BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Dalam kegiatan berbahasa terdapat
empat keterampilan pokok, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap
keterampilan tersebut tersusun secara sistematis dan saling berhubungan satu
sama lainnya. Keterampilan tersebut juga erat sekali hubungannya dengan
proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan
pikirannya, semakin terampil seseorang berbahasa semakin jelas jalan
pikirannya.
Keterampilan hanya dapat diperoleh
dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan. Melatih keterampilan
berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir. Sehingga dalam proses
interaksi dan komunikasi diperlukan keterampilan berbahasa aktif, kreatif,
produktif dan reseptif apresiatif, salah satu unsurnya adalah keterampilan menulis,
yang bertujuan untuk menuangkan gagasan dan perasaan seseorang melalui media
tulisan. Menulis merupakan keterampilan unik
yang patut digali oleh setiap diri pengguna bahasa melalui media tertulis. Hal
ini dikarenakan, dengan menulis seseorang berlatih dalam menyampaikan pendapat
secara runtut dan sistematis, berolah pikir, berolah rasa, dan melakukan
perenungan.
Kegiatan menulis merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dalam komunikasi secara tertulis. Hal ini sejalan dengan
pendapat Sumarjo (dalam Komaidi 2011: 5), ia menyatakan bahwa ”Menulis merpakan
proses melahirkan tulisan yang berisi gagasan”. Dari pendapat Sumarjo di atas,
dapat dipahami bahwa menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
untuk menghasilkan tulisan yang berisi gagasan atau ide seseorang melalui media
tertulis.
Dengan menulis, seseorang dapat
lebih mengenali kemampuan dan potensi yang ada dalam dirinya. Ia dapat mengetahui
sampai di mana pengetahuannya tentang suatu gagasan atau ide yang akan
disampaikan. Selain itu, kegiatan menulis berhubungan erat dengan penggunaan
kata, kalimat dan unsur-unsur lain yang membangun sebuah uraian panjang dari
konsep sebuah tulisan sebagai alat komunikasi tertulis. Hal ini dikarenakan
dalam berkomunikasi digunakan kalimat-kalimat yang disusun dari kata-kata. Sebelum
selesai sebuah kalimat diungkapkan secara tertulis, kata-kata harus dibentuk
terlebih dahulu kemudian ditata menjadi sebuah kalimat sesuai dengan pikiran,
ide dan perasaan seseorang.
Dalam sebuah tulisan, kalimat
memiliki peran tersendiri yang tidak kalah penting agar terbentuknya sebuah
gagasan yang dapat dipahami oleh orang lain. Bahkan, kalimatlah yang menjadi
konsep utama agar tersusun menjadi bagian yang lebih luas dalam menyampaikan
gagasan atau ide seseorang. Gabungan dari kalimat-kalimat membentuk sebuah
paragraf dan paragraf menjadi wacana merupakan proses terbentuknya gagasan
seseorang, salah satunya adalah berupa opini.
Opini merupakan gagasan seseorang yang
dibentuk melalui kalimat-kalimat agar menjadi suatu kesatuan pikiran yang utuh
yang dimaksud oleh seseorang sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Dalam
memaparkan opini yang baik dibutuhkan penyusunan kalimat yang baik dan layak
dipublikasikan kepada pembaca, khususnya pada kolom opini dalam surat kabar. Hal
ini dikarena surat kabar merupakan media komunikasi yang tersentuh oleh banyak
lapisan masyarakat. Sehingga, melalui penyusunan kalimat yang baik akan mampu
mewakili gagasan penulis kepada pembaca dan kalimat yang dibentuk harus mampu
dipahami oleh berbagai lapisan masyarakat agar terbentuknya opini yang baik
yaitu opini yang berisi gagasan yang dapat dipahami oleh orang lain. Namun, kenyataan yang terlihat adalah sangat
banyak media cetak yang menyodorkan opini atau gagasan yang tidak menyatu dengan
semua lapisan masyarakat. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian penulis
terhadap pembaca. Oleh karena itu, dengan lebih memperhatikan penyusunan
kalimat dalam opini maka akan terbentuk sebuah opini yang baik dan layak dipublikasikan
di media cetak, khususnya surat kabar.
Dari uraian pada latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan di
atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian. Adapun judul
penelitian ini adalah ”Analisis Jenis Kalimat Ditinjau dari Jenis Kata yang
Menjadi Predikat dalam Kolom Opini Harian Serambi Indonesia”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat, jenis kalimat apa saja
yang terdapat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia?
1.3
Tujuan
Penelitian
Sehubungan
dengan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan
mendeskripsikan data tentang jenis kalimat ditinjau dari jenis kata yang
menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia.
1.4
Manfaat
Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoretis dan secara
praktis. Secara teoretis hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu
bahasa. Secara praktis dapat bermanfaat bagi peneliti dan mahasiswa. Bagi
peneliti dapat termotivasi serta menambah pengetahuan tentang jenis kalimat
ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi
Indonesia.
Bagi
mahasiswa dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk menambahkan pemahaman
tentang jenis kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam
kolom opini Harian Serambi Indonesia, khususnya bagi mahasiswa jurusan bahasa,
Sastra Indonesia, dan Daerah, sebagai bahan pertimbangan untuk mendapatkan
suatu ide tau gagasan baru di masa yang akan datang.
1.5
Ruang
Lingkup Penelitian
Penelitian
ini tentang jenis kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam
kolom opini Harian Serambi Indonesia. Mengingat cakupan ruang penelitian terlalu
luas, maka peneliti membatasi masalah ini pada jenis kalimat ditinjau dari
jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia
sebanyak 2 edisi, yaitu mulai edisi Selasa 20 Agustus 2013 dan edisi Rabu 21
Agustus 2013.
1.6
Definisi
Operasional
Untuk menyamakan pemahaman antara peneliti dengan pembaca, maka perlu
dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut :
1)
Analisis
adalah proses penguraian/pembahasan
terhadap suatu permasalahan untuk diketahui dan ditemukan inti permasalahan
lalu disimpulkan.
2)
Jenis
kalimat adalah berbagai pembagian atas sebuah kalimat yang terdiri dari
beberapa macam kalimat.
3)
Jenis
kata adalah berbagai pembagian atas sebuah kata yang terdiri dari beberapa
macam kata.
4)
Predikat
adalah jabatan yang disandang oleh suatu kata yamg memiliki arti perbuatan atau
pekerjaan yang dilakukan oleh si subjek.
5)
Kolom
opini adalah ruang yang memuat tentang subuah pendapat atau gagasan dari
seseorang yang dituangkan dalam bentuk tertulis dalam sebuah media cetak.
6)
Harian
Serambi Indonesia adalah sebuah media cetak yang menerbitkan berbagai berita
dan informasi.
BAB II
LANDASAN TEORETIS
2.1 Pengertian Menulis
Menulis merupakan keterampilan keempat dalam
keterampilan berbahasa, yaitu suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan
untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau bertatap muka dengan orang lain
melalui media tulisan. Melalui tulisan seseorang dapat mengutarakan gagasannya
dan melalui tulisan pulalah kepribadian seseorang dapat tercermin. Menurut Sumarjo
(dalam Komaidi 2011: 5), ia menyatakan bahwa ”Menulis merupakan suatu proses
melahirkan tulisan yang berisi gagasan”. Maksud dari pendapat Sumarjo di atas
adalah menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk
menghasilkan tulisan yang berisi gagasan atau ide seseorang melalui media
tertulis.
Selanjutnya, M.
Atar Semi (007: 14), ia mengungkapkan bahwa ”Menulis adalah suatu
proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan”. Maksudnya, menulis merupakan
kegiatan menuangkan ide, perasaan dan gagasan seseorang yang berdaya cipta atau
menghasilkan sesuatu yang baru dalam bentuk bahasa tulis. Lalu, Kennedy (dalam Komaidi 2011: 59), ia menyatakan bahwa ”Menulis adalah seni yang begitu rumit, sungguh rumit
memahami apa yang Anda coba keluarkan dari imajinasi Anda sendiri, dari
kehidupan Anda sendiri”. Maksudnya, menulis merupakan sebuah hasil karya yang
sukar dikerjakan, hal ini dikarenakan proses menulis membutuhkan daya pikir
yang tinggi sehingga menghasilkan tulisan yang mampu mewakili gagasan penulis
kepada pembaca.
Berdasarkan beberapa pendapat
pakar bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah mengungkapkan
gagasan, ide, perasaan dan pikiran ke dalam sebuah tulisan mengenai suatu
subjek dan objek tertentu dengan bahasa tulis yang mudah dipahami oleh pembaca
dan bardaya inovatif.
2.2 Pengertian
Kalimat
Dalam berbahasa, baik bahasa lisan maupun
tulisan, tidak terlepas dari menggunakan kalimat sebagai bagian dari tuturan
ataupun teks, di mana kalimat tersebut merupakan gabungan sejumlah kata yang
disusun rapi dan memiliki kesatuan makna yang utuh dan mampu mewakili gagasan
seseorang. Gabungan antara kalimat-kalimat yang baik akan menghasilkan tulisan
yang baik pula dan mudah dipahami orang lain. Menurut Chaer (2003: 240), ia
menyatakan bahwa ”Kalimat adalah konstituen dasar dan intonasi final, sebab
konjungsi hanya ada jika diperlukan”. Maksud dari pernyataan Chaer di atas,
kalimat merupakan bagian awal yang berakhir dengan tanda titik sebagai
pengakhir sebuah pernyataan.
Lalu, Hoerudin (2010: 71), ia mengungkapkan
bahwa ”Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud tulis maupun lisan
yang mengungkapkan pikiran yang utuh”. Jelas apa yang dikemukakan oleh Hoerudin
bahwa kalimat adalah satuan bahasa, baik dalam wujud lisan ataupun tulisan yang
mewakili pikiran yang lengkap. Selanjutnya, Finoza (2003: 107), ia menyatakan
bahwa ”Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek,
predikat dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna”.
Maksudnya, kalimat merupakan suatu bagian yang paling sedikit terdiri atas
subjek, predikat dan diakhir dengan tanda titik sebagai pengakhir yang menandai
ujaran atau tuturan tersebut sudah lengkap dan memiliki makna yang dapat
dipahami oleh pembaca.
Berdasarkan beberapa pendapat pakar di atas
dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang berisi suatu pikiran,
gagasan dan ide yang lengkap dan tersusun atas dua buah kata atau lebih yang
dapat mewakili perasaan seseorang dan mengandung arti.
2.2.1
Unsur Pembentuk Kalimat
Suatu kalimat yang baik tentunya tidak dapat
berdiri tanpa adanya unsur pembentuk kalimat, di mana dengan unsur-unsur itulah
dapat tersusunnya kalimat yang mudah dipahami oleh seseorang. Bahkan, tanpa
unsur-unsur tertentu yang dijadikan landasan sebagai pembentuk kalimat, sebuah
kalimat yang merupakan gagasan dan ide seseorang tidak dapat dipahami oleh
orang lain yang membaca gagasan tersebut.
Menurut Finoza (2003: 108), menyatakan bahwa
”Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang lazim disebut jabatan kata atau
peran kata, yaitu subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Tetapi,
kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur yaitu
subjek dan predikat”.
1)
Subjek
Subjek adalah bagian kalimat yang menunjukkan
pelaku, tokoh, sosok atau suatu hal, masalah yang menjadi pangkal atau pokok
pembicaraan.
Misalnya: Ayahku
sedang mengecat dinding rumah.
Ayahku dalam kalimat di atas berperan sebagai
subjek atau pelaku yang melakukan pekerjaan mengecat dinding rumah.
2)
Predikat
Subjek dan predikat merupakan
suatu unsur yang harus ada sehingga dapat tersusunnya sebuah kalimat, yang
merupakan penegas terhadap apa yang dilakukan subjek. Hal ini sejalan dengan
pendapat Finoza (2003: 108), ia menyatakan bahwa ”Predikat adalah bagian
kalimat yang memberi tahu melakukan tindakan apa atau dalam keadaan bagaimana
pelaku atau tokoh dalam sebuah kalimat”. Berdasarkan pendapat di atas, jelas
bahwa predikat tersebut merupakan jabatan perbuatan yang disandang oleh subjek
dalam kondisi tertentu.
Misalnya: Kuda meringkik.
Pada kalimat di atas, kata meringkik merupakan predikat yang
memberitahukan perbuatan kuda.
3)
Objek
Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi
predikat. Umumnya diisi oleh nomina, frasa nomina atau klausa.
Misalnya: Ibu Tuti mencubit pipi Santi.
Pada kalimat di atas, pipi Santi merupakan objek yang dikenai perbuatan yaitu cubitan
dari si subjek.
4)
Pelengkap
Pelengkap atau komplemen adalah bagian
kalimat yang melengkapi predikat. Jenis kata yang mengisi pelengkap berupa
nomina, frasa nominal atau klausa.
Misalnya: Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
Kata puisi
kontemporer merupakan pelengkap yang melengkapi predikat dan objek.
5)
Keterangan
Keterangan adalah bagian kalimat yang
menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur ini
berfungsi menerangkan subjek, predikat, objek dan pelengkap.
Misalnya: Sekretaris itu mengambilkan
atasanya air minum dari kulkas.
Kata dari kulkas merupakan keterangan tempat yang menerangkan subjek, predikat, objek dan pelengkap.
Kata dari kulkas merupakan keterangan tempat yang menerangkan subjek, predikat, objek dan pelengkap.
2.2.2
Jenis-jenis Kalimat
Jenis adalah ragam atau macam. Maksudnya,
suatu kalimat memiliki pengklasifikasian atau pengelompokan tertentu. Dengan
kata lain, kalimat itu bukan hanya satu macam tetapi memiliki berbagai jenis.
Pengelompokan kalimat tersebut juga dilihat dari berbagai kriteria atau
ketentuan dari pembagian kalimat.
Menurut Chaer (2003: 241), ia menyatakan
bahwa ”Kalimat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis menurut 1) bentuk klausa
dalam kalimat, 2) jumlah klausa dalam kalimat, 3) kelengkapan klausa dalam
kalimat, 4) jenis kata yang menjadi predikat dalam kalimat, 5) satuan pembentuk
paragraf atau wacana”.
1)
Jenis
kalimat berdasarkan bentuk klausa dalam kalimat
(1) Kalimat Inti
Kalimat inti (kalimat dasar) adalah kalimat
yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap dan bersifat aktif.
Misalnya: Ayah
membaca koran.
Kalimat Ayah membaca koran merupakan kalimat
yang dibentuk atas klausa inti yang lengkap dan bersifat aktif, menunjukkan
perbuatan subjek (ayah) melakukan
pekerjaan (membaca) dan dikenai
perbuatan kepada yang dibaca (koran).
(2)
Kalimat Non-Inti
Kalimat non-inti adalah kalimat yang dibentuk
dari kalimat inti dengan berbagai proses transformasi, seperti transformasi
pemasifan, pengingkaran, penanyaan, pemerintahan, penginversian, pelesapan, dan
transformasi penambahan.
Misalnya: Ayah
membaca koran.
Kalimat di atas merupakan kalimat inti. Lalu,
dapat diperlakukan proses pemasifan menjadi Koran
dibaca ayah; diingkarkan menjadi Ayah
tidak membaca koran; dijadikan kalimat perintah menjadi Bacalah koran itu!; dijadikan kalimat tanya
menjadi Apakah ayah membaca koran?; dijadikan
kalimat inversi menjadi Membaca koran
ayah; dan jika diperluas menjadi Ayahku
yang sudah tua suka sekali membaca koran-koran pada kolom opini.
2)
Jenis
kalimat berdasarkan jumlah klausa dalam kalimat
(1)
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya
terdiri atas satu klausa saja.
Misalnya: Nenekku
masih cantik.
Kalimat Nenekku
masih cantik merupakan kalimat tunggal yang hanya terdiri atas satu klausa.
(2)
Kalimat
Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang jumlah
klausanya lebih dari satu.
Berdasarkan sifat
hubungan klausa-klausa di dalam kalimat, kalimat majemuk terbagi atas: a)
kalimat majemuk koordinatif (kalimat majemuk setara), b) kalimat majemuk
subordinatif (kalimat majemuk bertingkat), c) kalimat majemuk kompleks (kalimat
majemuk campuran).
a) Kalimat majemuk koordinatif merupakan kalimat
majemuk yang klausa-klausanya memiliki status yang sama, setara, dan sederajat,
serta dihubungkan dengan konjungsi koordinatif, seperti dan, atau, tetapi dan lalu.
Misalnya: Dia
membuka pintu, lalu menyilakan kami
masuk.
Kalimat Dia membuka
pintu, lalu menyilakan kami masuk
merupakan kalimat majemuk koordinatif, hal ini terlihat jelas dengan adanya
konjungsi koordinatif yaitu lalu.
b) Kalimat majemuk subordinatif merupakan
kalimat majemuk yang hubungan antara klausa-klausanya tidak setara atau
sederajat. Klausa yang satu merupakan klausa atasan dan klausa yang lain
merupakan klausa bawahan, dihubungkan dengan konjungsi subordinatif, seperti kalau, ketika, meskipun, dan karena.
Misalnya: Ayah
membaca koran ketika ibu memasak di
dapur.
Kalimat Ayah membaca
koran ketika ibu memasak di dapur merupakan kalimat majemuk subordinatif,
yaitu dengan adanya konjungsi subordinatif, yaitu ketika.
c) Kalimat majemuk kompleks merupakan kalimat
majemuk yang terdiri atas tiga klausa atau lebih, yaitu campuran dari kalimat
majemuk koordinatif dan kalimat majemuk subordinatif.
Misalnya: Ayah
mengeluarkan dompetnya, lalu
mengambil selembar uang ribuan untuk membayar
ongkos becak.
Kalimat Ayah mengeluarkan
dompetnya, lalu mengambil selembar
uang ribuan untuk membayar ongkos becak merupakan kalimat majemuk komplek, hal
ini terlihat jelas dengan adanya tiga buah klausa, yaitu (a) Ayah mengeluarkan dompetnya, (b)
(ayah) mengambil selembar uang ribuan, (c) (ayah) membayar ongkos becak. Klausa pertama dan kedua dihubungkan secara koodinatif dengan bantuan konjungsi lalu, klausa kedua dan ketiga dihubungkan secara subordinatif dengan menggunakan konjungsi untuk.
(ayah) mengambil selembar uang ribuan, (c) (ayah) membayar ongkos becak. Klausa pertama dan kedua dihubungkan secara koodinatif dengan bantuan konjungsi lalu, klausa kedua dan ketiga dihubungkan secara subordinatif dengan menggunakan konjungsi untuk.
3)
Jenis
kalimat berdasarkan kelengkapan klausa dalam kalimat
(1) Kalimat Mayor
Kalimat mayor adalah
kalimat yang klausanya sudah lengap dan sekurang-kurangnya memiliki unsur
subjek dan predikat.
Misalnya: Adik berlari
Kalimat Adik berlari merupakan kalimat mayor
yang terdiri atas subjek/ si pelaku (adik)
dan predikat/ perbuatan yang dilakukan si subjek (berlari).
(2) Kalimat Minor
Kalimat minor adalah
kalimat yang tidak lengkap, bisa hanya terdiri dari subjek saja, predikat saja,
objek saja, atau keterangan saja. Meskipun kalimat minor tidak lengkap, namun
dapat dipahami karena konteksnya diketahui oleh pendengar maupun pembicara. Konteks
tersebut bisa berupa konteks kalimat, konteks situasi, atau konteks topik pembicaraan,
seperti kalimat-kalimat jawaban singkat, kalimat seruan, kalimat perintah, dan kalimat
salam.
Misalnya: Silakan duduk!
Kalimat Silakan duduk! merupakan kalimat
perintah yang memerintahkan seseorang untuk duduk disuatu tempat. Kalimat
tersebut hanya terdiri atas predikat saja.
4)
Jenis
kalimat berdasarkan jenis kata yang menjadi predikat dalam kalimat
(1) Kalimat Verbal
Kalimat verbal
adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal atau kalimat yang predikatnya
berupa kata atau frase yang berkategori verba (kata kerja). Berkenaan dengan
banyaknya jenis atau tipe verba, kalimat verbal terbagi atas: a) kalimat transitif, b) kalimat
intransitif, c) kalimat kalimat aktif, d) kalimat pasif, e) kalimat dinamis, f)
kalimat statis, g) kalimat refleksif, h) kalimat resiprokal, dan i) kalimat
ekuatif.
a) Kalimat transitif, merupakan kalimat yang
predikatnya berupa verba transitif, yaitu verba yang biasanya diikuti oleh
sebuah objek kalau verba tersebut bersifat monotransitif dan diikuti oleh dua
buah objek kalau verbanya berupa verba bitransitif.
Misalnya: Dika menendang bola
Kalimat Dika menendang bola merupakan kalimat transitif,
yaitu Dika sebagai subjek, menendang sebagai predikat berupa verba
dan bola sebagai objek yang bersifat
monotransitif.
Namun, ada juga
kalimat verba transitif yang tidak perlu diikuti objek. Verba ini merupakan
verba yang sudah menjadi kebiasaan atau biasa dilakukan terhadap objek
tersebut, sehingga meskipun tidak disebutkan kalimat tersebut sudah gramatikal dan
bisa dipahami.
Misalnya: Nita sedang minum
Kalimat Nita sedang minum, sudah dapat dipahami
bahwa yang menjadi objeknya adalah air.
b) Kalimat intransitif, merupakan kalimat yang predikatnya
berupa verba intransitif yaitu verba yang tidak memiliki objek.
Misalnya: Kakek berlari ke kamar mandi
Kalimat Kakek berlari ke kamar mandi merupakan
kalimat intransitif yang tidak berobjek. Kakek
sebagai subjek, berlari sebagai
predikat, dan ke kamar mandi sebagai
keterangan tempat.
c) Kalimat aktif merupakan kalimat yang predikatnya
merupakan kata kerja aktif, biasanya ditandai dengan prefiks me- atau memper-.
Misalnya: Adik menulis surat
Kalimat Adik menulis surat merupakan kalimat aktif,
yaitu adik sebagai subjek, menulis sebagai predikat yang berupa
kata kerja aktif yang dapat menghasilkan tulisan berupa surat yang merupakan objek.
d) Kalimat pasif, merupakan kalimat yang
predikatnya berupa verba pasif, biasanya ditandai dengan prefiks di- atau diper.
Misalnya: Surat ditulis adik
Kalimat Surat ditulis adik merupakan kalimat
pasif yang ditandai oleh prefiks di- pada
predikatnya ditulis yang berarti dikenakan
perbuatan atas si subjek.
e) Kalimat dinamis merupakan kalimat yang
predikatnya berupa verba yang secara semantis menyatakan tindakan atau gerakan.
Misalnya: Kakak pergi begitu saja.
Kalimat Kakak pergi begitu saja merupakan kalimat
dinamis yang menyatakan tindakan si subjek kakak
yang melakukan gerakan berupa predikat pergi
begitu saja.
f) Kalimat statis merupakan kalimat yang
predikatnya berupa verba yang secara semantis tidak menyatakan tindakan atau kegiatan.
Misalnya: Anaknya sakit keras
Kalimat Anaknya sakit keras merupakan kalimat statis yaitu
si subjek Anaknya tidak sedang
melakukan kegiatan tetapi sakit keras merupakan
predikat yang diderita/disandang oleh si subjek.
g) Kalimat reflektif merupakan kalimat yang
predikatnya berupa verba yang objeknya diri sendiri.
Misalnya: Kakak sedang berhias
Kalimat Kakak sedang berhias merupakan kalimat reflektif,
yaitu predikatnya berupa kata kerja yang objeknya adalah diri sendiri. Kata sedang berhias merupakan pekerjaan yang
dilakukan oleh si subjek kakak terhadap
dirinya sendiri.
h) Kalimat resiprokal merupakan kalimat yang
predikatnya berupa verba yang bermakna berbalasan.
Misalnya: Mereka berpelukan
Kalimat Mereka berpelukan merupakan kalimat resiprokal,
yaitu predikatnya berupa kata kerja yang bermakna berbalasan. Kata berpelukan merupakan pekerjaan yang hanya
dapat dilakukan oleh lebih dari satu orang.
i)
Kalimat
ekuatif merupakan kalimat yang mengandung kata kerja bantu seperti
adalah, menjadi dan merupakan. Kalimat ini antara subjek dan predikat seakan-akan
dianggap sama atau merupakan pengganti makna.
Misalnya: Kakekku adalah
pelaut kalimat ekuatif
Kalimat Kakekku adalah pelaut merupakan kalimat ekuatif, yaitu predikatnya berupa kata
kerja bantu. Kata adalah merupakan kata
bantu yang menerangkan pekerjaan yang disandang oleh subjek kakek yaitu seorang pelaut.
(2) Kalimat Non-Verbal
Kalimat non-verbal
adalah kalimat yang predikatnya bukan kata atau frase verbal tetapi bisa berupa
nomina, ajektifa, adverbia, numeralia dan bisa juga berupa frase preposisional.
a) Kalimat non-verba nomina merupakan kalimat
non-verba yang predikatnya berupa nomina (kata benda).
Misalnya: Mereka bukan penduduk desa ini
Kalimat Mereka bukan penduduk desa ini merupakan
kalimat non-verba nomina yang ditandai dengan predikat bukan penduduk desa ini yang berupa kata benda.
b) Kalimat non-verba ajektifa merupakan kalimat
non-verba yang predikatnya berupa ajektifa (kata sifat).
Misalnya: Mereka rajin sekali
Kalimat Mereka rajin sekali merupakan kalimat non-verba
ajektifa yang ditandai dengan predikat rajin
sekali yang berupa kata sifat.
c) Kalimat non-verba adverbia merupakan kalimat non-verba
yang predikatnya berupa adverbia (kata keterangan).
Misalnya: Mereka sedang di kampus
Kalimat Mereka sedang di kampus merupakan kalimat non-verba
adverbia yang predikatnya sedang di
kampus yang berupa kata ketarangan tempat si subjek berada.
d) Kalimat non-verba numeralia merupakan kalimat
non-verba yang predikatnya berupa numeralia (kata bilangan).
Misalnya: Penduduk
Indonesia berjumlah 185 juta jiwa
Kalimat Penduduk
Indonesia berjumlah 185 juta jiwa merupakan
kalimat non-verba numeralia yang predikatnya berjumlah 185 juta jiwa yang berupa kata bilangan.
e) Kalimat non-verba preposisional merupakan
kalimat non-verba yang predikatnya berupa preposisi (kata depan).
Misalnya: Mereka ke pengadilan
Kalimat Mereka ke pengadilan merupakan kalimat yang non-verba
preposisional yang predikatnya ke
pengadilan yang berupa kata depan.
5)
Jenis
kalimat berdasarkan satuan pembentuk paragraf atau wacana
(1) Kalimat Bebas
Kalimat bebas
meupakan kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap atau dapat
memulai sebuah paragraf dan wacana tanpa bantuan kalimat atau konteks lain yang
menjelaskannya.
Misalnya: Sekarang
di Riau amat sukar mencari terubuk (1). Jangankan ikannya, telurnya pun
sangat sukar diperoleh (2). Kalaupun bisa diperoleh, harganya melambung selangit (3). Makanya, ada kecemasan masyarakat nelayan di sana bahwa terubuk
yang spesifik itu akan punah (4).
Dalam paragraf di atas, kalimat (1) Sekarang di Riau amat sukar mencari terubuk
merupakan kalimat bebas. Hal ini dikarenakan kalimat (1) sudah menjadi ujaran
lengkap yang bisa dipahami tanpa harus diikuti oleh kalimat (2), (3), dan (4).
(2) Kalimat Terikat merupakan kalimat yang tidak
dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap atau menjadi kalimat pembuka paragraf
dan wacana tanpa bantuan konteks. Kalimat terikat biasanya menggunakan salah
satu tanda ketergantungan, seperti penanda rangkaian, penunjukan dan penanda
anaforis.
Misalnya: Sekarang
di Riau amat sukar mencari terubuk (1). Jangankan ikannya, telurnya pun
sangat sukar diperoleh (2). Kalaupun bisa diperoleh, harganya melambung selangit (3). Makanya, ada kecemasan masyarakat nelayan di sana bahwa terubuk
yang spesifik itu akan punah (4).
Kalimat (2), (3), dan (4) pada paragraf di
atas merupakan kalimat terikat. Ketiga kalimat itu secara sendiri-sendiri tidak
dapat dipahami, sehingga tidak dapat berdiri sendiri sebagai sebuah ujaran. Bukti
keterikatan kalimat (2) dari kalimat (1) adalah adanya penanda anaforis-nya pada kata ikannya dan telurnya, yang
merujuk pada kata terubuk pada kalimat (1). Demikian juga kalimat (3) terikat dengan
kalimat (1) dengan adanya penanda anaforis-nya
pada kata harganya, yang juga merujuk
pada kata terubuk pada kalimat (1). Sedangkan keterikatan kalimat (4) dengan
kalimat-kalimat sebelumnya adalah adanya penggunaan konjungsi makanya, yang menyatakan kesimpulan
terhadap isi kalimat-kalimat sebelumnya.
2.3
Pengertian Kata
Kegiatan menulis tidak terlepas dari peran
sebuah kata, di mana kata-kata tersebut akan disusun menjadi kalimat. Melalui
penyusunan setiap kata dengan tepatlah dapat tersusunnya sebuah kalimat yang
baik dan efektif. Menurut Finoza (2003: 61), ia mengungkapkan bahwa ”Kata
adalah satuan bentuk terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan
mempunyai makna”. Jelas apa yang dikemukakan oleh Finoza, bahwa kata merupakan
unsur bahasa yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna tetentu.
Lalu, Chaer (2003: 162), juga menyatakan
bahwa ”Kata merupakan suatu satuan bahasa yang memiliki pengertian dan diapit
oleh dua buah spasi dan memiliki satu arti”. Maksudnya, kata adalah satuan
bahasa yang memiliki arti tertentu dan dipisahkan oleh dua buah spasi serta mengandung
makna yang tunggal. Selain itu, Sumadiria (2008: 25), ia mengungkapkan bahwa
”Kata adalah sebuah rangkaian bunyi atau simbol tertulis yang menyebabkan orang
berpikir tentang sesuatu hal”. Maksudnya, unsur bahasa berupa kata merupakan
tanda tertulis yang tersusun atas rangkaian huruf dan bunyi bahasa yang dapat
membuat seseorang menafsirkan sesuatu ketika membacanya.
Selanjutnya, Keraf (Hoerudin 2010: 71),
mengungkapkan bahwa ”Kata ibarat pakaian yang dipakai oleh pikiran kita. Tiap
kata memiliki jiwa. Setiap anggota masyarakat harus mengetahui jiwa agar ia
dapat menggerakkan orang lain dengan jiwa dari kata-kata yang dapat
digunakannya”. Maksud pernyataan Keraf di atas, kata merupakan sesuatu yang ada
dalam pikiran seseorang, di mana setiap kata itu memiliki makna tersendiri dan
melalui kata juga seseorang dapat memahami apa yang dituliskan dalam sebuah
bahasa tulis.
Sejalan dengan beberapa pendapat di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa kata merupakan satuan atau unit terkecil dari
sebuah bahasa yang tersusun atas gabungan beberapa huruf dan mengandung satu
arti serta dari gabungan beberapa kata akan dapat tersusun sebuah kalimat.
2.3.1
Unsur Pembentuk Kata
Sama halnya dengan kalimat,
sebuah kata yang baik juga tidak dapat berdiri tanpa adanya unsur pembentuk kata,
unsur-unsur itulah yang membuat sebuah kata mengandung arti tertentu. Unsur-unsur
tersebutlah yang membuat sebuah kata tidak bermakna ambigu ketika dipahami oleh
orang lain.
Menurut Chaer (2003: 169), ia
menyatakan bahwa ”Setiap bentuk dasar agar dapat digunakan di dalam kalimat
atau pertuturan tertentu harus dibentuk terlebih dahulu menjadi sebuah kata
gramatikal, baik melalui proses afiksasi, reduplikasi maupun proses komposisi”.
1) Afiksasi
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada
sebuah bentuk dasar.
Misalnya: me + hibur = menghibur
(prefiks)
el + tunjuk = telunjuk (infiks)
bagi + an
= bagian
(sufiks)
2)
Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang
mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, sebagian maupun perubahan
bunyi.
Misalnya: meja-meja
(reduplikasi penuh), lelaki
(reduplikasi sebagian), bolak-balik
(reduplikasi perubahan bunyi).
3)
Komposisi
Komposisi adalah hasil dari proses penggabun penggabungan
morfem dasar dengan morfem dasar, baik secara bebas maupun yang terikat,
sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang
baru.
Misalnya: jalan
tikus yang berarti jalan kecil yang sukar dilewati mobil.
2.3.2
Jenis-jenis Kata
Hal yang sama dengan kalimat,
suatu kata juga memiliki pengklasifikasian atau pengelompokan tertentu. Dengan
kata lain, kata itu bukan hanya satu macam tetapi memiliki berbagai jenis.
Pengelompokan kata juga dilihat dari berbagai kriteria atau ketentuan dari
pembagian kata tersebut.
Menurut Moeliono, dkk (dalam
Finoza, 2003: 62), ia menyatakan bahwa ”Kata dapat dikelompokkan ke dalam
lima jenis”, yaitu :
1) Verba (Kata Kerja)
Kata kerja adalah kata yang menyatakan
perbuatan atau tindakan, proses, dan keadaan yang bukan merupakan sifat.
Misalnya: tulis
+ dengan pena (KB) atau menulis + dengan cepat (KS)
2) Ajektiva (Kata Sifat)
Kata sifat adalah kata yang menerangkan
sifat, keadaan, tabiat suatu benda/orang/binatang.
Misalnya: aman
yaitu keadaan atau situasi yang tenang dan damai.
3) Adverbia (Kata Keterangan)
Kata keterangan adalah kata yang menerangkan
predikat suatu kalimat.
Misalnya: di
kampus yaitu menyatakan tempat dan arah.
4) Rumpun Kata Benda
(a) Nomina (kata benda/kata nama) adalah kata
yang mengacu kepada sesuatu benda (konkret maupun abstrak).
Misalnya: buku,
pohon (konkret) dan agama,
pengetahuan (abstrak).
(b) Pronomina (kata ganti) adalah kata yang dapat
diganti kedudukannya dalam pertuturan dengan kata benda yang menyatakan orang.
Misalnya: Kemarin ayah pergi ke pasar. Dia
membeli sebuah cangkul.
Kata dia
pada kalimat di atas menggantikan kedudukan kata ayah.
(c) Numeralia (kata bilangan) adalah kata yang
menyatakan jumlah, nomor, urutan, dan himpunan.
Misalnya: satu
(kata bilangan utama) dan pertama
(kata bilangan tingkat).
5) Rumpun Kata Tugas
(a) Preposisi (kata depan) adalah kata tugas yang
selalu berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja untuk membentuk
gabungan kata depan (frasa preposional)
Misalnya: di
kantor
(b) Konjungsi (kata sambung) adalah kata tugas
yang berfungsi menghubungkan dua kata atau dua kalimat.
Misalnya: Anda pasti berhasil kalau rajin belajar
(c) Interjeksi (kata seru) adalah kata tugas yang
dipakai untuk mengungkapkan seruan hati seperti rasa kagum, sedih, heran.
Misalnya: Ayo,
maju terus, pantang mundur!
(d) Artikel (kata sandang) adalah kata tugas yang
membatasi makna jumlah orang atau benda.
Misalnya: sang
guru yaitu bermakna tunggal.
(e) Pertikel adalah unsur-unsur kecil dalam bahasa,
kecuali yang jelas satuan bentuknya.
Misalnya: Apakah
Bapak Ahmadi sudah datang?
2.4 Kolom Opini Harian Serambi Indonesia
Media cetak bukan
hanya merupakan tempat bagi para pengumpul berita memaparkan berita yang
terjadi dan telah diliput. Selain itu, media cetak juga merupakan sarana bagi para penulis untuk
menyampaikan gagasan atau ide yang dimilikinya, salah satunya melalui kolom
opini dalam media cetak.
Menurut Romli
(dalam Komaidi, 2011: 132), ia menyatakan bahwa ”Kolom adalah sebuah rubrik
khusus di media cetak yang berisikan karangan atau tulisan pendek, yang
berisikan pendapat subjektif penulisnya tentang suatu masalah”. Maksudnya,
jelas bahwa kolom merupakan sebuah rubrik yang terdapat dalam media cetak yang
berisikan pendapat si penulis tentang suatu masalah. Sedangkan opini merupakan
pendapat atau gagasan seseorang mengenai sesuatu hal, namun pendapat itu belum
pasti, belum nyata, belum terjadi tanpa ditandai dengan bukti yang nyata.
Menurut Fajri (dalam Komaidi, 2011: 125), ia menyatakan bahwa ”Opini merupakan pandangan seseorang tentang suatu masalah, pendapat
atau pendirian”. Maksudnya, opini merupakan pendapat seseorang yang
menjelaskan sesuatu yang sedang hangat dibicarakan berdasarkan berbagai sudut
pandang, yaitu melalui gagasan-gagasan mengenai keadaan yang sebenarnya, namun
dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi dan kebenarannya belum dapat
dipastikan.
Maka dapat disimpulkan bahwa
kolom opini merupakan rubrik yang terdapat dalam media cetak yang berisi
pendapat, gagasan atau ide seseorang tentang suatu masalah yang sedang hangat
dibicarakan. Salah satunya adalah kolom opini yang terdapat dalam surat kabar
Harian Serambi Indonesia.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan
dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif bersifat objektif. Data-data hasil
penelitian ini berbentuk berbagai pembagian atau penjabaran atas jenis kalimat
dan kata dalam kolom opini tanpa menggunakan teknik statistik atau angka-angka,
selanjutnya dianalisis dengan teknik kualitatif. Metode objektif tersebut
digunakan
mengingat tujuan penelitian ini ingin menjabarkan tentang jenis kalimat
ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi
Indonesia.
Hal ini sejalan dengan pendapat
Moleong (2007: 6) yang menjelaskan bahwa ”Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang digunakan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian secara holistik dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa
pada suatu konteks, khususnya yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah”.
Adapun jenis
penelitian ini adalah
penelitian analisis isi. Kutha Ratna (2010: 49), mengungkapkan bahwa ”Penelitian
analisis isi merupakan penelitian yang menekankan pada
bagaimana memaknakan isi komunikasi, memaknakan isi interaksi simbolik yang
terjadi dalam peristiwa komunikasi. Dalam media massa penelitian analisis isi
dilakukan terhadap paragraf, kalimat, dan kata, termasuk volume ruangan yang
diperlukan, waktu penulisan, di mana ditulis dan sebagainya”. Peneliti memilih jenis
penelitian ini karena mengkaji tentang jenis kalimat ditinjau dari jenis
kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia.
3.2 Data
dan Sumber Data
Data dalam
penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang dibangun atas jenis kata yang
menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia. Sedangkan sumber
data penelitian adalah kolom opini Harian Serambi Indonesia sebanyak 2 edisi,
yaitu mulai edisi Selasa 20 Agustus 2013 dan edisi Rabu 21 Agustus 2013.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik analisis
isi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Peneliti
membaca kolom opini Harian Serambi Indonesia, yaitu edisi Selasa 20
Agustus 2013 dan edisi Rabu 21 Agustus 2013.
2)
Peneliti
memberikan kode pada kalimat-kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi
predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia.
3)
Peneliti
mencatat jenis kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam
kolom opini Harian Serambi Indonesia.
4)
Peneliti
mengelompokkan jenis kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat
dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia.
5)
Peneliti menguraikan data-data berupa kalimat-kalimat
yang dibangun atas jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian
Serambi Indonesia,
lalu menganalisis serta menyimpulkannya.
3.4 Teknik
Analisis Data
Sugiono
(2010: 337), menyatakan bahwa ”Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan
pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data
dalam periode tertentu”.
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sugiono, maka data hasil penelitian ini
dianalisis secara kualitatif yaitu menganalisis jenis kalimat ditinjau
dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi
Indonesia.
Data tersebut dianalisis dengan menggunakan teori Miles dan
Huberman. Miles dan Huberman (Sugiono 2010: 337), mengemukakan bahwa ”Aktivitas dalam analisis kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga
datanya sudah jenuh. Aktivitas
dalam analisis data yaitu mereduksi data, menyajikan data dan menyimpulkan data”.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh
dalam pengolahan data adalah mengolah data menurut jenis kalimat ditinjau dari
jenis kata yang menjadi predikat dalam kalimat, menganalisis jenis kalimat dan
menyimpulkannya.
1)
Mereduksi
Data
Tahap mereduksi
data mulai dilakukan melalui proses penyeleksian, identifikasi dan
pengklasifikasian. Penyeleksian dan pengidentifikasian merupakan kegiatan untuk
menyeleksi dan mengidentifikasi data-data pada kategori jenis kalimat
ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi
Indonesia.
Tahap
pengklasifikasian merupakan proses yang dilakukan untuk mengklasifikasikan
data, memilih data dan mengelompokkan data.
2)
Menyajikan
Data
Menyajikan Data merupakan kegiatan pengelompokkan
data melalui tahap reduksi data pada kategori jenis kalimat ditinjau
dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi
Indonesia.
3)
Menarik
Simpulan
Menarik simpulan
dilakukan setelah mengikuti dua tahap. Simpulan ditarik setelah data disusun
dan diperiksa kembali. Selanjutnya didiskusikan dengan pembimbing. Setelah
proses ini dilalui, hasil akhir penelitian analisis jenis kalimat
ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi
Indonesia disajikan dalam
bentuk laporan penelitian.
3.5 Pengecekan
Keabsahan Data
Pemeriksaan
terhadap keabsahan data adalah bagian yang penting di dalam penelitian
kualitatif, yaitu untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil penelitian
yang telah dilakukan. Apabila peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap
keabsahan data secara cermat dan menggunakan teknik yang tepat, maka akan diperoleh
hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai segi.
Keabsahan data diperiksa dengan teknik
triangulasi. Teknik ini menuntut peneliti untuk membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh. Jadi, triangulasi berarti
cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang
ada dalam konteks tertentu sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai pandangan dan melalui triangulasi peneliti dapat
membandingkan temuannya dengan berbagai sumber, metode dan teori (Moleong,
2010: 337).
Maka, jelas bahwa melalui teknik triangulasilah keabsahan data tentang jenis
kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian
Serambi Indonesia dapat dibuktikan keabsahan datanya.
3.6 Tahap-tahap Penelitian
Adapun
tahap-tahap yang dilaksanakan dalam jenis penelitian analisis isi ini adalah :
1)
Tahap Persiapan
Dalam tahap
persiapan penelitian ini, kegiatan yang dilakukan adalah peneliti mengumpulkan media
cetak berupa kolom opini Harian Serambi Indonesia, lalu mencatat jenis
kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikatnya.
2)
Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan, peneliti mengelompokkan data berdasarkan jenis kalimat ditinjau
dari jenis kata yang menjadi predikat dalam
kolom opini Harian Serambi Indonesia tersebut.
3)
Tahap
Penjaringan
Tahap ini dilakukan dengan
tujuan agar memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang data berupa jenis
kalimat ditinjau dari jenis kata yang menjadi predikat dalam kolom opini Harian Serambi Indonesia
tersebut.
4)
Tahap Refleksi
Dalam tahap ini, yang dilakukan
peneliti adalah menganalisis data-data yang diperoleh dari kolom opini Harian
Serambi Indonesia yang telah dikelompokkan menurut jenis kalimat ditinjau
dari jenis kata yang menjadi predikat dan
akhirnya disimpulkan.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Finoza, Lamuddin. 2003. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
Hoerudin, Cecep Wahyu. 2010. Pengembangan
Kompetensi Bahasa Indonesia. Bandung: Insan Mandiri.
Komaidi, Didik. 2011. Panduan
Lengkap Menulis Kreatif (Teori dan Praktik). Yokyakarta: Sabda Media.
Kutha Ratna, Nyoman.
2010. Teori, Metode dan
Teknik Penelitian. Denpasar:
Pustaka Pelajar.
Moleong, Laxy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Panitia Penyusun. 2013. Pedoman
Penulisan Skripsi. Matangglumpangdua: FKIP Universitas Almuslim.
Sadikin, Muhammad. 2011. Ejaan
Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Laskar Aksara.
Sugiono. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sumadiria, Haris. 2008. Bahasa Jurnalistik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
http://www.serambinews.com.
diakses tanggal 23/08/2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar