalu menyilakan kami masuk.
Kalimat Dia membuka pintu, lalu menyilakan kami masuk merupakan kalimat majemuk koordinatif, hal ini terlihat jelas dengan adanya konjungsi koordinatif yaitu lalu.
b)      Kalimat majemuk subordinatif merupakan kalimat majemuk yang hubungan antara klausa-klausanya tidak setara atau sederajat. Klausa yang satu merupakan klausa atasan dan klausa yang lain merupakan klausa bawahan, dihubungkan dengan konjungsi subordinatif, seperti kalau, ketika, meskipun, dan karena.
Misalnya: Ayah membaca koran ketika ibu memasak di dapur.
Kalimat Ayah membaca koran ketika ibu memasak di dapur merupakan kalimat majemuk subordinatif, yaitu dengan adanya konjungsi subordinatif, yaitu ketika.
c)      Kalimat majemuk kompleks merupakan kalimat majemuk yang terdiri atas tiga klausa atau lebih, yaitu campuran dari kalimat majemuk koordinatif dan kalimat majemuk subordinatif.
Misalnya: Ayah mengeluarkan dompetnya, lalu mengambil selembar uang ribuan untuk membayar ongkos becak.
Kalimat Ayah mengeluarkan dompetnya, lalu mengambil selembar uang ribuan untuk membayar ongkos becak merupakan kalimat majemuk komplek, hal ini terlihat jelas dengan adanya tiga buah klausa, yaitu (a) Ayah mengeluarkan dompetnya, (b)
(ayah) mengambil selembar uang ribuan, (c) (ayah) membayar ongkos becak. Klausa pertama dan kedua dihubungkan secara koodinatif dengan bantuan konjungsi lalu, klausa kedua dan ketiga dihubungkan secara subordinatif dengan menggunakan konjungsi untuk.
3)             Jenis kalimat berdasarkan kelengkapan klausa dalam kalimat
(1)   Kalimat Mayor
Kalimat mayor adalah kalimat yang klausanya sudah lengap dan sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat.
Misalnya: Adik berlari
Kalimat Adik berlari merupakan kalimat mayor yang terdiri atas subjek/ si pelaku (adik) dan predikat/ perbuatan yang dilakukan si subjek (berlari).
(2)   Kalimat Minor
Kalimat minor adalah kalimat yang tidak lengkap, bisa hanya terdiri dari subjek saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan saja. Meskipun kalimat minor tidak lengkap, namun dapat dipahami karena konteksnya diketahui oleh pendengar maupun pembicara. Konteks tersebut bisa berupa konteks kalimat, konteks situasi, atau konteks topik pembicaraan, seperti kalimat-kalimat jawaban singkat, kalimat seruan, kalimat perintah, dan kalimat salam.
Misalnya: Silakan duduk!
Kalimat Silakan duduk! merupakan kalimat perintah yang memerintahkan seseorang untuk duduk disuatu tempat. Kalimat tersebut hanya terdiri atas predikat saja.



4)             Jenis kalimat berdasarkan jenis kata yang menjadi predikat dalam kalimat
(1)   Kalimat Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal atau kalimat yang predikatnya berupa kata atau frase yang berkategori verba (kata kerja). Berkenaan dengan banyaknya jenis atau tipe verba, kalimat verbal  terbagi atas: a) kalimat transitif, b) kalimat intransitif, c) kalimat kalimat aktif, d) kalimat pasif, e) kalimat dinamis, f) kalimat statis, g) kalimat refleksif, h) kalimat resiprokal, dan i) kalimat ekuatif.
a)      Kalimat transitif, merupakan kalimat yang predikatnya berupa verba transitif, yaitu verba yang biasanya diikuti oleh sebuah objek kalau verba tersebut bersifat monotransitif dan diikuti oleh dua buah objek kalau verbanya berupa verba bitransitif.
Misalnya: Dika menendang bola
Kalimat Dika menendang bola merupakan kalimat transitif, yaitu Dika sebagai subjek, menendang sebagai predikat berupa verba dan bola sebagai objek yang bersifat monotransitif.
Namun, ada juga kalimat verba transitif yang tidak perlu diikuti objek. Verba ini merupakan verba yang sudah menjadi kebiasaan atau biasa dilakukan terhadap objek tersebut, sehingga meskipun tidak disebutkan kalimat tersebut sudah gramatikal dan bisa dipahami.
Misalnya: Nita sedang minum
Kalimat Nita sedang minum, sudah dapat dipahami bahwa yang menjadi objeknya adalah air.
b)      Kalimat intransitif, merupakan kalimat yang predikatnya berupa verba intransitif yaitu verba yang tidak memiliki objek.
Misalnya: Kakek berlari ke kamar mandi
Kalimat Kakek berlari ke kamar mandi merupakan kalimat intransitif yang tidak berobjek. Kakek sebagai subjek, berlari sebagai predikat, dan ke kamar mandi sebagai keterangan tempat.
c)      Kalimat aktif merupakan kalimat yang predikatnya merupakan kata kerja aktif, biasanya ditandai dengan prefiks me- atau memper-.
Misalnya: Adik menulis surat
Kalimat Adik menulis surat merupakan kalimat aktif, yaitu adik sebagai subjek, menulis sebagai predikat yang berupa kata kerja aktif yang dapat menghasilkan tulisan berupa surat yang merupakan objek.
d)     Kalimat pasif, merupakan kalimat yang predikatnya berupa verba pasif, biasanya ditandai dengan prefiks di- atau diper.
Misalnya: Surat ditulis adik
Kalimat Surat ditulis adik merupakan kalimat pasif yang ditandai oleh prefiks di- pada predikatnya ditulis yang berarti dikenakan perbuatan atas si subjek.
e)      Kalimat dinamis merupakan kalimat yang predikatnya berupa verba yang secara semantis menyatakan tindakan atau gerakan.
Misalnya: Kakak pergi begitu saja.
Kalimat Kakak pergi begitu saja merupakan kalimat dinamis yang menyatakan tindakan si subjek kakak yang melakukan gerakan berupa predikat pergi begitu saja.
f)       Kalimat statis merupakan kalimat yang predikatnya berupa verba yang secara semantis tidak menyatakan tindakan atau kegiatan.
Misalnya: Anaknya sakit keras
Kalimat Anaknya sakit keras merupakan kalimat statis yaitu si subjek Anaknya tidak sedang melakukan kegiatan tetapi sakit keras merupakan predikat yang diderita/disandang oleh si subjek.
g)      Kalimat reflektif merupakan kalimat yang predikatnya berupa verba yang objeknya diri sendiri.
Misalnya: Kakak sedang berhias
Kalimat Kakak sedang berhias merupakan kalimat reflektif, yaitu predikatnya berupa kata kerja yang objeknya adalah diri sendiri. Kata sedang berhias merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh si subjek kakak terhadap dirinya sendiri.
h)      Kalimat resiprokal merupakan kalimat yang predikatnya berupa verba yang bermakna berbalasan.
Misalnya: Mereka berpelukan
Kalimat Mereka berpelukan merupakan kalimat resiprokal, yaitu predikatnya berupa kata kerja yang bermakna berbalasan. Kata berpelukan merupakan pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh lebih dari satu orang.  
i)        Kalimat ekuatif merupakan kalimat yang mengandung kata kerja bantu seperti adalah, menjadi dan merupakan. Kalimat ini antara subjek dan predikat seakan-akan dianggap sama atau merupakan pengganti makna.
Misalnya: Kakekku adalah pelaut kalimat ekuatif
Kalimat Kakekku adalah pelaut merupakan kalimat ekuatif, yaitu predikatnya berupa kata kerja bantu. Kata adalah merupakan kata bantu yang menerangkan pekerjaan yang disandang oleh subjek kakek yaitu seorang pelaut.
(2)   Kalimat Non-Verbal
Kalimat non-verbal adalah kalimat yang predikatnya bukan kata atau frase verbal tetapi bisa berupa nomina, ajektifa, adverbia, numeralia dan bisa juga berupa frase preposisional.
a)      Kalimat non-verba nomina merupakan kalimat non-verba yang predikatnya berupa nomina (kata benda).
Misalnya: Mereka bukan penduduk desa ini
Kalimat Mereka bukan penduduk desa ini merupakan kalimat non-verba nomina yang ditandai dengan predikat bukan penduduk desa ini yang berupa kata benda.
b)      Kalimat non-verba ajektifa merupakan kalimat non-verba yang predikatnya berupa ajektifa (kata sifat).
Misalnya: Mereka rajin sekali
Kalimat Mereka rajin sekali merupakan kalimat non-verba ajektifa yang ditandai dengan predikat rajin sekali yang berupa kata sifat.
c)      Kalimat non-verba adverbia merupakan kalimat non-verba yang predikatnya berupa adverbia (kata keterangan).
Misalnya: Mereka sedang di kampus
Kalimat Mereka sedang di kampus merupakan kalimat non-verba adverbia yang predikatnya sedang di kampus yang berupa kata ketarangan tempat si subjek berada.
d)     Kalimat non-verba numeralia merupakan kalimat non-verba yang predikatnya berupa numeralia (kata bilangan).
Misalnya: Penduduk Indonesia berjumlah 185 juta jiwa
Kalimat Penduduk Indonesia berjumlah 185 juta jiwa merupakan kalimat non-verba numeralia yang predikatnya berjumlah 185 juta jiwa yang berupa kata bilangan.
e)      Kalimat non-verba preposisional merupakan kalimat non-verba yang predikatnya berupa preposisi (kata depan).
Misalnya: Mereka ke pengadilan
Kalimat Mereka ke pengadilan merupakan kalimat yang non-verba preposisional yang predikatnya ke pengadilan yang berupa kata depan.


5)             Jenis kalimat berdasarkan satuan pembentuk paragraf atau wacana
(1)   Kalimat Bebas
Kalimat bebas meupakan kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap atau dapat memulai sebuah paragraf dan wacana tanpa bantuan kalimat atau konteks lain yang menjelaskannya.
Misalnya: Sekarang di Riau amat sukar mencari terubuk (1). Jangankan ikannya, telurnya pun sangat sukar diperoleh (2). Kalaupun bisa diperoleh, harganya melambung selangit (3). Makanya, ada kecemasan masyarakat nelayan di sana bahwa terubuk yang spesifik itu akan punah (4).
 Dalam paragraf di atas, kalimat (1) Sekarang di Riau amat sukar mencari terubuk merupakan kalimat bebas. Hal ini dikarenakan kalimat (1) sudah menjadi ujaran lengkap yang bisa dipahami tanpa harus diikuti oleh kalimat (2), (3), dan (4).
(2)   Kalimat Terikat merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap atau menjadi kalimat pembuka paragraf dan wacana tanpa bantuan konteks. Kalimat terikat biasanya menggunakan salah satu tanda ketergantungan, seperti penanda rangkaian, penunjukan dan penanda anaforis.
Misalnya: Sekarang di Riau amat sukar mencari terubuk (1). Jangankan ikannya, telurnya pun sangat sukar diperoleh (2). Kalaupun bisa diperoleh, harganya melambung selangit (3). Makanya, ada kecemasan masyarakat nelayan di sana bahwa terubuk yang spesifik itu akan punah (4).
 Kalimat (2), (3), dan (4) pada paragraf di atas merupakan kalimat terikat. Ketiga kalimat itu secara sendiri-sendiri tidak dapat dipahami, sehingga tidak dapat berdiri sendiri sebagai sebuah ujaran. Bukti keterikatan kalimat (2) dari kalimat (1) adalah adanya penanda anaforis-nya pada kata ikannya dan telurnya, yang merujuk pada kata terubuk pada kalimat (1).  Demikian juga kalimat (3) terikat dengan kalimat (1) dengan adanya penanda anaforis-nya pada kata harganya, yang juga merujuk pada kata terubuk pada kalimat (1). Sedangkan keterikatan kalimat (4) dengan kalimat-kalimat sebelumnya adalah adanya penggunaan konjungsi makanya, yang menyatakan kesimpulan terhadap isi kalimat-kalimat sebelumnya.

2.3         Pengertian Kata
Kegiatan menulis tidak terlepas dari peran sebuah kata, di mana kata-kata tersebut akan disusun menjadi kalimat. Melalui penyusunan setiap kata dengan tepatlah dapat tersusunnya sebuah kalimat yang baik dan efektif. Menurut Finoza (2003: 61), ia mengungkapkan bahwa ”Kata adalah satuan bentuk terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna”. Jelas apa yang dikemukakan oleh Finoza, bahwa kata merupakan unsur bahasa yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna tetentu.
Lalu, Chaer (2003: 162), juga menyatakan bahwa ”Kata merupakan suatu satuan bahasa yang memiliki pengertian dan diapit oleh dua buah spasi dan memiliki satu arti”. Maksudnya, kata adalah satuan bahasa yang memiliki arti tertentu dan dipisahkan oleh dua buah spasi serta mengandung makna yang tunggal. Selain itu, Sumadiria (2008: 25), ia mengungkapkan bahwa ”Kata adalah sebuah rangkaian bunyi atau simbol tertulis yang menyebabkan orang berpikir tentang sesuatu hal”. Maksudnya, unsur bahasa berupa kata merupakan tanda tertulis yang tersusun atas rangkaian huruf dan bunyi bahasa yang dapat membuat seseorang menafsirkan sesuatu ketika membacanya.
Selanjutnya, Keraf (Hoerudin 2010: 71), mengungkapkan bahwa ”Kata ibarat pakaian yang dipakai oleh pikiran kita. Tiap kata memiliki jiwa. Setiap anggota masyarakat harus mengetahui jiwa agar ia dapat menggerakkan orang lain dengan jiwa dari kata-kata yang dapat digunakannya”. Maksud pernyataan Keraf di atas, kata merupakan sesuatu yang ada dalam pikiran seseorang, di mana setiap kata itu memiliki makna tersendiri dan melalui kata juga seseorang dapat memahami apa yang dituliskan dalam sebuah bahasa tulis.
Sejalan dengan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kata merupakan satuan atau unit terkecil dari sebuah bahasa yang tersusun atas gabungan beberapa huruf dan mengandung satu arti serta dari gabungan beberapa kata akan dapat tersusun sebuah kalimat.



2.3.1   Unsur Pembentuk Kata
Sama halnya dengan kalimat, sebuah kata yang baik juga tidak dapat berdiri tanpa adanya unsur pembentuk kata, unsur-unsur itulah yang membuat sebuah kata mengandung arti tertentu. Unsur-unsur tersebutlah yang membuat sebuah kata tidak bermakna ambigu ketika dipahami oleh orang lain.
Menurut Chaer (2003: 169), ia menyatakan bahwa ”Setiap bentuk dasar agar dapat digunakan di dalam kalimat atau pertuturan tertentu harus dibentuk terlebih dahulu menjadi sebuah kata gramatikal, baik melalui proses afiksasi, reduplikasi maupun proses komposisi”.
1)   Afiksasi
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah bentuk dasar.
Misalnya:      me + hibur       =          menghibur (prefiks)
                       el + tunjuk       =          telunjuk (infiks)
                       bagi + an         =          bagian (sufiks)
2)   Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, sebagian maupun perubahan bunyi. 
Misalnya: meja-meja (reduplikasi penuh), lelaki (reduplikasi sebagian), bolak-balik (reduplikasi perubahan bunyi).
3)   Komposisi
Komposisi adalah hasil dari proses penggabun penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik secara bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang baru.
Misalnya: jalan tikus yang berarti jalan kecil yang sukar dilewati mobil.
2.3.2   Jenis-jenis Kata
Hal yang sama dengan kalimat, suatu kata juga memiliki pengklasifikasian atau pengelompokan tertentu. Dengan kata lain, kata itu bukan hanya satu macam tetapi memiliki berbagai jenis. Pengelompokan kata juga dilihat dari berbagai kriteria atau ketentuan dari pembagian kata tersebut.
Menurut Moeliono, dkk (dalam Finoza, 2003: 62), ia menyatakan bahwa ”Kata dapat dikelompokkan ke dalam lima  jenis”, yaitu :
1)   Verba (Kata Kerja)
Kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan, proses, dan keadaan yang bukan merupakan sifat.
Misalnya: tulis + dengan pena (KB) atau menulis + dengan cepat (KS)
2)   Ajektiva (Kata Sifat)
Kata sifat adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan, tabiat suatu benda/orang/binatang.
Misalnya: aman yaitu keadaan atau situasi yang tenang dan damai.
3)   Adverbia (Kata Keterangan)
Kata keterangan adalah kata yang menerangkan predikat suatu kalimat.
Misalnya: di kampus yaitu menyatakan tempat dan arah.


4)   Rumpun Kata Benda
(a)      Nomina (kata benda/kata nama) adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda (konkret maupun abstrak).
Misalnya: buku, pohon (konkret) dan agama, pengetahuan (abstrak).
(b)     Pronomina (kata ganti) adalah kata yang dapat diganti kedudukannya dalam pertuturan dengan kata benda yang menyatakan orang.
Misalnya: Kemarin ayah pergi ke pasar. Dia membeli sebuah cangkul.
Kata dia pada kalimat di atas menggantikan kedudukan kata ayah.
(c)      Numeralia (kata bilangan) adalah kata yang menyatakan jumlah, nomor, urutan, dan himpunan.
Misalnya: satu (kata bilangan utama) dan pertama (kata bilangan tingkat).
5)   Rumpun Kata Tugas
(a)      Preposisi (kata depan) adalah kata tugas yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa preposional)
Misalnya: di kantor
(b)     Konjungsi (kata sambung) adalah kata tugas yang berfungsi menghubungkan dua kata atau dua kalimat.
Misalnya: Anda pasti berhasil kalau rajin belajar
(c)      Interjeksi (kata seru) adalah kata tugas yang dipakai untuk mengungkapkan seruan hati seperti rasa kagum, sedih, heran.
Misalnya: Ayo, maju terus, pantang mundur!
(d)     Artikel (kata sandang) adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah orang atau benda.
Misalnya: sang guru yaitu bermakna tunggal.
(e)      Pertikel adalah unsur-unsur kecil dalam bahasa, kecuali yang jelas satuan bentuknya.
Misalnya: Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?

2.4     Kolom Opini Harian Serambi Indonesia
Media cetak bukan hanya merupakan tempat bagi para pengumpul berita memaparkan berita yang terjadi dan telah diliput. Selain itu, media cetak juga   merupakan sarana bagi para penulis untuk menyampaikan gagasan atau ide yang dimilikinya, salah satunya melalui kolom opini dalam media cetak.
Menurut Romli (dalam Komaidi, 2011: 132), ia menyatakan bahwa ”Kolom adalah sebuah rubrik khusus di media cetak yang berisikan karangan atau tulisan pendek, yang berisikan pendapat subjektif penulisnya tentang suatu masalah”. Maksudnya, jelas bahwa kolom merupakan sebuah rubrik yang terdapat dalam media cetak yang berisikan pendapat si penulis tentang suatu masalah. Sedangkan opini merupakan pendapat atau gagasan seseorang mengenai sesuatu hal, namun pendapat itu belum pasti, belum nyata, belum terjadi tanpa ditandai dengan bukti yang nyata.
Menurut Fajri (dalam Komaidi, 2011: 125), ia menyatakan bahwa ”Opini merupakan pandangan seseorang tentang suatu masalah, pendapat atau pendirian”. Maksudnya, opini merupakan pendapat seseorang yang menjelaskan sesuatu yang sedang hangat dibicarakan berdasarkan berbagai sudut pandang, yaitu melalui gagasan-gagasan mengenai keadaan yang sebenarnya, namun dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi dan kebenarannya belum dapat dipastikan.
Maka dapat disimpulkan bahwa kolom opini merupakan rubrik yang terdapat dalam media cetak yang berisi pendapat, gagasan atau ide seseorang tentang suatu masalah yang sedang hangat dibicarakan. Salah satunya adalah kolom opini yang terdapat dalam surat kabar Harian Serambi Indonesia.




















BAB III
METODE PENELITIAN
3.1     Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif bersifat objektif. Data-data hasil penelitian ini berbentuk berbagai pembagian atau penjabaran atas jenis kalimat dan kata dalam kolom opini tanpa menggunakan teknik statistik atau angka-angka, selanjutnya dianalisis dengan teknik kualitatif. Metode objektif tersebut digunakan mengingat tujuan penelitian ini ingin menjabarkan tentang jenis kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia.
Hal ini sejalan dengan pendapat Moleong (2007: 6) yang menjelaskan bahwa ”Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks, khususnya yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”.
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian analisis isi. Kutha Ratna (2010: 49), mengungkapkan bahwa ”Penelitian analisis isi merupakan penelitian yang menekankan pada bagaimana memaknakan isi komunikasi, memaknakan isi interaksi simbolik yang terjadi dalam peristiwa komunikasi. Dalam media massa penelitian analisis isi dilakukan terhadap paragraf, kalimat, dan kata, termasuk volume ruangan yang diperlukan, waktu penulisan, di mana ditulis dan sebagainya”. Peneliti memilih jenis penelitian ini karena mengkaji tentang jenis kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia.
3.2     Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang dibangun atas jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia. Sedangkan sumber data penelitian adalah kolom opini Harian Serambi Indonesia sebanyak 2 edisi, yaitu mulai edisi Selasa 20 Agustus 2013 dan edisi Rabu 21 Agustus 2013.

3.3     Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik analisis isi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)             Peneliti membaca kolom opini Harian Serambi Indonesia, yaitu edisi Selasa 20 Agustus 2013 dan edisi Rabu 21 Agustus 2013.
2)             Peneliti memberikan kode pada kalimat-kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia.
3)             Peneliti mencatat jenis kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia.
4)             Peneliti mengelompokkan jenis kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia.
5)             Peneliti menguraikan data-data berupa kalimat-kalimat yang dibangun atas jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia, lalu menganalisis serta menyimpulkannya.


3.4     Teknik Analisis Data
          Sugiono (2010: 337), menyatakan bahwa ”Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sugiono, maka data hasil penelitian ini dianalisis secara kualitatif yaitu menganalisis jenis kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia.
          Data tersebut dianalisis dengan menggunakan teori Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (Sugiono 2010: 337), mengemukakan bahwaAktivitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu mereduksi data, menyajikan data dan menyimpulkan data.
          Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data adalah mengolah data menurut jenis kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kalimat, menganalisis jenis kalimat dan menyimpulkannya.
1)             Mereduksi Data
Tahap mereduksi data mulai dilakukan melalui proses penyeleksian, identifikasi dan pengklasifikasian. Penyeleksian dan pengidentifikasian merupakan kegiatan untuk menyeleksi dan mengidentifikasi data-data pada kategori jenis kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia. Tahap pengklasifikasian merupakan proses yang dilakukan untuk mengklasifikasikan data, memilih data dan mengelompokkan data.
2)            Menyajikan Data
Menyajikan Data merupakan kegiatan pengelompokkan data melalui tahap reduksi data pada kategori jenis kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia.
3)            Menarik Simpulan
Menarik simpulan dilakukan setelah mengikuti dua tahap. Simpulan ditarik setelah data disusun dan diperiksa kembali. Selanjutnya didiskusikan dengan pembimbing. Setelah proses ini dilalui, hasil akhir penelitian analisis jenis kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia disajikan dalam bentuk laporan penelitian.

3.5    Pengecekan Keabsahan Data
          Pemeriksaan terhadap keabsahan data adalah bagian yang penting di dalam penelitian kualitatif, yaitu untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Apabila peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat dan menggunakan teknik yang tepat, maka akan diperoleh hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai segi.
          Keabsahan data diperiksa dengan teknik triangulasi. Teknik ini menuntut peneliti untuk membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh. Jadi, triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks tertentu sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai pandangan dan melalui triangulasi peneliti dapat membandingkan temuannya dengan berbagai sumber, metode dan teori (Moleong, 2010: 337).
          Maka, jelas bahwa melalui teknik triangulasilah keabsahan data tentang jenis kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia dapat dibuktikan keabsahan datanya.

3.6     Tahap-tahap Penelitian
          Adapun tahap-tahap yang dilaksanakan dalam jenis penelitian analisis isi ini adalah :
1)             Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan penelitian ini, kegiatan yang dilakukan adalah peneliti mengumpulkan media cetak berupa kolom opini Harian Serambi Indonesia, lalu mencatat jenis kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikatnya.
2)             Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan, peneliti mengelompokkan data berdasarkan jenis kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia tersebut.
3)             Tahap Penjaringan
Tahap ini dilakukan dengan tujuan agar memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang data berupa jenis kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia tersebut.

4)             Tahap Refleksi
Dalam tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah menganalisis data-data yang diperoleh dari kolom opini Harian Serambi Indonesia yang telah dikelompokkan menurut jenis kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dan akhirnya disimpulkan.























DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Finoza, Lamuddin. 2003. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.

Hoerudin, Cecep Wahyu. 2010. Pengembangan Kompetensi Bahasa Indonesia. Bandung: Insan Mandiri.

Komaidi, Didik. 2011. Panduan Lengkap Menulis Kreatif (Teori dan Praktik). Yokyakarta: Sabda Media.

Kutha Ratna, Nyoman. 2010. Teori, Metode dan Teknik Penelitian. Denpasar: Pustaka Pelajar.

Moleong, Laxy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Panitia Penyusun. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi. Matangglumpangdua: FKIP Universitas Almuslim.

Sadikin, Muhammad. 2011. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Laskar Aksara.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sumadiria, Haris. 2008. Bahasa Jurnalistik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

http://www.serambinews.com. diakses tanggal 23/08/2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar