BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Bahasa merupakan komponen yang sangat
penting dan tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Hal ini
disebabkan karena bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif, baik
komunikasi secara lisan maupun tulisan. Salah satu cara untuk mengembangkan
keterampilan berbahasa Indonesia adalah melalui pembelajaran bahasa Indonesia.
Pada prinsipnya tujuan pembelajaran
bahasa Indonesia bagi para siswa adalah untuk menguasai keterampilan berbahasa
yang meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu: 1) keterampilan
menyimak, 2) keterampilan berbicara,
3) keterampilan membaca,
dan (4) keterampilan menulis. Keempat keterampilan berbahasa
tersebut tidak dapat dimiliki secara otomatis, tetapi memerlukan proses untuk
belajar dan berlatih. Masing-masing aspek mempunyai keterkaitan satu sama lain.
Aspek menyimak dan membaca merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat
reseptif atau menerima, sedangkan aspek berbicara dan menulis merupakan
keterampilan berbahasa yang bersifat produktif atau menghasilkan.
|
Secara umum, tujuan pembelajaran Bahasa
Indonesia yang diakukan di SMP meliputi dua komponen dasar, yaitu kompetensi
kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Kompetensi kebahasaan diarahkan agar
siswa memiliki pengetahuan kebahasaan yang meliputi fonologi, morfologi, dan sintaksis.
Sedangkan keterampilan berbahasa diarahkan agar siswa mampu menggunakan bahasa
dalam komunikasi sehari-hari, baik komunikasi yang berlangsung secara tatap
muka maupun komunikasi yang berlangsung secara tertulis. Hal ini sesuai dengan KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) 2006, yang menyatakan bahwa secara umum
standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi
kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan
berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia.
Membaca merupakan salah satu bagian dari
empat keterampilan berbahasa yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa
memahami isi bacaan. Sehingga pembelajaran membaca harus diarahkan pada aspek
keterampilannya, bukan pada pengetahuannya saja. Penekanan pada aspek keterampilan dimaksudkan agar siswa
memiliki kemampuan kemahirwacanaan, yaitu kemampuan membaca untuk memahami
sebanyak-banyaknya informasi yang disampaikan dalam wacana/bacaan.
Pembelajaran membaca merupakan suatu
kegiatan yang aktif reseptif yang dapat memberikan banyak manfaat, seperti
mengambangkan kreatifitas, cara berpikir, kecerdasan, dan kepekaan emosi siswa.
Selain itu, pembelajaran membaca juga diarahkan untuk memotivasi bakat dan
minat siswa untuk membaca. Selain itu, pembelajaran membaca juga menciptakan
anak yang gemar membaca. Biasanya hal ini dapat dirangsang dengan mempergunakan
cerita, yang merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan mereka.
Kenyataan menunjukkan bahwa membaca
belum dapat memberikan hasil yang maksimal. Banyak siswa yang belum mampu
membaca dengan baik. Bahkan minat dan motivasi membaca dikalangan siswa sangat
rendah. Jika ditanyakan kepada siswa, berapa banyak alokasi waktu yang
dipergunakan setiap hari untuk membaca? Mereka akan menjawab, tidak ada sama sekali. Lain halnya
jika guru di sekolah memaksanya untuk membaca. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran membaca di sekolah tidak dapat menjadikan siswa melek huruf atau
memiliki kemampuan membaca yang baik.
Materi
pembelajaran membaca di SMP meliputi banyak submateri. Salah satunya adalah
membaca teks berita untuk menemukan atau mengidentifikasi unsur-unsur pembentuk
berita, yaitu 5W + 1H. Siswa akan mampu membaca dengan baik dan mampu
mengidentifikasi unsur-unsur berita bila guru telah
melaksanakan proses pembelajaran membaca yang baik.
Namun, hasil observasi yang telah
peneliti lakukan pada saat peneliti menjadi guru PPL di SMP Negeri 4 Sawang
Kabupaten Aceh Utara, peneliti menemukan bahwa kemampuan siswa membaca teks
berita untuk mengidentifikasi unsur-unsur berita sangat rendah. Hal ini
dikarenakan pada saat mengajar materi ini, guru sering menugasi siswa untuk
membaca teks berita yang ada di buku atau membagikan surat kabar kepada siswa tanpa
membimbing mereka bagaimana strategi membaca yang baik untuk mengidentifikasi
unsur-unsur berita tersebut.
Dari
uraian pada latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan di atas, maka
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian. Adapun judul penelitian ini
adalah ”Kemampuan Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Sawang Kabupaten Aceh Utara
dalam Mengidentifikasi Unsur-unsur Berita”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di
atas, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan siswa kelas
VII SMP Negeri 4 Sawang Kabupaten Aceh Utara dalam mengidentifikasi unsur-unsur
berita?
1.3
Tujuan
Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah di
atas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
mendeskripsikan data tentang kemampuan
siswa kelas VII SMP Negeri 4 Sawang Kabupaten Aceh Utara dalam mengidentifikasi
unsur-unsur berita.
1.4
Manfaat
Penelitian
Berdasarkan
uraian permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas,
penelitian ini mempunyai dua manfaat yaitu secara teoretis dan praktis.
Secara
teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan
kajian dan informasi yang berarti tentang kemampuan siswa dalam mengidentifikasi
unsur-unsur berita.
Selanjutnya,
secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat bagi:
1)
Bagi
peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang mengidentifikasi unsur-unsur
berita dan untuk lebih memotivasi potensi
yang ada dalam diri peneliti.
2)
Bagi
guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 4 Sawang, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan
kemampuan guru dalam menghadapi permasalahan ketika pembelajaran di kelas
terutama permasalahan yang berkaitan dengan kesulitan mengidentifikasi
unsur-unsur berita.
3)
Bagi
siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi untuk
meningkatkan kemampuan mereka dalam aspek membaca.
4)
Bagi
sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan proses
pengajaran Bahasa Indonesia dalam meningkatkan keterampilan membaca siswa SMP
Negeri 4 Sawang.
5)
Bagi
mahasiswa lain dapat memberi informasi empiris dan pendalaman ilmu serta
pengetahuan mengenai bidang kebahasaan, khususnya tentang mengidentifikasi
unsur-unsur berita.
1.5
Anggapan
Dasar dan Hipotesis Penelitian
1.5.1 Anggapan Dasar Penelitian
Anggapan dasar dalam penelitian ini berfungsi untuk
memperoleh gagasan tentang letak persoalan atau masalahnya dalam hubungan yang
lebih luas. Dalam hal ini peneliti harus dapat memberikan sederetan asumsi yang
kuat tentang kedudukan permasalahannya, sehingga menjadi tumpuan peneliti dalam
melaksanakan penelitian.
Menurut Arikunto (2006:65), ia menyatakan bahwa
”Anggapan dasar ini merupakan landasan teori di dalam pelaporan hasil
penelitian nanti”.
Maka, yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian
ini adalah:
1)
Mengidentifikasi unsur-unsur berita merupakan salah
satu materi yang diberikan kepada siswa kelas VII pada SMP Negeri 4 Sawang
Kabupaten Aceh Utara.
2)
Melalui materi mengidentifikasi unsur-unsur berita
dapat menambah kemampuan siswa dalam membaca.
3)
Mengidentifikasi unsur-unsur berita juga dapat
dijadikan siswa untuk mengetahui dan memahami berbagai bacaan.
1.5.2
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang masih
perlu pembuktiannya. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Arikunto
(2006:71), bahwa ”Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.
Maka, yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa kelas
VII SMP Negeri 4 Sawang Kabupaten Aceh Utara dalam mengidentifikasi
unsur-unsur berita masih kurang.
1.6
Definisi
Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka penulis menguraikan beberapa definisi
operasional sebagai berikut:
1)
Kemampuan adalah
kesanggupan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita.
2)
Mengidentifikasi
adalah menentukan
unsur-unsur berita yang menjadi pembentuk suatu berita.
3)
Unsur-unsur berita
adalah struktur yang menjadi dasar terbentuknya sebuah berita, yaitu 5W + 1H.
4)
Berita adalah
informasi aktual yang disajikan oleh seorang wartawan, baik melalui media cetak
ataupun media elektronik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Berita
Kata berita sudah tidak asing lagi
dalam kehidupan sehari-hari. Berita telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dalam berinteraksi antarindividu. Berita merupakan sebuah informasi yang sedang
hangat-hangatnya diperbincangkan di kalangan masyarakat. Bahkan, seseorang
dikatakan ketinggalan informasi jika tidak mengetahui berita terkini yang
terjadi di lingkungan tertentu.
Bila dilihat dari asal usulnya, kata
”berita” dalam bahasa Indonesia berasal dari kata vrit (Sanskerta) yang berarti ”ada” atau ”terjadi” dan vritta yang berarti ”kejadian” atau
”peristiwa”. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berita memiliki arti
sebagai ”Laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat”. Maksudnya, sesuatu
informasi baru dikatakan sebagai sebuah berita, jika hal yang diinformasikan
tersebut merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang sedang hangat
diperbincangkan di kalangan masyarakat”.
|
Menurut Micthel V. Charnley (dalam
Komaidi, 2011:96), ia menyatakan bahwa ”Berita adalah laporan tercepat dari
suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, dan menarik bagi sebagian
besar pembaca serta menyangkut kepentingan mereka”. Maksudnya, berita merupakan
laporan tentang suatu peristiwa atau kejadian yang merupakan kenyataan yang
benar-benar terjadi dan ada bukti nyatanya, serta dapat menjadi hal yang sedang
hangat diperbincangkan di kalangan masyarakat atau bisa juga menjadi hal yang
menyangkut dengan kepentingan seseorang.
Lalu, Nothclife (dalam Komaidi,
2011:96), ia menekankan tentang berita pada ”Keanehan atau ketidaklaziman
sehingga mampu menarik perhatian dan rasa ingin tahu (curiosity)”. Maksudnya, keanehan atau kelaziman yang dimaksud oleh
Nothclife, yaitu sesuatu hal baru dikatakan menjadi sebuah berita, jika hal
tersebut merupakan hal yang layak untuk dipublikasikan dan pantas untuk dibaca
oleh khalayak ramai dan mengandung sebuah informasi penting bagi pembaca
sehingga menimbulkan rasa ingin tahu dari pembaca sebuah berita yang
diketengahkan dihadapan publik.
Selanjutnya, Sumadiria (2008:65), ia
menyatakan bahwa ”Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide
terbaru yang benar, menarik dan penting bagi sebagian besar khalayak, melalui
media berkala seperti surat kabar, radio, televisi atau internet”. Maksudnya, berita
merupakan laporan tentang fakta atau suatu kejadian yang sedang terjadi dan menarik
untuk dipublikasikan kepada khalayak ramai, yang disalurkan melalui media
berupa surat kabar, radio, dan media elektronik lainnya.
Menurut Romli (dalam Kusumah, dkk.
2007:2.3), ia menyatakan bahwa ”Berita adalah laporan peristiwa atau peristiwa
yang dilaporkan melalui media massa”. Maksudnya, jelas bahwa suatu peristiwa
baru dikatakan dengan berita jika sudah dipublikasikan di media massa, sehingga
dapat diketahui oleh khalayak ramai.
Berdasarkan beberapa pendapat pakar di
atas yang menjelaskan tentang pengertian berita, maka dapat disimpulkan bahwa
berita merupakan suatu laporan mengenai kejadian dan peristiwa atau pendapat yang
menarik dan sedang hangat-hangatnya diperbincangkan (aktual) untuk disajikan
secepat mungkin kepada khalayak luas, baik secara lisan seperti melalui
televisi, radio, diskusi, wawancara, seminar dan lain-lain, maupun disampaikan
melalui tulisan seperti melalui surat kabar, majalah, papan pengumuman dan lain
sebagainya.
2.2 Sifat-sifat Berita
Berita
yang dipublikasikan kepada khalayak ramai juga memiliki sifat-sifat tersendiri,
yang dapat membuat berita tersebut layak untuk diketengahkan dan diketahui oleh
pembaca. Setiap berita yang diliput atau ditulis oleh wartawan haruslah mampu
membuat pembaca merasa pantas untuk mengetahui berita tersebut.
Dalam
Wikipedia dijelaskan tentang sifat-sifat yang harus dimiliki oleh sebuah
berita, hingga berita tersebut layak dipublikasikan pada pembaca, adalah
sebagai berikut:
1)
Aktual
(terkini), maksudnya hal-hal yang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan lebih
memiliki nilai berita dibandingkan hal-hal atau peristiwa yang sudah lama
terjadi.
2)
Jarak
(jauh/dekat), maksudnya khalayak pembaca lebih tertarik akan kejadian atau
peristiwa yang terjadi di sekitar mereka dibandingkan dengan kejadian di tempat
yang lebih jauh.
3)
Penting,
makasudnya sesuatu menjadi berita saat dianggap penting karena berpengaruh pada
kehidupan seseorang secara langsung, misalnya: UU larangan merokok.
4)
Akibat,
maksudnya sesuatu menjadi berita karena memiliki dampak yang besar dalam
kehidupan masyarakat, misalnya: penayangan film Fitna
di situs YouTube.
5)
Pertentangan/konflik,
maksudnya suatu hal baru dapat dikatakan sebagai sebuah berita jika terdapat
pertentangan atau konflik di dalamnya.
6)
Seks,
maksudnya suatu hal yang diketengahkan pada khalayak ramai jika ada suatu
permasalah seks, misalnya seperti perceraian dan perselingkuhan.
7)
Ketegangan,
maksudnya sesuatu yang dipublikasikan baru bernilai berita jika terdapat unsur ketegangan di dalamnya,
misalnya saat-saat pelantikan presiden.
8)
Kemajuan-kemajuan,
maksudnya suatu hal yang dipublikasikan juga baru bernilai berita jika terdapat
hal-hal tentang kemajuan dan inovasi baru yang terjadi dalam bidang tertentu dan
memiliki pengaruh terhadap sesuatu hal, misalnya tentang kemajuan teknologi di
bidang jejaring sosial.
9)
Emosi,
maksudnya segala sesuatu yang apabila dikabarkan akan membuat marah, sedih atau
kecewa, dapat dikatakan bernilai berita, misalnya pemberitaan tentang bayi baru
lahir yang ditemukan di tempat sampah.
10)
Humor,
maksudnya segala sesuatu yang berkenaan dengan humor atau mengandung kelucuan
yang mengundang gelak tawa, maka ia juga bernilai berita.
Berdasarkan
penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sesuatu hal yang dikabarkan
akan bernilai berita jika hal tersebut layak atau pantas untuk diketahui oleh
khalayak ramai. Selain itu, kejadian atau peristiwa tersebut juga harus
memiliki dampak pada pembaca. Sehingga pembaca merasa membutuhkan dan haus akan
berita yang dikabarkan tersebut.
2.3 Macam-macam Berita
Sebuah berita
tentunya disajikan dalam berbagai bentuk yang berbeda-beda. Penyajian berita
tersebut tergantung pada jenis berita yang akan disajikan atau dipublikasikan. Selain
itu, sebuah berita yang akan disajikan juga tergantung pada bagaimana konsep
berita tersebut.
Menurut Kusumah, dkk. (2007:2.5), ia
mengemukakan bahwa ”Kriteria pemilahan berita dapat dilihat berdasarkan
beberapa macam, yaitu berdasarkan ketajaman berita dan dampak pembaca,
berdasarkan sifat dan sumber berita, berdasarkan cara pemaparan, dan
berdasarkan materi isi berita”. Pembagian macam-macam berita tersebut, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1)
Berdasarkan Ketajaman Berita dan
Dampak Pembaca
Menurut Kusumah, dkk (2007:2.5), menyatakan bahwa ”Berdasarkan ketajaman berita dan
dampak bagi pembaca, berita terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
(1)
Berita
Berat (hard news)
Menurut Kusumah, dkk (2007:2.5), menyatakan bahwa ”Berita berat (hard news) merupakan laporan peristiwa
besar atau menggemparkan, memiliki nilai lebih dari segi aktualitas dan
kepentingan atau sangat penting untuk segera diketahui pembaca”. Maksudnya, berita jenis ini berisi
informasi peristiwa khusus yang terjadi secara tiba-tiba. Misalnya berita
mengenai gempa bumi, kerusuhan, kebakaran dan sebagainya.
(2)
Berita
Ringan (soft news)
Menurut Kusumah, dkk (2007:2.5), menyatakan bahwa ”Berita ringan (soft news) merupakan berita yang
mengarah pada peristiwa yang lebih bertumpu kepada unsur-unsur ketertarikan
manusiawi”.
Maksudnya, berita jenis ini merupakan berita yang tingkat aktualitas dan
kepentingan berada di bawah hard news.
Berita ini adalah berita yang menyajikan peristiwa tentang ketertarikan
seseorang tentang sesuatu. Misalnya berita mengenai seminar sehari, masalah
remaja, dan sebagainya.
2)
Berdasarkan Sifat dan Sumber
Berita
Menurut Kusumah, dkk (2007:2.5), menyatakan bahwa ”Berdasarkan sifat dan sumber
berita, berita terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
(1)
Berita Langsung (straight news)
Kusumah, dkk (2007:2.5), menyatakan bahwa ”Berita langsung merupakan laporan peristiwa yang
ditulis secara singkat, padat, lugas dan apa adanya”. Maksudnya, berita ini ditulis dengan memaparkan peristiwa dalam keadaan
apa adanya. Misalnya berita pada surat
kabar yang terdapat pada halaman depan (front
page). Struktur penulisan berita jenis ini mengacu pada struktur piramida
terbalik, yang diawali dengan mengemukakan bagian berita yang dianggap penting,
kurang penting lalu tidak penting.
(2)
Berita Opini (opinion news)
Kusumah, dkk (2007:2.5), menyatakan bahwa ”Berita opini merupakan berita mengenai pendapat,
pernyataan, atau gagasan seseorang”. Maksudnya, berita ini adalah berita yang berisi pendapat para ahli,
cendikiawan atau pejabat, mengenai suatu masalah atau peristiwa. Penulisan
berita jenis ini dimulai dengan teras pernyataan yang berupa ucapan yang isinya
dianggap paling penting atau menarik. Sebagai penanda berita opini, biasanya
pada judul dicantumkan nama narasumber, diikuti titik dua atau koma, lalu
kutipan pernyataan yang paling menarik.
(3)
Berita Penyelidikan (investigative
news)
Kusumah, dkk (2007:2.5), menyatakan bahwa ”Berita penyelidikan merupakan berita yang diperoleh
dan dikembang-kan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber”. Maksudnya, berita jenis ini adalah berita yang informasinya
harus digali oleh seorang wartawan dari berbagai pihak atau bahkan melakukan penyelidikan
langsung ke lapangan, yang bermula dari data mentah atau berita singkat.
3)
Berdasarkan Cara Pemaparan
Menurut Kusumah, dkk (2007:2.6), menyatakan
bahwa ”Berdasarkan
cara pemaparannya, berita terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
(1)
Berita Interpretatif (interpretative
news)
Kusumah, dkk (2007:2.6), menyatakan bahwa ”Berita interpretatif merupakan berita yang dikembangkan dengan komentar dan penilaian
wartawan atau narasumber yang kompeten atas berita yang muncul sebelumnya,
sehingga merupakan gabungan antara fakta dan interpretasi”. Maksudnya, berita jenis ini berawal dari informasi yang dirasakan
kurang jelas atau tidak lengkap arti dan maksudnya.
(2)
Berita Penjelasan (explanatory news)
Kusumah, dkk (2007:2.5), menyatakan bahwa ”Berita penjelasan merupakan jenis berita yang
sifatnya menjelaskan dengan menguraikan sebuah peristiwa secara lengkap dan
penuh data”. Maksudnya,
berita jenis ini menjelaskan fakta yang telah diperoleh secara rinci dengan
beberapa argumentasi atau pendapat penulisnya. Berita jenis ini biasanya
panjang lebar sehingga harus disajikan secara bersambung.
(3)
Berita Mendalam (depth news)
Kusumah, dkk (2007:2.5), menyatakan bahwa ”Berita mendalam adalah berita yang merupakan
pengembangan dari berita yang sudah muncul, dengan pendalaman hal-hal yang ada di
bawah suatu permukaan”. Maksudnya, berita jenis ini bermula dari sebuah berita yang masih belum
selesai pengungkapannya dan bisa dilanjutkan kembali. Pendalaman dalam berita
jenis ini dilakukan dengan mencari informasi tambahan dari narasumber atau
berita terkait.
4)
Berdasarkan Materi Isi Berita
Menurut Kusumah, dkk (2007:2.7), menyatakan
bahwa ”Berdasarkan
materi isi beritanya, berita terbagi atas:
(1)
Berita pernyataan pendapat, ide atau gagasan (talking news), merupakan berita yang berisi pernyataan seseorang
berupa pendapat tentang sesuatu permasalahan yang aktual.
(2)
Berita ekonomi (economic news),
merupakan berita yang berisi masalah perekonomian suatu negara yang sedang
hangat diperbincangkan.
(3)
Berita keuangan (financial news),
merupakan berita yang berisi tentang masalah keuangan sebuah lembaga secara aktual.
(4)
Berita politik (political news),
yaitu berita yang berisi tentang masalah politik yang teraktual.
(5)
Berita sosial kemasyarakatan (social
news), yaitu berita yang berisi tentang masalah sosial dalam masyarakat
tertentu.
(6)
Berita pendidikan (education news),
merupakan berita yang dipublikasikan pada khalayak ramai yang berisi tentang
masalah pendidikan.
(7)
Berita hukum dan keadilan (law and
justice news), adalah berita yang berisi tentang masalah hukum dan keadilan
dalam sebuah negara.
(8)
Berita olahraga (sport news), yaitu
berita yang berisi tentang permasalahan olahraga terkini.
(9)
Berita kriminal (crime news),
adalah berita yang berisi tentang masalah kriminal atau berbagai persoalan
tentang kejahatan yang marak-maraknya terjadi.
(10) Berita bencana dan tragedi (tragedy and disaster news), merupakan berita yang berisi tentang
masalah bencana dan tragedi yang terjadi di lingkungan masyarakat.
(11) Berita perang (war
news), adalah berita yang isinya tentang masalah peperangan yang terjadi
sebuah negara tertentu.
(12) Berita ilmiah (scientific
news), yaitu berita yang berisi tentang masalah ilmiah dalam sebuah bidang
ilmu tertantu.
(13) Berita hiburan (entertainment
news), adalah berisi yang isinya tentang masalah hiburan, misalnya masalah
perfilman yang ada di tanah air.
(14) Berita tentang aspek-aspek ketertarikan manusiawi
atau minat insani (human interest news),
jenis berita ini merupakan berita yang isinya berkenaan dengan hal-hal tentang
ketertarikan manusia tentang suatu hal yang unik.
Berdasarkan
penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berita terbagi menjadi
beberapa macam bentuk berdasarkan kriteria sebuah berita disajikan, yaitu berdasarkan ketajaman berita dan
dampak pembaca, berdasarkan sifat dan sumber berita, berdasarkan cara
pemaparan, serta berdasarkan materi isi berita yang dipublikasikan kepada
khalayak ramai.
2.4 Bagian-bagian
Pembentuk Berita
Berita yang
dipublikasikan oleh seorang peliput berita atau yang akrab disebut dengan
seorang wartawan, memiliki bagian-bagian tertentu yang menjadi dasar sebagai
pembantuk sebuah berita. Bagian-bagian tersebut merupakan hal yang harus ada
agar terwujudnya sebuah berita yang mudah dipahami oleh pembaca.
Menurut Kusumah,
dkk. (2007:2.10), ia menyatakan bahwa ”Anatomi tulisan berita meliputi headline, dateline, lead, body,
dan leg. Anatomi tersebut digambarkan
dengan struktur piramida terbalik”. Bagian-bagian berita tersebut, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1)
Headline
Headline biasa disebut juga
dengan kepala berita atau judul berita. Maksudnya, bagian ini merupakan judul
yang terdapat diawal berita. Bagian ini juga dilengkapi dengan anak judul, yang
berguna untuk: (1) menolong pembaca agar segera mengetahui peristiwa yang akan
diberitakan; (2) menonjolkan satu berita dengan dukungan teknik grafika.
Misalnya, ”Kebakaran di Pondok Bambu, Satu Rumah Hangus”.
2)
Dateline
Dateline
adalah waktu dan nama tempat berita dibuat atau diperoleh. Maksudnya, bagian
ini merupakan bagian berita yang berisi tentang waktu dan nama tempat di mana
berita tersebut diperoleh. Biasanya bagian ini terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal
kejadian. Ada pula yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan
tanggal kejadian. Tujuannya dateline adalah
untuk menunjukkan tempat kejadian dan inisial media yang meliput berita
tersebut. Misalnya, ”Jakarta, Kompas.com - Sebuah rumah hangus terbakar di
Jalan Keamanan RT 003/RW 05, Pondok Bambu, Jakarta Timur,
Senin (28/4/2014)
pukul 14.30 WIB”.
3)
Lead
Lead
disebut juga teras berita atau pembuka berita. Maksudnya, bagian ini merupakan
bagian berita yang berisi tentang kalimat-kalimat pembuka suatu berita. Bagian ini biasa ditulis pada paragraf
pertama sebuah berita. Ia merupakan unsur yang paling penting dari sebuah
berita, yang menentukan apakah isi berita akan dibaca atau tidak. Bagian ini
juga merupakan sari pati sebuah berita, yang melukiskan seluruh berita secara
singkat kepada khalayak ramai. Misalnya, ”Darwin - Letusan Gunung Sangiang di Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) berdampak hingga ke negara
tetangga, Australia. Sebagian besar jadwal penerbangan dari dan ke Darwin,
Australia terpaksa dibatalkan akibat letusan gunung api tersebut”.
4)
Body
Body
disebut juga dengan tubuh atau isi berita. Maksudnya, bagian ini merupakan
bagian yang berisi tentang keseluruhan permasalah atau peristiwa yang
dipublikasikan. Isi
dalam berita menceritakan peristiwa yang dilaporkan dengan bahasa yang singkat,
padat, dan jelas. Dengan demikian, body merupakan perkembangan berita.
Misalnya,:
Biro
Meteorologi setempat menyatakan bahwa abu Gunung Sangiang bergerak ke arah
tenggara dan bisa berdampak hingga ke area Kimberley and Top End
di Darwin. Virginia Sanders dari Bandara
Internasional Darwin mengaku belum tahu kapan jadwal penerbangan akan kembali
normal.
”Pada tahap ini, memang
masih spekulasi, tapi pihak maskapai mendapatkan informasi mereka langsung dari
Volcanic Ash Advisory
Centre di Darwin,” ucap Sanders. ”Yang bisa saya sampaikan, abu
(vulkanik) tersebut terus bergerak lalu menghilang, jadi kemungkinan akan ada
kabar baik besok. Tapi belajar dari pengalaman masa lalu, kondisi seperti ini
biasanya berlangsung selama 24 jam,” imbuhnya.
Secara
terpisah dalam pernyataannya, maskapai Qantas menyatakan pihaknya masih terus
memantau kondisi cuaca pasca letusan gunung api di NTB. ”Akibat letusan gunung
api di pulau Sangiang, Indonesia, semalam, butiran abu vulkanik terbang hingga
ke wilayah pantai Australian Northern Territory.
Akibatnya, seluruh penerbangan Qantas dari dan ke Darwin untuk Sabtu, 31 Mei
2014, harus dibatalkan,” demikian pernyataan Qantas.
Sedangkan
maskapai Virgin Australia merilis peringatan
bepergian dan menyatakan akan segera melanjutkan operasional penerbangan begitu
kondisi memungkinkan. ”Tim ahli meteorologi kami terus memantau situasi, juga
berkonsultasi dengan Volcanic Ash Advisory Centre di
Darwin,” ucapnya.
Sementara
itu, maskapai Jetstar mengumumkan pembatalan penerbangan dengan nomor JQ920 dan
JQ921 dengan rute Cairns-Darwin, kemudian JQ92 dengan rute Darwin-Adelaide,
lalu JQ81 dan JQ82 dengan rute Darwin-Bali, serta
JQ161 dan JQ162 dengan rute Darwin-Singapura.
Kemarin
(30/5), Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) M
Hendrasto menuturkan, abu vulkanik Gunung Sangiang menyembur ke atas hingga
ketinggian 3.000 meter dan turun bergerak ke arah timur.
5)
Leg
Leg
disebut juga dengan kaki berita atau penutup berita. Maksudnya, bagian ini terdiri
atas paragraf yang
berisi tentang kalimat-kalimat penutup sebuah berita. Misalnya, ”Saat
ini status gunung berada pada level siaga. Warga diimbau untuk tidak melakukan
aktivitas di sana hingga kondisi dinyatakan aman”.
|
Gambar piramida terbalik yang menunjukkan struktur
penulisan berita, yaitu :
Lead/Teras
Berita
Sangat penting
Bridge/Perangkai
penting
Bodi/
Tubuh
Berita cukup penting
Leg
Kaki Berita kurang penting
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
bagian-bagian atau struktur yang terdapat dalam penulisan sebuah berita, baik
itu headline, dateline, lead, body, dan leg, merupakan sesuatu yang harus ada dan tersusun seperti sebuah
piramida terbalik, sehingga terwujudnya sebuah berita yang baik dan mudah
dipahami oleh khalayak ramai.
2.5 Unsur-unsur
Berita
Sebuah berita yang baik, tentunya dibentuk
atas unsur-unsur tertentu yang menjadi dasar terbentuknya sebuah berita. Unsur-unsur
tersebut merupakan patokan yang membuat sebuah berita dapat berdiri dengan kokoh.
Dengan demikian, suatu peristiwa atau kejadian yang ditulis menjadi sebuah
berita layak dipublikasikan di media massa.
Menurut Komaidi (2011:97), ia
menyatakan bahwa ”Sebuah berita dibentuk oleh unsur-unsur pembentuknya, yaitu
sering disebut dengan rumus 5W + 1H, artinya 5W kepanjangan dari 1) what (apa), 2) who (siapa), 3) when
(kapan), 4) where (di mana), 5) why (mengapa),
dan 1H (how) yang berarti bagaimana”.
Maksudnya, unsur pembentuk berita yang tertuang dalam rumus 5W + 1H merupakan
rumus pokok dalam mebuat berita, sehingga dengan penerapan rumus ini semua
berita yang dipublikasikan kepada khalayak ramai akan menjadi sempurna dan
mudah dipahami oleh para pembaca. Unsur-unsur pembentuk berita yang tepat dalam
rumus 5W + 1H, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)
What
What merupakan unsur berita yang
berbentuk pertanyaan yang dituju untuk menanyakan sebuah objek dalam sebuah
berita, yaitu apa
yang terjadi di dalam suatu peristiwa? Maksudnya, what ini digunakan untuk menanyakan tentang apa yang akan ditulis, tema apa
yang akan diangkat dalam berita, atau hal apa yang akan dibahas dalam berita
tersebut. Misalnya, ”Gudang PT
Armalindo di Muara Baru Terbakar”.
2)
Who
Who merupakan
unsur pembentuk berita yang digunakan untuk menanyakan suatu subjek dalam
sebuah berita, yaitu siapa yang terlibat di dalamnya? Maksudnya, what digunakan untuk mencari tahu siapa tokoh yang menjadi
tokoh utama dalam berita. Unsur siapa selalu menarik perhatian pembaca, apalagi
manusia yang menjadi objek berita itu adalah seorang yang aktif dibidangnya.
Unsur siapa, juga harus dijelaskan dengan menunjukkan ciri-cirinya seperti
nama, umur, pekerjaan, alamat serta atribut lain yang berupa gelar (bangsawan,
suku, pendidikan) pangkat/jabatan. Misalnya, ”Kebakaran tersebut mengakibatkan
dua orang pelajar Sekolah Dasar terluka dan dilarikan ke Rumah Sakit terdekat.”
3)
When
When merupakan unsur pembentuk
berita yang dijadikan pertanyaan untuk mengetahui waktu dalam berita, yaitu kapan
terjadinya peristiwa tersebut? Maksudnya, unsur ini digunakan untuk menanyakan
kapan peristiwa itu terjadi, hal ini disebabkan karena dalam sebuah berita
tentunya akan menyebutkan kapan waktu peristiwa itu terjadi. Misal ”Peristiwa
pengeroyokan seorang mahasiswa itu terjadi pada hari kamis siang, sekitar pukul
13.00 waktu setempat”.
4)
Where
Where adalah unsur pembentuk berita
yang dapat berupa pertanyaan tentang tempat dalam berita, yaitu di mana terjadinya peristiwa itu? Maksudnya,
unsur ini berfungsi
untuk menanyakan lokasi kejadian peristiwa atau tempat berlangsungnya peristiwa
tersebut.
Misalnya
”Aksi pengeroyokan tersebut berlangsung tidak jauh dari kampus korban”.
5)
Why
Why merupakan unsur pembentuk
berita yang dapat berupa pertanyaan tentang suatu alasan, yaitu mengapa
peristiwa itu bisa terjadi? Maksudnya, unsur ini menanyakan alasan mengapa
peristiwa itu bisa terjadi. Dalam unsur ini, penulis dituntut untuk menguraikan
penyebab terjadinya peristiwa tersebut. Misalnya, ”Menurut pengakuan pelaku,
korban dikeroyok karena telah menghina pelaku dengan mengeluarkan kata-kata
yang tidak sopan kepada pelaku”.
6)
How
How merupakan unsur pembentuk
berita yang dapat berupa pertanyaan tentang solusi, yaitu bagaimana terjadinya peristiwa tersebut? Maksudnya, unsur yang berisi pertanyaan tentang how/bagaimana ini menggambarkan suasana
dan proses peristiwa tersebut terjadi. Misalnya, ”Keadaan
para korban dari peristiwa tersebut adalah satu orang terkena kobaran api dan
yang lainnya selamat, karena sedang tidak berada di rumah yang terbakar
tersebut”.
Berdasarkan
penjelasan di atas tentang unsur-unsur yang menjadi pembentuk sebuah berita,
maka dapat disimpulkan bahwa semua unsur tersebut perlu diperhatikan dan
memiliki peran yang penting dalam menulis sebuah berita. Dapat dipastikan bahwa
tanpa unsur-unsur tersebut, sebuah berita belum dikatakan baik dan mudah
dipahami khalayak ramai, bahkan berita tersebut belumlah dikatakan lengkap.
2.6 Pentingnya 5 W + 1 H dan Piramida Terbalik dalam Berita
Menulis berita bukan sekedar pekerjaan
menulis untuk mencurahkan isi hati. Namun, sebuah berita harus dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya, aktual, dan informatif. Lain halnya dengan menulis
karangan bebas yang berupa tulisan tangan sesuai dengan imajinasi penulis.
Dalam Wikipedia, dijelaskan bahwa Kualitas
berita tentu harus memenuhi kriteria umum penulisan berita, yaitu 5W + 1H yang
sudah menjadi hal yang terdapat di luar kepala bagi seorang jurnalis. Selain
syarat tersebut, sebenarya ada juga syarat yang harus dimengerti oleh seorang
jurnalis, yaitu persyaratan bentuk. Dalam jurnalistik syarat bentuk ini dikenal
dengan sebutan ’Piramida Terbalik’, hal ini dikarenakan bentuknya mirip dengan
piramida namun posisinya terbalik.
Maksudnya jelas bahwa kedua hal ini
dijadikan sebagai dasar menulis bagi seorang wartawan. Kedua teknik ini juga
bisa dan efektif dipakai oleh penulis non-wartawan, berupa 5W + 1H yaitu
singkatan dari ”what, who, when,
where, why dan how,” dalam
bahasa Indonesia menjadi ”apa, siapa, kapan, di mana, mengapa dan bagaimana.”
Semua unsur inilah yang harus terkandung dalam sebuah artikel biasa atau berita
biasa.
Artikel berbentuk berita memiliki
struktur unik, yaitu inti informasi ditulis pada alinea awal (disebut sebagai
’lead’ atau ’teras berita’; biasanya satu hingga dua paragraf), data-data
penting menyusul pada alinea-alinea selanjutnya, lalu penjelasan tambahan, dan
diakhiri dengan informasi lain yang bukan bersifat informasi utama. Inilah yang
disebut sebagai piramida terbalik.Piramida Terbalik adalah sebuah struktur
penulisan atau bentuk penyajian sebuah tulisan yang umum dilakukan seorang
wartawan. Metode piramida terbalik digunakan agar pembacara dapat segera
mengetahui inti dari berita yang ingin diketahuinya. Apalagi disaat seperti
sekarang yang serba cepat. Berita online misalkan, sebaiknya dalam menyampaikan
berita langsung ke pokok beritanya. Informasi penting (inti) disajikan di awal
paragraf, lalu berita pendukung mengikuti paragraf
berikutnya.
Bagi
pembaca sebuah artikel, piramida terbalik memudahkannya menangkap inti cerita,
sebab informasi yang paling pokok langsung dibeberkan sejak alinea-alinea awal.
Bagi wartawan maupun redaktur, akan memudahkan dalam penulisan dan editing
berita, karena mereka lebih fokus pada pokok pikiran berita yang mereka
tuliskan. Sedangkan redaktur pun akan sangat mudah dalam menyunting ataupun
memotong berita, tinggal menghapus paragraf-paragraf akhir yang dianggap tidak
terlalu penting. Sedangkan bagi media dengan penulisan piramida terbalik ini,
akan menghemat ruang halaman.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan
dan Jenis Penelitian
Sesuai
dengan masalah dan tujuan penelitian, maka pendekatan yang tepat untuk digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penggunaan pendekatan ini
didasarkan pada kenyataan bahwa data yang dikumpulkan berupa nilai atau
angka-angka, adanya rumusan hipotesis yang jelas, analisis data dilakukan
setelah semua data terkumpul dan analisis data ini dilakukan dengan menggunakan
rumus statistik (Arikunto, 2002:11). Maka data-data dalam penelitian ini
berbentuk statistik dari kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 4 Sawang
Kabupaten Aceh Utara dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita, lalu diolah dengan
menggunakan rumus statistik. Pendekatan kuantitatif tersebut digunakan mengingat tujuan penelitian ini
ingin membuktikan hipotesis bahwa masih kurangnya kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 4 Sawang Kabupaten Aceh Utara dalam mengidentifikasi
unsur-unsur berita.
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penggunaan jenis penelitian ini
didasarkan pada pendapat Sugiono (2003:11), ia menyatakan bahwa ”Penelitian diskriptif adalah penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
(independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel
yang lain”. Peneliti memilih jenis penelitian ini karena mengkaji
tentang kemampuan siswa kelas VII SMP
Negeri 4 Sawang Kabupaten Aceh Utara dalam mengidentifikasi unsur-unsur
berita.
|
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 4 Sawang yang terletak di Jalan KKA
Km 22 Cot Mancang Desa Teupi Reusep Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Utara.
Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015, hal
ini dikarenakan materi tentang berita terdapat pada semester ganjil untuk kelas
VII. Alasan peneliti memilih SMP Negeri 4 Sawang sebagai lokasi penelitian ini
karena letak SMP Negeri 4 Sawang tidak jauh dengan tempat tinggal peneliti,
sehingga memudahkan peneliti dalam menjangkau tempat tersebut. Selain itu, SMP
Negeri 4 Sawang merupakan sekolah tempat peneliti pernah melakukan PPL (Praktik
Pengalaman Lapangan) sehingga sedikit banyaknya peneliti sudah memahami
bagaimana seluk beluk sekolah tersebut. Jadi, dapat membantu peneliti dalam
melaksanakan penelitian.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek
penelitian. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:32),
bahwa ”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari. Populasi berkenaan dengan data, bukan dengan orang
atau bendanya. Populasi merupakan kelompok subjek, baik manusia, kelas, nilai,
tes, benda-benda ataupun peristiwa yang akan diteliti”. Adapun populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 4 Sawang Kabupaten
Aceh Utara, yaitu kelas VII1 yang berjumlah 27 siswa. Maka, jumlah populasi sebanyak 27 siswa.
3.3.2 Sampel
Penarikan sampel dipedomani pada
pendapat Arikunto (2006:134), ia menyatakan bahwa ”Apabila subjeknya (populasi)
kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya (populasi) besar atau lebih
besar dari 100, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”. Dengan
demikian, dikarenakan jumlah subjek kurang dari 100, maka penulis mengambil
keseluruhan subjeknya, yang berjumlah 27 siswa, yaitu kelas VII1
yang berjumlah 27 siswa. Dengan demikian, jumlah sampel sebanyak 27 siswa.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini
akan dilakukan dengan menggunakan instrumen atau alat tes. Tes yang digunakan merupakan
tes essai.
Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
1)
Peneliti meminta kepada responden untuk mengidentifikasi unsur-unsur
berita.
2)
Responden
melakukan tugas yang diberikan peneliti.
3)
Peneliti
mengumpulkan hasil kerja responden.
4)
Peneliti menilai hasil kerja responden.
5)
Peneliti
mengelompokkan data hasil kerja responden dan selanjutnya dianalisis.
3.5
Teknik Analisis Data
Analisis
data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Mentabulasi
nilai hasil tes secara acak.
2)
Mengurutkan
nilai tertinggi ke nilai terendah.
3)
Menentukan
range (Rg) dengan rumus Rg = H-L+1
4)
Menentukan
jumlah kelas interval (K) dengan rumus:
K
+ 1+3.3 log n
5)
Menentukan
jumlah interval kelas (I) dengan rumus:
I
=
6)
Membuat
tabel distribusi frekuensi.
7)
Mencari
nilai rata-rata (mean) dengan rumus:
M
=
Keterangan
rumus:
M = Nilai kemampuan rata-rata
fx = Nilai perkalian frekuensi dan nilai tengah
f = Frekuensi tiap kelompok nilai
X = Nilai tengah
N = Jumlah sampel
8)
Mengklasifikasi nilai
sebagai berikut:
86-100 sangat baik
76-85 baik
66-75 cukup
56-65 kurang
≤
55 jelek
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Penelitian
Setelah data hasil penelitian tentang mengidentifikasi
unsur-unsur berita diperoleh, data tersebut selanjutnya diolah untuk dapat
ditentukan nilai rata-rata kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur berita siswa
secara total. Pengolahan data dan analisis data dilakukan berdasarkan teknik
pengolahan data secara kuntitatif. Pengukuran data mengidentifikasi unsur-unsur
berita ini dilakukan dengan cara memberikan tes kepada siswa untuk mengidentifikasi
unsur-unsur berita yang dikerjakan oleh siswa secara tertulis. Nilai pengidentifikasian
unsur-unsur berita diukur dengan menghitung data yang diperoleh dari kelas mengidentifikasi
unsur-unsur berita VII1, SMP Negeri 4 Sawang.
1)
Mentabulasi nilai hasil tes secara acak
Nilai yang diperoleh oleh siswa kelas VII1
SMP Negeri 4 Sawang dalam mengidentifikasi unsur-unsur
berita adalah sebagai berikut:
70 80 80 60 90 80 80 80 60 90 80
70 80 80 90 80 70 80 80 70 80 80
70 80 50 90 90
2)
Mengurutkan nilai tertinggi ke nilai terendah
Urutan nilai tertinggi hingga nilai terendah
dari nilai dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita
yang diperoleh siswa adalah sebagai berikut:
90 90 90 90 90 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 70 70 70
|
70 70 60 60 50
3)
Menentukan range (Rg) dengan rumus Rg = H-L+1
Setelah data diperoleh, selanjutnya langkah yang ditempuh
adalah range. Range adalah selisis nilai tertinggi (H) dengan nilai terendah
(L), kemudian ditambah satu (1).
Berdasarkan data yang diperoleh, nilai tertinggi adalah 90
dan nilai terendah adalah 50.
Dengan demikian, rangenya adalah:
Rg =
H – L + 1
=
90 - 50 + 1
=
40 + 1
=
41
4)
Menentukan jumlah kelas interval (K) dengan
rumus K + 1+3.3 log n
Setelah range diketahui, langkah yang ditempuh
selanjutnya adalah menentukan lebar kelas, yaitu:
K = 1 + (3,3) log n
= 1 + (3,3) log 27
= 1 + (3,3) 1,431
= 1 + 4,72
= 5,72 dipakai 6
5)
Menentukan jumlah interval kelas (I) dengan
rumus I =
Setelah lebar kelas
diketahui, selanjutnya ditentukan nilai lebar kelas (I), yaitu:
Dengan demikian interval
penelitian adalah:
I =
=
=
6,83 dipakai 7
6)
Membuat tabel distribusi frekuensi.
Setelah menentukan range dan lebar kelas,
selanjutnya disusun tabel distribusi dan frekuensi sebagai berikut:
Tabel 1: Distribusi dan frekuensi kemampuan siswa
kelas VII1 SMP Negeri
4 Sawang
No
|
Interval Kelas
|
Frekuensi (f)
|
Nilai Tengah (x)
|
Perselisihan (fx)
|
1
|
85-91
|
5
|
87,5
|
437,5
|
2
|
78-84
|
14
|
81
|
1134
|
3
|
71-77
|
0
|
74
|
0
|
4
|
64-70
|
5
|
67
|
335
|
5
|
57-63
|
2
|
60
|
120
|
6
|
50-56
|
1
|
53
|
53
|
∑
|
-
|
N=27
|
-
|
2079,5
|
7)
Mencari nilai rata-rata (mean) dengan rumus M =
Berdasarkan distribusi dan frekuensi di
atas, maka yang harus dilakukan selanjutnya adalah menentukan nilai rata-rata,
yaitu:
M =
=
= 77,01 dibulatkan 77
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian
di atas, maka diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa kelas VII1, SMP
Negeri 4 Sawang dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita adalah 77.
Setelah nilai rata-rata
diperoleh, selanjutnya nilai tersebut dimasukkan ke dalam skala penelitian.
Dari keseluruhan jumlah siswa yaitu 27 orang, prestasi skor yang diperoleh
sangat bervariasi, yaitu 5 orang memperoleh nilai sangat baik, 14 orang
memperoleh nilai baik, 5 orang memperoleh nilai cukup dan 3 orang memperoleh
nilai kurang.
Jika nilai yang diperoleh
siswa dibandingkan dengan kriteria nilai yang telah ditetapkan maka kemampuan
siswa kelas VII1 SMP Negeri 4 Sawang dalam mengidentifikasi
unsur-unsur berita sudah baik.
Tabel 2: Persentase kemampuan siswa kelas VII1
SMP Negeri 4 Sawang dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita.
Klasifikasi
|
Frekuensi (f)
|
Persentase (%)
|
|
Kualitatif
|
Kuantitatif
|
||
Sangat baik
|
85-90
|
5
|
18,5
|
Baik
|
78-84
|
14
|
51,9
|
Cukup
|
77-64
|
5
|
18,5
|
Kurang
|
63-50
|
3
|
11,1
|
Jumlah
|
N=27
|
100%
|
Tabel di atas menunjukkan
bahwa siswa yang memperoleh nilai sangat baik dalam mengidentifikasi
unsur-unsur berita yaitu terdapat 5 siswa (18,5%), siswa yang medapatkan nilai baik dalam mengidentifikasi
unsur-unsur berita yaitu 14 siswa (51,9%), dan siswa yang mendapatkan nilai cukup dalam mengidentifikasi
unsur-unsur berita adalah 5 siswa (18,5%), sedangkan siswa yang mendapatkan nilai kurang
dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita adalah 3 siswa (11,1%).
Hal ini menunjukkan bahwa
siswa kelas VII1, SMP Negeri 4 Sawang dalam mengidentifikasi
unsur-unsur berita sudah dapat memahami dan mengetahui cara mengidentifikasi
unsur-unsur berita dengan baik, karena sudah lebih dari setengah dari keseluruhan siswa
mendapatkan nilai yang baik.
4.3 Pembuktian
Hipotesis
Pembuktian hipotesis adalah salah satu
langkah yang harus dilakukan dalam penelitian. Hal ini dikarenakan tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui sesuatu hal pada tingkat tertentu yang
dipercaya sebagai sesuatu yang benar. Sehingga, berpedoman pada rumusan
hipotesis yang telah dikemukakan dalam bab I, yaitu kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 4 Sawang Kabupaten Aceh Utara dalam mengidentifikasi
unsur-unsur berita masih kurang. Maka,
berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata 77 yang diperoleh siswa
kelas VII1 SMP Negeri 4 Sawang dalam mengidentifikasi
unsur-unsur berita termasuk kategori
baik, yang berada pada rentang (76-85). Dengan demikian, hipotesis yang
diajukan ditolak kebenarannya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dalam penelitian ini diuraikan simpulan dan
saran yang erat hubungannya dengan permasalahan yang diteliti. Dari
hasil pengolahan data dan analisis data dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VII1, SMP Negeri 4 Sawang dalam mengidentifikasi
unsur-unsur berita secara keseluruhan berada pada katagori baik, maka penulis penyimpulkan bahwa:
Setelah
peneliti melakukan penelitian pada siswa kelas VII1, SMP Negeri 4 Sawang
dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita sudah pada tahap yang baik. Namun, demikian masih perlu juga
adanya pembelajaran yang lebih baik lagi agar kemampuan siswa dalam mengidentifikasi
unsur-unsur berita sampai pada tahap yang sangat baik.
Nilai
yang didapat oleh para siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita sangatlah
bervariasi, mulai dari 5 orang (18,5
%) yang memperoleh nilai sangat baik, 14 orang (51,9 %) memperoleh nilai baik, 5 orang (18,5 %) memperoleh nilai cukup dan
hanya 3 orang (11,1 %) yang
memperoleh nilai kurang. Berdasarkan
perolehan nilai tersebut, dapat dikatakan bahwa masih perlu adanya peningkata
yang lebih baik lagi.
|
Setelah peneliti menghitung besarnya
kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita, maka didapatkan nilai rata-rata
kemampuan siswa kelas VII1, SMP Negeri 4 Sawang dalam mengidentifikasi
unsur-unsur berita sebesar 77. Dengan
demikian dapat dikatakan siswa telah mampu dengan baik dalam mengidentifikasi
unsur-unsur berita, karena yang memperoleh nilai sangat baik 5 orang (18,5 %), nilai baik 14 orang (51,9 %), nilai cukup 5 orang (18,5 %), dan nilai kurang hanya 3 orang (11,1 %). Hal ini dapat dikatakan telah berhasil,
karena 24 orang (88,9%) di atas nilai kurang, sedangkan nilai kurang hanya 3
orang (11,1%).
5.2 Saran
Sebagai
usaha pembinaan kemampuan siswa kelas VII1, SMP Negeri 4 Sawang
dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita, maka penulis mengemukakan
saran-saran sebagai berikut :
1)
Diharapkan kepada guru Bahasa Indonesia, agar lebih
meningkatkan lagi keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar khususnya pada
materi mengidentifikasi unsur-unsur berita. Guru
diharapkan menggunakan metode mengajar yang bervariasi agar mampu membuat siswa
semakin berminat dan semangat dalam belajar atau tidak jenuh.
2)
Kepala Sekolah hendaknya memberikan fasilitas yang
lebih memadai lagi kepada guru dan peserta didiknya, agar proses belajar
mengajar bisa berjalan lebih efektif lagi. Misalnya dengan menyediakan lebih
banyak lagi bahan bacaan yang bermutu di perpustakaan, menyediakan ruangan
kelas yang lebih efisien serta menyediakan tenaga pendidik yang professional.
3)
Siswa diharapkan terlibat aktif dalam pembelajaran, supaya proses belajar mengajar dapat ditingkatkan, sehingga tujuan dari
pembelajaran tersebut terwujud sebagai mana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta.
------------. 2006. Prosedur Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Berita.
diakses pada 01 Januari 2014.
Keraf, Gorys. 2000. Tata Bahasa
Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Atas.
Ende: Nusa Indah.
Komaidi, Didik. 2011. Menulis Kreatif. Yogyakarta: Sabda Media
Kosasih, Encang. 2003. Kompetensi Ketatabahasaan
dan Kesusastraan. Bandung: Yrama Widya.
Kusumah, Encep,
dkk. 2007. Menulis 2. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Mulyasa, E.
2010. Menjadi Guru Profesional.
Bandung: Rosda Karya.
Panitia Penyusun. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi. Matangglumpangdua: FKIP Universitas Almuslim.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung. Pusat Bahasa Depdiknas.
------------. 2010. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
|
Sumadiria, As Haris. 2008. Bahasa
Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar